“SANITARY LANDFILL”
Dosen Pengampu: Iwan Suryadi, SKM, M.Kes
KELOMPOK 6
(Kelas B)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah regulasi terkait pengadaan sanitary landfill?
2. Bagaimanakah kriteria dan prasayarat sanitary landfill?
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
3. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terkait sanitary landfill yang sudah ada
untuk perbaikan dimasa mendatang.
5. Sebagai wawasan bagi masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya terkait pengelolaan limbah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu :
3
a. Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
b. Memerlukan lahan yang luas.
c. Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak
lingkungan.
d. Aspek social harus mendapat perhatian.
e. Harus dipersiapkan instalasi drainase dan system pengumpulan gas.
f. Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan
zat-zat beracun).
g. Memerlukan pemantauan yang terus-menerus
Masalah- masalah lain yang mungkin dapat timbul akibat landfill yang tidak
terkontrol adalah sebagai berikut :
a. Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk
tujuan lain.
b. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari
sumber air.
c. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat
atau polutan sampah.
d. Penyumbatan badan air.
e. Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar).
f. Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar
penyakit.
g. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam
tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan
tekanan tertentu.
B. Ketentuan Teknis
Pada TPA baru atau yang direncanakan :
1. Zona Penyangga
Zona penyangga sesuai dengan Pedoman Pengoperasian dan
Pemeliharaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan Sistem
Controlled Landfill dan Sanitary Landfill dengan jarak 0 – 500 meter.
Pemanfaatan lahannya ditentukan sebagai berikut:
a) 0 – 100 meter : diharuskan berupa sabuk hijau; dan
5
b) 101 – 500 meter : pertanian non pangan dan hutan.
Ketentuan pemanfaatan ruang:
a. Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan
tanaman perdu terutama tanaman yang dapat menyerap racun dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan
tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun terutama
tanaman yang dapat menyerap bau; dan
b) Kerapatan pohon adalah minimum 5 m.
b. Pemrosesan sampah utama on situ.
c. Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi
pembakaran (incenerator) bersama unit pengelolaan limbahnya.
d. Kegiatan budi daya perumahan tidak diperbolehkan pada zona
penyangga.
2. Zona Budi Daya
Pola ruang dalam zona budi daya ditentukan sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah yang berlaku, RDTR dan peraturan zonasi yang telah ditetapkan untuk
kawasan bersangkutan.
6
bagi lokasi TPA, karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infrastruktur
maupun memicu penyebaran pencemaran terhadap lingkungan sekitar.
7
Evaluasi
Permasalahan sampah hingga kini masih menjadi masalah yang cukup sulit untuk
ditangani. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah produksi sampah pun ikut
meningkat. Di Indonesia, sudah menggunakan 2 sistem penanganan di Tempat
Pembuangan Sampah Akhir. Salah satunya yaitu sanitary landfill yang ada di
Kotamadya Padang. Dari studi kasus tersebut,menurut kami sistem sanitary landfill
yang digunakan berjalan dengan baik. Penanganan sampah dapat teratasi dan
memberikan lapangan kerja baru bagi penduduk disekitar. Namun masih harus terus
dilakukan pemantauan secara berkala agar tidak timbul efek yang merugikan baik
bagi warga sekitar maupun lingkungan dikemudian hari.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan sampah secara
sehat dimana sampah dibuang di tempat yang rendah atau parit yang digali untuk
menampung sampah, lalu sampah ditimbun dengan tanah yang dilakukan lapis
demi lapis sedemikian rupa sehingga sampah tidak berada dialam terbuka. Pada
prinsipnya landfill dibutuhkan karena:
Pengurangan limbah di sumber, daur ulang atau minimasi limbah tidak dapat
menyingkirkan seluruh limbah.
Pengolahan limbah biasanya menghasilkan residu yang harus ditangani lebih
lanjut.
Kadangkala limbah sulit diuraikan secara biologis, sulit diolah secara kimia,
atau sulit untuk dibakar.
Berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA, TPA
dengan sistem pengurukan (sanitary landfill) kawasannya dibagi menjadi zona
penyangga, zona budi daya terbatas, dan zona budi daya.
Terdapat beberapa regulasi yang terkait dengan sanitary landfill, antara lain:
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Pasal 44
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 81 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
3. Menteri Pekerjaan Umum No. 03/2013 tentang Penyelenggaran Prasarana dan
Sarana Persampahan Dalam Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
4. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
No.4 Tahun 2010 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.
3.2 SARAN
Permasalahan sampah hingga kini masih menjadi masalah yang cukup sulit
untuk ditangani. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah produksi sampah
pun ikut meningkat. Di Indonesia, sudah menggunakan 2 sistem penanganan di
Tempat Pembuangan Sampah Akhir. Salah satunya yaitu sanitary landfill yang ada di
Kotamadya Padang. Dari studi kasus yang kami dapatkan, sistem sanitary landfill
yang digunakan dalam kasus tersebut berjalan dengan baik. Penanganan sampah
dapat teratasi dan memberikan lapangan kerja baru bagi penduduk disekitar. Namun
masih harus terus dilakukan pemantauan secara berkala agar tidak timbul efek yang
merugikan baik bagi warga sekitar maupun lingkungan dikemudian hari.
9
DAFTAR PUSTAKA
10