Anda di halaman 1dari 10

AKUNTASI MANAJEMEN

SUPPLY CHAIN MANAJEMEN PADA UD.RESTU TANI

LAPORAN

Disusun Oleh:

1. Ahmad Samsudin D41190010


2. Ali Imran Ritonga D41190096
3. Muhammad Rudi Alek F D41190043
4. Yudha Ahmad Ashar D41190045

D4LJ PLJ MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
AKUNTASI MANAJEMEN
SUPPLY CHAIN MANAJEMEN PADA UD. RESTU TANI
Disusun Oleh: Ahmad samsudin, Ali Imran Ritonga,
Muhammad Rudi Alex F, Yudha Ahmad Ashar.

A. KONSEP SUPPLY CHAIN


Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem dimana suatu
organisasi itu menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para
pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai
organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu
sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Kata penyaluran mungkin kurang tepat karena dalam istilah supply termasuk juga
proses perubahan barang tersebut misalnya dari bahan mentah menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi.
Konsep supply chain adalah juga konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-
masing perusahaan dan pemecahannya dititik beratkan pada pemecahan secara
intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik
dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari
bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir yang merupakan
mata rantai penyediaan barang. Melihat definisi tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa supply chain ialah logistics network. Dalam hubungan ini ada beberapa
pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai
kepentingan yang sama tersebut yaitu: Suppliers, Manufacturer, Distribution,
Retail outlets, Customers.

Chain 1 : Suppliers
Jaringan bermula dari sini, dimana merupakan sumber yang menyediakan
bahan pertama dimana mata rantai penyaluran barang akan bermulai. Bahan
pertama ini dapat dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
bahan dagangan, subassemblies, spare parts dan sebagainya. Sumber pertama ini
dinamakan “suppliers”. Dalam artinya yang murni, disini termasuk juga
suppliers- suppliers atau sub-suppliers. Supplier ini dapat berjumlah banyak atau
sedikit, tetapi suppliers-suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata
rantai yang pertama.

Chain 1 - 2 : Suppliers ► Manufacturer


Rantai pertama dihubungkan dengan rantai ke dua yaitu “manufacturer”
atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan
pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengkonversikan
ataupun menyelesaikan barang (finishing). Untuk keperluan tulisan ini, sebut saja
bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai “manufacturer‟. Hubungan mata
rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.
Misalnya inventories bahan baku maupun bahan setengah jadi maupun bahan jadi
yang berada di pihak suppliers maupun di manufacturer maupun di tempat transit
merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang bahwa antara 40% sampai
60% bahkan lebih penghematan dapat diperoleh dari inventory carrying cost di
mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya,
penghematan ini dapat diperoleh.

Chain 1 - 2 - 3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distribution


Barang yang sudah jadi yang sudah dihasilkan oleh manufacturer sudah
mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk
penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini
biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan kepada gudang distributor atau wholesaler atau pedagang
besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan
dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

Chain 1 - 2 - 3 - 4 : Supplier ► Manufacturer ► Distribution ► Retail


Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat
juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan
untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya
gudang dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik
dari gudang manufacturer maupun kepada toko pengecer (retail outlets).
Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya
kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan
menggunakan pola seperti di atas.

Chain 1 - 2 - 3 - 4 - 5 : Supplier ► Manufacturer ► Distribution ► Retail


Outlets ► Customers
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya
langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut.
Dalam pengertian outlets ini termasuk toko, warung, department store, super
market, toko koperasi, mal, club stores dan sebagainya pokoknya dimana pembeli
akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa disini
merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada lagi yaitu mata rantai
dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) kepada real customers atau real
user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply
betul-betul baru berhenti sampai barang yang bersangkutan tiba di pemakai
langsung (pemakai yang sebenarnya) dari barang atau jasa dimaksud.
B. SUPPLAY CHAIN MANAJEMEN YANG TERDAPAT PADA UD. RESTU TANI
Nama usaha : UD. Restu Tani
Nama Dagang : Benih Padi “TULODHO”
Nama Pemilik : Pak Purwono, Pak Didik dan Pak Gufron
Alamat : Dusun Semboro Lor RT 002 RW 032 Desa Semboro Kecamatan Semboro Kabupaten Jember
No. Induk : PdnFFP/3.501.0604.1195.15.513
Komoditi : Padi Inbrida
Varietas : Mekongga, Cibogo, Ciherang, Wayapu, Logawa dan Inpar

Petani Benih Distributor:


Padi: Kios Konsumen:
1. Kharisma
Benih Padi Petani
UD. Restu Tani: 2. Fast
Benih Padi
“TULODHO”
Industri Plastik: Kios:
1. Sahabat Konsumen:
Kemasan Plastik Petani
Tani
2. Tani
Makmur

Gambar: Suplay Chain Benih Padi “TULODHO”


Unsur-Unsur Biaya Produksi
Production cost akan membentuk harga pokok produksi yang nantinya dipakai
untuk menghitung harga pokok barang jadi dan harga pokok barang pada saat
akhir periode akuntansi masih berlangsung. Harga produk Pada UD. Restu Tani
Rp. 50.000/ kemasan dengan berat 5 kg.
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material)
Ini merupakan bahan yang secara langsung dipakai untuk memproduksi suatu
barang jadi yang siap dipasarkan. Bahan baku tersebut mencakup semua bahan
yang secara fisik dapat diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi.
Pada UD. Restu Tani biaya bahan baku langsung adalah:
 Benih padi : Rp. 10.000/ kemasan
 Kemasan plastik : Rp. 5.000/ kemasan
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour)
Tenaga kerja mengkonversi bahan baku langsung menjadi suatu barang jadi
yang siap dipasarkan. Direct Labour merupakan biaya-biaya bagi semua tenaga
kerja langsung yang ditempatkan dan diberdayakan dalam menangani kegiatan
produksi secara langsung.
Pada UD. Restu Tani biaya tenaga kerja langsung adalah:
 8 pekerja harian pria (HKP): Rp. 65.000/ hari/ orang
3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)
Overhead pabrik adalah semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara
langsung ke output tertentu. Beberapa elemen biaya overhead pabrik
diantaranya;
Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik menurut Perilakunya
Berdasarkan perilakunya yang berhubungan dengan perubahan volume
produksi, BOP dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Biaya Overhead
Variabel, Biaya Overhead Tetap dan Biaya Variabel Semi-Variabel.
1. Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya Overhead Variabel adalah biaya overhead yang berubah
sebanding dengan perubahan volume produksinya. Dengan kata lain,
Biaya Overhead Variabel ini akan meningkat seiring naiknya volume
produksi. Sebaliknya, biaya Overhead Variabelnya akan menurun
apabila volume produksi mengalami penurunan. Biaya Overhead Pabrik
Variabel ini diantaranya adalah Tenaga Kerja tidak langsung, biaya
perawatan dan perbaikan mesin serta biaya bahan-bahan penolong.
Pada UD. Restu Tani biaya overhead pabrik variabel adalah:
 Biaya perawatan mesin : Rp. 200.000
 Kertas label tambahan : Rp. 100/ kemasan
 Solasi : Rp. 100/ kemasan
2. Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Overhead Tetap atau Fixed Overhead Cost adalah biaya overhead
yang tidak berubah meskipun terjadi perubahaan pada volume
produksinya. Dengan kata lain, Biaya tetap per unit akan berkurang
apabila volume produksinya meningkat. Sebaliknya, biaya tetap per
unit akan meningkat apabila volume produksi menurun. Biaya
Overhead Pabrik yang tetap ini diantranya seperti biaya sewa pabrik
atau biaya penyusutan pabrik, biaya penyusutan mesin dan peralatan
kerja, biaya hukum dan gaji para ekskutif perusahaan.
Pada UD. Restu Tani biaya overhead pabrik tetap adalah:
 Mesin sealer : Rp. 3.000.000
 Mesin sortasi (glower) : Rp. 120.000.000
 Tanah 3500 M2 : Rp. 975.000/ M2
 Bangunan produksi 15 M x 40 M : Rp. 250.000.000
3. Biaya Overhead Pabrik Semi-Variabel
Biaya Overhead Semi-Variabel adalah biaya overhead yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. Artinya, Biaya
Semi-Variabel ini memiliki karakteristik biaya overhead tetap maupun
biaya overhead variabel atau juga dapat dikatakan bahwa biaya semi-
variabel ini adalah sebagain tetap dan sebagiannya lagi bervariabel.
Biaya Overhead Variabel ini dapat tetap pada tingkat kegiatan produksi
tertentu dan bervariasi setelah tingkat produksi tersebut. Contoh biaya
overhead semi-variabel ini seperti biaya listrik yang pada volume
produksi tertentu akan tetap sama namun biaya listrik ini akan
meningkat apabila terjadi peningkatkan volume produksi pada tingkat
tertentu.
Pada UD. Restu Tani biaya overhead pabrik semi-variabel adalah:
 Listrik : Rp. 700.000/ bulan
 Air : Rp. 100.000/ bulan
Lampiran dokumentasi proses pengemasan benih
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. (2003). Konsep Manajemen Supply
Chain:Strategi Mengelola anajemen RantaiPasokan Bagi Perusahaan
Modern di Indonesia, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai