ID Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

DOI :10.22435/jki.v7i2.6070.127-135 Uji Aktivitas Antibakteri


Vol.7 Ekstrak .... (Muharni,
No.2-Agustus dkk)
2017:127-135
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Tanaman Obat Suku Musi


di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Antibacterial Assay of Ethanolic Extract Musi Tribe Medicinal Plant


in Musi Banyuasin, South Sumatera

Muharni1*, Fitrya2, Sofa Farida3


1
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Ogan Ilir, Indonesia
2
Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Ogan Ilir, Indonesia
3
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,Tawangmangu, Indonesia
*
E-mail: muharnimyd@yahoo.co.id

Diterima : 6 Februari 2017 Direvisi : 27 Juli 2017 Disetujui: 30 Juli 2017

Abstrak
Pada umumnya masyarakat suku Musi menggunakan tanaman obat hanya berdasarkan kebiasaan yang telah
dilakukan secara turun temurun. Penggunaan tanaman obat yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat
menyebabkan bahan obat tidak bekerja efektif. Telah dipilih sepuluh tanaman obat untuk diuji aktivitas
antibakteri, dengan menggunakan metode difusi cakram untuk dua bakteri uji Escherichia coli (E.coli dan
Staphylococcus aureus (S.aureus) pada konsentrasi uji 125, 250, 500, dan 1000 μg/mL. Ekstrak aktif yang
masih memberikan aktivitas antibakteri ditentukan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) dengan metode
sumur. Hasil menunjukkan hanya tiga ekstrak uji yaitu Coleus scutellarioides, Blumea balsamifera dan Lantana
camara yang memberikan diameter zona hambat 11-20 mm terhadap E.coli. Sementara itu empat ekstrak uji
Coleus scutellarioides, Blumea balsamifera, Dillenia alata dan Dimocarpus melayensis memberikan nilai
diameter zona hambat 11-20 mm terhadap S. aureus. Penentuan nilai KHM untuk ekstrak Coleus scutellarioides
dan Blumea balsamifera memberikan nilai KHM yang sama 125 μg/mL untuk kedua bakteri uji, sedangkan
Lantana camara memberikan nilai KHM 250 μg/mL untuk E.coli. Dillenia alata dan Dimocarpus melayensis
juga memberikan nilai KHM 125 μg/mL untuk S.aureus. Hasil penelitian ditemukan lima ekstrak yang aktif dari
sepuluh ekstrak yang diuji. Dua ekstrak aktif terhadap kedua bakteri uji yaitu Coleus scutellarioides dan Blumea
balsamifera. Satu ekstrak yaitu Lantana camara hanya aktif terhadap E.coli dan dua ekstrak lainnya Dillenia
alata and Dimocarpus melayensis hanya aktif terhadap S.auerus.
Kata kunci: Antibakteri; Tanaman obat; Suku Musi

Abstract
Musi tribe community used medicinal plants generally based on cultural heritage. Unproper use of medicinal
plants unproperly cause the drug does not work effectively. Ten medicinal plants were selected for antibacterial
activity tested using disc diffusion method against two testb bacteria i.e Escherichia coli (E. coli) and
Staphylococcus aureus(S. aureus) at concentrations of 125, 250, 500, and 1000 μg/mL. Minimum inhibitory
concentration (MIC) were determined for the active extract which still gives antibacterial activity using well
method. The result showed only three test extracts, i.e Coleus scutellarioides, Blumea balsamifera and Lantana
camara gave inhibition zone diameter of 11-20 mm against E. coli. Meanwhile, four extracts i.e Coleus
scutellarioides, Blumea balsamifera, Dillenia alata and Dimocarpus melayensis gave inhibition zone diameter
of 11-20 mm against S. aureus. Determination of MIC values for Coleus scutellarioides and Blumea
balsamifera extracts gave the same MIC value of 125 μg/mL for both test bacteria. Meanwhile, Lantana camara
gave MIC value of 250 ug/mL for E. coli. Dillenia alata and Dimocarpus melayensis also provide MIC value of
125 ug/mL againts E. Coli. It was found that there were five active extracts among ten extracts tested. Two
extracts which active against both test bacteria were Coleus scutellarioides and Blumea balsamifera. One
extract, Lantana camara only active against E. coli and the two others Dillenia alata and Dimocarpus
melayensis were active against S. auerus.
Keywords: Antibacterial; Medicinal plants; Musi tribe

127
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2017;7(2):127-135

PENDAHULUAN Kesembuhan yang dialami masyarakat


setelah mengkonsumsi ramuan tanaman
Penggunaan tanaman obat telah
obat tertentu perlu dikaji secara ilmiah dan
dilakukan masyarakat Indonesia secara
berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk
turun temurun. Beberapa suku ditemukan meningkatkan kualitas kesehatan
menggunakan tanaman secara endemik masyarakat. Dengan adanya perbaikan
untuk pengobatan, dimana setiap suku dosis ramuan yang lebih tepat dapat
memiliki pengetahuan lokal dalam menuju kesembuhan yang lebih cepat.7,8
memanfaatkan tanaman obat tersebut, Khasiat suatu tanaman obat sangat erat
mulai dari spesies tanaman, bagian yang kaitannya dengan senyawa metabolit
digunakan, dan jenis penyakit yang disem- sekunder yang terkandung dalam tanaman
buhkan.1 Pada penelitian sebelumnya telah tersebut. Aktivitas biologis metabolit
dilakukan eksplorasi dan inventari-sasi sekunder sangat bervariasi baik sebagai
tanaman obat beserta pemanfaatannya antimalaria, antidiabetes, antiulcer,
9
dimasyarakat berbasis kearifan lokal, salah antiinflamasi dan antimikroba. Kandungan
metabolit sekunder meliputi golongan
satunya adalah suku Musi yang berada di
steroid, terpenoid, turunan fenol,
lima desa di Kabupaten Banyuasin dan 10
flavonoid, dan alkaloid. Agar diperoleh
Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. hasil tepat, perlu pembuktian secara ilmiah
Berdasarkan hasil eksporasi disuku Musi pada sepuluh jenis tanaman obat yang
ditemukan 95 jenis tanaman obat dan 10 digunakan oleh suku Musi dengan
jenis diantaranya digunakan untuk peng- melakukan ujiaktivitas antibakteri ekstrak
obatan penyakit yang berkaitan dengan etanol pada masing-masing tanaman.
aktivitas mikroorganisme. Sepuluh jenis
tanaman ini telah digunakan secara METODE
empirik oleh pengobat dan masyarakat Uji aktivitas antibakteri dari sepuluh
suku Musi untuk pengobatan penyakit jenis tanaman obat dilakukan dengan
yang berkaitan dengan infeksi mikro- metode difusi cakram dan penentuan nilai
organisme seperti luka, panas dalam, konsentrasi hambat minimum (KHM)
dihitung menggunakan metode sumur
demam, gusi bengkak, penyakit kulit,
dengan bakteri uji Echerichia coli dan
kudis dan lain-lain.2 Staphylococcus aureus.
Umumnya masyarakat dan pengobat
menetapkan sendiri cara meramu tanaman Alat dan bahan
obatmisalnya dengan dikunyah halus, Alat yang digunakan dalam penelitian
dirajang lalu direbus sampai mendidih, ini: grinder, rotary evaporator, neraca
ditumbuk halus kemudian direndam analitik, hot plate, otoklaf, inkubator,
dengan air dingin semalam, begitu pula laminar air flow, shaker.
dalam penggunaan dosis dengan memakai Bahan yang digunakan terdiri dari
ukuran yang kurang standar misalnya sepuluh jenis tanaman obat yaitu herba
segenggaman orang dewasa, seibu jari, rumput kuda (Panicum maximum Jacq),
sejumput, dan sebagainya.Penggunaan daun rumput semat (Pennisetum
tanaman obat yang tidak sesuai dengan purpureum Schaum), daun ati-ati (Coleus
ketentuan dapat menyebabkan bahan obat scutellarioides Linn. Bent), daun peladang
tidak bekerja efektif.3,4Penggunaan (Lantana camara L), daun seduduk
antibiotika yang tidak rasional bisa (Melastoma malabathricum L), daun
membuat mikroba patogen menjadi ganda rusa hitam (Justicia gendarrusa
resisten.5Akibatadanya mikroba yang Burm. F), akar cape(Blumea balsamifera
resisten dapat menjadi penyebab utama L), daun semprawang (Dillenia alata
kegagalan pengobatan penyakit infeksi.6 Banks Ex DC),daun bunga katarak

128
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak .... (Muharni, dkk)

(Isotoma longiflora Presi), dan akar pedare diinkubasi selama 24 jam pada temperatur
(Dimocarpus malayensis). Bahan uji 37°C sampai terjadi pertanaman.12
antibakteri terdiri dari aquades, Nutrien
Agar (NA), Nutrien Broth (NB), bakteri E. Persiapan suspensi biakan bakteri
coli ATCC 25922, dan S. aureus ATCC Biakan E.coli dalam media agar miring
25923, tetrasiklin standar, etanol absolut diambil secara aseptik sebanyak satu ose,
(Merck), metanol p.a (Merck)dan kertas kemudian dimasukkan dalam 12 mL media
cakram. NB dan shaker hingga homogen. JumLah
sel E. coli yang ada di dalam suspensi
Prosedur kerja diukur hingga mencapai 105- 108 sel/mL
Persiapan sampel menggunakan hemositometer. Pembuatan
Sepuluh tanaman obat diambil dari tiga suspensi biakan S. aureus dilakukan
desa di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu dengan cara yang sama seperti E. Coli.13,14
Desa Ngulak 1 Kecamatan Sanga Desa,
Desa Bailangu Kecamatan Sekayu dan Uji aktivitas antibakteri
DesaDanau Cala Kecamatan Lais. Sampel Uji aktivitas antibakteri dilakukan
daun dan herba berupa sampel basah, dengan metode difusi agar menggunakan
sampel dicuci kemudian dirajang dengan kertas cakram (paper disc) berdiameter 6
ukuran lebih kecil,sedangkan sampel mmdengan bakteri uji (Echerichia coli,
bentuk akar digunakan dalam bentuk Shigella dysenteriae, Staphylococcus
kering, sampel dicuci, dirajang kemudian aureus, dan Bacillus subtilis). Uji aktivitas
dikeringkan pada oven suhu 60° C. Setelah antibakteri dilakukan dengan tiga kali
kering, sampel digiling dengan pengulangan. Paper disc dicelupkan ke
menggunakan grinder hingga diperoleh dalam sampel dengan konsentrasi 1000,
serbuk kering, ukuran mesh 100. 500, 250, dan125 μg/mL, kemudian
diletakkan di atas media NA yang telah
Ekstraksi sampel diinokulasikan dengan bakteri uji. Inkubasi
Tiapsampel ditimbang sebanyak 250 g, dilakukan pada suhu 37oC selama 2 x 24
diekstraksi secara maserasi menggunakan jam. Pengamatan dilakukan terhadap
etanol absolut dengan perbandingan terbentuknya zona hambat di sekitar paper
sampel dan pelarut 1:4. Maserasi dilakukan disc.15,16
selama 3 x 24 jam dengan tiga kali
pengulangan. Setiap pengulangan Uji kesetaraan aktivitas ekstrak dengan
dilakukan penyaringan untuk memisahkan antibiotik tetrasiklin
ekstrak etanol dari residunya. Ekstrak Uji kesetaraan ekstrak dengan
etanol hasil maserasi masing-masing antibiotik tetrasiklin dilakukan dengan
sampel dipekatkan menggunakan rotary menghitung data diameter hambatan ke
evaporator. Ekstrak pekat yang diperoleh dalam kurva standar melalui persamaan
dikering anginkan pada suhu ruangan regresi linear antara diameter hambatan
sampai diperoleh ekstrak kering untuk dengan konsentrasi. Konsentrasi tetrasiklin
dilakukan uji aktivitas antibakteri.11 yang digunakan adalah 200; 100; 50; 25;
dan 12,5 μg/mL.17
Peremajaan bakteri uji
Bakteri E.coli dan S.aureus, HASIL DAN PEMBAHASAN
diinokulasikan ke medium agar miring
Uji aktivitas antibakteri
dengan cara mengambil sebanyak satu
Adanya aktivitas antibakteri ditunjuk-
mata jarum ose secara aseptis lalu
kan dengan terbentuknya zona hambat
diinokulasikan dengan menggores pada
disekitar paper disc. Terbentuknya zona
medium agar miring. Selanjutnya
hambat menunjukkan adanya indikasi
aktivitas terhadap antibakteri. Hal ini

129
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2017;7(2):127-135

terlihat dari hasil uji aktivitas antibakteri delapan ekstrak mempunyai aktivitas
pada sepuluh ekstrak uji dengan variasi antibakteri, sementara dua jenis ekstrak
konsentrasi 1000, 500, 250, dan 125 lainnya tidak mempunyai aktivitas anti-
μg/mL untuk bakteri uji E.coli dan bakteri karena tidak memberikan zona
S.aureus yang ditunjukkan pada Tabel 1 hambat, dan dikategorikan tidak aktif.
dan 2. Pada Tabel 1 terlihat hanya enam Berdasarkan diameter zona hambat,
jenis tanaman yang memiliki aktivitas pada konsentrasi 1000 μg/mL terdapat
antibakteri terhadap bakteri E.coli sampai empat ekstrak yaitu Coleus scutellarioides,
konsentrasi 1000 μg/mL. Sifat aktivitas Blumea balsamifera, Dillenia alata dan
antibakteri ditentukan berdasarkan Dimocarpus malayensis memberikan nilai
diameter zona hambat. Suatu antibakteri/ diameter zona hambat sebesar 11-20 mm,
antibiotik dikatakan mempunyai aktivitas masuk dalam kategori aktif terhadap
terhadap bakteri jika mempunyai kekuatan bakteri S.aureus.18 Sementara empat
sebagai berikut: bila memberikan nilai ekstrak tanaman lainnya yaitu Pennisetum
zona hambat dengan ukuran 6-10 mm purpureum, Lantana camara, Justicia
dikategorikan lemah, 11-20 mm gendarrusa, dan Isotoma longiflora
dikategorikan aktif, dan 21-30 mm atau memberikan diameter zona hambat <11
lebih dikategorikan sangat aktif.18 mm dengan aktivitas antibakteri yang
Berdasarkan kategori tersebut, pada Tabel lemah.18 Adanya perbedaan sifat daya
1 ditemukan diameter zona hambat yang hambat ekstrak masing-masing tanaman
cenderung semakin meningkat dengan terhadap kedua bakteri uji ini disebabkan
semakin tingginya konsentrasi senyawa oleh perbedaan kepekaan dari masing-
uji. Enam jenis tanaman mempunyai masing bakteri terhadap zatantimikroba
aktivitas terhadap bakteri E. coli, tiga karena mempunyai struktur dan komposisi
bersifat aktif diantaranya yaitu Coleus sel yang berbeda.19
scutellarioides, Lantana camara, dan S.aureus merupakan bakteri gram
Blumea balsamifera, dimana pada positif yang memiliki peptidoglikan pada
konsentrasi 1000 μg/mL memberikan dinding sel lebih tebal sehingga
diameter zona hambat berturut-turut membentuk suatu struktur yang kaku.20
13,0±2,00; 11,5±1,00; dan 14,8±0,75 mm. Struktur dinding sel bakteri S.
Sementara tiga ekstrak lainnya yaitu aureusrelatif lebih sederhana sehingga
Pennisetum purpureum, Dillenia alata, memudahkan senyawa anti- bakteri masuk
dan Dimocarpus malayensis menunjukkan ke dalam sel dan menemukan sasaran
aktivitas antibakteri yang lemah.18 untuk bekerja.
Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S. aureus pada Tabel 2, ditemukan

Tabel 1. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.coli


Nama Daerah Nama Latin Bagian yang Konsentrasi (μg/mL)
diuji 1000 500 250 125
Diameter Zona Hambat (mm)
Rumput kuda Panicum maximum Herba 0,0 0,0 0,0 0,0
Rumput semat Pennisetum purpureum Daun 8,0±2,00 0,0 0,0 0,0
Ati-ati Coleus scutellarioides Daun 13,0±2,00 9,0 ±0,75 8,3±0,50 7,0±2,00
Peladang Lantana camara Daun 11,5±1,00 10,8±0,50 8,3±0,75 0,0
Seduduk Melastomamalabathricum Daun 0,0 0,0 0,0 0,0
GandaRusaHitam Justiciagendarrusa Daun 0,0 0,0 0,0 0,0
Cape Blumeabalsamifera Akar 14,8±0,75 11,3 ±1,00 9,8±0,75 9,5±1,00
Semprawang Dilleniaalata Daun 9,0±6,00 8,5±2,00 8,0±2,00 7,3±0,75
Bungakatarak Isotomalongiflora Daun 0,0 0,0 0,0 0,0
Pedare Dimocarpus malayensis Akar 10±2,00 9,0±0,50 8,0±0,75 8,5±1,00

130
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak .... (Muharni, dkk)

Tabel 2. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus


Nama Daerah Nama Latin Bagian Konsentrasi (μg/mL)
yang diuji 1000 500 250 125

Diameter Zona Hambat (mm)


Rumput kuda Panicum maximum Herba 0,0 0,0 0,0 0,0
Rumput semat Pennisetum purpureum Daun 10,5±1,00 9,5±2,00 8,3±1,00 8,0±0,75
Ati-ati Coleus scutellarioides Daun 14,8±0,75 9,0±1,00 8,0±1,00 7,0±1,00
Peladang Lantana camara Daun 9,0 ±0,0 9,0±1,00 8,5±0,50 8,3±2,00
Seduduk Melastomamalabathricum Daun 0,0 0,0 0,0 0,0
GandaRusaHitam Justicia gendarrusa Daun 10,3±2,75 9,5±1,00 9,0±1,00 8,3±0,500
Cape Blumeabalsamifera Akar 12,0 ±0,0 8,5±1,00 8,0±0,00 8,0±1,00
Semprawang Dillenia alata Daun 12±2,00 9,0±1,00 8,8±2,00 8,3±1,00
Bungakatarak Isotoma longiflora Daun 9,3±0,75 8,0±1,00 8,0±0,50 7,0±0,50
Pedare Dimocarpus malayensis Akar 15,8±0,75 9,0±1,00 8,0±0,75 7,0±1,00

Adapun bakteri E. coli merupakan bakteri Penentuan nilai konsentrasi hambat


gram negatif. Kelompok bakteri gram minimum (KHM)
negatif mempunyai sifat kurang rentan Uji KHM merupakan salah satu uji
terhadap beberapa antibiotik. Hal ini yang digunakan untuk mengetahui daya
dikarenakan struktur dinding sel bakteri hambat minimum suatu zat bioaktif dalam
gram negatif relatif lebih kompleks dan menghambat pertanaman suatu jenis
berlapis tiga dimana lapisan luar berupa bakteri uji. Konsentrasi hambat minimum
lipoprotein, lapisan tengah berupa dari zat bioaktif terhadap mikroba
lipopolisakarida, dan lapisan dalam berupa digunakan untuk mengetahui sensitivitas
peptidoglikan.21 dari mikroba terhadap zat bioaktif. Nilai
Perbedaan aktivitas hambatan bakteri KHM berlawanan dengan sensitivitas
masing-masing ekstrak juga dipengaruhi mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai
oleh komposisi senyawa aktif yang KHM dari sebuah zat aktif maka
terdapat dalam ekstrak tersebut.19 sensitivitas bakteri akan semakin besar.
Senyawa flavonoid mampu merusak Dalam penelitian ini, ekstrak yang
dinding sel sehingga menyebabkan menunjukkan aktivitas atau memberikan
kematian sel, dimana flavonoid zona hambat sampai konsentrasi 250
mempunyai aktivitas antibakteri dengan μg/mL ditentukan nilai KHM nya
cara mengganggu fungsi metabolisme menggunakan metode sumur pada
mikroorganisme dengan merusak dinding konsentrasi 10 kali pengenceran yaitu 250;
sel dan mendenaturasi protease sel 125; 62,5; 31,2; 15,6; 7,8; 3,9, 1,95; dan
mikroorganisme.19,22 Selain flavonoid, 0,98; 0,49 μg/mL seperti ditunjukkan pada
kandungan senyawa lain seperti senyawa Tabel 3. Pengamatan dilakukan
tanin juga dapat merusak membran sel. berdasarkan kekeruhan. Konsentrasi
Senyawa tanin dapat merusak terkecil yang menunjukkan bening
pembentukan konidia bakteri. Disamping dinyatakan sebagai nilai KHM. Dari
itutingginya kerapatan sel bakteri pengujian yang dilakukan terhadap E.coli,
kemungkinan juga mempengaruhi kerja zat Plectrantus amboinicus memberikan nilai
aktif antibakteri yang terkandung dalam KHM 250 μg/mL, sedangkan empat
masing-masing ekstrak.23 sampel uji lainnya yaitu Coleus
scutellarioides, Blumea balsamifera,
Dillenia alata dan Dimocarpus malayensis
memberikan nilai KHM yang sama pada
konsentrasi 125 μg/mL. Untuk bakteri uji

131
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2017;7(2):127-135

S.aureus semua sampel uji memberikan 30S ribosom.24Uji kesetaraan ekstrak


nilai KHM yang sama pada konsentrasi dengan antibiotik tetrasiklin dilakukan
125 μg/mL. Pada Tabel 3 juga terlihat dua dengan memasukkan data diameter
ekstrak Coleus scutellarioides dan Blumea hambatan kedalam kurva standar
balsamifera mempunyai aktifitas terhadap tetrasiklin melalui persamaan regresi linear
terhadap bakteri E.coli dan S.aureus. antara diameter hambatan dengan
konsentrasi tetrasiklin 200; 100; 50; 25;
Uji kesetaraan isolat dengan antibiotik dan 12,5 μg/mL (Tabel 4). Tiap kurva
tetrasiklin standar ditentukan persamaan regresi
Pada penelitian ini digunakan linearnya. Berdasarkan persamaan linear
tetrasiklin sebagai standar antibiotik karena didapatkan nilai kesetaraan dengan
tetrasiklin termasuk antibiotik dengan tetrasiklin. Uji kesetaraan dilakukan untuk
spektrum luas yang dapat menginhibisi ekstrak yang memberikan diameter zona
hampir semua bakterigramnegatif maupun hambat11-20 mm pada konsentrasi
grampositif. Disamping itu tetrasiklin 1µg/mL. Berdasarkan data pada Tabel 4,
merupakan antibiotik yang umum diperoleh persamaan regresi linear
digunakan dalam pengobatan. Cara kerja tetrasiklin standar untuk bakteri E.coli :y
tetrasiklin adalah menghambat atau =2,2742x+14,938 dan untuk bakteri
menginhibisi sintesis protein pada bakteri S.aureus y = 2,0583x+9,4708.
dengan cara mengganggu fungsi subunit
Tabel 3. Nilai KHM untuk kedua bakteri uji
Nama Tanaman Bagian yang diuji Nilai KHM bakteri uji(µg/ml)
E.coli S. aureus

Panicum maximum Herba _ _


Pennisetumpurpureum Daun 125 125
Coleus scutellarioides Daun 250 _
Lantana camara Daun _ _
Melastomamalabathricum Daun _ _
Justiciagendarrusa Daun _ _
Blumeabalsamifera Akar 125 125
Dilleniaalata Daun _ 125
Isotomalongiflora Daun _ _
Dimocarpusmalayensis Akar _ 125

Tabel 4. Uji aktivitas antibakteristandar tetrasiklin sebagai kontrol positif terhadap


bakteri uji E. coli danS. aureus.
Rata- rata diameter zona hambat (mm)
Konsentrasi
Sampel Uji
(µg/mL) E. coli S. aureus
12,5 13,8±2,17 9,33±0,67

25 15,3±2,67 10±0,5
Tetrasiklin 50 17,3±0,67 11±2,0

100 17,7±0,17 11,5±0,17

200 19±2,0 13,5±0,50

132
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak .... (Muharni, dkk)

Berdasarkan uji aktivitas antibakteri, regresi dari kurva standar tetrasiklin yang
hanya ada tiga jenis ekstrak yang dibuat untuk bakteri E.coli (memberikan
memberikan nilai zona bening 11-20 mm nilai negatif). Berdasarkan data ini dapat
dan dikategorikan aktif antibakteri disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri
terhadap E. coli. Data pada Tabel 5 untuk ketiga sampel ini jauh lebih lemah
menunjukkan ketiga sampel uji mem- dari tetrasiklin. Perbedaan diameter zona
punyai diameter yang lebih kecil (tidak hambat antara ekstrak dengan standar
terukur) dibandingkan dengan diameter tetrasiklin yang digunakan kemungkinan
zona bening yang diberikan oleh tetrasiklin dikarenakan ekstrak masih merupakan
pada konsentrasi 12,5 µg/mL, karena ekstrak kasar yang memiliki banyak
diameter yang terukur pada 1000 µg/mL senyawa lain sehingga memengaruhi
nya lebih kecil dari nilai intercept (nilai kemampuannya dalam menghambat
b) dari persamaan regresi tetrasiklin pertumbuhan bakteri.
sehingga tidak masuk dalam persamaan

Tabel 5. Uji kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak dengan standar tetrasiklin


terhadap bakteri E.coli
Jenis Sampel Bagian Diameter Kesetaraan dengan
yang diuji zona hambat tetrasiklin (µg/mL)
Coleus scutellarioides Daun 13,0±2,00 Tidak terukur
Lantana camara Daun 11,5±1,00 Tidak terukur
Blumeabalsamifera Akar 14,8±0,75 Tidak Terukur

Tabel 6. Uji kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak dengan standar tetrasiklin


terhadap bakteri S. aureus
JenisSampel Bagian yang Diameter zona Kesetaraan dengan
diuji hambat tetrasiklin (µg/mL)
Coleus scutellarioides Daun 14,8±0,75 0,2509
Blumeabalsamifera Akar 12,0 ±0,0 0,1228
Dilleniaalata Daun 12±2,00 0,1228
Dimocarpusmalayensis Akar 15,8±0,75 0,2509

Pada Tabel 6 terlihatdari empat ekstrak KESIMPULAN


yang diuji semua memberikan nilai Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
kesetaraan yang terukur terhadap disimpulkan dari sepuluh ekstrak etanol
tetrasiklin, sementara itu untuk S.aureus tanaman obat yang digunakan oleh suku
ketiga ekstrak uji tidak terukur. Uji
Musi hanya dua ekstrak etanol Coleus
kesetaraan bila memberikan nilai scutellarioides Linn. Bent dan Blumea
kesetaraan dengan tetrasiklin semakin balsamifera L. yang mempunyai aktivitas
besar maka dinyatakan aktivitas semakin antibakteri terhadap bakteri E.coli dan
kuat. Nilai kesetaraan tertinggi ditunjukkan S.aureus. Sementara satu ekstrak Lantana
oleh ekstrak Coleus scutellarioides dan camara hanya aktif terhadap E.coli dan
Dimocarpus malayensis dengan nilai yang dua ekstrak lainnya Dillenia alata Banks
sama yaitu 0,2509 µg/mL. Nilai ini Ex DC dan Dimocarpus malayensis hanya
menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak pada
aktif terhadap S.aureus.
konsentrasi 1 µg/mL setara dengan
konsentrasi tetrasiklin 0,2509 µg/mL.

133
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2017;7(2):127-135

UCAPAN TERIMAKASIH 8. Rahman MM, Habib MR, Hasan SMR,


Sayeed MA, Rana MS. Antibacterial,
Ucapan terima kasih disampaikan cytotoxic and antioxidant potential of
kepada Kementerian Kesehatan yang telah methanolic extract of Phyllanthus acidus
memberikan dana melalui DIPA Balai L. International Journal of Drug
Besar Penelitian dan pengembangan Development and Research 2011; 3:154–
Tanaman Obat dan Obat Tradisional tahun 61.
2016 dan Lembaga Penelitian dan 9. Raja R, Sreenivasulu M. Medicinal plants
Pengabdian pada Masyarakat Universitas secondary metabolites used in
Sriwijaya yang telah menfasilitasi pharmaceutical importance an overview.
penelitian ini. World Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. 2015;4(04):436.
10. Panthong K, Pongcharoen W,
DAFTAR PUSTAKA Phongpaichit W, Taylor WC.
1. Muktiningsih SR, Muhammad HS, Tetraoxygenated xanthones from the fruit
Harsana IW, Budhi M, Panjaitan P. of Garcinia cowa. Phtyochemistry. 2006.
Review tanaman obat yang digunakan 67: 999-1043
oleh pengobat tradisional di Sumatera 11. Muharni, Fitrya, Ruliza MO, Susanti DA,
Utara, Sumatera Selatan, Bali dan Elfita. Di-2-ethylhexyl phtalate and
Sulawesi Selatan. Jakarta: Media pyranon derivated from endophytic fungi
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; penicillium sp kunyit putih (Curcuma
2001;11(4):25-36 zeodaria). Indonesian Journal Chemistry.
2. Yustian , Arbi M, Zulaicha, Muharni, Sri 2014;14(3):290-6.
K. Riset khusus eksplorasi pengetahuan 12. Chandra, Vinay D, Abhimanyu KJ,
lokal etnomedisin dan tanaman obat di Kumar S. Detection of antimicrobial
Indonesia berbasis komunitas wilayah activity of Oscimum sanctum(Tulsi) and
Musi II. Universitas Sriwijaya; 2012 Trigonella foenum graecum(Methi)
3. Malik A, Ahmad AR. Antidiarrheal against some selected bacterial and
activity of etanolic extract of bay leaves fungsal Strains. Research Journal of
(Syzygium Polyanthum [Wight.] Walp.). Pharmaceutical, Biological and Chemical
International Research Journal Pharmacy. Sciences. 2011;2(4):809.
2016;4:106–8. 13. Valgas C, Souza SM, Smânia EFA,
4. Priya ER, Ravichandran S, Jawaharlal P. Smânia A. Screening methods to
Antimicrobial and antioxidant proteins determine antibacterial activity of natural
from the crab, Liagore rubromaculata (de products. Brazilian Journal of Micro-
haan, 1835). World Journal Pharmacy and biology. 2007;38:369-80.
Pharmaceutical Science. 2014 Jul 15;3 14. Rai J, Randhawa GK, Kaur M. Recent
(10):533-41. advances in antibacterial drugs. Inter-
5. Refdanita R, Maksum A, Nurgani, national Journal of Applied and Basic
Endang P. Pola kepekaan kuman terhadap Medical Research. 2013;3(1):1-8.
antibiotik di ruang rawat intensif rumah 15. Banjara RA, Jadhav SK, Bhoite
sakit Fatmawati Jakarta. Makara SA.Antibacterial activity of di-2-
Kesehatan. 2004;8(2):41-8. ethylaniline phosphate screened by paper
6. Ibrahim TA,Opawale BO, OyinloyeJMA. disc diffusion method. Journal of Applied
Antibacterial activity of herbal extracts Pharmaceutical Science. 2012:02(7):230-
against multi drug resistent strains of 3.
bacteria from clinical original. Life 16. Sasitorn C, Nattawan C, Wanvalit T,
Sciences Leaflets. 2011;15:490-98. Surasak L, Supayang P, Piyawan V.
7. Jagajothi A, Manimekalai A, Evanjelene Invitro antibacterial activity of ethanol
VK, Nirmala A, Vasanthi P. Anti- extracts of nine herbal formulas and its
microbial activity and phytochemical plant components used for skin infections
analysis of Phyllanthus acidus. Journal of in Southern Thailand. Full Length
Today’s Biological Sciences: Research Research Paper. 2011.
and Review. 2013; 2(2): 55-62 17. Katrin D, Nora I, Berlian S. Uji aktivitas
antibakteri dari ekstrak daun malek

134
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak .... (Muharni, dkk)

(Litsea graciae Vidal) terhadap bakteri 22. Pelczar MJ, Chan ECS. Dasar-Dasar
Stapylococcus aereusdan Escherichia Mikrobiologi 2 . Hadioetomo RS, Imas T,
coli. Jurnal JKK. 2015;4(1):7-12. Tjitrosomo SS, Angka SL. Penerjemah.
18. Muharni, Elfita, Emil P. Aktivitas Jakarta: UI Press. Terjemahan dari:
antibakteri santon dari ekstrak etil asetat Elements of Microbiology; 2005.
kulit batang Garcinia picrorrhiza Miq. 23. Heinrich M, Barnes J, Gibbons S,
[Skripsi]. Kab. Ogan Ilir: Universitas Williamson EM. Farmakognosi dan
Sriwijaya; 2016. fitoterapi. Jakarta: Penerbit Buku
19. Priya V, Mallika J, Surapaneni KM, Kedokteran EGC; 2010.
Saraswathi P, Chandra SG. Antimicrobial 24. Cowan, M. Plants products as
activity of pericarp extract of Garcinia antimicrobial agents. Clinical Micro-
mangostana Linn. International Journal of biology Reviews. 1999 Oct;12(4):564-
Pharma Sciences and Research. 2010;1(8) 582.
:278-281. 25. Madigan MT, Martinko JM. Brock
20. Pelczar MJ, ECS Chan. Dasar-dasar biology of microorganism. Eleventh
mikrobiologi. Jakarta: Universitas Edition. New Jersey: Pearson Prentice
Indonesia; 2006 Hall; 2006.
21. Jawetz E, JL Melnick dan E Adelberg.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran; 2008.

135

Anda mungkin juga menyukai