Anda di halaman 1dari 4

Tiga Pangeran Buaya

Pagi itu, sungai yang mengalir di pinggiran hutan tersebut merayakan kehadiran tiga pangeran
buaya. Ya, lima telur permaisuri buaya hanya menatas tiga. Tapi itu sudah cukup
membahagiakan raja buaya. Malam harinya kerajaan buaya menggelar pesta untuk
menyambut ketiga pangeran buaya. Di akhir pesta sang raja memberikan nama untuk ketiga
anaknya, Croco untuk yang pertama, Croki untuk yang kedua dan Croku untuk yang terakhir.
Ketiga pangeran buaya mulai tumbuh besar dari hari ke hari. Sejak saat itu sang raja terus
melatihkan beberapa ketangkasan kepada ketiga anaknya.
“Mulai besok, kalian harus bersiap menangkap mangsa sendiri” ucap sang raja kepada etiga
pangerannya.
Pada hari pertama, sang raja menugaskan kepada anak-anaknya untuk menangkap ikan di
sungai. Tak membutuhkan waktu lama bagi ketiganya mendapatkan ikan tangkapannya.
Croko mendapatkan ikan yang paling besar daripada adik-adiknya. Namun, Croku adalah
pangeran yang mendapatkan tangkapan paling cepat.
“Lihat raja, akulah yang mendapatkan tangkapan paling besar” seloroh Croko yang mulai
menampakkan kesombongannya.
“Besar sih besar, wajar saja karena tubuhmu paling besar diantara kita” Croku besuara “Tapi
lihatlah raja, siapa yang paling cepat menangkap tangkapan hari ini” lanjut Croku tak mau
kalah dengan kakaknya.
Sedangkan Croki hanya diam saja, karena tangkapannya paling kecil dan dia paling akhir
mendapatkannya.
Pada hari kedua dan selanjutnya Croko dan Croku bergantian menunjukkan ketangkasan dan
kebuasan mereka menyelesaikan tugas dari sang raja. Menangkap kodok, biawak, sampai
hewan-hewan darat seperti anak kambing. Mereka mulai bersaing dengan ketat untuk
mengincar posisi menjadi raja selanjutnya. Sampai suatu ketika, sang raja memberikan tugas
yang cukup rumit, yaitu menangkap bangau. Jika tugas-tugas sebelumnya ketiga pangeran
buaya mendapatkan tugas menangkap dan memangsa binatang air dan darat yang sedang
mampir minum air di sungai, kali ini mereka harus lebih cerdik dan tangkas menangkap
binatang yang bisa terbang.
“Siapa yang bisa menangkap bangau paling cepat dan paling besar, maka pantaslah bagi dia
untuk melanjutkan kekuasaanku sebagai raja” sang raja buaya memberikan titahnya.
Masyarakat buaya yang mendengarkan titah tersebut menjadi sangat antusias. Mereka
berbondong-bondong keluar dari sarangnya untuk menyaksikan siapa diantara ketiga
pangeran tersebut yang akan melanjutkan kekuasaan dan menjadi raja mereka kelak.
“Tentu pangeran Croko akan menjadi raja, dia paling tua dan sepertinya paling kuat” bisik
salah satu buaya kepada temannya.
“Aaah jangan salah, Croku itu paling gesit dan cerdik, dia pasti yang akan keluar sebagai
pemenang dan sekaligus menjadi raja kita kelak” sahut buaya gendut yang ada di sampingnya.
Masyarakat buaya di sungai tersebut seperti terbelah menjadi dua kubu, satu kubu
menjagokan Croko dan dan kubu lainnya menjagokan Croku. Tidak ada yang menjagokan
Croki.
Pagi sekali, ketiga pangeran buaya sudah bersiap menangkap mangsanya. Lama sekali mereka
menunggu kawanan bangau datang. Pagi berganti siang kawanan bangau belum juga terlihat.
Sampai sore hari terlihat bayang-bayang mereka di air sungai. Sepertinya mereka kehausan
setelah seharian bekerja. Satu, dua, tiga dan puluhan bangau mulai berjajar di pinggir sungai.
Kebanyakan dari mereka minum air, beberapa diantaranya membasahi badan mereka dengan
air, beberapa diantaranya ada yang menggunakan waktunya untuk mencari ikan-ikan kecil di
pinggir sungai.
Saat kawanan bangau lengah, ketiga pangeran buaya langsung memanfaatkan waktu untuk
menyergap bangau-bangau tersebut.
Hap…hap…hap!! Suara mulut ketiga pangeran buaya membuka dan menutup mulut mereka
menangkap mangsanya.
Tanpa diduga tanpa dinyana, hanya mulut pangeran Kroki yang mendapatkan mangsa pada
sergapan pertama. Kroko dan Kroku yang dijagokan banyak buaya malah gagal mendapatkan
mangsa pada sergapan pertama. Namun mereka terus berusaha mengejar kawanan bangau
lain.
“Tolong aku buaya kecil, jangan mangsa aku, kasihani aku” ucap bangau yang kakinya telah
masuk dalam mulut Kroki.
Kroki tidak menggubrisnya, dia terus berusaha menyeret bangau tersebut. “Ini kesempatanku
untuk menjadi raja, dan menunjukkan aku lebih hebat dari kedua saudaraku” dalam hati Kroki
memantapkan niatnya.
“Kelima anakku menunggu di sarang, jika aku kau mangsa, maka matilah juga mereka” sambil
meneteskan air mata bangau mencoba meyainkan Kroki.
Melihat air mata tersebut, Kroki berubah pikiran. Terlintas dalam bayangannya, dia kasihan
melihat ada lima anak bangau yang akan mati kelaparan karena menunggu induknya.
Perlahan dia membuka mulut dan membiarkan bangau terbang melepaskan diri.
“Aku berjanji, suatu saat aku pasti akan menolongmu saat kamu dalam bahaya. Namaku
Herona….” Sambil terbang, bangau mengucapkan janji tersebut.
Sementara kedua saudaranya telah mendapatkan mangsanya masing-masing di hadapan
sang raja. Masyarakat buaya bersorak melihat persaingan tersebut.
“Huuu…” gemuruh suara buaya menyoraki Kroki yang kembali tanpa membawa mangsa.
“Kamu memang lemah Kroki, tak pantas kamu menjadi raja” dengan geram sang raja
mengucapkan kalimat tersebut kepada Kroki. Kedua saudaranya juga mengejek Kroki.
Meskipun hampir semua buaya mengejeknya, Kroki tetap tersenyum. Dalam hati Kroki bilang
”Kamu baik Kroki, kamu telah menyelamatkan enam nyawa burung bangau”

***
Musim panas tiba, air di sungai semakin menyusut. Kemarau kali ini begitu panjang, sehingga
air yang tersisa sebentar lagi tidak akan mampu menampung masyarakat buaya. Saking
sedikitnya air, setiap hari ada saja buaya yang bertengkar memperebutkan tempat. Keadaan
semakin hari semakin kacau. Karena bukan hanya kehabisan air, penduduk hutan juga tidak
ada lagi yang mampir ke sungai. Mereka telah mengungsi, mencari tempat lain yang masih
tersedia rerumputan dan buah-buahan. Itu artinya sumber makanan buaya juga tidak ada.
Akhirnya raja buaya memutuskan untuk memerintahkan masyarakat buaya pindah mencari
sungai baru. Meskipun buaya terkenal mampu bertahan tanpa air dalam waktu lama, namun
sang raja tetap saja khawatir. Masalahnya hal tersebut hanya berlaku jika buaya diam
menyimpan energi, namun jika buaya harus berjalan terus, mereka akan kehabisan energi.
Tapi sang raja tetap pada pendiriannya, mengajak semuanya mencari sungai baru. Hari demi
hari mereka berjalan menembus hutan yang telah kering. Satu persatu buaya mulai
mengeluh.
“Rajaku, aku gak kuat lagi berjalan. Sudah lama aku tidak makan dan aku juga butuh air”
terdengar teriakan dari salah satu rombongan buaya. Rupanya, yang berbicara adalah buaya
tua dan sangat ringkih.
“Kami juga sang raja..kami kehausan” sahut buaya lainnya di bagian belakang rombongan.
Keadaan mulai kacau. Banyak buaya lemas dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan. Hari
itu memang panas sekali, matahari begitu terik tepat berada di atas langit.
Ketiga pangeran juga terlihat mulai kepayahan. Kroko yang terkenal kuat saja mulai
menyerah. Sang raja makin panik. Padahal perjalanan sudah sangat jauh. Mereka juga tidak
mungkin kembali. Karena jika kembali pasti banyak diantara buaya akan mati kelaparan.
Di saat para buaya mulai prustrasi, Kroki memisahkan diri dari rombongan. Dia berniat
menenangkan dirinya agak jauh dari rombongan. Kerongkongannya terasa kering, perutnya
juga kosong. Tiba-tiba ada bayangan berkelebat di sekitarnya. Saat menengok ke atas. Dia
melihat seekor bangau besar hinggap tidak jauh dari tempatnya.
“Aku mendengar namamu Kroki. Kamu yang melepaskanku waktu itu” ucap bangau dengan
tenang.
“He…herona?” Kroki mencoba menebak nama bangau tersebut.
“Tepat. Kamu masih mengingatku. Aku ucapkan terima kasih atas kebaikan hatimu waktu itu”
sambil tersenyum bangau melanjutkan “Saat ini waktunya aku membalas budi baikmu”
Sambil mengepakkan sayap “Ayo ikuti aku, akan kutunjukkan jalan menuju sungai”
Kroki terkaget, dengan segenap tenaga dia berlari sambil mendongak ke atas melihat
petunjuk dari Herona. Tak lama kemudian, dia telah sampai di sungai. Airnya melimpah.
Hatinya sangat senang. Tak menunggu lama Kroki segera menyelam dan melahap banyak ikan
yang ada di sungai baru tersebut. Setelah cukup kenyang, dia kembali ke daratan dan berlari
menuju rombongan buaya yang tersesat.
“Hoi, ikuti aku! Akan kutunjukkan tempat baru untuk kita semua” teriak Kroki yang segera
mengejutkan seluruh buaya yang tersesat di tengah hutan.
Awalnya banyak buaya tidak menggubris ajakan Kroki.
“Biarin, dia pasti sedang melucu. Mana mungkin anak lemah seperti dia bisa menemukan
jalan menuju sungai” sanggah Kroku merendahkan.
“Lihaaat, tubuh Kroki basah, dia tidak berbohong!!” sambil menunjuk Kroki, seekor buaya
betina meyakinkan buaya lainnya.
Semuanya kaget. Mereka hampir tidak percaya, pangeran Kroki yang terkenal lemah dan
pecundang bisa menemukan sungai sendirian.
Tanpa diperinah, seluruh buaya mengikuti petunjuk Kroki. Sisa tenaga mereka masih cukup
berjalan. Meskipun beberapa buaya tua terpaksa digendong oleh buaya yang lebih muda.
Benar saja, hanya butuh waktu setengah hari, mereka sampai di sungai baru. Airnya begitu
melimpah. Seluruh buaya berteriak kegirangan. Mereka mengucapkan syukur atas petunjuk
yang diberikan Kroki. Jika tidak segera mendapatkan sungai baru, mungkin banyak diantara
mereka akan mati kelaparan dan kepanasan. Oleh karena itu, mereka mendesak sang raja
untuk menyerahkan tahta kerajaan kepada Kroki kelak saat raja hendak turun tahta.
“Angkat Kroki menjadi raja kita!!!” teriak satu buaya yang kemudian ditirukan oleh seleuruh
buaya.
Sang raja tidak dapat menyembunyikan kekagumannya kepada pangeran Kroki.
“Karena ini adalah sungai baru, maka harus ada raja baru” sang raja memulai pidatonya. “Aku
adalah raja kalian, di sungai yang dulu. Sungai ini adalah sungai yang ditemukan Kroki, maka
aku angkat Kroki menjadi raja di sungai ini” ucap sang raja buaya.
Seluruh masyarakat buaya merayakan raja baru mereka, Raja Kroki.
Sejak saat itu, masyarakat buaya hidup makmur di bawah pimpinan Raja Kroki yang baik hati.

Anda mungkin juga menyukai