Anda di halaman 1dari 31

Tujuan Pembelajaran

Setelah membaca bab Aplikasi Dioda ini, pembaca diharapkan mampu


1. Menjelaskan beberapa rangkaian aplikasi dioda
2. Menganalisis rangkaian penyearah gelombang menggunakan dioda
3. Menjelaskan prinsip kerja rangkaian pengapit, pengunting dan
pelipat tegangan

A. Pendahuluan

Dalam Bab sebelumnya sudah dibahas tentang karakteristik, konstruksi


dan model-model dioda semikonduktor. Bab ini akan memberikan gambaran
tentang penggunaan rangkaian dioda dalam berbagai bidang aplikasi. Analisis
rangkaian akan memberikan gambaran bagaimana respon keluaran terhadap
masukan dalam beberapa model rangkaian. Hasil analisis rangkaian dapat saja
sedikit berbeda dengan hasil pengukuran karena pengaruh variabel lainnya dalam
rangkaian. Hal yang sama juga dapat ditemui pada data sheet komponen yang
karakteristiknya sedikit berbeda dengan hasil pengukuran. Namun pembahasan
tentang aplikasi dioda ini dapat memberikan perkiraan bentuk keluaran terhadap
masukan yang diberikan.
Beberapa aplikasi dioda yang dibahas dalam Bab ini antara lain dioda
sebagai penyearah, penggunting, penjepit, pengiris dan pelipat tegangan.
Rangkaian dioda sebagai penyearah juga terdiri atas beberapa model yaitu
Elektronika Dasar 1 144

penyearah setengah gelombang, penyearah gelombang penuh dengan dua dioda,


penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan dan penyearah dengan
polaritas ganda.

B. Konfigurasi Dioda

Untuk memahami prinsip kerja dari dioda sebagai penyearah gelombang,


analisis rangkaian dalam Gambar 8.1 dapat digunakan. Dalam Gambar 8.1a,
dioda dipasang dalam kondisi bias maju, sementara dalam Gambar 8.1b dioda
dipasang dalam keadaan bias mundur.

D D

R Vo E R Vo
E

(a) (b)

Gambar 8.1 Konfigurasi pemasangan dioda, (a) bias maju dan (b) bias mundur

Berdasarkan Gambr 8.1a, saat dioda mengalami bias maju, dioda memiliki nilai
tahanan yang sangat kecil atau seolah-olah terhubung singkat sehingga arus
mengalir dalam rangkaian. Dengan demikian, besarnya tegangan keluaran pada R
dapat dihitung menggunakan hukum Kirchoff
Vo = E - VD (8.1)
Tegangan pada dioda berkisar sekitar 0,7 V untuk dioda yang terbuat dari Si dan
0,3V untuk bahan germanium. Sementara kuat arus yang mengalir dalam
rangkaian
VR (8.2)
ID IR
R
Dimana ID adalah kuat arus pada dioda dan IR kuat arus yang mengalir melalui
resistor. Karena dioda dan resistor disusun seri dalam rangkaian maka arus pada
dioda sama dengan arus yang mengalir melalui resistor.
145 Aplikasi Dioda

Disisi lain, untuk dioda dalam keadaan bias mundur seperti dalam
Gambar 8.1b, dioda memiliki nilai tahanan yang sangat besar sehingga hampir
tidak ada arus yang mengalir dalam rangkaian. Karena arus tidak mengalir dalam
rangkaian (I = 0) maka tegangan keluaran

Vo = IR = 0 V (8.3)

Karena tegangan keluaran sama dengan nol maka

VD = E – Vo = E (8.4)

Berdasarkan dua prinsip dari dioda ini, maka dapat dijelaskan bagaimana
dioda berfungsi sebagai penyearah gelombang. Gelombang yang akan dilewatkan
hanya yang memiliki polaritas positif terhadap dioda dan yang negatif akan
terpotong atau tidak menghasilkan tegangan keluaran.

C. Penyearah Setengah Gelombang


Penyearah setengah gelombang merupakan sebuah rangkaian yang
berfungsi untuk merubah tegangan bolak balik menjadi tegangan searah.
Perubahan dilakukan dengan memotong salah satu bagian sinyal dan melewatkan
bagian lainnya. Rangkaian penyearah setengah gelombang dibangun
menggunakan sebuah dioda dan sebuah resistor pada bagian keluaran. Sebagai
sinyal masukan adalah tegangan bolak balik yang dapat berasal dari transformator
atau sumber AC lainnya. Secara sederhana gambar rangkaian penyearah setengah
gelombang seperti terlihat pada Gambar 8.2.

Vi

D
0 Vi R Vo
T/2 t

Gambar 8.2 Rangkaian penyearah setengah gelombang


Elektronika Dasar 1 146

Dalam selang waktu t = 0 hingga T/2, polaritas tegangan masukan Vi adalah


positif dan dioda akan mengalami bias maju. Karena tahanan bias maju dioda
sangat kecil, maka dioda seolah-olah terhubung sikat atau menghantar dengan
sempurna. Dalam kondisi ini, besarnya tegangan keluaran hampir sama dengan
tegangan masukan. Gambar 8.3 memberikan ilustrasi proses penyearah saat
tegangan masukan positif.

Gambar 8.2 Aliran arus untuk t = 0 hingga T/2

Sementara itu, untuk selang waktu T/2 hingga T, polaritas tegangan


masukan adalah negatif sehingga dioda mengalami bias mundur. Saat mengalami
bias mundur, dioda memiliki tahanan yang sangat besar dan dioda berada dalam
kondisi off atau terbuka seperti pada Gambar 8.3.

Gambar 8.3 Aliran arus untuk t = T/2 hingga T

Dalam satu siklus, tegangan keluaran hanya dihasilkan pada saat sinyal
memiliki polaitas positif. Sementara itu, saat polaritas negatif tegangan keluaran
sama dengan nol. Dengan demikian tegangan keluaran dari rangkaian penyearah
setengah gelombang seperti diilustrasikan dalam Gambar 8.4.
147 Aplikasi Dioda

Vi

0
T/2 T
t

Vo

0
T/2 t
T

Gambar 8.4 Keluaran penyearah setengah gelombang


Gambar 8.4 menampilkan bentuk tegangan keluaran penyearah berdasarkan
gelombang yang masuk pada rangkaian penyearah. Tegangan keluaran hanya
memiliki nilai untuk masukan dengan polaritas positif. Untuk kondisi nilai Vi >>
VD, maka rata-rata tegangan keluaran DC (Gambar 8.5) dapat ditulis

Vi
VDC 0,318 Vi
(8.5)

Vo

0,318 Vi
0
t
T

Gambar 8.5 Tegangan rata-rata DC

Jika rangkaian menggunakan dioda dari bahan silikon dengan VD = 0,7 V,


maka dioda akan menghantar jika tegangan yang diberikan ≥ 0,7 V. Untuk
tegangan masukan lebih kecil dari 0,7 V dioda akan berada dalam kondisi off dan
Elektronika Dasar 1 148

tegangan keluaran Vo = 0. Ketika dalam keadaan maju maka tegangan keluaran


dari rangkaian sama dengan tegangan masukan dikurangi dengan tegangan potong
dioda Vo = Vi – VD. Bentuk keluaran dari rangkaian penyearah menggunakan
dioda silikon seperti dalam Gambar 8.6.

Vo
Vi
Vi - VD

0
t
T

Gambar 8.6 Penyearah menggunakan dioda dari bahan silikon

Untuk situasi dimana nilai Vi >VD, maka dapat ditentukan rata-rata tegangan
keluaran dc dari rangkaian menggunakan persamaan
Vdc = 0.318(Vi - VD) (8.6)

Contoh 8.1
Jika diberikan rangkaian seperti Gambar 8.7, tentukanlah
a. Bentuk tegangan keluaran dan nilai rata-rata dari tegangan keluaran dc tersebut
b. Gambarkan juga bentuk dan nilai tegangan keluaran jika dioda ideal dalam
rangkaian diganti dengan dioda silikon
c. Jika nilai Vi dirubah menjadi 200V maka tentukan hasil perhitungan tegangan
keluaran menggunkana persamaan (8.5) dan (8.6).

Gambar 8.7 Rangkaian contoh 8.1


149 Aplikasi Dioda

Solusi
a. Berdasarkan Gambar 8.7 dapat diperhatikan bahwa dioda akan menghantar
pada saat tegangan masukan memiliki polaritas negatif sehingga bentuk
keluaran seperti pada Gambar 8.8. Besarnya tegangan rata-rata keluaran
dapat dihitung
Vdc = - 0,318Vi = - 0,318 (20V) = - 6,36 V

Vo
Gambar 8.8
T
t
0
Vdc = - 6,36 V

20 V

b. Dengan menggunakan dioda silikon maka tegangan keluaran menjadi


Vdc = - 0,318 (Vi – VD) = - 0,318(20-0,7) = -6,14 V
Keluaran tegangan dc turun sebesar 0,22 V atau sekitar 3,5 % seperti
terlihat dalam Gambar 8.9.

Vo

Gambar 8.9
T
t
0
Vdc = - 6,14 V
Vo = - 19,3 V

c. Untuk tegangan Vi = 200 V


Persamaan (8.5) Vdc = - 0,318 (200V) = - 63,60V
Persamaan (8.6) Vdc = - 0,318 (200 – 0,7) = - 63,38 V
Berdasarkan hasil dari kedua persamaan ini dapat dijelaskan bahawa untuk
tegagan masukan yang besar maka pengaruh tegangan dioda tidak
signifikan dan dapat diabaikan.
Elektronika Dasar 1 150

D. Penyearah Gelombang Penuh

Penyearah gelombang penuh dapat dibangun menggunakan dua model


rangkaian yaitu menggunakan dua dioda dengan transformator center tab (CT)
atau empat dioda dengan rangkaian jembatan. Tansformator CT adalah
transformator yang memiliki nilai keluaran simetri dengan 0 berada ditengah.

1. Penyearah gelombang penuh dengan CT


Penyearah gelombang penuh dengan sistem dua buah dioda memiliki
rangkaian yang sederhana, namun membutuhkan transformator dengan CT seperti
dalam Gambar 8.10.

CT D1
220

R
Vo
D2

Gambar 8.10 Penyearah gelombang penus sistem CT

Untuk tegangan masukan positif, maka D1 mengalami bias maju dan D2


mengalami bias mundur. Arus dalam rangkaian mengalir dari D1 ke resistor dan
terus ke CT seperti pada Gambar 8.11. Bentuk tegangan keluaran dari rangkaian
penyearah ini seperti diilustrasikan dalam Gambar 8.12.

CT D1
220

R
Vo
D2

Gambar 8.11 Tegangan keluaran untuk masukan positif


151 Aplikasi Dioda

Vo

D1 D1
0
t
T

Gambar 8.12 Bentuk tegangan keluaran saat masukan positif

Pada saat tegangan berubah kutub menjadi negatif, maka dioda yang
yang bekerja berlawanan, dimana dioda D1 mengalami bias mundur dan D2
mengalami bias maju. Bentuk aliran arus saat masukan polaritas negatif seperti
pada Gambar 8.13.

CT D1
220

R
Vo
D2

Gambar 8.13 Arah aliran arus untuk masukan negatif

Dioda D2 akan mengalami bias maju saat t = T/2 hingga t = T. Dengan demikian,
tegangan keluaran yang dihasilkan ditunjukan dalam Gambar 8.14

Vo

D2 D2
0
t
T

Gambar 8.14 Bentuk tegangan keluaran saat masukan negatif


Elektronika Dasar 1 152

Hasil keluaran dari rangkaian akan bergantian secara terus menerus


antara D1 dan D2. Setengah siklus pertama tagangan keluaran dihasilkan oleh D1
dan setengah siklus berikutnya dihasilkan oleh D2. Dengan demikian, selalu
terdapat tegangan keluaran walaupun polaritas masukan sumber berubah. Oleh
sebab itu rangkaian ini disebut dengan rangkaian penyearah gelombang penuh.
Bentuk tegangan keluaran dari rangaikan ini diilustrasikan dalam Gambar 8.15.

Vo

D1 D2 D1 D2
0
t
T

Gambar 8.15 Tegangan keluaran penyearah gelombang penuh

Berdasarkan Gambar 8.14, dalam satu siklus terdapat dua gelombang maka rata-
rata tegangan keluaran DC dapat ditentukan secara matematis

2(Vi V D )
V DC (8.7)
2. Penyearah gelombang penuh sistem jembatan
Level tegangan dc dari masukan sinus dapat ditingkatkan menggunakan
penyearah gelombang penuh. Rangkaian penyearah gelombang penuh yang cukup
popular adalah penyearah dengan sistem jembatan menggunakan empat dioda
seperti terlihat pada Gambar 8.16.

D1 D2

D4 D3
R

Gambar 8.16 Penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan


153 Aplikasi Dioda

Untuk rentang waktu t = 0 hingga T/2 tegangan masukan memiliki polaritas


positif sehingga dioda D2 dan D4 berada pada kondisi menghantar, sementara D1
dan D3 berada pada kondisi off. Konfigurasi keempat dioda ini diilustraikan
dalam Gambar 8.17.

Gambar 8.17 Kondisi tiap dioda untuk masukan positif

Aliran arus dari sumber akan bergerak menuju D2, resistor R, D4 dan kembali ke
sumber lagi seperti terlihat dalam Gambar 8.18. Karena dioda dianggap ideal
maka tegangan keluaran Vo sama dengan tegangan masukan (Gambar 8.19).

Gambar 8.18 Aliran arus dalam rangkaian penyearah

Vo

D2- D4 D2- D4
0
t
T

Gambar 8.19 Bentuk tegangan keluaran saat polaritas positif


Elektronika Dasar 1 154

Untuk tegangan masukan dengan polaritas negatif t = T/2 hingga T, maka


dioda yang menghantar adalah D1 dan D3 sementara D2 dan D4 berada dalam
kondisi off. Aliran arus saat polaritas masukan negatif seperti diilustrasikan dalam
Gambar 8.20. Tegangan keluaran hasil penyearah D1 dan D3 seperti terlihat
dalam Gambar 8.21. Sementara tegangan keluaran total atau satu siklus penuh
ditunjukan dalam Gambar 8.22.

Gambar 8.20 Aliran arus saat polaritas masukan negatif

Vo

D1-D3 D1-D3
0
t
T

Gambar 8.21 Bentuk tegangan keluaran saat polaritas negatif

Vo

VDC = 0,636 (Vi – 2VD)

D1-D3 D2-D4 D1-D3 D2-D4


0
t
T

Gambar 8.22 Tegangan keluaran satu siklus penuh


155 Aplikasi Dioda

Dalam penyearah gelombang penuh, satu siklus nilainya sama dengan


dua kali dari penyearah setengah gelombang. Dengan semikian, level tegangan dc
dapat dirumuskan dari persamaan (8.5) menjadi
VDC = 2 (0,318 Vi) = 0,636 Vi (8.8)
Untuk dioda tidak dianggap ideal atau menggunakan dioda silikon maka tegangan
keluaran dapat dirumuskan menggunaan hukum Kirchoff tentang tegangan
Vi - VD2 - Vo - VD4 = 0 atau Vi -VD1 -Vo - VD3 = 0 (8.9)
Karena dioda terbuat dari bahan yang sama maka tegangan pada dioda VD1 = VD2
= VD3 = VD4 = VD = 0,7V. Sehingga persamaan (8.9) menjadi
Vo = Vi – 2VD (8.10)
Karena pada keluran terdapat dua tegangan puncak dalam satu siklus maka
tegangan rata-rata keluaran

2(Vi 2VD )
VDC 0,636 (Vi - 2VD )
(8.11)

Hasil tegangan keluaran penyearah gelombang penuh ini lebih baik dibanding
dengan tegangan keluaran pada penyearah setengan gelombang.

E. Penyearah Gelombang Dengan Tapis

Hasil penyearah gelombang yang diambil pada resistor umumnya masih


berbentuk gelombang dan belum rata. Untuk menghasilkan tegangan DC yang
rata maka pada keluaran dipasang sebuah resistor sebagai tapis seperti rangkaian
dalam Gambar 8.23 dan Gambar 8.24.

CT D1
220

R C Vo
D2

Gambar 8.23 Penyearah gelombang penuh sistem CT dengan tapis


Elektronika Dasar 1 156

D1 D2

D4 D3
R C Vo

Gambar 8.24 Penyearah gelombang penuh sistem jembatan dengan tapis

Pemasangan kapasitor pada bagian keluaran akan menimbulkan efek


pengisian dan pengosongan kapasitor. Saat tegangan naik, kapasitor terisi oleh
muatan dan saat tegangan keluaran mulai turun kapasitor juga akan turun untuk
mengosongkan muatan didalamnya, namun kecepatan penurunan tegangan pada
kapasitor memerlukan waktu sebesar = RC. Belum sempat muatan dalam
kapasitor dikosongkan tegangan keluaran sudah kembali naik sehingga hasil
tegangan keluaran akibat pemasangan C akan berbentuk tegangan riak yang
besarnya ditentukan oleh nilai kapasitor dan resistor. Besarnya tegangan puncak
ke puncak dari tegangan riak ini disebut dengan Vriak. Bentuk tegangan keluaran
dengan tapis seperti diilustrasikan dalam Gambar 8.25.

Vo
Tegangan riak, Vriak
(Ripple)
VP
0
t
T

Gambar 8.25 Tegangan riak penyearah gelombang penuh

Dibanding dengan tegangan keluaran tanpa tapis, tegangan penyearah dengan


tapis terlihat lebih rata dengan sedikit tegangan riak. Kualitas dari rangkaian tapis
157 Aplikasi Dioda

ini dapat dihitung dari perbandingan tegangan riak puncak ke puncak dengan
tegangan DC rata-rata (peak to peak ripple ratio, pprr). Dalam bentuk matematis
(8.12)

Dari persamaan ini dapat disimpulkan, jika tegangan riak semakin kecil maka
kualitas dari tapis semakin baik.
Untuk menentukan besarnya tegangan riak dapat didekati dengan analisis
bentuk lengkungan pengosongan kapasitor melalui sebuah garis singgung seperti
dalam Gambar 8.26.

Vo

VP
0 t=0
t
t t
T/2

Gambar 8.26 Pendekatan nilai tegangan riak

Saat terjadi proses pengosongan maka tegangan keluaran dari kapasitor

(8.13)

Untuk t = 0 maka persamaan (8.13) menjadi

(8.14)

Dari sini diperoleh t = RC. Berdasarkan Gambar 8.26 dapat ditentukan


perbandingan tegangan riak Vriak dengan tegangan puncak

(8.15)

Dengan demikian diperoleh tegangan riak untuk penyearah gelombang penuh

(8.16)

Sementara itu, tegangan riak untuk penyearah setengah gelombang


(8.17)
Elektronika Dasar 1 158

F. Penyearah Dengan Dua Polaritas

Penyerah dengan dua polaritas dibangun menggunakan rangkaian dioda


sistem jembatan dan transformator jenis CT. Tegangan keluaran positif diambil
diantara D2 dan D3, sementara tegangan negatif diambil diantara D1 dan D4.
Konfigurasi rangkaian penyearah dengan dua polaritas dapat dilihat seperti pada
Gambar 8.27.

D1 D2

V+

D4 D3
R
0V

R
V-

Gambar 8.27 Rangkaian penyearah dengan dua polaritas

Berbeda dengan rangkaian sistem jembatan sebelumnya, dalam


rangkaian ini setiap dioda memiliki peran untuk menyearahkan gelombang. Untuk
tegangan DC polaritas positif penyearah dilakukan oleh D2 dan D3. Gambar 8.28
menampilkan bentuk aliran arus untuk polaritas positif .

D1 D2

V+

D4 D3
R
0V

R
V-

Gambar 8.28 Aliran arus untuk polaritas positif


159 Aplikasi Dioda

Berdasarkan Gambar 8.28, saat tegangan masukan positif penyearah dilakukan


menggunakan D2. Sebaliknya, saat tegangan masukan negatif maka penyearah
dilakukan oleh D3. Bentuk tegangan keluaran untuk polaritas positif DC seperti
dalam Gambar 8.29

Vo

VDC = +0,636 (Vi – VD)

D2 D3 D2 D3
0
t
T

Gambar 8.29 Bentuk keluaran DC polaritas positif

Besarnya tegangan keluaran rata-rata untuk polaritas positif

2(Vi VD )
VDC ( ) 0,636 (Vi VD ) (8.18)

Sementara itu, untuk keluaran berpolaritas negatif, saat masukan positif


penyearah dilakukan oleh D1. Ketika masukan berubah kutub menjadi negatif
maka penyearah dilakukan oleh D4. Aliran arus untuk DC polaritas negatif seperti
dalam Gambar 8.30

Gambar 8.30 Aliran arus untuk polaritas negatif


Elektronika Dasar 1 160

Bentuk tegangan keluaran untuk DC polaritas negatif seperti dalam Gambar 8.31

Vo

T
t
0
D1 D4 D1 D4
VDC = - 0,636 (Vi – VD)

Gambar 8.31 Bentuk keluaran DC polaritas negatif

dan tegangan keluaran rata-rata untuk polaritas negatif

2(Vi VD ) (8.19)
VDC ( ) 0,636 (Vi VD )

G. Regulator Tegangan Dioda Zener

Dioda zener merupakan jenis dioda yang bekerja pada tegangan mundur.
Jika tegangan mundur pada dioda p-n diperbesar, maka pada tegangan tertentu,
arus mundur akan naik dengan cepat. Tegangan mundur ini disebut dengan
tegangan balik puncak (VPIV) seperti Gambar 8.32.

Gambar 8.32 Karakteristik dioda zener

Dioda zener mempunyai tegangan balik puncak (dadal) tertentu antara 3V


sampai 100V. Beberapa parameter penting dari dioda zener adalah tegangan
161 Aplikasi Dioda

breakdown (dadal), koefisien suhu, kemampuan daya dan tahanan isyarat kecil.
Karakteristik dioda zener terhadap suhu dan hambatan seperti dilukiskan secara
berurutan dalam Gambar 8.33 dan Gambar 8.34.

Gambar 8.33 Hubungan koefisien suhu terhadap tegangan dioda zener

Gambar 8.34 Hubungan hambatan dioda terhadap tegangan dioda zener

Umumnya sebuah rangkaian akan mengalami proses pembebanan yaitu terjadi


penurunan tegangan keluaran akibat pemasangan beban (Gambar 8.35). Efek
pembebanan ini dapat diatasi dengan cara membuat tegangan keluaran tidak
dipengaruhi oleh arus yang diambil. Salah satu cara adalah dengan memasang
dioda zener, karena dioda zener memiliki tegangan konstan berapapun arus yang
mengalir pada dioda. Dengan sifat ini, maka dioda zener dapat difungsikan
sebagai regulator tegangan yang berfungsi untuk mengatasi terjadinya jatuh
tegangan akibat pembebanan pada keluaran rangkaian. Regulator dioda zener
dalam rangkaian penyearah gelombang seperti dalam Gambar 8.36.
Elektronika Dasar 1 162

Gambar 8.35 Jatuh tegangan akibat pembebanan

Gambar 8.36 Regulator tegangan menggunakan dioda zener

Berdasarkan Gambar 8.36, maka dapat diturunkan besarnya arus yang mengalir
melalui dioda
IS = ID + IL atau ID = IS - IL (8.20)
dan tegangan pada dioda
VD = Va – ISR (8.21)
dari persamaan (8.20) dan (8.21) diperoleh arus pada dioda
Va VD VD (8.22)
ID
R RL

H. Rangkaian Penggunting (Clipper)

Rangkaian penggunting (clipper) merupakan rangkaian dioda yang dapat


menggunting sebagian sinyal masukan tanpa merusak bagian lain dari bentuk
gelombang ac. Rangkaian pengunting dibangun menggunakan sebuah dioda dan
resistor seperti pada rangkaian penyearah setengah gelombang. Sinyal masukan
yang digunting dapat yang bagian positif atau yang bagian negatif tergantung pada
arah pemasangan dioda. Secara umum ada dua kategori rangkaian penggunting
163 Aplikasi Dioda

yaitu rangkain penggunting dioda seri dan rangkaian penggunting dioda paralel.
Dalam rangkaian penggunting seri, dioda dipasang seri dengan resistor. Sementra
itu, dalam rangkaian penggunting paralel dioda dipasang secara paralel dengan
resistor seperti terlihat dalam Gambar 8.37.

D R
Vi R Vo Vi D Vo

(a) (b)

Gambar 8.37 Rangkaian penggunting, (a) pengunting dioda seri dan (b)
penggunting dioda paralel

1. Rangkaian penggunting dioda seri


Dalam penggunting dioda seri, setiap masukan memiliki polaritas positif
dioda mengalami bias maju atau terhubung singkat sehingga tegangan keluaran
sama dengan tegangan masukan. Sebaliknya saat tegangan masukan memiliki
polaritas negatif maka dioda mengalami bias mundur sehingga tahanan sangat
besar dan tegangan keluaran sama dengan nol. Dengan kata lain, tegangan
keluaran bagian negatif digunting oleh dioda. Jika tegangan masukan berupa
tegangan bolak balik persegi atau segitiga maka bentuk tegangan keluaran seperti
terlihat dalam Gambar 8.38.

Vi Vi

0 0
t t

Vo Vo

0 0
t t

Gambar 8.38 Tegangan keluaran rangkaian penggunting seri


Elektronika Dasar 1 164

2. Rangkaian penggunting dioda paralel


Dalam rangkaian penggunting dioda paralel, tegangan keluaran diambil
pada dioda seperti Gambar 8.37b. Saat tegangan masukan positif, dioda
mengalami bias maju dan tahanan pada dioda sangat kecil dan tegangan keluaran
sama dengan nol atau untuk dioda silikon tegangan keluaran sekitar 0,7 V.
Sebaliknya, saat tegangan masukan negatif, maka dioda mengalami bias mundur
sehingga tahanan sangat besar dan tegangan keluaran mendekati Vi. Bentuk
tegangan keluaran dari penggunting dioda paralel seperti pada Gambar 8.39.

Vi

0
t

Vo
VD = 0,7 V

0
t

Gambar 8.39 Tegangan keluaran rangkaian penggunting paralel

3. Rangkaian penggunting dengan bias (Slicer)


Rangkaian penggunting dengan bias dikenal juga dengan rangkaian
pengiris (slicer). Pengiris berguna untuk memotong bagian sinyal sesuai dengan
ukuran yang diingikan. Besarnya irisan sinyal yang akan ditentukan oleh tegangan
bias yang diberikan. Gambar 8.40 merupakan gambar dari rangkaian pengiris
menggunakan sebuah tegangan bias.

R
D
Vi Vo
VB

Gambar 8.40 Rangkaian pengiris


165 Aplikasi Dioda

Besarnya tegangan keluaran dari rangkaian pengiris saat masukan positif adalah

Vo = VD - VB (8.23)

Dengan mengatur nilai VB maka tegangan keluaran saat masukan positif dapat
diatur atau diiris. Sementara itu, saat tegangan masukan negatif maka tahanan
dioda sangat besar sehingga tegangan akan maksium (Vo = Vi). Bentuk tegangan
keluaran dari rangkaian pengiris ini seperti dalam Gambar 8.41.

Vo

V=VD - VB

0
t t

Gambar 8.41 Tegangan keluaran rangkaian pengiris

I. Rangkaian Pengapit (Clamper)

Rangkaian pengapit (clamper) adalah rangkaian yang dapat menjepit


sinyal menuju pada suatu level tegangan dc. Rangkaian dibangun menggunakan
kapasitor dan dioda. Disamping itu, rangkaian juga dapat ditambahkan tegangan
bias lain untuk menggeser level dc kesuatu titik yang diinginkan. Gambar 3.42
menampilkan rangkaian dioda sebagai pengapit.

C
VS Vo
D

Gambar 8.42 Rangkaian pengapit


Elektronika Dasar 1 166

Saat t = 0 tegangan masukan positif sehingga dioda mengalami bias maju dan
tahanan dioda sangat kecil (rfd 100 Ω). Karena tahanan dioda sangat kecil maka
arus mengalir maksimum dalam rangkaian dan mengisi kapasitor C dengan cepat.
Karena kapasitor terisi penuh dengan cepat maka tegangan pada kapasitor hampir
sama dengan tegangan masukan (VC = VS). Dengan demikian tegangan keluaran
akan sama dengan nol (Vo = 0 V).
Pada saat tegangan masukan berubah menjadi negatif, dioda mengalami
bias mundur dan tahanan dioda sangat besar (rrd 1 M). Besarnya tegangan
keluaran dapat dihitung dengan menggunakan hokum Kirchoff
VS = Vc +Vo (8.24)
Atau tegangan keluaran
Vo = VS – VC (8.25)
Pada saat tegangan berbalik menjadi negatif, tegangan pada kapasitor akan
dikosongkan dengan konstanta waktu = rrdC. Karena nilai rrd besar maka
tegangan pada kapasitor belum banyak berkurang (VC VS). Sementara itu,
tegangan masukan bernilai –VS. Dengan demikian, dari persamaan (8.25)
tegangan keluaran rangkaian menjadi
Vo = -VS – VS = - 2VS (8.26)
Sebagai ilustrasi bentuk tegangan keluaran berdasarkan tegangan masukan seperti
ditunjukan dalam Gambar 8.43.

Vi
VS

0
t

Vo

0
t
-VS
-2VS

Gambar 8.43 Tegangan keluaran rangkaian pengapit


167 Aplikasi Dioda

Untuk arah kutub dioda berbeda (Gambar 8.44), maka saat tegangan
masukan positif dioda mengalami bias mudur dan tahanan dioda besar sekali
sehingga Vo = Vs. Sebaliknya jika tegangan masukan negatif, dioda mengalami
bias maju dan kapasitor terisi dengan cepat dengan nilai mendekati -Vs.

C
VS Vo
D

Gambar 8.44 Rangkaian pengapit

Berdasarkan fenomena pengisian dan pengosongan kapasitor ini, maka tegangan


keluaran dapat ditentukan
Vo = VS - VC (8.27)
Saat setengah siklus pertama Vo = Vs, dan siklus selanjutnya kapasitor terisi
penuh dengan cepat VC = -Vs. Dengan demikian
Vo = VS – ( - Vs) = 2 Vs (8.28)
Atau dapat dilukiskan seperti dalam Gambar 8.45.

Vi
VS

0
t

Vo
2VS
VS
0
t

Gambar 8.45 Keluaran pengapit untuk katoda menuju kapasitor


Elektronika Dasar 1 168

Rangkaian pengapit dengan bias


Sebuah bias dapat ditambahkan pada rangkaian pengapit untuk mengeser
level tegangan keluaran. Dengan memodifikasi gambar rangkaian pada Gambar
8.37 maka diperoleh rangkaian pengapit dengan bias seperti dalam Gambar 8.46.

C
D
VS Vo

VB

Gambar 8.46 Rangkaian pengapit dengan bias

Dengan menambahkan tegangan bias maka level tegangan keluaran rangkaian


pengapit dapat digeser melalui VB. Gambar 8.47 memberikan ilustrasi bentuk
tegangan keluaran rangkaian pengapit dengan bias.

Vi
VS

0
t

Vo

VB +2VS

VB
0 t

Gambar 8.47 Keluaran rangkaian pengapit dengan bias


169 Aplikasi Dioda

J. Rangkaian Pelipat Tegangan (multiplier)

Rangkaian pelipat tegangan berfungsi untuk melipatgandakan tegangan


menjadi dua, tiga, emapat atau beberapa kali dari tegangan sumber. Rangkaian
pelipat tegangan dibangun dengan dua rangkaian dasar yaitu rangkaian pengapit
dan rangkaian tapis (filter). Rangkaian pelipat dapat diawali dengan rangkaian
tapis yang kemudian disambung dengan rangkaian pengapit. Cara lain adalah
dengan mengapit tegangan sumber terlebih dahulu baru kemudian diratakan
menggunkan rangkaian tapis.

1. Rangkaian pelipat dua (voltage doubler)


Rangkaian pelipat dua berfungsi untuk melipatduakan atau
menggandakan tegangan sumber. Rangkaian pelipat dua tegangan seperti pada
Gambar 8.48.

C1 C2
a b

VS VS D1 D2
D1 D2 Va Vb
C2 C1
b a

Vb Va

(a) (b)

Gambar 8.48 Rangkaian pelipat dua tegangan, (a) Pengapit + penyearah dan (b)
Penyearah + pengapit

Dalam Gambar 8.48a, tegangan sumber pertama diapit oleh C1 dan D1, keluaran
dari pengapit ini kemudian diratakan menggunakan C2 dan D2. Sementara itu,
dalam Gambar 8.48b, tegangan sumber pertama diratakan terlebih dahulu oleh C1
dan D1, kemudian C2 dan D2 berfungsi untuk mengapit tegangan sumber. Bentuk
tegangan keluaran rangkaian Gambar 8.48a seperti terlihat dalam Gambar 8.49.
Disisi lain, tegangan keluaran untuk rangkaian Gambar 8.48b dilukiskan dalam
Gambar 8.50.
Elektronika Dasar 1 170

VS

0 t

Va = 2VS
VS
VS

0 t

Vb

VS

0 t

Gambar 8.49 Keluaran rangkaian pelipat dua (dari Gambar 8.48a)

VS

0 t

VS

0 t

3VS

2VS

VS VDC
VS

0 t

Gambar 8.50 Keluaran rangkaian pelipat dua (dari Gambar 8.48b)


171 Aplikasi Dioda

2. Rangkaian pelipat tiga dan empat (voltage tripler and quadrupler)


Untuk membuat rangkaian pelipat tiga dan empat dapat dilakukan dengan
menambahkan satu dioda untuk pelipat tiga dan dua dioda untuk pelipat empat
pada rangkaian dalam Gambar 8.48. Bentuk rangkaian pelipat tiga dan empat
dapat diperhatikan seperti pada Gambar 8.51.

Pelipat tiga

C1 C3

a c

VS
D2 D3 D4
D1
C2 b C4
d

Vb Vd

Pelipat dua

Pelipat empat

Gambar 8.51 Rangkaian pelipat tiga dan empat

Berdasarkan Gambar 8.51 terlihat rangkaian pelipat tiga dibangun menggunakan


tiga dioda dan rangkaian pelipat empat dibangun menggunakan 4 buah dioda.
Tegangan keluaran untuk pelipat tiga diambil pada titik c, sementara keluaran
untuk pelipat empat diambil pada titik d.
Dalam operasi rangkaian, selama siklus positif kapasitor C1 diisi melalui
dioda D1 dengan tegangan sumber Vs. Keluaran rangkaian pengapit C1 dan D1
kemudian di ratakan oleh D2 dan C2. Kapasitor C3 dan D3 kembali mengapit
keluaran rangkaian D1 dan C1 dengan tegangan pengisi 2 Vs. Hasil dari keluaran
tegangan pengapit pada C3 dan D3 selanjutnya diratakan oleh rangkaian tapis yang
dibentuk oleh kapasitor C4 dan dioda D4. Bentuk tegangan keluaran dari rangkaian
pelipat tiga dan dua seperti terlihat dalam Gambar 8.52 dan Gambar 8.53.
Elektronika Dasar 1 172

VS
(1)
VS
0 t
4VS
2Vs 3VS
VS (2) 2VS VDC =3VS
0 t (4)
Vb 0 t
VS
(3)
0 t

Gambar 8.52 Keluaran rangkaian pelipat tiga

VS VS
(1)
4VS
0 t
3VS
2VS
2VS
(4)
VS
(2)
0 t
0 t
VS

4VS
2VS
3VS
VS
(3)
2VS VDC
0 t
(5)
0 t

Gambar 8.53 Keluaran rangkaian pelipat empat


173 Aplikasi Dioda

H. Latihan Pemecahan Soal

1. Dengan menggunakan model pendekatan dioda tentukan kuat arus yang


mengalir dalam rangkaian berikut
10 Ω

Si
-
12V
+

2. Tentukan besarnya tegangan keluaran Vo dan ID untuk rangkaian berikut


ID

Si 1,2k
4,7k
-5V 2k2 Vo +8V Vo
Si
ID

3. Dengan asumsi dioda yang digunakan adalah ideal lukiskan bentuk


tegangan keluaran dan besarnya tegangan DC yang dihasilkan oleh gambar
rangkaian berikut.

Vi +
10V

Vo

2,2k 2,2k 2,2k


-10V -

4. Lukiskan bentuk tegangan keluaran berdasarkan nilai komponen dalam


berikut berikut
5V ideal
Vi
+
20V

Vi 6,8k Vo

-20V -

Anda mungkin juga menyukai