Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Epilepsi merupakan kelainan serebral yang ditandai dengan faktor predisposisi menetap
untuk mengalami kejang selartjutnya dan terdapat konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis,
dan sosial dari kondisi ini (International League Against Epilepsy!ILAE, 2005). Berdasarkan
konsensus ILAE 20 14, epilepsi dapat ditegakkan pada tiga kondisi, yaitu; (1) terdapat dua
kejadian kejang tanpa provokasi yang terpisah lebih dari 24 jam; (2) terdapat satu kejadian kejang
tanpa provokasi, namun risiko kejang selanjutnya sama dengan risiko rekurensi umum setelah dua
kejang tanpa provokasi dalam 10 tahun mendatang; serta (3) sindrom epilepsi (berdasarkan
pemeriksaan EEG) .

Epidemiologi
Kemungkinan mengalami satu kali kejang epileptic dalam periode seumur hidup adalah
9% sementara kemungkinan mendapatkan diagnosis epilepsi dalam periode seumur hidup hampir
3%. Akan tetapi, prevalensi epilepsi aktif adalah 0,8%. Laki-laki memiliki predisposisi sedikit
lebih besar dibanding perempuan dengan insidensi kumulatif 3,4%:2,8%.

Etiologi
Hampir setengah dari seluruh kasus epilepsi bersifat idiopatik. Beberapa penyebab epilepsi
yang dapat ditemukan adalah pengaruh genetik. trauma kepala, kelainan medis (sebagai contoh
akibat stroke maupun serangan jantung), demensia, meningitis, ensefalitis,jejas prenatal, atau
gangguan perkembangan (sindroma Down, autisme).

Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi elektrik sementara darikorteks serebri. Suatu kejang terjadi
apabila terdapat ketidakseimbangan antara kekuatan eksitatorik dan inhibitorik di dalam jaringan
neuron korteks yang menyebabkan hasil bersih berupa eksitasi mendadak. Manifestasi klinis yang
terjadi tergantung dari jaringan korteks yang terangsang. Oleh karena itu, dapat terjadi manifestasi
visual, sensorik, gustatorik, atau motorik.

K.lasifikasi dan Manifestasi Klinis


A. Kejang dibagi menjadi 3:
1) Kejang fokal/parsial.
2) Kejang umum.
3) Kejang yang tidak dapat diklasifikasikan.

B. Kejang Fokal
Kejang fokal dimulai dari cetusan epileptik di suatu area fokal di korteks. Kejang fokal
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi;

1) Kejang fokal sederhana


Kesadaran tidak terganggu, manifestasi dapat berupa gangguan sensorik, motorik, otonomik,
dan/atau psikis. Umumnya berlangsung beberapa detik hingga menit. Jika terjadi > 30 menit,
dinamakan status epileptikus fokal sederhana.

2) Kejang fokal kompleks


Kesadaran terganggu sehingga pasien tidak ingat akan kejang. Biasanya diawali dengan henti
gerak keseluruhan tubuh sementara (behavioral arrest), dilanjutkan dengan automatisme
(mengunyah, meracau, dll), tatapan kosong, dan kebingungan postiktal (postictal confusion).
Kejang fokal kompleks umumnya berlangsung 60-90 menit dan diikuti kebingungan postiktal
singkat.

3) Secondary generalized seizure


Umumnya dimulai dengan aura yang berevolusi menjadi kejang fokal kompleks dan kemudian
menjadi kejang tonik-klonik umum. Akan tetapi, kejang fokal kompleks dapat berevolusi menjadi
kejang umum, atau suatu aura dapat langsung berevolusi menjadi kejang umum tanpa kejang fokal
kompleks yang nyata.

C. Kejang Umun
Kejang umum dimulai apabila cetusan epileptic terjadi secara bersamaan di kedua hemisfer
serebri. Kejang umum diklasifikasikan lebih lanjut menjadi:
1) Kejang absans
Episode-episode gangguan kesadaran singkat tanpa aura atau kebingungan post-iktal. Episode
ini biasanya berlangsung kurang dari 20 detik dan dapat disertai sedikit automatisme. Automatisme
fasial adalah yang tersering dan berkedip berulang adalah automatisme fasial yang tersering.
Hiperventilasi atau stimulasi photic seringkali memicu kejang ini.

2) Kejang mioklonik
Pergerakan motorik singkat, jerking, tanpa irama, yang berlangsung kurang dari 1 detik. Kejang
ini cenderung berkelompok dalam beberapa menit. Jika kejang ini menjadi berirama, maka akan
diklasifikasi sebagai kejang klonik.

3) Kejang klonik
Pergerakan motorik ritmik dengan gangguan kesadaran.

4) Kejang tonik
Ekstensi atau fleksi tonik kepala, batang tubuh, dan atau ekstremitas tiba-tiba selama beberapa
detik disertai gangguan kesadaran. Kejang seperti ini biasanya terjadi saat mengantuk, segera
setelah tidur, atau segera setelah bangun. Diasosiasikan dengan gangguan neurologis lain.

5) Kejang umum tonik-klonik


Terdiri dari beberapa perilaku motorik, diantaranya ekstensi tonik umum semua ekstremitas
selama beberapa detik diikuti gerakan ritmik klonik disertai gangguan kesadaran dan kebingungan
postiktal yang panjang. Tidak disertai aura.

6) Kejang atonik
Terjadi pada orang-orang dengan kelainan neurologis signifikan. Kejang ini berupa kehilangan
tonus postural singkat disertai gangguan kesadaran, sehingga menyebabkan jatuh dan jejas.
Diagnosis.
Anamnesis
Riwayat penyakit paling baik jika didapatkan dari orang yang melihat langsung kejadian
kejang. Akan tetapi pasien juga dapat memberikan keterangan tentang aura, kesadaran, dan
keadaan post-iktal. Beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengklarifikasi jenis kejang:

1) Pertanda I peringatan sebelum kejang:


2) Pencetus kejang:
3) Ingatan pasien mengenai kejangnya, respons pasien terhadap lingkungan selama kejang:
4) Durasi dan frekuensi kejang:
5) Respon terhadap terapi;

Perhatikan tanda-tanda riwayat kejang lama, seperti Iuka-Iuka pada ekstremitas akibat kejang
umum yang berulang.

Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi (neuroimaging dengan pemeriksaan CT scan/MRI).
2) EEG, seringkali tidak memberikan hasil yang tidak spesifik.

Diagnosis Banding
Kejang demam, sinkop, gangguan metabolik, migren, TIA (transient ischemic attack).
stroke, penyakit psikiatrik.

Tata Laksana
Tujuan tata laksana adalah status bebas kejang tanpa efek samping. Obat-obat lini pertama
untuk epilepsi

1) Karbamazepin, untuk kejang tonik klonik dan kejang fokal. Tidak efektif untuk kejang
absans. dapat memperburuk kejang mioklonik. Dosis total 600 - 1200 mg dibagi menjadi
3-4 dosis sehari.
2) Lamotrigin, efektif untuk kejang fokal dan kejang tonik klonik. Dosis 100-200 mg sebagai
3) monoterapi atau dengan asam valproat. Dosis 200-400 mg bila digunakan dengan fenitoin
fenobarbital, atau karbamazepin.
4) Asam valproat, efektif untuk kejang fokal, kejang tonik klonik, dan kejang absans. Dosis
400 -2000 mg dibagi 1-2 dosis per hari.

Obat-obat epilepsi yang tersedia di puskesmas:

1) Fenobarbital (dapat dimulai dengan dosis 60 mg/ hari per oral dinaikkkan 30 mg tiap 2-4
minggu hingga tercapai target 90 – 120 mg/ hari): Fenitoin (300 - 600 mg/ hari per oral
dibagi menjadi satu atau dua dosis)

2) Karbamazepin (800 - 1200 mg/ hari per oral dibagi menjadi tiga hingga em pat dos is) .
Karbamazepin merupakan obat pilihan untuk pasien epilepsi pada kehamilan.

Terapi nonfarmakologi
1) Diet ketogenik;
2) Vagal Nerve Stimulator.

Terapi bedah
1) Lobektomi dan lesionektomi.

Anda mungkin juga menyukai