Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

KUNJUNGAN PADA PABRIK GULA ASEMBAGUS


DAN KERAJINAN ANYAMAN BAMBU WIDYA
HANDICRAFT DI JAWA TIMUR

Disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah KKL


Dosen pengampu: Dra. Titik Asmawati, M.Si.

Disusun Oleh:
Zenith Arfian Amurwandhini
A210140097/ 5E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jawa Timur telah disahkan,


pada :

Hari :
Tanggal :

Menyetujui,

Dosen Pembimbing
Kuliah Kerja Lapangan

Dra. Titik Asmawati, M.Si


NIK. 153
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini tepat pada waktunya.

Laporan ini merupakan pertanggungjawaban penulis selama melaksanakan


kunjungan di Pabrik Gula Asembagus dan Kerajinan Anyaman Bambu di Jawa
Timur yang dilaksanakan pada tanggal 03 November 2016. Tujuan penyusunan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliah Kerja Nyata (KKL).

Penyusunan laporan KKL ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam


melaksanakan kunjungan di Pabrik Gula Asembagus dan Kerajinan
Anyaman Bambu di Jawa Timur.
2. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan semangat, do’a dan
nasihat.
3. Ibu Dra. Titik Asmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan dorongan dan bimbingan dalam pelaksanaan KKL.
4. Bapak Widodo selaku pendiri kerajinan anyaman bambu Widya
Handicraft yang telah menerima kedatangan kami dengan ramah.
5. Seluruh staf Pabrik Gula Asembagus Situbondo Jawa Timur.
6. Rekan-rekan jurusan Pendidikan Akuntansi angkatan tahun 2014.
7. Semua pihak yang membantu dan memberikan dukungan selama
penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan laporan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih.

Akhir kata semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, 20 November 2016


Penulis
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ....................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan Laporan ........................................................................................
D. Manfaat Laporan ......................................................................................
E. Lokasi dan Waktu ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN PADA PABRIK GULA ASEM BAGUS ...................
A. Gambaran Umum .....................................................................................
B. Jenis Produksi ..........................................................................................
C. Pemasaran ................................................................................................
D. Permasalahan ............................................................................................
E. Solusi ........................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN PADA KERAJINAN ANYAMAN BAMBU ............
A. Gambaran Umum ....................................................................................
B. Jenis Produksi .........................................................................................
C. Pemasaran ...............................................................................................
D. Permasalahan ..........................................................................................
E. Solusi .......................................................................................................
BAB IV PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan yang dilaksanakan di
luar kampus untuk menambah pengetahuan mahasiswa terkait mata kuliah
tertentu. Dalam KKL ini, mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
mengunjungi industri pabrik gula dan pusat kerajinan di Jawa Timur. Kegiatan
ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknologi yang digunakan oleh
industri Pabrik Gula Asembagus di desa Trigonco Timur, Asembagus,
Situbondo, Jawa Timur. Selain teknologi dalam industri, mahasiswa jurusan
Pendidikan Akuntansi dirasa perlu untuk mengetahui pengembangan ilmu
pengetahuan dalam kerajinan anyaman bambu yang ada di desa Gintangan,
Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur.
Dunia kerja pada saat ini sangat luas. Diharapkan dengan adanya Kuliah
Kerja Lapangan ini mahasiswa memiliki bayangan dalam dunia kerja yang
ingin dimasuki. Dengan mengetahui dunia industri sejak dini, mahasiswa
dapat menyiapkan diri dengan menggali bakat yang dimiliki untuk
mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia kerja.
Kuliah Kerja Lapangan akan menjadi jalan atau media untuk
mendekatkan perguruan tinggi dengan lembaga penelitian yang akan
menghasilkan lulusan yang dapat bermanfaat untuk masyarakat dan
lingkungan sekitar. Pernyataan tersebut menguatkan untuk diadakannya kuliah
kerja lapangan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
angkatan 2014.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum dari PG. Asembagus dan kerajinan anyaman
bambu Widya Handicraft di Jawa Timur?
2. Apa saja jenis produk yang dihasilkan PG. Asembagus dan kerajinan
anyaman bambu Widya Handicraft di Jawa Timur?
3. Bagaimana strategi pemasaran yang dikembangkan oleh PG. Asembagus
dan kerajinan anyaman bambu Widya Handicraft di Jawa Timur?
4. Apa permasalahan yang dihadapi PG. Asembagus dan kerajinan anyaman
bambu Widya Handicraft di Jawa Timur?
5. Bagaimana solusi untuk menghadapi permasalahan yang ada di PG.
Asembagus dan kerajinan anyaman bambu Widya Handicraft di Jawa
Timur?

C. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan


Dengan dilaksanakannya kegiatan KKL ini, mahasiswa dapat melakukan
perbandingan antara teori yang diterima di perkuliahan dengan praktik yang
ada di lapangan. Serta, mahasiswa juga dapat memberikan penilaian atas
kinerja dari institusi maupun perusahaan yang dikunjungi. Adapun tujuan dari
kegiatan KKL ini, dapat diperinci sebagai berikut:
1. Memberikan pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mengenai
kehidupan di masyarakat maupun dunia kerja.
2. Memberikan gambaran secara langsung tentang praktik operasional suatu
institusi/perusahaan dari sisi produksi, pemasaran, keuangan, serta sumber
daya manusia.
3. Memberikan pengetahuan secara langsung tentang sejarah
institusi/perusahaan, masalah, serta solusi yang mereka lakukan.
4. Memperkaya wawasan yang berkaitan langsung dengan prodi masing-
masing dalam rangka meningkatakan kemampuan dan kepekaan terhadap
perkembangan zaman.
5. Mencetak seseorang yang berpendidikan serta memiliki kemampuan dan
keterampilan profesional yang sesuai dengan tuntunan dunia kerja.
6. Meningkatkan relevansi kerjasama antara perguruan tinggi dengan
instansi-instansi pemerintah mapun perusahaan swasta.
D. Manfaat Kuliah Kerja Lapangan
Adapun manfaat dari KKL adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Mengetahui secara langsung profil perusahaan, fisik bangunan, serta
mekanisme kerja perusahaan baik dari sisi manajemen operasional,
SDM, dan pemasaran.
b. Mempraktikkan teori-teori yang telah diperoleh dalam proses
kegiatan di perusahaan/institusi.
c. Mendapatkan pengetahuan dan pengembangan wawasan dalam
melatih mental serta komunikasi untuk berinteraksi langsung di dunia
kerja.
d. Terinspirasi serta termotivasi untuk mendirikan usaha/bisnis setelah
memperoleh gambaran di lapangan.
2. Bagi Dosen
a. Obyek KKL menjadi inspirasi dosen dalam memberi perkuliahan.
b. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas perkuliahan dengan
mendapatkan informasi yang baru.
3. Bagi Universitas
a. Memperoleh masukan terkait isu-isu terkini dalam dunia kerja serta
usaha sebagai bahan pengembangan penelitian dan pendidikan.
b. Meningkatkan dan memperluas jaringan kerjasama (network) dengan
institusi bisnis baik swasta, BUMN, dan sebagainya.

E. Lokasi dan Waktu KKL


Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi
melakukan kunjungan pada:
Hari/ Tanggal : Jum’at, 05 November 2016
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Pabrik gula Asembagus di desa Trigonco Timur,
Asembagus, Situbondo dan kerajinan anyaman bambu Widya Handicraft di
desa Gintangan, Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur.
BAB II
PEMBAHASAN PADA PABRIK GULA ASEMBAGUS

A. Gambaran Umum
Pabrik Gula (PG) Asembagus berlokasi di desa Trigonco Timur,
Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pabrik yang didirikan pada
tahun 1891 oleh pemerintah Belanda ini, selama kurang lebih 66 tahun
pengoperasiannya dilakukan oleh Belanda yaitu oleh NV KOOY dan Coster
Van Voorhout. Selanjutnya pada tanggal 12 Desember 1957 diambil alih oleh
Bangsa Indonesia.
Sejak pengambilalihan oleh pemerintah Indonesia, PG Asembagus
setidaknya telah tiga kali mengalami perubahan status yakni:
a. Tahun 1969-1975 bernaung dibawah Perusahaan Negara Perkebunan
(Persero) XXV.
b. Tahun 1975-1995 Bernaung dibawah PT Perkebunan (Persero) XXIV–
XXV)
c. Tahun 1996 sampai sekarang bernaung dibawah PT Perkebunan
Nusantara XI (Persero).
Terlepas dari peraturan tanam paksa (cultuurstelsel) yang dikeluarkan oleh
Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang
mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk
ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila). Penetapan
wilayah Situbondo sebagai kawasan perkebunan tebu menunjukkan hasil
maksimal.
Ini mengingat bahwa cara budidaya tebu yang baik sangat bergantung
pada iklim dan cuaca. Tebu akan tumbuh dengan sangat baik di daerah
beriklim panas, seperti Indonesia ini, dengan suhu 25 sampai 28 derajat
Celsius. Selain itu, daerah yang paling baik untuk ditanami tebu adalah
daerah dengan curah hujan 100 mm/tahun.
Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami tanaman tebu adalah jenis
tanah alivial, regosol, podsolik atau mediteran. Kandungan pH dalam tanah
yang paling baik untuk tanaman tebu adalah antara 6,4 sampai 7,7 atau
keadaan keasaman netral. Hal ini penting dalam teknik budidaya agar bisa
menghasilkan tebu yang baik.
Persyaratan iklim serta kondisi tanah seperti itu nyaris terdapat di sebagian
besar wilayah Situbondo. Karenanya tak heran jika di wilayah Situbondo
pemerintah mendirikan lima pabrik gula (PG); PG Asembagus, PG Pandjie,
PG Wringinanom, PG De Mass (telah ditutup pada 1999 lalu), dan PG Olean.
Dari sisi kualitas tebu yang dihasilkan, sejak dulu hingga kini tebu dari
wilayah Situbondo tercatat sebagai tebu dengan tingkat rendemen terbaik
dengan persentase minimal 7 persen. Alasan rendemen ini juga yang menjadi
dasar bagi PG-PG di luar wilayah Situbondo menerima dengan baik kiriman
tebu dari wilayah Situbondo.
Di sisi lain, limbah padat PG berupa blotong (filter cake) yang
didekomposisikan dan diperkaya nutrisi menjadi biofertilizer dimanfaatkan
untuk menjaga dan/atau meningkatkan kesuburan tanah.
Daya saing tebu yang lebih tinggi dibanding komoditas agribisnis lain,
menjadikan tanaman ini sebagai tanaman alternatif paling menguntungkan di
mata petani. Produksi yang melimpah menyebabkan surplus sehingga
sebagian di antaranya dipasok untuk PG-PG lain yang bahan bakunya belum
mantap. Tercatat PG Pandjie dan PG Olean yang selalu mendapat limpahan
tebu dari PG Asembagus.
PG Asembagus yakin melalui penerapan agroekoteknologi, kecukupan
agroinputs, penataan masa tanam, dan perbaikan manajemen tebang-angkut,
produktvitas yang meningkat akan menjadi daya tarik bagi petani untuk
menjadikan tebu sebagai komoditas alternatif.
Selain itu, pengembangan juga dilakukan ke lahan kering sepanjang air
dapat dipompa secara artesis. Termasuk dalam konteks ini rencana kerja-
sama pemanfaatan lahan perkebunan untuk ditanami tebu, seperti Pasewaran.
Upaya menarik animo petani juga dilakukan melalui perbaikan kinerja pabrik
dan kelancaran giling.
Sadar akan pentingnya tebu rakyat dalam pemenuhan kebutuhan bakan
baku dan pengembangan PG lebih lanjut, pelayanan prima kepada petani
terus diupayakan dengan sebaik-baiknya. Secara periodik, PG
menyelenggarakan Forum Temu Kemitraan (FTK) guna membahas berbagai
persoalan yang dihadapi petani, baik di luar maupun dalam masa giling.
Dalam upaya peningkatan produktivitas, PG Asembagus antara lain
melakukan optimalisasi masa tanaman dan penataan varietas menuju
komposisi ideal dengan proporsi antara masak awal, tengah dan akhir dengan
sasaran berbanding 30-40-30.
Melalui kebun semacam ini, petani diharapkan dapat belajar lebih banyak
tentang pengelolaan kebun melalui best agricultural practices. Jika pada tahun
2011, PG Asembagus merencanakan giling tebu sebanyak 415.005,5 ton
(tebu sendiri/TS 109.575,0 ton dan tebu rakyat/TR 305.430,5 ton) yang
diperoleh dari areal seluas 5.150,0 ha (TS 1.350,0 ha dan TR 3.800,0 ha).
Gula dihasilkan diproyeksikan mencapai 32.564,9 ton (milik PG 16.691,1
ton dan milik petani 15.873,8 ton) dan tetes 18.675,4 ton.
Untuk tahun 2016 ini, sebagaimana disampaikan oleh General manager
PG Asembagus Ahmad Barnas mengatakan, saat ini luas areal tanaman tebu
di wilayahnya mencapai 6.209,2 hektare. Dari luasan areal tersebut
diharapkan mampu menghasilkan tebu sebanyak 526.408,9 ton dengan
sasaran rendemen rata-rata 8,93 persen.
Dengan kapasitas mesin sebesar 3.000 ton tebu per hari (TTH) dan
kapasitas giling sebesar 2.850 TTH diharapkan dapat dihasilkan gula
sebanyak 47.154,2 ton dengan harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp. 6.271
per kilogram.
Saat ini di lingkungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN XI), PG
Asembagus merupakan lambang keberhasilan dalam pengelolaan kebun dan
PG secara terintegrasi. Dukungan lahan hak guna usaha baik di Asembagus
maupun Banyuwangi sangat menopang keberadaan PG tidak saja dalam
pasokan tebu secara berkelanjutan, namun juga terselenggaranya kebun bibit
dan peragaan yang sangat efektf dalam mewujudkan media pembelajaran bagi
para petani.

B. Jenis Produksi
1. Produk Umum
a. Gula Kristal Putih
Produk utama yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Asembagus adalah
gula. Hingga kini, gula yang menjadi core business PTPN XI (PT
Perkebunan Nusantara XI) masih merupakan komoditas vital-
strategik dalam ekonomi pangan Indonesia. Keberadaannya tidak
hanya diperlukan sebagai pemanis berkalori yang menjadi salah satu
bahan kebutuhan pokok (basic needs) masyarakat, melainkan juga
bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Pola produksinya
yang melibatkan petani tebu, menyebabkan pemerintah masih merasa
perlu mengeluarkan sejumlah kebijakan dan regulasi agar harga gula
secara wajar dan menguntungkan semua pihak dapat diwujudkan.
b. Gula Premium Gupalas
Gupalas adalah gula putih premium dengan inovasi baru diproses
tanpa belerang yang sudah diproses melalui beberapa tahapan
pemurnian, sehingga menghasilkan gula dengan tingkat kemurnian
dan kemanisan yang tinggi dan higienis. Gupalas di proses secara
khusus untuk hasil gula kristal putih yang besar dan bening, tidak
berbau dan bernilai tinggi bagi kesehatan.
2. Produk lain
a. Tetes
b. Alkohol
c. Spirtus
d. Karung plastik
e. Benang multiflamen
f. Benang twister
C. Pemasaran
Ada tiga strategi pemasaran yang dilakukan oleh PG Asembagus dalam
menjual produksinya, yaitu:

1. Langsung memenetrasi konsumen end-user, yaitu industri mamin.


Kepala Divisi Pemasaran PTPN XI Anang Toyum menyebut saat
ini sudah ada 2 industri mamin multinasional, yang satu berbasis makanan
ringan olahan dan lainnya penyedap rasa yang sudah menggunakan gula
premium PG Asembagus sebagai pengganti gula rafinasi untuk bahan
baku. Petani di kebun tebu yang merupakan bahan utama produksi gula
mengungkapkan bahwa menjual gula ke Industri mamin itu ada plus
minusnya. Plusnya adalah ada jaminan penjualan. Minusnya, pihak
industri mamin hanya mau dalam jumlah besar di atas 10.000 ton, seperti
forward sale yang risikonya lebih tinggi.
2. Membuka depo di Bali dan Lombok dengan pangsa pasar 2.000-3.000
ton.
Gula yang dipasok didatangkan dari PG Asembagus dan PG
Pradjekan yang lokasinya paling dekat dengan kedua provinsi tersebut.
Gula yang dijual melalui depo tersebut didistribusikan ke pengguna
rumah tangga, UKM mamin, pabrik, hotel, dan pasar. Selain itu, penetrasi
ke Bali dan Nusa Tenggara Barat ditujukan untuk menggeser pasar gula
rafinasi di kedua provinsi tersebut.
3. Memenetrasi pasar ritel melalui kerja sama dengan salah satu perusahaan
ritel terbesar di Indoensia.
Walaupun gula ritel memberikan kontribusi margin laba ke
perusahaan kecil (hanya sekitar 5%-10%). Namun, yang hendak diraih
adalah brand image-nya. Jika merek dagang diakui, otomatis PG lain
menyesuaikan standarnya.

Selain itu ada tata cara pembelian gula, bagi para mitra pembeli yang akan
melakukan pembelian produk, persyaratan administrasi yang diperlukan:
1. Akta Pendirian Perusahaan
2. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
5. Perusahaan Kena Pajak (PKP)
6. Surat Keterangan Domisili Perusahaan
7. Akta pendirian perusahaan.

Atau terkait informasi tata cara pembelian produk secara lengkap, dapat
menghubungi :
a. Telp : 031-3548458, 031-3524596 (Ext. Divisi Pemasaran)
b. Email : penjualan.gula@gmail.com,
penjualan.tetes.@gmail.com, pap@ptpn11.co.id

D. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di Pabrik Gula Asembagus adalah:
1. Adanya rencana penutupan tiga pabrik gula di Situbondo, sehingga terjadi
produksi tebu yang melimpah karena hanya PG Asembagus yang akan
beroperasi dan bisa dipastikan akan terjadi 'over' atau kelebihan produksi.
Rapat yang berlangsung di Surabaya pada 6 Oktober lalu terkait
penutupan tiga pabrik gula di Situbondo, telah disetujui oleh Deputi
Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi pada Kementerian Badan Usaha
Negara (BUMN) RI, dan keputusan tersebut diambil setelah menggelar
rapat bersama Direktur Utama PTPN XI. Tiga pabrik gula (PG) yang akan
ditutup pada 2017 adalah PG Olean, Kecamatan Kota Situbondo, PG
Wringinanom, Kecamatan Panarukan dan PG Panji, Kecamatan Panji.
Kesepakatan penutupan tiga pabrik gula peninggalan Kolonial Belanda itu
diambil dalam rapat yang dihadiri Direktur Utama PTPN IX dan PTPN X
serta Direktur PT Rajawali Nusanatara Indonesia. Penutupan tiga pabrik
gula di Situbondo yang selama ini masih berproduksi sangat mengejutkan,
karena dapat dipastikan membuat petani tebu akan kebingungan jika
hanya satu PG Asembagus yang tetap berproduksi. Apalagi hasil produksi
tebu di tiga PG yang akan ditutup tersebut sangat luar biasa, yakni di PG
Wringinanom produksi tebunya per tahun 1,6 juta kuintal, PG Olean 1,1
hingga 1,2 juta kuintal dan PG Panji sebanyak 3 juta kuintal per tahun.
2. Belum adanya sistem pengolahan limbah yang baik
Saat ini pabrik gula masih menggunakan sistem kerja dengan
limbah. PG Asembagus belum menerapkan teknologi yang ramah
lingkungan. Limbah-limbah dari proses pembuatan gula tidak
dimanfaatkan sebaik mungkin. Padahal Pabrik Gula Glenmore di
Kalirejo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur, sudah
menerapkan sistem kendali otomatis sehingga meningkatkan efektifitas
dan efisiensi serta mengurangi resiko kesalahan manusia. Pabrik Gula
Glenmore menggunakan teknologi Remelt Karbonatasi yang
menghasilkan gula berkualitas tinggi dan teknologi yang ramah
lingkungan.
3. Kinerja Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Asembagus Situbondo
belum Maksimal
Banyak keluhan dari para petani tebu yang selama ini menggiling
tebunya ke PG Asembagus menilai kinerja Asosiasi Petani Tebu Rakyat
(APTR) setempat belum maksimal sehingga kiprah pengurus APTR harus
ditingkatkan, selama ini kerja APTR kalau dipersentase hanya 10 persen
memperhatikan petani. Pengurus APTR rata-rata lebih mengedepankan
kepentingan kelompok petani tertentu atau kelompoknya sendiri dan
bahkan jika ada bantuan maupun pinjaman untuk pengembangan
pertanian tebu kerap digunakan sendiri oleh kelompoknya.

E. Solusi

Dari permasalahan diatas, solusi yang dapat dilakukan adalah:


1. Rencana penutupan tiga pabrik gula di Situbondo sebaiknya
dipertimbangkan lagi, karena tebu petani di Situbondo masih banyak
sehingga ketika tiga PG tersebut ditutup akan membuat bingung petani
tebu sendiri dan jika hanya satu PG yang akan beroperasi tidak akan
terpenuhi untuk mengolah tebu milik petani. Penutupan tiga pabrik tebu
itu akan memiliki dampak cukup luas, selain masalah PHK Karyawan PG
juga akan memicu lesunya perekonomian petani tebu. Karena saat ini ada
26 persen petani menggantungkan penghasilan dari tanaman tebu.
2. Teknologi mesin yang digunakan PG Asembagus belum modern, belum
adanya sistem pengolahan limbah yang baik, seharusnya PG Asembagus
menggunakan sistem manajemen lingkungan yang baik dengan
menerapkan kebijakan nol limbah yang ramah lingkungan (membuat
saluran IPAL yang ramah lingkungan). Dengan konsep nol limbah,
limbah dimanfaatkan kembali untuk dapat digunakan bagi keperluan
operasional pabrik gula atau dijual kepada industri lainnya, sehingga
dapat bernilai ekonomis tinggi. Hasil produk sampingan dengan mesin
modern dapat diolah menjadi pupuk organik, pakan ternak, Pembangkit
Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM), bioethanol dan bahan baku penyedap
makanan.
3. Kinerja Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Asembagus sebaiknya
dimaksimalkan dan mengedepankan kepentingan atau kebutuhan para
petani tebu tanpa harus memandang apakah petani yang memiliki
lahan sedikit dan lahan pertanian yang luas. Apalagi APTR itu wadah
dari petani tebu dan semestinya benar-benar bekerja dan
memperhatikan petani tebu, karena pengurus APTR tentu juga
menikmati bagi hasil produksi tebu petani dari pabrik gula, apabila
tidak ada petani otomatis tidak mungkin ada APTR. Jadi antara
keduanya harus saling menghargai.
BAB III
PEMBAHASAN PADA KERAJINAN ANYAMAN BAMBU WIDYA
HANDICRAFT

A. Gambaran Umum
Widya Handicraft merupakan sebuah usaha dagang (UD) dan perusahaan
yang bergerak dalam kegiatan usaha produksi kerajinan anyaman bambu.
Didirikan pada tahun 1991 oleh seorang wiraswasta bernama Bapak Widodo
yang sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Widya Handicraft berlokasi di
Desa Gintangan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
yang merupakan sentra kerajinan bambu Banyuwangi. Berdirinya usaha ini
bermula dari inisiatif bapak Widodo yang melihat besarnya potensi kerajinan
anyaman bambu di Desa Gintangan yang dinilai memiliki ciri khas khusus
yang tidak dimiliki daerah lain.
Kerajinan bambu di desa Gintangan merupakan warisan budaya
masyarakat sejak lama. Warga desa disana dikaruniai keahlian menganyam
dan membuat bermacam kerajinan dari bambu secara turun-temurun dari
genersi ke generasi. Berbagai alat kebutuhan rumah tangga khususnya
peralatan dapur dibuat dari bahan bambu oleh warga desa Gintangan. Sampai
pada tahun 1970an produk kerajinan bambu di desa Gintangan mengalami
perkembangan besar datang dari warga desa yang merantau. Mereka
membawa masuk inovasi bentuk, motif maupun kegunaan produk kerajinan
anyaman bambu yang lebih modern. Perubahan ini berdampak positif pada
nilai jual produk kerajinan bambu sehingga membawa peningkatan ekonomi
masyarakat pengerajin di desa Gintangan.
Sejak saat itu sebagian warga desa berupaya memberdayakan potensi yang
dimiliki sebagai sumber pendapatan sembari melestarikan warisan budaya
desa. Beberapa warga membentuk kelompok kerja dan sebagian lain yang
memiliki jiwa wirausahawan mendirikan usaha kecil. Salah satu warga
tersebut yaitu Bapak Widodo merupakan pendiri perusahaan Widya
Handicraft yang didirikan pada tahun 1991. Kini usia beliau 55 tahun, hingga
saat ini masih kreatif menciptakan inovasi dibidang kerajinan bambu. Seorang
purnawirawan pegawai negeri sipil (PNS) yang selama menjalankan tugas
sebagai guru SD beliau membagi waktu demi kemajuan desa Gintangan dan
perkembangan usahanya. Selama hampir 24 tahun memimpin perusahaan
banyak suka duka yang telah dialami sehingga kini seringkali dipercaya
menjadi tutor pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat baik yang difasilitasi
oleh dinas Pemda Kabupaten dan Pem. Provinsi maupun Perusahaan.
Niatnya mendirikan perusahaan ini muncul karena kurang optimalnya
pemberdayaan potensi-potensi desa di bidang kerajinan bambu. Banyak
tenaga-tenaga trampil yang kurang puas dengan besarnya nilai yang dihasilkan
dari membuat produk kerajinan bambu. Sistem manajemen yang kurang baik
dari para pengelola usaha lain juga mempengaruhi pertimbangan mendirikan
usaha. Selain itu metode pemasaran saat itu yang cenderung pasif membuat
pasar kerajinan bambu kurang berkembang. Meliahat kondisi tersebut beliau
berinisiatif mendirikan sebuah usaha yang pada awalnya diberi nama Widya
Karya yang kini menjadi Widya Handicraft dengan tujuan utama
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kerajinan bambu.
Pada awal pendirian usaha beliau mengumpulkan beberapa pemuda
tetangga yang memiliki keahlian sebagai pengerajin bambu diminta menjadi
karyawan. Berbekal kreatifitas beliau berusaha memperbaiki dan belajar
metode pengelolaan usaha yang baik dimana dapat mendatangkan keuntungan
yang besar baik bagi karyawan maupun perusahaan. Pemasaranpun beliau
rintis mulai dari door to door menjajakan produknya berkeliling di perumahan
hingga ke pasar-pasar. Order dalam jumlah ribuan juga pernah beliau
dapatkan hingga melibatkan banyak warga desa Gintangan dalam proses
produksinya.
Widya Handicraft mempunyai visi "Menciptakan produk-produk unggulan
anyaman bambu terbaik bagi semua orang agar melambungkan nama Desa
Gintangan di Dunia". Sedangkan misi perusahaannya antara lain adalah (a)
Berinovasi menciptakan kreasi desain produk yang bermanfaat bagi
konsumen.(b) Menjaga mutu dan kwalitas produk sebagai tanggungjawab
pelayanan terbaik. (c) Mensejahterakan kehidupan sosial ekonomi anggota
perusahaan khususnya dan masyarakat secara umum. (d) Menjaga kelestarian
budaya kerajinan anyaman bambu dan kelestarian lingkungan khususnya
tanaman bambu.
Kegiatan utama usaha ini adalah memproduksi berbagai jenis kerajinan
yang menggunakan bahan dasar utama bambu. Beberapa bentuk kerajinan
yang dihasilkan antara lain tudung saji, tempat koran, kranjang buah, tempat
kue, tempat tisu, kap lampu, dan berbagai macam bentuk lain yang biasanya
dibutuhkan oleh masyarakat. Proses produksi sebagian besar dikerjakan secara
manual (handmade) dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti, pisau
potong, pisau irat, gergaji, dll. Hal inilah yang menjadikan produk anyaman
bambu Widya Handicraft menarik bagi banyak konsumen baik lokal atau luar
daerah maupun wisatawan mancanegara.
Kini hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun berbuah manis, produk-
produk kerajinan bambu dari desa Gintangan banyak dicari dan diminati dari
berbagai pelosok negeri hingga ekspor ke luar negeri. Produk kerajinan
anyaman bambu Widya Handicraft telah dikenal oleh masyarakat Banyuwangi
dan juga daerah sekitarnya. Menjadikan nama desa Gintangan terkenal dengan
kerajinan bambunya hingga desa Gintangan menjadi sentra kerajinan bambu
dan sebagai salah satu tujuan wisata budaya di Kabupaten Banyuwangi.

B. Jenis Produksi
UD Widya Handicraft menyediakan produk-produk kerajinan anyaman
bambu dengan berbagai bentuk desain yang unik. Produksi terdiri dari
beberapa jenis produk kebutuhan masyarakat antara lain:
1. Tudung saji
2. Piring bambu
3. Tempat makanan ringan/ kue
4. Tempat buah
5. Tempat sayur
6. Tempat tisu
7. Vas bunga
8. Toples bambu
9. Keranjang
10. Nampan
11. Lampion
12. Lampu meja
13. Lampu dinding
14. Kipas tangan
15. Dompet kecil
16. Baskom
17. Dll

C. Pemasaran
Pemasaran produk menjangkau hampir ke seluruh wilayah Indonesia dan
juga untuk pasar luar negeri. Pada pengiriman barang dalam negeri selalu
menggunakan jasa pengiriman resmi dan terpercaya. Pangsa pasar luar negeri
saat ini mengekspor rutin ke Malaysia setiap bulan melalui jasa pengiriman
luar negeri di Bali dan beberapa negara di Eropa. Pemasaran melalui sejumlah
pameran di Banyuwangi, Surabaya, Malang dan Jakarta. Selain di
Banyuwangi, produk kerajinan bambu juga dipasarkan hingga Surabaya,
Jember, Jakarta, Sumatera, Kalimantan, Bali, Ambon, sampai Papua.
Beberapa produk juga diekspor melalui Bali ke sejumlah negera di eropa
seperti Jerman dan Belanda.
Widya Handicraft memasarkan produk-produk melalui showroom yang
berada satu lokasi dengan tempat kegiatan produksi sehingga pengunjung
dapat melihat langsung proses produksi pembentukan kerajinan anyaman
bambu. Selain itu Widya Handicraft juga memasarkan produk dengan
bekerjasama dengan mitra-mitra bisnis yang berada diberbagai daerah untuk
menjangkau para konsumennya. Untuk lebih mengembangkan luasnya pasar
Widya Handicraft juga memasarkan melalui media online seperti media sosial
online, toko online, forum, dll.
Strategi pemasaran yang digunakan oleh home industry tersebut antara
lain: strategi pengembangan produk, penetapan harga, tempat pemasaran, dan
promosi. Dalam hal produk, home industry pengrajin anyaman bambu Desa
Gintangan melakukan pengembangan produk yang bertujuan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen. Produk yang dihasilkan merupakan
produk yang sebelumnya telah ada kemudian dikembangkan menjadi produk
dengan berbagai macam bentuk yang bervariasi. Dalam penetapan harga home
industry pengrajin anyaman bambu Desa Gintangan menawarkan produk
dengan harga yang didasarkan atas bentuk, ukuran, dan kelebihan pada
masing-masing produk yang dihasilkan. Selain itu, pengrajin juga
menyesuaikan harga yang ditetapkan oleh pesaing dengan mempertimbangkan
jumlah penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk setiap
produksinya. Home industry pengrajin anyaman bambu Desa Gintangan juga
menerapkan strategi tempat dalam kegiatan pemasaran. Dalam hal ini, para
pengrajin memilih untuk menjadikan satu tempat antara tempat pemasaran
dengan tempat produksi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen yang secara langsung dapat melihat
dan ikut serta dalam proses pembuatan kerajinan anyaman bambu. Sedangkan
untuk strategi promosi terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan,
diantaranya: pintu ke pintu, penggunaan internet, iklan radio dan melakukan
promosi penjualan melalui kegiatan bazar dan pameran yang dibantu oleh
pihak pemerintah daerah khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Banyuwangi.
UD Widya Handicraft siap melayani pesanan berbagai macam kerajinan
tangan dari bambu baik dalam parti kecil maupun besar. Cara pemesanan
dapat melalui sebagai berikut:
- Pemesanan bisa via Telepon atau sms ke +6281249110999
- Pemesanan bisa via Email ke widya_handicraft@yahoo.co.id (dengan
mengirimkan foto/ gambar produk yang dipesan).
- Datang langsung ke alamat: Ds. Gintangan No.66 Rogojampi,
Banyuwangi, Jawa Timur.
D. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi pada kerajinan anyaman bambu UD. Widya
Handicaft adalah:
1. Persaingan yang ketat dari beberapa kerajinan anyaman bambu di Desa
Gintangan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
maupun kerajinan lain yang lebih modern.
2. Jumlah pengrajin yang semakin sedikit karena anak-anak dan pemuda
sudah tidak lagi tertarik dengan kerajinan anyaman bambu.
3. Bahan baku didapat dari Kecamatan lain.

E. Solusi
Dari permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan adalah:
1. Dalam hal persaingan, UD Widya Handicraft dapat meningkatkan kualitas
produksi. Jadi tidak hanya desain produksi saja yang ditingkatkan, namun
kualitas dari produk itu sendiri juga sangat penting untuk mengatasi
persaingan.
2. Para pemuda di Desa Gintangan lebih memilih menjadi tukang bangunan
dan pergi ke Bali karena gajinya lebihnya jelas dibandingkan menjadi
perajin bambu. Dari sini, pemerintah harus ikut turun tangan dengan cara
lebih memberdayakan masyarakat sekitar. Sangat disayangkan apabila
kerajinan anyaman bambu yang menjadi turun temurun harus tutup karena
kekurangan perajin.
3. Walaupun menjadi desa perajin bambu tapi tidak ada bambu jenis apus
yang terkenal berkualitas kerena lebih kuat dan memiliki tekstur lembut
serta ruas yang panjang yang tumbuh di desa Gintangan. Bambu didapat
dari Kecamatan Genteng, Sempu, dan Songgon. Pasokan didapat
maksimal seminggu sekali untuk bambu jenis Apus yang digunakannya.
Dengan hal ini, karena semua perajin anyaman bambu di desa Gintangan
memasok bambu di Kecamatan lain yang sama. Maka pihak UD Widya
Handicraft harus memesan jauh-jauh hari supaya tidak mengalami
kemacetan dalam memproduksi anyaman bambu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pabrik Gula (PG) Asembagus berlokasi di desa Trigonco Timur,
Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pabrik ini didirikan pada
tahun 1891 oleh pemerintah Belanda , selama kurang lebih 66 tahun
pengoperasiannya dilakukan oleh Belanda yaitu oleh NV KOOY dan Coster
Van Voorhout. Selanjutnya pada tanggal 12 Desember 1957 diambil alih oleh
Bangsa Indonesia. Jenis produksi dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu produk
umum yang terdiri dari gula kristal putih dan gula premium gupalas.
Sedangkan produk lain terdiri dari tetes, alkohol, spirtus, karung plastik,
benang multiflamen, dan benang twister. Ada tiga strategi pemasaran yang
dilakukan oleh PG Asembagus dalam menjual produksinya, yaitu langsung
memenetrasi konsumen end-user /industri mamin, membuka depo di Bali dan
Lombok, dan memenetrasi pasar ritel. Permasalahan yang terjadi di Pabrik
Gula Asembagus adalah adanya rencana penutupan tiga pabrik gula di
Situbondo, belum adanya sistem pengolahan limbah yang baik, dan kinerja
Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Asembagus Situbondo belum
maksimal.
Widya Handicraft merupakan sebuah usaha dagang (UD) dan perusahaan
yang bergerak dalam kegiatan usaha produksi kerajinan anyaman bambu.
Didirikan pada tahun 1991 oleh seorang wiraswasta bernama Bapak Widodo
yang sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Widya Handicraft berlokasi di
Desa Gintangan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
yang merupakan sentra kerajinan bambu Banyuwangi. Jenis produksi berupa
produk-produk kerajinan anyaman bambu dengan berbagai bentuk desain
yang unik. Produksi terdiri dari beberapa jenis produk kebutuhan masyarakat
antara lain: tudung saji, piring bambu, tempat makanan ringan/ kue, tempat
buah, vas bunga, keranjang, lampion, kipas tangan, dompet kecil, baskom, dll.
Widya Handicraft memasarkan produk-produk melalui showroom yang berada
satu lokasi dengan tempat kegiatan produksi. Selain itu Widya Handicraft juga
memasarkan produk dengan bekerjasama dengan mitra-mitra bisnis yang
berada diberbagai daerah untuk menjangkau para konsumennya. Untuk lebih
mengembangkan luasnya pasar Widya Handicraft juga memasarkan melalui
media online seperti media sosial online, toko online, forum, dll.
Permasalahan yang dihadapi pada kerajinan anyaman bambu UD. Widya
Handicaft adalah persaingan yang ketat dari beberapa kerajinan anyaman
bambu maupun kerajinan lain yang lebih modern, jumlah pengrajin yang
semakin sedikit, dan bahan baku didapat dari Kecamatan lain.

B. Saran
Saran dari permasalahan tersebut yang terjadi di Pabrik Gula Asembagus
adalah:
1. Rencana penutupan tiga pabrik gula di Situbondo sebaiknya
dipertimbangkan lagi, karena tebu petani di Situbondo masih banyak
sehingga ketika tiga PG tersebut ditutup akan membuat bingung petani
tebu sendiri dan jika hanya satu PG yang akan beroperasi tidak akan
terpenuhi untuk mengolah tebu milik petani.
2. Teknologi mesin yang digunakan PG Asembagus belum modern, belum
adanya sistem pengolahan limbah yang baik, seharusnya PG Asembagus
menggunakan sistem manajemen lingkungan yang baik dengan
menerapkan kebijakan nol limbah yang ramah lingkungan (membuat
saluran IPAL yang ramah lingkungan).
3. Kinerja Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Asembagus sebaiknya
dimaksimalkan dan mengedepankan kepentingan atau kebutuhan para
petani tebu tanpa harus memandang apakah petani yang memiliki
lahan sedikit dan lahan pertanian yang luas.
Sedangkan saran untuk permasalahan yang dihadapi dari UD Widya
Handicraft dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
1. Dalam hal persaingan, UD Widya Handicraft dapat meningkatkan kualitas
produksi. Jadi tidak hanya desain produksi saja yang ditingkatkan, namun
kualitas dari produk itu sendiri juga sangat penting untuk mengatasi
persaingan.
2. Para pemuda di Desa Gintangan lebih memilih menjadi tukang bangunan
dan pergi ke Bali karena gajinya lebihnya jelas dibandingkan menjadi
perajin bambu. Dari sini, pemerintah harus ikut turun tangan dengan cara
lebih memberdayakan masyarakat sekitar. Sangat disayangkan apabila
kerajinan anyaman bambu yang menjadi turun temurun harus tutup karena
kekurangan perajin.
3. Bambu didapat dari Kecamatan Genteng, Sempu, dan Songgon dan
pasokan didapat maksimal seminggu sekali untuk bambu jenis Apus yang
digunakannya. Dengan hal ini, karena semua perajin anyaman bambu di
desa Gintangan memasok bambu di Kecamatan lain yang sama. Maka
pihak UD Widya Handicraft harus memesan jauh-jauh hari supaya tidak
mengalami kemacetan dalam memproduksi anyaman bambu.
DAFTAR PUSTAKA

Bisnis, Ide. 2015. Pusat Kerajinan Bambu Rogo Jampi Banyuwangi Jawa Timur.
http://nyari-idebisnis.blogspot.com/2015/10/pusat-kerajinan-bambu-rogo-
jampi.html, diakses tanggal 20 November 2016.

Lulian. 2014. Belajar Desain Anyaman Bambu di Desa Gintangan.


https://lulianstudiolab.wordpress.com/2014/04/21/belajar-desain-anyaman-
bambu-di-desa-gintangan/, diakses tanggal 20 November 2016.

Pratama, Bayu. 2012. Widya Handicraft. http://widya-handicraft.blogspot.co.id/,


diakses tanggal 20 November 2016.

Redaksi. 2016. PG Asembagus Didukung Produksi Tebu Melimpah.


http://aptri.or.id/pg-asembagus-didukung-produksi-tebu-yang-melimpah/, diakses
tanggal 20 November 2016.

XI, PTPN. 2016. Pabrik Gula. http://ptpn11.co.id/page/pabrik-gula, diakses


tanggal 20 November 2016.
LAMPIRAN
A. Lampiran Foto Pabrik Gula Asembagus

Kantor utama PG Asembagus

Menimbang Tebu yang akan digiling

Stasiun Giling PG Asembagus


Stasiun Puteran PG Asembagus

Rangkaian mesin PG Asembagus

Meja Analisa Rendemen Individual (ARI)


B. Lampiran Foto Kerajinan Anyaman Bambu Widya Handicraft

Pemilik Widya Handicraft memperlihatkan kerajinan anyaman bambu

Beberapa kerajinan anyaman bambu

Anyaman yang siap dikirim kepada pelanggan


Tempat Kue Krudung
Tudung Saji

Ukuran 55cm x 45cm


Ukuran Diameter 96cm

Kranjang Baki
Kranjang Parcel

Ukuran Diameter 90cm


Lampu Dinding

Tempat Buah

Diameter 28,6cm

Tempat Kue
Tempat Tisu

Diameter 28,6 cm

Anda mungkin juga menyukai