A. Pendahuluan
B. Konfigurasi Dioda
D D
R Vo E R Vo
E
(a) (b)
Gambar 8.1 Konfigurasi pemasangan dioda, (a) bias maju dan (b) bias mundur
Berdasarkan Gambr 8.1a, saat dioda mengalami bias maju, dioda memiliki nilai
tahanan yang sangat kecil atau seolah-olah terhubung singkat sehingga arus
mengalir dalam rangkaian. Dengan demikian, besarnya tegangan keluaran pada R
dapat dihitung menggunakan hukum Kirchoff
Vo = E - VD (8.1)
Tegangan pada dioda berkisar sekitar 0,7 V untuk dioda yang terbuat dari Si dan
0,3V untuk bahan germanium. Sementara kuat arus yang mengalir dalam
rangkaian
VR (8.2)
ID IR
R
Dimana ID adalah kuat arus pada dioda dan IR kuat arus yang mengalir melalui
resistor. Karena dioda dan resistor disusun seri dalam rangkaian maka arus pada
dioda sama dengan arus yang mengalir melalui resistor.
145 Aplikasi Dioda
Disisi lain, untuk dioda dalam keadaan bias mundur seperti dalam
Gambar 8.1b, dioda memiliki nilai tahanan yang sangat besar sehingga hampir
tidak ada arus yang mengalir dalam rangkaian. Karena arus tidak mengalir dalam
rangkaian (I = 0) maka tegangan keluaran
Vo = IR = 0 V (8.3)
VD = E – Vo = E (8.4)
Berdasarkan dua prinsip dari dioda ini, maka dapat dijelaskan bagaimana
dioda berfungsi sebagai penyearah gelombang. Gelombang yang akan dilewatkan
hanya yang memiliki polaritas positif terhadap dioda dan yang negatif akan
terpotong atau tidak menghasilkan tegangan keluaran.
Vi
D
0 Vi R Vo
T/2 t
Dalam satu siklus, tegangan keluaran hanya dihasilkan pada saat sinyal
memiliki polaitas positif. Sementara itu, saat polaritas negatif tegangan keluaran
sama dengan nol. Dengan demikian tegangan keluaran dari rangkaian penyearah
setengah gelombang seperti diilustrasikan dalam Gambar 8.4.
147 Aplikasi Dioda
Vi
0
T/2 T
t
Vo
0
T/2 t
T
Vi
VDC 0,318 Vi
(8.5)
Vo
0,318 Vi
0
t
T
Vo
Vi
Vi - VD
0
t
T
Untuk situasi dimana nilai Vi >VD, maka dapat ditentukan rata-rata tegangan
keluaran dc dari rangkaian menggunakan persamaan
Vdc = 0.318(Vi - VD) (8.6)
Contoh 8.1
Jika diberikan rangkaian seperti Gambar 8.7, tentukanlah
a. Bentuk tegangan keluaran dan nilai rata-rata dari tegangan keluaran dc tersebut
b. Gambarkan juga bentuk dan nilai tegangan keluaran jika dioda ideal dalam
rangkaian diganti dengan dioda silikon
c. Jika nilai Vi dirubah menjadi 200V maka tentukan hasil perhitungan tegangan
keluaran menggunkana persamaan (8.5) dan (8.6).
Solusi
a. Berdasarkan Gambar 8.7 dapat diperhatikan bahwa dioda akan menghantar
pada saat tegangan masukan memiliki polaritas negatif sehingga bentuk
keluaran seperti pada Gambar 8.8. Besarnya tegangan rata-rata keluaran
dapat dihitung
Vdc = - 0,318Vi = - 0,318 (20V) = - 6,36 V
Vo
Gambar 8.8
T
t
0
Vdc = - 6,36 V
20 V
Vo
Gambar 8.9
T
t
0
Vdc = - 6,14 V
Vo = - 19,3 V
CT D1
220
R
Vo
D2
CT D1
220
R
Vo
D2
Vo
D1 D1
0
t
T
Pada saat tegangan berubah kutub menjadi negatif, maka dioda yang
yang bekerja berlawanan, dimana dioda D1 mengalami bias mundur dan D2
mengalami bias maju. Bentuk aliran arus saat masukan polaritas negatif seperti
pada Gambar 8.13.
CT D1
220
R
Vo
D2
Dioda D2 akan mengalami bias maju saat t = T/2 hingga t = T. Dengan demikian,
tegangan keluaran yang dihasilkan ditunjukan dalam Gambar 8.14
Vo
D2 D2
0
t
T
Vo
D1 D2 D1 D2
0
t
T
Berdasarkan Gambar 8.14, dalam satu siklus terdapat dua gelombang maka rata-
rata tegangan keluaran DC dapat ditentukan secara matematis
2(Vi V D )
V DC (8.7)
2. Penyearah gelombang penuh sistem jembatan
Level tegangan dc dari masukan sinus dapat ditingkatkan menggunakan
penyearah gelombang penuh. Rangkaian penyearah gelombang penuh yang cukup
popular adalah penyearah dengan sistem jembatan menggunakan empat dioda
seperti terlihat pada Gambar 8.16.
D1 D2
D4 D3
R
Aliran arus dari sumber akan bergerak menuju D2, resistor R, D4 dan kembali ke
sumber lagi seperti terlihat dalam Gambar 8.18. Karena dioda dianggap ideal
maka tegangan keluaran Vo sama dengan tegangan masukan (Gambar 8.19).
Vo
D2- D4 D2- D4
0
t
T
Vo
D1-D3 D1-D3
0
t
T
Vo
2(Vi 2VD )
VDC 0,636 (Vi - 2VD )
(8.11)
Hasil tegangan keluaran penyearah gelombang penuh ini lebih baik dibanding
dengan tegangan keluaran pada penyearah setengan gelombang.
CT D1
220
R C Vo
D2
D1 D2
D4 D3
R C Vo
Vo
Tegangan riak, Vriak
(Ripple)
VP
0
t
T
ini dapat dihitung dari perbandingan tegangan riak puncak ke puncak dengan
tegangan DC rata-rata (peak to peak ripple ratio, pprr). Dalam bentuk matematis
(8.12)
Dari persamaan ini dapat disimpulkan, jika tegangan riak semakin kecil maka
kualitas dari tapis semakin baik.
Untuk menentukan besarnya tegangan riak dapat didekati dengan analisis
bentuk lengkungan pengosongan kapasitor melalui sebuah garis singgung seperti
dalam Gambar 8.26.
Vo
VP
0 t=0
t
t t
T/2
(8.13)
(8.14)
(8.15)
(8.16)
D1 D2
V+
D4 D3
R
0V
R
V-
D1 D2
V+
D4 D3
R
0V
R
V-
Vo
D2 D3 D2 D3
0
t
T
2(Vi VD )
VDC ( ) 0,636 (Vi VD ) (8.18)
Bentuk tegangan keluaran untuk DC polaritas negatif seperti dalam Gambar 8.31
Vo
T
t
0
D1 D4 D1 D4
VDC = - 0,636 (Vi – VD)
2(Vi VD ) (8.19)
VDC ( ) 0,636 (Vi VD )
Dioda zener merupakan jenis dioda yang bekerja pada tegangan mundur.
Jika tegangan mundur pada dioda p-n diperbesar, maka pada tegangan tertentu,
arus mundur akan naik dengan cepat. Tegangan mundur ini disebut dengan
tegangan balik puncak (VPIV) seperti Gambar 8.32.
breakdown (dadal), koefisien suhu, kemampuan daya dan tahanan isyarat kecil.
Karakteristik dioda zener terhadap suhu dan hambatan seperti dilukiskan secara
berurutan dalam Gambar 8.33 dan Gambar 8.34.
Berdasarkan Gambar 8.36, maka dapat diturunkan besarnya arus yang mengalir
melalui dioda
IS = ID + IL atau ID = IS - IL (8.20)
dan tegangan pada dioda
VD = Va – ISR (8.21)
dari persamaan (8.20) dan (8.21) diperoleh arus pada dioda
Va VD VD (8.22)
ID
R RL
yaitu rangkain penggunting dioda seri dan rangkaian penggunting dioda paralel.
Dalam rangkaian penggunting seri, dioda dipasang seri dengan resistor. Sementra
itu, dalam rangkaian penggunting paralel dioda dipasang secara paralel dengan
resistor seperti terlihat dalam Gambar 8.37.
D R
Vi R Vo Vi D Vo
(a) (b)
Gambar 8.37 Rangkaian penggunting, (a) pengunting dioda seri dan (b)
penggunting dioda paralel
Vi Vi
0 0
t t
Vo Vo
0 0
t t
Vi
0
t
Vo
VD = 0,7 V
0
t
R
D
Vi Vo
VB
Besarnya tegangan keluaran dari rangkaian pengiris saat masukan positif adalah
Vo = VD - VB (8.23)
Dengan mengatur nilai VB maka tegangan keluaran saat masukan positif dapat
diatur atau diiris. Sementara itu, saat tegangan masukan negatif maka tahanan
dioda sangat besar sehingga tegangan akan maksium (Vo = Vi). Bentuk tegangan
keluaran dari rangkaian pengiris ini seperti dalam Gambar 8.41.
Vo
V=VD - VB
0
t t
C
VS Vo
D
Saat t = 0 tegangan masukan positif sehingga dioda mengalami bias maju dan
tahanan dioda sangat kecil (rfd 100 Ω). Karena tahanan dioda sangat kecil maka
arus mengalir maksimum dalam rangkaian dan mengisi kapasitor C dengan cepat.
Karena kapasitor terisi penuh dengan cepat maka tegangan pada kapasitor hampir
sama dengan tegangan masukan (VC = VS). Dengan demikian tegangan keluaran
akan sama dengan nol (Vo = 0 V).
Pada saat tegangan masukan berubah menjadi negatif, dioda mengalami
bias mundur dan tahanan dioda sangat besar (rrd 1 M). Besarnya tegangan
keluaran dapat dihitung dengan menggunakan hokum Kirchoff
VS = Vc +Vo (8.24)
Atau tegangan keluaran
Vo = VS – VC (8.25)
Pada saat tegangan berbalik menjadi negatif, tegangan pada kapasitor akan
dikosongkan dengan konstanta waktu = rrdC. Karena nilai rrd besar maka
tegangan pada kapasitor belum banyak berkurang (VC VS). Sementara itu,
tegangan masukan bernilai –VS. Dengan demikian, dari persamaan (8.25)
tegangan keluaran rangkaian menjadi
Vo = -VS – VS = - 2VS (8.26)
Sebagai ilustrasi bentuk tegangan keluaran berdasarkan tegangan masukan seperti
ditunjukan dalam Gambar 8.43.
Vi
VS
0
t
Vo
0
t
-VS
-2VS
Untuk arah kutub dioda berbeda (Gambar 8.44), maka saat tegangan
masukan positif dioda mengalami bias mudur dan tahanan dioda besar sekali
sehingga Vo = Vs. Sebaliknya jika tegangan masukan negatif, dioda mengalami
bias maju dan kapasitor terisi dengan cepat dengan nilai mendekati -Vs.
C
VS Vo
D
Vi
VS
0
t
Vo
2VS
VS
0
t
C
D
VS Vo
VB
Vi
VS
0
t
Vo
VB +2VS
VB
0 t
C1 C2
a b
VS VS D1 D2
D1 D2 Va Vb
C2 C1
b a
Vb Va
(a) (b)
Gambar 8.48 Rangkaian pelipat dua tegangan, (a) Pengapit + penyearah dan (b)
Penyearah + pengapit
Dalam Gambar 8.48a, tegangan sumber pertama diapit oleh C1 dan D1, keluaran
dari pengapit ini kemudian diratakan menggunakan C2 dan D2. Sementara itu,
dalam Gambar 8.48b, tegangan sumber pertama diratakan terlebih dahulu oleh C1
dan D1, kemudian C2 dan D2 berfungsi untuk mengapit tegangan sumber. Bentuk
tegangan keluaran rangkaian Gambar 8.48a seperti terlihat dalam Gambar 8.49.
Disisi lain, tegangan keluaran untuk rangkaian Gambar 8.48b dilukiskan dalam
Gambar 8.50.
Elektronika Dasar 1 170
VS
0 t
Va = 2VS
VS
VS
0 t
Vb
VS
0 t
VS
0 t
VS
0 t
3VS
2VS
VS VDC
VS
0 t
Pelipat tiga
C1 C3
a c
VS
D2 D3 D4
D1
C2 b C4
d
Vb Vd
Pelipat dua
Pelipat empat
VS
(1)
VS
0 t
4VS
2Vs 3VS
VS (2) 2VS VDC =3VS
0 t (4)
Vb 0 t
VS
(3)
0 t
VS VS
(1)
4VS
0 t
3VS
2VS
2VS
(4)
VS
(2)
0 t
0 t
VS
4VS
2VS
3VS
VS
(3)
2VS VDC
0 t
(5)
0 t
Si
-
12V
+
Si 1,2k
4,7k
-5V 2k2 Vo +8V Vo
Si
ID
Vi +
10V
Vo
Vi 6,8k Vo
-20V -