Anda di halaman 1dari 6

Nama : Noor Lisya Agusti

NIM : 2143700138

Diabetes Mellius
Etiologi
1. DM Tipe 1 merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang
dari 5-10% dari keseluruhn populasi penderita diabetes. Gangguan produksi insulin pada
DM 1 ini umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel beta pankreas, kerusakan ini berakibat
pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. DM tipe 1 banyak dianggap
sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan
destruksi sel langerhans. 85% pasien ditemukan antibody sirkulasi yang menyerang
glutamic-acid-decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas. Kelainan autoimun diduga ada
kaitannya dengan infeksius/lingkungan, dimana sistem imun pada orang dengan
kecenderungan genetic tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang menyerupai
protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Selain akibat
autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik, yang mana tidak
ditemukannya antibody sel beta atau aktivitas HLA (Human Leukocyte Antigen) dan
biasanya sering terjadi akibat keturunan.
2. DM Tipe 2 terjadi karena resistensi inslusin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak
dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh.
Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relative pada DM tipe 2 dan sangat mungkin
terjadi, sampai predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi
peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transport glukosa di otot,
peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan lipolisis. Faktor genetik dan lingkungan
cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi
lemak dan rendah serat, serta kurangnya aktivitas fisik.
3. Diabetes Melitus tipe lain sangat bervariasi, dapat terjadi oleh defek genetic fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat
kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang berikatan dengan DM.
4. Diabetes Kehamilan/gestasional adalah intoleransi glukosa yang timbul selama masa
kehamilan. Dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer, dan umumnya
terdeteksi pada atau setelah trimester kedua.

Patofisiologi Diabetes Melitus


Diabetes mellitus yang merupakan penyakit dengan gangguan padad metabolisme
karbohidrat, protesin dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja secara optimal, jumlah insulin
yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi
karena 3 hal yaitu yang pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas, karena pengaruh
dari luar seperti zat kimia pada obat, karena virus dan bakteri. Peyebab kedua adalah penurunan
resepor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di
jaringan perifer. Insulin yang disekresi oleh beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa darah dalam tubuh. Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga
berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi.
Gangguan respon metabolic terhadap kerja insulin disebut resistensi insulin. Leadaan ini
disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin
yang banyak daari biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal.
Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian
glukosa di jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun.
Penurunan sensitivitas tersebut menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukoa dalam
darah meningkat. Kadar glukosa darah yang tinggi berakaibat pada proses filtrasi yang melebihi
transport maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke dalam urin
(glukosuria) sehingga terjadi dieresis osmotic yang ditandai dengan pengeluaran urin yang
berlebihan (poliuria). Dapat menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia) dan menimbulkan rasa
lapar (polifagia). Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak kompensasi
terhadap kebutuhan energi tersebut.

Penatalaksanaan Pengobatan Diabetes Melitus


A. Terapi Non Farmakologi
● Pengaturan diet atau pola makan
Jumlah kalori disesuiakan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan
kegiatan fisik, yang pada daarnya ditunjukkan untuk mencapai berat badan ideal.
Penurunan berat dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel
beta terhadap stumulus glukosa.
● Olahraga
Berolahraga dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Jenis
olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval,
Progressive, Endurance Training). Contohnya berjalan kaki atau lari pagi.

B. Terapi Farmakologi
Terapi ini diberikan bersama dengan menerapkan gaya hidup sehat.
1. Obat Antihiperglikemia Oral
a. Pemicu sekresi insulin (Insulin Secrretagogue)
● Sulfonilurea obat ini mempunyai efek menngkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas, dan memiliki efek samping utama yaitu hipoglikemia dan peningkatan
berat badan. Dapat beresiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan fungsi
hati dan ginjal.
● Glinid merupakan obat yang mirip dengan sulfonilurea, namun berbeda lokasi
reseptor dengan hasil akhir berupa penekanan pada peningkatan seksresi insulin
fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivate
asam benzoate) dan Neteglanid (derivate fenilalanin). Obat ini diasborbsi dengan
cepat dan disekresi melalui hati. Efek samping yang timbul ialah hipoglikemia.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin
● Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DM tipe 2.
Dosis metformin diturukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (LFG 30-
60 ml/menit/1,73 m2), adanya gangguan hati berat, serta pasoem dengan
kecenderungan hipoksemia (PPOK, gagal jantung NYHA fungsional class III-
IV, renjatan). Efek samping yang terjadi dyspepsia, diare, dan gangguan
pencernaan lainnya.
● Tiazolidinedion (TZD) golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. TZD meningkatkan retensi
cairan tubuh hingga di kontraindikasikan pada pasien gagal jantung (NYHA
fungsional class III-IV) karena dapat memperberat edema/retensi cairan. Obat
yang masuk dalam golongan ini adalah pioglitazone.
c. Penghambat Alfa Glukosidase
Obat ini menghambat kerja enzim alfa glukosidase di saluran pencernaan sehingga
menghambat absorbsi glukosa dalam usus halus. Efek samping terjadi berupa
bloating (penumpukan gas dalam usus). Contoh obat golongan ini adalah acarbose.
d. Penghambat enzim Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4 Inhibitor)
Obat yang termasuk golongan ini adalah vildagliptin, linagliptin, sitagliptin,
saxaglipin dan alogliptin.
e. Penghambat Enzim Sodium Glucose co-Transporter 2 (SLGT-2 inhibitor)
Obat ini menghambat reabsorpsi glukosa di tubulus proksimal dan meningkatkan
eksreksi glukosa melalui urin. Efek sampingnya berupa infeksi saluran kencing dam
genital.

2. Obat Antihiperglikemia Suntik


Termasuk anti hiperglikemia suntik yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin
dan agonis GLP-1

Pengglongan Sediaan Insulin


Untuk terapi, ada beberapa jenis sediaan insulin yang tersedia yang terutama berbeda
dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration) sediaan insulin untuk terapi
dapat digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu.
● Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin regular
● Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
● Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
● Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

Beberapa sediaan insulin yang beredar di Indonesia


Nama sediaan Golongan Mulai Puncak Masa sediaan
kerja jam kerja
(jam)

Actrapid HM Masa kerja singkat 0,5 1-3 8 40 UI/ml

Actrapid HM Penfill Masa kerja singkat 0,5 2-4 6-8 100 UI/ml

Insulatard HM Masa kerja sedang, mulai 0,5 4-12 24 40 UI/ml


kerja cepat

Insulatard HM Penifill Masa kerja sedang, mulai 0,5 4-12 24 100 UI/ml
kerja cepat

Monotard HM Masa kerja sedang, mulai 2.5 7-15 24 40 UI/ml dan 100
kerja cepat UI/ml

Protamin Zinc Sulfat Kerja lama 4-6 14-20 24-36

Humulin 20/80 Sediaan campuran 0,5 1,5-8 14-16 40 UI/ml

Humulin 30/70 Sediaan campuran 0,5 1-8 14-15 100 UI/ml

Humulin 40/60 Sediaan campuran 0,5 1-8 14-15 40 UI/ml

Mixtard 30/70 Penfill Sediaan campuran 100 UI/ml

DISLIPIDEMIA
Etiologi
● Dislipidemia Primer
adalah disilipidemia akibat kelainan genetik. Pasien disilipidemia sedang disebabkan oleh
hiperkolesterolimia poligeneik dan disilipidemia kombinasi familial.
● Disilipidemia Sekunder
adalah disilipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain misalnya hipotiroidisme, sindroma
nefrotik, DM, dan sindroma metabolik. Penggolongan penyakit primer akan memperbaiki
disilipidemia yang ada. Dalam hal ini pengobatan penyakit primer yang diutamakan. Akan
tetapi pada pasien diabetes mellitus pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan, sebab
resiko koroner pasien tersebut sangat tinggi. Pasien sama (equivalen) dengan pasien penykit
jantung koroner. Pancreatitis akut merupakan menifestasi umum hipertrigliseridemia yang
berat.

Patofisiologi
● Jalur Metabolit Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol
yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekstresi
bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun
yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid dan kolesterol dalam usus halus akan
diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak
bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak  bebas  akan
diubah  lagi menjadi  trigliserid,  sedang kolesterol  akan mengalami esterifikasi  menjadi
kolesterol  ester  dan  keduanya bersama  dengan fosfolipid dan apoloprotein akan
membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.
● Jalur Metabolisme Endogen
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein B100. Dalam sirkulasi, triglisirid di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase (LPL), adan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan
mengalamihidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL dan LDL akan
mengangkutkolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak
mengandungkolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan
steroidogenik lainnya seperti kelenjar adreal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor
untuk kolesterol– LDL. Sebagian lagi dari kolesterol – LDL akan mengalami oksidasi dan
ditangkap olehreseptor seavebger – A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam
cell).
● Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL  dilepaskan  sebagai  partikel  kecil  miskin  kolesterol  yang mengandung apoliprotein
(apo) A, C, dan E: dan disebut HDLnascent. HDL nascent berasal dari usushalus dan hati,
mempunyai bentuk gepeng dan mengandung apoliprotein A1. HDL nascent akan mendekati
makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil
kolesterol dari makrofag. HDLnesecant berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.
Agar dapat diambil oleh HDLnescent , kolesterol (kolesterol bebas) dibagian dalam dari
mikrofag harus dibawa kepermukaan membran sel mekrofag oleh suatu transporter yang
disebut adenosine  triphosphate-binding cassette  transporter-1 atau disingkat ABC-1.

Pengobatan Disilipidemia
1) Terapi Non Farmakologi
a) Aktivitas fisik yang disarankan melakukan olahraga seperti jalan cepat minimal 10
menit.
b) Terapi Nutrisi Medis disarankan untuk mengkonsumsi diet rendah kalori yang
terdiri dari buah-buahan dan sayuran (lebih dari 5 porsi/hari), biji-bijian (lebih dari 6
porsi/hari) ikakn, dan daging tanpa lemak.
c) Berhenti merokok, karena beresiko kuat terutama untuk penyakit jantung koroner,
penyakit vascular perifer dan strok.

2) Terapi Farmakologi
a) Golongan Statin sangat efektif dalam menurunkan kol-LDL dan relatif aman. Obat
ini bekerja menghambat sintesis kolesterol di hati, dengan demikian akan
menurunkan kolesterol darah. Efek samping golongan statin terjadi pada sekitar 2%
kasus, biasanya berupa nyeri muskuloskeletal, nausea, vomitus, nyeri abdominal,
konstipasi dan flatulen. Makin tinggi dosis statin makin besar kemungkinan
terjadinya efek samping.
- Simvastatin 5-40 mg
- Lovastatin 10-80 mg
- Pravastatin 10-40 mg
- Fluvastatin 20-80 mg
b) Golongan Asam Fibrat, mempunyai efek meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase,
menghambat produksi VLDL hati dan meningkatkan aktivitas reseptor LDL.
Golongan ini terutama menurunkan trigliserida dan meningkatkan kol-HDL dengan
efek terhadap kol-total dan LDL cukup. Efek samping jarang, yang tersering adalah
gangguan gastrointestinal, peningkatan transaminase, dan reaksi alergi kulit, serta
miopati. Gemfibrozil 2x600 mg/hari, fenofibrat 1x160 mg/hari
c) Golongan Asam Nikotinat, memiliki efek yang bermanfaat untuk semua kelainan
fraksi lipid. Obat ini menurunkan produksi VLDL di hepar yang berakibat turunnya
kol-LDL dan trigliserida serta meningkatnya kol-HDL. Efek sampingnya cukup
besar, antara lain flusihing, gatal di kulit, gangguan gastrointestinal, hiperglikemia,
dan hiperurisemia. Asam nikotinat lepas lambat seperti niaspan mempunyai efek
samping yang lebih rendah. Nicotinic acid (immediate release) 2 x 100 mg s.d 1,5-3
g.
d) Golongan Resin Pengikat Asam Empedu, Golongan ini mengikat asam empedu di
dalam usus, menghambat resirkulasi entero-hepatik asam empedu. Hal ini berakibat
peningkatan konversi kolesterol menjadi asam empedu di hati sehingga kandungan
kolesterol dalam sel hati menurun. Akibatnya aktivitas reseptor LDL dan sintesis
kolesterol intrahepatik meningkat. Total kolesterol dan kolesterol LDL menurun,
tetapi kolesterol HDL tetap atau naik sedikit. Pada penderita hipertrigliserida, obat
ini dapat menaikkan kadar trigliserida dan menurunkan kolesterol HDL. Obat ini
tergolong kuat dan efek samping yang ringan. Efek sampingnya adalah keluhan
gastrointestinal seperti kembung, konstipasi, sakit perut dan perburukan hemoroid.
Kolestiramin 8-16 gram/hari, colestipol 10-20 gram/hari, dan colesevelam 6,5
gram/hari.
e) Golongan Penghambat Absorbsi Kolesterol, Ezetimibe adalah obat pertama yang
dipasarkan dari golongan obat penghambat absorpsi kolesterol, secara selektif
menghambat absorpsi kolesterol dari lumen usus halus ke enterosit. Obat ini tidak
mempengaruhi absorpsi trigliserida, asam lemak, asam empedu, atau vitamin yang
larut dalam lemak. Ezetimibe 1x10 mg/hari.

Anda mungkin juga menyukai