Anda di halaman 1dari 30

RUMUS-RUMUS DALAM KEPERAWATAN

Banyak sekali hitung-hitungan yang kita lakukan, terkadang kita lupa akan
rumusnya. Nah untuk membantu rekan perawat khususnya yuk kita lihat beberapa
rumus yang sering dipergunakan. chek it dot..........................

1. Menghitung cairan

 Menghtung Balance Cairan

TPM = Total Vol infuse (cc) x Factor Tetesan


Lama waktu penginfusan(menit )

Factor tetesan

Makro 1 cc = 60 tetes
Mikro 1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20 tetes

 Menghitung Jumlah Tetesan infus

TPM= Volume cairan infus x faktor tetes normal


Lama pemberian x 60

 Menghitung lama pemberian infus

LP = Volume cairan infus x faktor tetes normal


Order tetesan x 60

 Menghitung cairan yang diberikan pada pasien luka bakar

Dewasa= RL 4 ml x BB x % LB
Anak = RL 2 ml x BB x % LB
8 jam First and 16 jam continued

 Kebutuhan Cairan anak sesuai BB

100ml untuk Kg pertama


50ml untuk Kg kedua

25ml untuk Kg selanjutnya

Exc, Hitung kebutuhan cairan anak jika BB 26 Kg

Keb. Cairan : (10×100)+(10×50)+(6×25)


: 1000+500+150

:1650 ml

Rumus hitung cairan

Tetesan/menit= keb.Cairan (cc) x Tetesan Dasar


Waktu x 60(dtk)

Kebutuhan Cairan (cc) x ⅓ makro 1/1 mikro


Waktu (Jam)

 Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare

BB x (D+M+C) cc
Dehidrasi (D) Ringan =5o cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc

Maintenance (M): Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 1-2 Th=100-90cc

2-4 Th = 90-80cc, 4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=60-50cc


Concimetten Loss: Muntah=25cc, BAB=25cc, Muntah+BAB =30cc

 Pemberian Infus pada Neonatus

Jumlah cairan = Keb. Cairan x BB


Keb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 1 cc
Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
2. Rumus Pemberian Obat

 Menghitung dosis berdasarkan perbandingan dgn dosis dewasa

Umur= (umur dewasa > 20 tahun)


a. Young : Da = (n / (n + 2)) x Dd

b. Dilling : Da = (n/20) x Dd
c. Cowling : Da = ((n+1)/24) x Dd

 Berat Badan (BB dewasa 70 kg)

a. Clark : Da = (Ba/Bd) x Dd

b. Augsberger :
Da = ((1,5B + 10)/100) x Dd

 Perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/suntikan

X = (dosis yg diminta : dosis yg tersedia) x satuan yang ada


 Menghitung dosis obat untuk anak (Clark Rule)

Dosis anak = Permintaan x pelarut


sediaan yang ada

Dosis Dewasa x Berat anak (Ponds)


50

1 Ponds = 2,2 kg

3. Pembuatan Larutan Savlon

Rumus: M1 x V1 = M2 x V2

Contoh: akan dibuat larutan Saflon 2% sebanyak 200 ml dengan sediaan


larutan 20%.

Berapa cairan Saflon yang diperlukan ?

Jawab: 20% v1 = 0,2% Ml

v1 = 0,2% x 200 = 40 x 1 ml (jumlah saflon)


20% 20

Jumlah Aquades yg diperlukan = v2-v1 = 200-1

Ml = 199 ml

4. Pembuatan campuran obat skintest

Rumus: 1:9

Contoh: Ceftriaxon 0,1cc dan aquades 0,9 cc dalam spuit 1cc disuntikkan
dengan

undulasi 0,5-1 cm dan tunggu selama 15 menit hasilnya positif bila undulasi

bertambah dan gatal (merah).

5. Perhitungan Tes Rumple Leed

Rumus: Sistolik + Diastolik


2

Contoh: TD: 120/80 mmHg

Jawab: 120+80 =100mmHg

Ditahan selama 15 menit dan hasilnya positif bila dalam lingkaran 5cm terdapat
lebih
dari 10 bercak merah (ptechie).

6. Perhitungan jumlah pemberian o2

Rumus: RR x volume tidal x 20% = ML

Contoh: Klien dengan RR 35x/menit harus mendapatkan o2 sebanyak

35×500 ML x 20% = 3500 ML = 3,5 Liter

7. Perhitungan pengambilan obat untuk tes Mantouk

Rumus: Unit Yg Diperlukan


Unit yg tersedia dalam ml

Contoh: Terdapat cairan PPD dalam vial 4cc dengan kandungan obat 1 ml= 50
unit

(5tu) maka berapa yang diambil dalam vial?

Jawab: 5 unit = 0,1 ml


50 unit (dlm 1 ml)

Disuntikan IC dengan pembacaan hasil sesudah 24-72 jam. Untuk ATS diberikan
300

unit untuk dewasa dan separuhnya untuk anak anti tetanus.

8. Perhitungan denyut nadi maksimal

Rumus: 220 – Umur (dalam tahun)

Contoh: Usia 20 tahun denyut nadi maksimalnya 200x/menit (saat olahraga


stop

apabila nadi sudah mencapai 200x/menit)

9. Perhitungan BB Ideal

Rumus: BB x 100%
TB – 100

BB normal = nilai 90-100%

BB kurang, nilai kurang dari 90%

BB lebih, BB lebih dari 110%

Rumus (Bocca):

TB -100% Kg (pria TB < 160cm)

TB -100x 1 Kg (Wanita TB 150cm)


Contoh: Pria dengan TB 170cm harus memiliki BB ideal

(170-100)-10%=70-7 Kg (70×10%)= 63 Kg

10. Rumus menghitung BB dan TB normal untuk balita diatas 3 tahun

Rumus: BB= 8-2 (Kg)

TB= 80-5n (cm)

Contoh: Balita usia 3 tahun memiliki BB normal 14 Kg dan TB 95 cm.

11. Penilaian kesadaran dengan GCS

Mata (E):

4: Spontan membuka mata

3: Dengan perintah

2: Dengan rangsang nyeri

1: Tidak ada reaksi

Motorik (m):

6: Mengikuti perintah

5: Melokalisir nyeri

4: Menghindari nyeri

3: Fleksi abnormal

2: Ekstensi abnormal

1: Tidak ada reaksi

Verbal (V):

5: Orientasi baik

4: Disorientasi waktu & tempat, tapi dapat mengucapkan kalimat

3: Hanya mengucapkan kata-kata

2: Mengerang

1: Tidak ada reaksi

12. Tajam penglihatan

6/6 : Bisa membaca dengan benar huruf pada Snelen Chart dan orang

 orang normal pun dapat melakukanny (jarak 6 m)


6/30 : Hanya bisa membaca huruf pada jarak 6m, sedangkjan orang

normal bisa membaca pada jarak 30m.

3/60 : Hanya bisa melihat dan menentukan jumlah jari dengan benar

pada jarak 3m sedangkan orang normal 60m.

1/300 : Hanya bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1m, orang normal

300m.

1/- : Hanya bisa merasakan sinar saja


0 : Buta total

13. Pemeriksaan pendengaran dan diagnosanya


Rinne Weber Schwabach Diagnosa

Tidak ada Sama dengan


+ lateralisasi pemeriksa Normal

Lateralisasi ke
- telinga sakit Memanjang Tuli konduktif

+ Ke vg sehat Memendek Tuli sensori


Tes rinner : membandingkan hantaran udara dengan hantaran
tulang pendengaran

Tes weber : membandingkan hantaran tulang kiri dan kanan

Tes schwabach : membandingkan hantaran tulang pendengaran klien dengan


pemeriksa

14. Klasifikasi Denyut Nadi


0 : tidak teraba adanya denyut

1 : denyutan berkurang dan sulit diraba

2 : normal, teraba dengan mudah dan tidak mudah lenyap

3 : denyutan kuat dan seperti memantul terhadap ujung jari

15. Klasifikasi dalam oedema

1+ : depresi 2mm

2+ : depresi 4mm

3+ : depresi 6mm
4+ : depresi 8mm

16. Pemberian oralit diberikan setiap mencret/muntah

< 1 th : 50-100cc

1-5 th : 100-200cc

>5 th : 200-300cc

Dewasa: 400-500cc

17. Pemberian Suction

Ukuran Kateter Penghisap


Usia Ukuran

1. Neonatus 6-8 Fr

2. Bayi s/d 6 bulan 6-8 Fr

3. 18 bulan 8-10 Fr

4. 24 bulan 10 Fr

5. 2-4 tahun 10-12 Fr

6. 4-7 tahun 12 Fr

7. 7-10 tahun 12-14 Fr

8. 10-12 tahun 14 Fr

9. Dewasa 12-16 Fr

18. Regulator Vacum yang digunakan


Alat Vacum ( mmHg )

1. Bayi 60-100 mmHg

2. Anak-anak 100-120 mmHg

3. Dewasa 120-150 mmHg

Alat Vacum (inci Hg)

1. Bayi 3-5 inci Hg

2. Anak-anak 5-10 inci Hg


3. Dewasa 7-15 inci Hg

perhitungan dosis obat

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak lebel obat di pakai dalam soal-soal penghitungan dosis dengan maksud membentuk

perawat untuk terbiasa daengan keterangan penting yang terdapat pada label.Keterangan ini

kemudian dipakai untuk penghitungan dosis obat yang benar.

Ada empat metode penghitungan dosis yang dijelaskan disini,dua metode umum dan dua

metode lain yang dipakai untuk penghitungan dosis obat secara individual berdasarkan berat badan

dan luas permukaan badan.

B. Rumusan Masalah

1. Metode Penghitungan Obat

2. Penghitungan Dosis Oral,Termasuk Untuk Anak-anak

3. Penghitungan Cairan IV

4. Perhitungan Dosis Injeksi Termasuk Untuk Anak-anak

C. Tujuan

1. Menjelaskan Metode Penghitungan Obat

2. Menjabarkan Penghitungan Dosis Oral,Termasuk Untuk Anak-anak

3. Memaparkan Penghitungan Cairan IV

4. Menjelaskan Perhitungan Dosis Injeksi Termasuk Untuk Anak-anak


D. Pembatasan Masalah

Karena luasnya masalah yang berkaitan dengan penghitungan dosis,maka kami membatasi

masalah hanya pada rusmusan masalah saja.

BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Penghitungan Obat


Dua metode umum untuk penghitungan dosis obat adalah rumus dasar dan rasio dan proporsi.
Metode-metode ini akan dipakai dalam penghitungan dosis-dosis obat oral dan injeksi. Seorang
perawat harus memilih salah satu metode untuk menghitung dosis obat dan memakainya secara
konsisten.

1. Interpretasi label obat oral dan injeksi


Perusahaan farmasi biasanya melabelkan nama dagang obat nya dengan huruf yang besar dan
nama generiknya dalam huruf yang lebih kecil. Dosis per tablet, kapsul atau cair (untuk dosis oral
dan injeksi) dicetak pada label. Dua contoh dari label obat diberikan dibawah ini, satu untuk obat
oral dan yang kedua untuk obat injeksi.

Contoh I: obat oral

Dyrenium adalan nama dagang, triamterene adalah nama generik dan dosisnya adalah 50mg/kapsul.

Contoh II: obat injeksi


Amikin adalah nama dagang, amikasin sulfat adalah nama generik, dan dosisnya adalah 100mg/2
Ml.

2. Rumus dasar
Rumus dasar mudah untuk diingat dan lebih sering dipakai dalam perhitungan dosis obat:

D:dosis obat yang diperintahka dokter


H:dosis obat pada label tempat obat

V:bentuk obat yang tersedia(tablet, kapsul, cair)

A: hasil perhitungan yang diberikan kepada psien.

3. Rasio dan proporsio


Metode rasio dan proporsio adalah metode tertua yang kini dipakai dalam penghitungan
dosis. Rumusnya adalah:

diketahui diinginkan

H : V :: D : X

Rerata

Ekstrim

X=

D :dosis obat yang diperintahkan dokter

H :dosis obat pada label tempat obat

V :bentuk obat yang tersedia(tablet, kapsul, cair)

X :jumlah yang harus dihitung dan diberikan ke pasien

:: :”sebagai” atau “sama dengan”

4. Berat badan
Metode berat badan adalah penghitungan memberikan hasil yang individual dalam dosis obat
dan terdiri dari tiga langkah:

a. Konversi pounds menjadi kilogram jika perlu(lb:2,2)


b. Tentukan dosis obat per berat badan dengan mengalikan:
Dosis obat X berat badan = dosis klien per hari.

c. Ikuti rumus dasar atau metode rasio dan proporsi untuk mrnghitung dosis obat.

5. Luas permukaan tubuh (LPT)


Metode LPT dianggap sebagai yang paling tepat dalam menghitung dosis obat untuk bayi, anak-
anak, lansia, dan klien yang menggunakan agen antineoplastikatau mereka yang berat badannya
rendah. Luas permukaan tubuh dalam meter persegi (m2), ditentukan oleh titik
temu (perpotongan)pada skala nomogram antara tinggi badan dan berat badan seseorang untuk
bayi dan anak-anak, untuk dewasa. Untuk menghitung dosis obat dengan metode LPT, kalikan dosis
obat yang diminta dengan angka m2.

100 X 1,8 m2 (LPT) = 180 mg/ hari

B. Penghitungan Dosis Oral, Termasuk Untuk Anak Anak

Obat oral tersedia dalam bentuk tablet, kapsul bubuk dan cair obat obatan oral diabrobsi
melalui gastrointestinal terutama pada usus halus. Tablet mempunyai bentuk kekekuatan yang
berbeda beda, kebanyakan tablet mempunyai alur, sehingga dapat mudah dibelah jika diperlukan
hanya setengah tablet. Kapsul adalah pembungkus gelatin yang berisi bubuk atau time
pellets. Bentuk cair dapat berupa suspense, sirup, eliksir atau tinktura, obat oral (tablet, kapsul,cair)
yang mengiritasi mukosa lambung harus diberikan dengan 5 – 8 oz cairan atau dimakan bersama
makanan.

1. Penghitungan tablet, kapsul dan cair


Ketika menghitung dosis oral, pilihlah salah satu metode penghitungan rumus dasar dan rasio
dan proporsi.
Rumus dasar
Rasio dan proporsio
H : V :: D : X
Ditangan bentuk dosis yang di inginkan tidak diketahui

Rerata
Ekstrim
x =
CONTOH:
a. Perintah : diltiazem (cardizem) 60 mg b.i.d.
Tersedia : diltiazem 30 mg/ tablet

H : V :: D : X

30 mg : 1 tab :: 60 mg : x tab

30x = 60

x = 2 tablet

Jawab: cardizem (diltaiazem) 60 mg = 2 tablet

2. Berat badan dan luas permukaan tubuh


Dua metode individual ini sering dipakai untuk menhitung dosis obat anak anak, dalam
pengggunaan metode berat badan, koversi berat badan dalam pound menjadi kilogram (kg) untuk
mengkonversi, bagilah pound dengan 2,2 supaya sama dengan kilogram. Dalam penggunaan metode
luas permukaan tubuh, diperlukan berat badan dan tinggi badan serta nomogram.

CONTOH :

Perintah : sikloposfamid ( cytoxan) 2 mg/ kg/hari. PO

Berat klien adalah 143 lb. berapa berat klien dalam kilogram? Berapa milligram(mg) yang harus
diterima oleh klien?

Jawab:
143lb : 2,2 = 65 kg

2 mg X 65 = 130 mg cytoxan/hari
3. Penghitungan obat anak
Dua metode yang dianggap aman dalam pemberian obat untuk anak anak adalah metode
berdasarkan berat badan (kg) dan luas permukaan tubuh(m2).

a. Dosis anak anak per berat badan


CONTOH:

Perintah: sefaklor (ceclor) 50 mg,q.i.d

Berat badan anak 15 lb atau 6,8 kg

Dosis obat anak 20-40mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga.

Tersedia sefaklor 125 mg/5mL

Apakah dosis yang diresepkan aman ?

JAWAB:

Parameter obat: 20 mg X 6,8 kg = 136


mg/hari 40 mg X 6,8 kg = 272 mg/hari
Perintah dosis: 50 mg X 4 = 200 mg/hari

H : V :: D : X

125 mg : 5 mL :: 50 mg : x mL

12x =
250 x = 2 mL

Sefaklor 50 mg = 2 mL. berikan 2 mL 4 kali sehari

Dosis berada dalam parameter keamanan

1).

2).
b. Dosis anak anak per luas permukaan tubuh
CONTOH:

Perintah: metotreksat ( mexate) 50 mg setiap minggu

Tinggi anak : 54 inci.

Berat : 90 lb ( 41 kg)

Dosis obat anak : 25 – 75 mg/m2/minggu

Tinggi dan berat bada berpotongan pada 1,3 m2(lpt),

Apakah dosis yang diresepkan aman

JAWAB:

Kalikan lpt,1,3 m2 dengan dosis minimum dan maksimum

25 mg X 1,3 m2 = 32,5 mg

75 mg X 1,3 m2 = 97,5 mg

Dosis dinilai aman, berada didalam parameter berdasarkan permukaan tubuh anak.

c. Dosis anak anak dari dosis dewasa


Untuk menghitung dosis anak anak dari dosis dewasa, tentukan tinggi dan berat badan anak
dan dimana mereka berpotongan pada nomogram, maka didapatkan luas permukaan tubuh dalam
n2. Rumus perhitungannya adalah sbb:

CONTOH:
Perintah : eritromisin ( E – mycin) 125 mg, PO, q.i.d.

Tinggi anak adalah 42 inci, beratnya adalah 60 lb

Tinggi badan dan berat badan anak berpotongan pada 0,9 n2

Dosis dewas adlah 1000 mg/ hari

Dosis dewasa : 520 mg : 4 kali sehari = 130 mg/dosis

Dosis berada dalam batas keamanan.


C. Penghitungan Cairan Intravena

Ada dua metode yang dipakai terap cairan intravena (IV) yang dipakai dalam pemberian cairan
yang mengandung air, dekstrosa, vitamin,elektrolit dan obat obatan. Kini terdapat semakin banyak
obat obat melalui rute intravena supaya dapat diabsorpsi langsung an bekerja cepat. Beberapa obat
yang diberikan dengan dorongan IV (bolus) banyak obat yang diberikan intravena mengiritasi vena,
sehingga obat obat ini diencerkan dalam cairan 50 – 100 mL. obat obat lain diberikan dalam jumlah
cairan yang besar dalam jangka waktu tertentu seperti dalam 4 – 8 jam. Ada dua metode yang
dipakai dalam pemberian cairan dan obat obat intravena: infus IV kontinu dan infus IV intermiten.
Pemberian IV konntinu dimaksudkan untuk mengganti kehilanggan cairan,menjaga keseimbangan
cairan dan merupakan sarana pemberian obat. Pemberian IV intermiten terutama ditujukan untuk
obat obat IV.

1. Pemberian intravena kontinu


a. Perangkat intravena
Ada beberapa perangkat infus yang dipasarkan oleh abbott, cutter, Mc Gaw, dan travenol.
Faktor tetesan,jumlah tetesan per mililiter biasanya tercetak pada pembungkus kemasan dari
perangkat IV. Perangkat yang memberikan tetesan yang besar per milliliter (10 – 20 tetes/mL)
disebut sebagai perangkat makrodrip dan perangkat dengan tetesan yang kecil ( 60 tetes/ mL)
disebut sebagai perangkat mikrodrip atau minidrip.

Perusahaan pembuat Tetesan (tetes/mL)

Perangkat makrodrip

Abbott 15

Cutter 20

McGaw 15

Travenol 10
Perangkat mikrodrip

Perangkat mindrip 60

Kadang kadang cairan intravena diberikan dengan laju yang rendah untuk menjaga supaya
vena tetap terbuka ( KVO = keep a vein open), dengan kata lain to keep open (TKO). Alasan
diberikannya pernitah KVO dapat berupa bahaya kecurigaan atau terjadinya keadaan darurat untuk
pemberian cairan dan obat obatan dan keperluan untuk membuka jalan dalam memberikan obat
obat IV pada waktu waktu tertentu untuk KVO, dapat dipergunakan perangkat mikrodrip ( 60 tetes/
mL) dan kantong IV 250 mL. KVO biasanya diatur sehingga dialirkan 10 mL/ jam.

b. Menghitung laju aliran intravena


Dapat dipakai tiga macam metode untuk menghitung laju aliran IV (tetes/menit). Perawat
harus memilih salah satu metode menghapalnya, dan secara konsisten menggunakannya dalam
menghitung laju aliran IV.

Metode I: tiga langkah


1)
2)
3) Mililiter per menit x tetes per mililiter dari perangkat IV = tetes/menit
Metode II: dua langkah

1)
2)

Jika mililiter per jam diketahui maka langsung kelangkah 2.

Metode III: satu langkah

c. Mencampur obat obat untuk pemberian intravena kontinu


Obat obat seperti kalium klorida dan vitamin sering kali ditambahkan kedalam kantong
larutan IV untuk infus kontinu. Obat obat harus ditambahkan kedalam kantong atau botol segera
sebelum pemberian cairan intravena. Suntikkan obat kedalam penutup karet pada kantong atau
botol IV dan rotasi kantong beberapa kali untuk memastikan bahwa obat tersebar merata kedalam
larutan jangan tambahkan obat sewaktu infus berjalan kecuali jika kantong dirotasi larutan obat
yang disuntikan kedalam larutan infus IV dalam posisi tegak akan mengkonsentrasikan obat pada
bagian bawah dari kantong IV sehingga tidak tersebar dengan merata.

CONTOH:
Perintah: 100 mL dekstrosa 5 % dalam air ( D5W) dengan kalium klorida (KCL) 20 mEq dalam 8 jam
tersedia 1000 mL dekstrosa 5 % dalam air.

Kalium klorida 40 mEq/ 20 mL ampul


Perangkat IV berlabel 10 tetes/menit

Penghitungan obat: mempergunakan rumus dasar dan metode rasio dan proporsio

H : V :: D : x

40 mEq : 20 mL :: 20 mEq : x mL

40x =
400

x = 10 mL KCl

Penghitungan laju aliran IV akan dijelaskan dengan menggunakan tiga metode seperti yang
sudah diuraikan sebelumnya. Tetapi, sangat dianjurkan agar anda memilih salah satu metode untuk
menentukan laju aliran IV.

Metode I
1)
2)
3) 2,1 x 10 = 21 tetes
Metode II

1) 1000 ÷ 8 = 125 mL/jam


2)
Metode III
2. Pemberian intravena intermiten
Beberapa obat IV diserap untuk diberikan tiga sampai enam kali sehari dalam volume cairan IV
yang kecil ( 50 – 100 mL D5W atau salinnormal [NSS: natrium klorida 0,9%]). Larutan obat biasanya
diinfuskan dalam waktu 15 menit sampai satu jam. Selang untuk obat obat IV yang terpisah,jalur
sekunder, dimasukan kedalam port (penutup karet), dari konektor IV pada perangkat kontinu, jalur
primer IV. pemberian IV ini disebut sebagai terapi IV intermiten.

a. Perangkat intravena sekunder tanpa pengendali


Dua perangkat IV yang tersedia untuk pemberian obat obat IV adalah (1) silinder berkalibrasi
(chamber) dengan selang, seperti buretrol,volutrol, dan solusep. (2) perangkat sekunder, yang
serupa dengan perangkat IV biasa kecuali selangnya lebih pendek. Perangka sekunder terutama
depergunakan untuk menginfus volume kecil, 50,100,250 mL. chamber dari buretrol, volutrol dan
solusep dapat diisi 150 mL larutan. Obat obatan disuntikan kedalam chamber kemudian dilautkan
dengan larutan. Metode pemberian obat ini dikenal dengan nama IV Piggyback (IVPB).

Obat obat untuk infus IV diencerkan terlebih dahulu sebelum dilakukan infus. Masing
masing klinik sering kali mempunyai protokol tersendiri untuk pengenceran ini; ahli farmasi atau
keterangan obat juga dapat merupakan narasumber untuk pedoman pemberian infus. Pedoman dan
protokol ini membantu dan mencegah inkompatibilitas obat dan cairan. Jika menggunakan buretrol
harus menggunakan larutan IV sebanyak 15 – 30 mL untuk membilas obat keluar dari jalur IV setelah
pemberian selesai.

Jika ingin menghentikan infus cairan IV dan memulai terapi obat intermiten, maka dipasang
adapter pada keteter atau jarum IV dimana selang IV dilepaskan. Adapter mempunyai Port
(penutup) dimana jarum atau selang IV dapat ditusukan untuk meneruskan terapi obat. Penggunaan
adapter membantu mobilitas klien karena tidak lagi mempunyai jalur IV yang “membuntuti” dan
hemat biaya karena lebih sedikit menggunakan selang, larutan, dan perlengkapan IV.

Adapter mungkin hanya mempunyai selang yang pendek, yang disebut dengan kunci
heparing kateter dan jarum IV dengan adapter harus dihindarkan dari bekuan darah dengan
memberikan heparing dosis rendah setelah setiap kali obat diberikan. Dalam beberapa institusi ini
dikenal sebagai prosedur SASH. SASH adalah singkatan dari.

S : solution ( saline ) flush ( 2 mL ) = pembilasan dengan larutan\


A : atminister drug into rubber stopper = berikan obat kedalam penutup karet

S : solution ( saline) Flush (2 mL)

H : heparing 1 : 100 solution ( 1 mL)


b. Pengatur intravena elektris
Pengendali dan pompa adalah dua jenis dasar dari pengatur intravena elektris yang
dipergunakan dalam rumah sakit dan beberapa pelayanan kesehatan masyarakat. Pengatur IV
elektris dibuat sedemikian rupa sehingga laju pemberian larutan IV sesuai dengan yang diresepkan.
Jika laju aliran terhambat, maka alram berbunyi.

Ada dua jenis kendali aliran untuk pengatur elektris, yaitu pengatur volumetrik dan non
volumetrik. Pengatur volumetrik memberi volume cairan tertentu dengan laju tertentu, dalam
mililiter per jam. Pengatur non volumetrik dibuat untuk memberikan infuse dalam jumlah tetesan
tertentu dalam tetesan per menit. Untuk menentukan apakah mesin merupakan volumetrik atau
non volumetrik, periksa apakah display panel dikalibrasi dalam mL/ jam atau tetes/menit.

c. Analgesik yang dikendalikan pasien


Analgesik yang dikendalikan pasien ( PCA = patient – controle analgesia) adalah metode lain
dari pemberian obat obat intravena. Tujuan dari PCA adalah untuk menghasilkan konsentrasi obat
dalam serum yang merata, sehingga menghindari kadar puncak dan lembah obat. Metode ini dibuat
untuk memenuhi kebutuhan klien yang membutuhkan injeksi narkotik intramuscular yang legular
sekurang kurangnya dalam waktu 24 – 48 jam.

Beberapa alasan penggunaan PCA adalah

1) Kendali nyeri yang efektif tanpa disertai rasa yang mengantuk yang berlebih.
2) Pengurangan yang cukup banay dari jumlah narkotik yang dipakai.
3) Perasaan klien dalam hal lebih cepat mengendalikan rasa nyerinya.
Beberapa klien tidak boleh menggunakan PCA, termasuk mereka yang alergi terhadap
analgesik yang diresepkan; mereka yang telah mneggunakan sedatip atau alkohol dalam jangka
waktu lama; dan mereka yang dengan cedera kepala, penyakit pernapasan, riwayat penyalahgunaan
atau kecanduan narkotik, atau dengan gangguan psikiatrik mayor.

Ada beberapa pilihan alam pemberian PCA. Pompa deprogram untuk menberikan obat yang
diresepkan

1) Atas kebutuhan klien


2) Kontinu
3) Kontinu dan ditambahkan dengan kebutuhan klien

d. Menghitung laju aliran obat obat intravena


Obat intravena tergantung dari instruksi dosis obat, yang menunjukan jumlah larutan untuk
pengenceran dan lamanya waktu memberikan infus. Perawat harus menghiitung dosis obat terlebih
dahulu berdasrkan perintah dokter, kemudain baru menghitung laju aliran.

CONTOH:

1) Perangkat sekunder : untuk mendapatkan beberapa tetes per menit dari obat obat IV pergunakan
silinder yang dikalibrasi (buretol), kantong ( add – A-line ) 50 – 250 mL, atau pengatur non volimerik
yang mana saja.
2) Pengatur volimetrik. Untuk mendapatkan millimeter per jam

D. Perhitungan Dosis Injeksi Termasuk Untuk Anak-Anak


Jika obat-obatan tidak diminum melalui mulut karena ketidakmampuan untuk
menelan,menurunnya kesadaran,inaktivitas obat oleh cairan lambung atau ada tujuan untuk
meningkatkan efektivitas obat maka dapat dipilih rute parenteral.pengobatan parenteral diberikan
secara intrdermal (bawah kulit),subkutan (SK,ke dalam jaringan lemak),inramuskuler (IM,di dalam
otot) dan intravena (IV,di dalam vena).obat-obat injeksi dalam bagian ini meliputi
intradermal,subkutan (termasuk insulin dan heparin),dan intramuskular berasal dari bentuk cair
yang telah tersedia dan bubuk yang direkonstitusi dalam vial dan ampul.

Bagian ini dibagi menjadi:


1. Preparat injeksi
Tempat obat yang tepat ( vial atau ampul) dan pilihan yang benar dari jarum dan spuid adalah
penting dalam mempersiapakan dosis obat yang diresepkan. Rute pemberian adalah bagian dari
perintah pengobatan
a. Vial dan Ampul
Vial biasanya berupa tempat obat kecil yang terbuat dari kaca dengan tutup karet yang
terekat erat. Beberapa vial terisi obat dalam dosis multipel dan jika disimpan dengan baik dapat
dipakai berkali kali.
Ampul adalah tempat obat terbuat dari gelas dengan leher yang melekuk ke dalam, dan
merupakan tempat untuk membuka ampul dengan cara memecahkannya. Ampul biasanya
digunakan hanya untuk sekali pakai.
Obat obat yang mudah rusak dalam bentuk cair dikemas dalam bentuk bubuk dama vial
maupun ampul untuk penyimpanan. Sekali obat berbentuk kering ini direkrontruksi (biasanya
dengan air steril, air bakteriostatik, atau air salim), obat segera dipakai atau haurs dimasukan
kedalam lemari es, periksa keterangan obat yang dilampirkan untuk mengetahui lama penyimpanan
obat tersebut atau instruksi lainnya. Orang yang merenkontruksi obat harus menuliskan label kapan
obat tersebut harus dibuang dan juga mencantukkan inisial namanya. Biasanya sebuah vial harus
dipakai dalam jangka waktu 96 jam sampai satu minggu.
Label label obat pada vial atau ampul memberikan keterangan sebagai berikut:
1) Nama generik dan nama dagang obat
2) Dosis obat dalam berat ( miligram, gram,miliekuivalen)
3) Jumlahnya (mililiter)
4) Tanggal kadaluarsa
5) Petunjuk pemberian
6) Instruksi pencampuran,jika obat berada dalam bentuk bubuk
b. Spuit
Spuit terdiri dari silinder (barel, kerangka luar), penghisap (plunger,bagian dalam), dan ujung (tip)
dimana jarum bertemu dengan spuit. Spuit tersedia dalam berbagai tipe dan ukuran, yang paling
sering adalah yang berukuran 3 mL dan 5 mL, tuberkulin, insuin dan spuit logam dan plastik untuk
catrige yang telah diisi. Spuit kaca dapat dipakai dalam kamar operasi dan pada baki instrumen
kusus. Obat obat suntik harus dikemas dalam bentuk catrige yang telah diisi untuk spuit dengan
merek Tubex, carpuject. Ujung spuit dan bagian dalam dari penghisap harus tetap dalam keadaan
steril.

Spuit 3 mL dikalibrasi dalam sepersepuluh ( 0,1 mL) dan minim. Jumlah cairan dalam spuit
ditentukan oleh pangkal karet hitam dari penghisap (bagian dalam dari penghidap). Yang paling
dekat dengan ujung. Ingat bahwa mL dan cc dapat dipakai bergantian.
Spuit 5 mL dikalibrasi dalam petanda 0,2 mL. Spuit 5 mL biasanya dipakai jika cairan diperlukan lebih
dari 2,5 mL. Seringkali dipakai untuk merekontitusi obat berbentuk kering dengan air bakteriostatik
steril atau salin.

Spuit tuberkulin adalah tabung 1 mL yang ramping dengan petnada dalam sepersepuluh(0,1) dan
seperseratus (0,01) tabung ini juga ditandai dengan minim tabung ini dipakai juka jumlah cairan yang
akan dibrikan kurang dari 1 mL dan untuk anak anak seta dosis heparing.

Spuit insulin mempunyai kapasitas 1 ml tetapi insulin diukur dalam unit dan dosis insulin tidak boleh
dihtung dalam mililiter. Spuit insulin dikalibrasi dengan petanda 2-U, dan 100 U, setara dengan 1 mL.

c. Catridge dan spuit yang telah diisi obat


Banyak obat obat suntik yang dikemas dalam catridge yang telah diisi dan sekali pakai. Catridge
sekali pakai ini ditempatkan dalam injektor tubex atau pemegang dari logam atau plastik yang dapat
dipakai ulang. Biasanaya catridge yang telah diisi mempunyai kelebihan 0,1 – 0,2 mL larutan obat.
Berdasarkan jumlah obat yang diberikan, kelebihan larutan harus dibuang sebelum pemberian.

d. Jarum
Ukuran jarum terdiri dari dua komponen, ukuran logam ( gauge = diameter lumen) dan panjang.
Semakin besar ukuran lubang, semakin kecil diameter lumen, dan semakin kecil ukuran lubang,
semakin besar diameter lumen. Nomor ukuran lubang jarum yang sering dipakai adalah antara 18
sampi 26. Panjang jaurm berpariasi dari 3/8 – 2 inci. Tabel memberikan daftar ukuran lubang dan
panjang jarum dalam pemakaian ijeksi subkutan dan interamuskular.

TIPE INJEKSI UKURAN LUBANG PANJANG


JARUM JARUM ( inci)
Intradermal 25,26 3/8, ½ , 5/8
Subkutan 23,25,26 3/8, ½, 5/8
intramuskular 19,20,21,22 1,1 ½ , 2

Ketika memilih panjang jarum untuk injeksi intramuskular, ukuran klien dan banyaknya
jaringan lemak harus dipertimbangkan. Seorang klien dengan jaringan lemak (subkutan) yang sedikit
munkin memerlukan jarum 1 inci. Bagi klien yang obc panjang jarum untuk injeksi intramuskular
berkisar antara 1,5 – 2 inci.
Spuit insulin dan cartidge yang telah diisi mempunyai jarum yang dipasang permanent,
sedangkan pada spuit lain, jarum dapat diganti dengan jarum yang diinginkan. Ukuran lubang dan
panjang jarum tertera pada kemasan spuit atau pada bagian atas spuit. Keterangan tertulis sebagai
ukuran lubang/panjang, contohnya 20 g/1 ½ .
e. Sudut injeksi
Untuk injeksi, jarum memasuki kulit dengan berbagai sudut. Injeksi intrdernal diberikan dengan
sudut 10o– 15o , ijeksi subkutan dengan sudut 45o – 90o., dan injeksi intramuskular dengan sudut 90o.

2. Interpretasi label obat injeksi


Obat obat unuk injeksi disimpan dalam bentuk cair atau bubuk didalam vial dan ampul. Jika
obat berada dalam bentuk cair, maka dosis obat dan ekuivalensinya dalam mililiter dicetak pada
label obat. Tetapi, obat obat dalam bentuk bubuk harus direkontetusi ( bentuk cair untuk
pemakaian). Biasanya instruksi untuk rekontitusi diberikan pada label obat dan keterangan obat.

CONTOH:
Staphcilin adalah nama dagang, metisilin adalah nama generik. Obat ini dipakai dalam pemberian
IM dan IV. Instruksi pada label obat tetera demikian : “ untuk IM, tambahkan 6,8 ml air steril atau
natrium clorida (saline); 1 g = 2 ml. “ volume pelarut (larutan) dan obat bubuk setara dengan 12 ml.

3. Injeksi intradermal
injeksi intradermal biasa nya dipakai untuk uji kulit dalam mendiagnosis sebab alergi atau untuk
menentukan adanya mikroorganisme.pilihan spuit untuk uji intradermal adalah spuit tuberkulin
dengan lubang jarum berukuran 25

4. Injeksi subkutan
Obat-obat yang di injeksi kedalam jaringan subkutan (lemak) diabsorpsi perlahan-lahan karena
jaringan lemak mempunyai lebih sedikit pembuluh darah.jumlah larutan obat yang diberikan
subkutan umum nya sebanyak 0,5-1 mL dengan sudut 45,60, ataw 90.larutan obat yang dapat
mengiritasi jaringan lemak diberikan intramuskular karena dapat menyebabkan pengelupasan
jaringan subkutan.

Penghitungan injeksi subkutan:


Untuk menghitung dosis injeksi subkutan di pakai rumus dasar D/h x V atau metode rasio dan
proporsi.Heparin adalah obat yang sering diberikan subkutan.heparin dapat diberikan dengan sudut
60-90 tergantung dari banyaknya jaringan lemak.kulit diangkat ,dan larutan heparin di injeksikan
kedalam jaringan subkutan.Jangan lakukan aspirasi dan jangan menggosok tempat suntikan, karena
gosokan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh-pembuluh darah haalus dan perdarahan.

CONTOH
Perintah: heparin 2500 U, SK
Tersedia:heparin 10.000 u/mL dalam vial dengan dosis multipel (10mL)
Rumus dasar: D/H x V = 2500 U/10000 U x 1 mL=25/100=0,25 mL
Metode rasio dan proporsi
H : V :: D : x
10.000 U: 1 mL :: 2500 U : x Ml
10,000x=2500

X=25/100 = 0,25 mL
Jawab heparin 2500 U = 0,25 mL.

Contoh:

Perintah:heparin 4000 U, SK

Tersedia:

Gambar.

Jawab :

a. D/H x V = 4000/10.000 x 1 = 4/10 = 0,4 mL


b. H : V :: D : x
10.000 U : 1 mL :: 4000 : x mL
10.000x = 4000
X =4000/10.000 = 0,4 mL
5. Injeksi insulin
Pemberian obat-obatan membutuhkan perhatian yang inci dan demikian pula halnya dengan
insulin.insulin diminta dalam unit.contoh nya,jika dosis insulin yang diresepkan adalah 50 U,maka
ambil 50U dari seebuah botol insulin 100 U dengan menggunakan spuit insulin yang dikalibrasi 100-
U.insulin diberikan subkutan dengan sudut 450,60o,900 drajat kedalam jaringan subkutan.

Contoh soal:

Perintah:insulin lente 30 U , SK

Tersedia:insulin lente 100 U/mL dan spuit insulin 100 U/mL

(jwb nya blom 109)

6. Injeksi intramuskular
Obat mempunyai lebih banyak pembuluh darah daripada jaringan lemak,sehingga obat-obatan
yang diberikan dengan injeksi intramuskular (IM) akan lebih cepat diabsorpsi daripada injeksi
subkutan.volume larutan untuk injeksi IM adalah 0,5-3,0 mL dengan rata-rata 1-2 mL.volume
larutan obat yang lebih dari pada 3 mL menyebabkan perpindahan jaringan otot yang berlebih
banyak dan kemungkinan terjadikerusakan jaringan.kadang-kadang 5 mL dari obat tertentu,seperti
magnesium sulfat,dapat disuntikkan ke dalam otot yang besar,seperti dorsogluteal.dosis yang lebih
besar dari pada 3 mL biasa nya dibagi dan diberikan pada dua tempat yang berbeda.

Ukuran lubang jarum untuk injeksi intramuskular cairan yang kental adalah 19 dan 20,dan untuk
jaringan yang encer adalah 20 dan 21.injeksi intramuskular diberikan dengan
sudut 90 derajat.panjang jarum tergantung dari banyaknya jaringan adiposa (lemak) dan jaringan
otot;rata-rata dari panjang jarum adalah 1,5 inci.

a. Larutan obat untuk injeksi


larutan obat yang telah di campur sebelumnya oleh perusahan farmasi disimpan dalam vial
dan ampul untuk siap di pakai.Label obat pada tempat obat memberikan keterangan mengenai dosis
obat berdasarkan beratnya dan ekuivalensianya dalam milliliter.

Contoh:
Perintah :gentamisin (Garamycin) 50mg ,IM

Tersedia:gentamisin 80 mg/2Ml dalam sebuah vial.

1) D/H X V =50/80X 2 100/80=1,25mL


H : V :: D : X
2) 80mg : 2ml :: 50mg : X

80X =100
X=100/80=1,25mL

b. Rekonstitusi Obat Bubuk


Obat-obat tertentu akan hilang potensinya jika berada dalam bentuk cair ,oleh karena itu
pabrik obat mengkemas obat-obat tersebut dalam bentuk bubuk .Obat-obat ini direkonstitusi
dengan mengunakan pelarut (air bakteriostatik atau salin)sebelum di berikan.Label obat atau
keterangan instruksional (pamflet yang menyertai nya )sering kali memberkan tipe dan jumlah
pelarut yang di gunakan.jika tipe dan jenis pelarut tidak tertera pada label atau pada keterangan
instruksional ,hubungi ahli farmasi.

Biasanya pabrik obat menentukan jumlah pelarut untuk mencampur bubuk obat untuk
mencapai 1-2 ml/dosis .Obat bubuk membutuhkan tempat ;oleh sebab itu volume larutan obat akan
bertambah . Sekali obat bubuk telah direkonstiusi, larutan obat yang tidak digunakan harus diberi
tanggal ,dan tuliskan inisial pada label obat .Larutan obat yang tidak digunakan dalam vial disimpan
dalam lemari es dan dapat dipakai dalam waktu 48 jam sampai 1 minggu tergantung dari
rekomendasi pabrik obat .Larutan obat yang tidak dipakai dalam ampul harus dibuang.

Contoh :
Selesaikan masalah ini dengan menggunakan keterangan pada label obat.

Perintah :penisilin akueus 250.000 U,IM,q4h.

Tersedia : penisilin akueus 5.000.000 U (5 juta unit)

Obat dalam bentuk bubuk didalam vial.Label obat menyatakan :

Pelarut yang ditambahkan

(mL) UNIT /mL

18 250.000

8 500.000

3 1.000.000

Tambahan 18 ml pelarut . Bubuk obat setara dengan 2 ml.Setiap 250.000 U setara dengan 1 ml
.Dalam menyelesaikan masalah ini,tambahkan 18ml dan 2ml (bubuk obat)=20ml.

c. Pencampuran obat-obat injeksi


Obat-obat yang dicampur dalam spuit yang sama harus kompatibel untuk mencegah
pengendapan.untuk menentukan kompatibilitas obat,periksa buku referensi obat atau dengan ahli
farmasi.jika ragu-ragu mengenai kompatibilitas,jangan campur obat-obat tersebut.

Tiga metode yang dipakai dalam percampuran obat adalah :

1) Pencampuran dua macam obat dalam spuit yang sama dari dua vial
2) Pencampuran dua obat macam dalam spuit yang sama dari satu vial dan satu ampul,dan
3) Pencampuran dua macam obat dalam cartridge yang telah diisi dari sebuah vial.
Metode 1:pencampuran dua macam obat dalam spuit yang sama dari dua vial

1. Ambil udara ke dalam spuit sejumlah larutan yang akan diambil dari vial yang pertama,dan suntikan
udara ke dalam udara kedalam vial yang pertama.jangan biarkan jarum mengalami kontak dengan
larutan.keluarkan jarum.
2. Ambil udara kedalam spuit sejumlah larutan yang akan diambil dari vial yang kedua.tunggingkan
(balikkan ) vial kedua dan suntikan udara.ambil jumlah larutan yang diinginkan dari vial yang kedua.
3. Ganti jarum,kecuali jika anda akan menghabiskan seluruh isi dari vial yang pertama.
4. Balikkan vial yang pertama,dan ambil larutan dalam jumlah yang diingikan.
Metode 2: pencampuran dua macam obat dalam spuit yang sama dari satu vial dan satu ampul.
1) Suntikan udara kedalam vial
2) Ambil larutan dalam jumlah yang diinginkan dari dalam vial
3) Ambil larutan dalam jumlah yang diinginkan dari dalam ampul.

Metode 3 :pencampuran dua macam obat dalam sebuah cartridge yang telah diisi dari sebuah vial
1) Periksa dosis obat dn jumlah lautan dalam cartridge yang telah diisi.jika dosis yang diinginkan telah
lebih sedikit , buang kelebihan lautan.
2) Masuakn udara kedalam cartridge sesuai dengan jumlah larutan yang akan diambil dari larutan yang
akan diambil dari vial.balikkan vial dan suntikan udara.
3) Ambil larutan dalam jumlah yang diinginkan dari vial.pastiakn bahwa jarum tetap erada dalam cairan
dan jangan ambil larutan lebih dari yang diperlukan.

7. Penghitungan injeksi untuk anak-anak


Ketiga metode yang dipakai dalam perhitungan dosis oral untuk anak-anak juga dipakai dalam
perhitungan dosis obat injeksi.Metode-metodenya adalah penghitugan berdasarkan berat
badan,luas permukaan tubuh dan dosis dewasa.

CONTOH SOAL:
Perintah:prometazin (phenergan) 20 mg,IM,setiap 6 jam.

Berat badan :45 kg

Tersedia:phenergan 25 mg/mL

Apakah dosis berada dalam parameter keamanan?

Jawab:parameter phenergan: 0,25/kg/dosis x 45 kg = 11,25 mg/dosis

0,50/kg/dosis x 45 kg =22,5 mg/dosis

CONTOH : Pencampuran Obat-Obat Dalam Spuit Yang Sama

Perintah:meperidin (Demel) 25 mg dan atropin sulfat 0,4 IM.

Tersedia :meperidin dalam cartridge Tubeg berlabel 50mg/mL.

Atropin sulfat dalam vial multidosis berlabel 0,4 mg/ml.

Berapa mililiter dari setiap obat akan anda berikan dan bagaimana mencampur nya?

a. Dosis meperidin
a. D/H X V =25/50 X 1 =25/50=0,5ml

b. H : V :: D : X

50mg : 1ml :: 25mg : xml

50X= 25

X=1/2=0.5ml

b. Dosis atropin
Label menunjukkan 0,4mg=1ml

Jawab:Berikan meperidin 0,5ml dan atropin 1 ml.

PROSEDUR. Campur ke dua obat dalam cartridge dengan satu obat dari sebuah vial dan obat yang
lain dalam cartridge yang telah diisi.

1) Periksa dosis dan volume obat dalam cerita cartridge yang telah diisi.
2) Buang 0,5 ml dan setiap kelebihan larutan obat (meperidin)dari cartridge (0,5 ml tetap berada
didalam cartridge ).
3) Ambil 1ml udara kedalam cartridge,dan suntikan udara ke dalam vial yang berisi atropin.
4) Ambil 1ml atropin dari vial ke dalam larutan meperidin di dalam cartridge.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dua metode umum untuk penghitungan dosis obat adalah rumus dasar dan rasio dan
proporsi.metode-metode ini akan di pakai dalam penghitungan dosis obat oral dan yang disuntikan.

Secara garis besar rumus untuk menghitung dosis obat adalah:

D:dosis obat yang diperintahka dokter

H:dosis obat pada label tempat obat

V:bentuk obat yang tersedia(tablet, kapsul, cair)

A: hasil perhitungan yang diberikan kepada pasien.

B. Saran
Jika pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang penghitungan dosis oabt,
pembaca disarankan untuk membuka halaman daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai