Anda di halaman 1dari 20

KOMPOSTING

Hikmah Nurul Fajar (R0218054)


Ivanda Aulia Firdaussy (R0218062)
Kireina Denosa (R0218068)
Marcellina Kamillia (R0218072)
KELOMPOK 3 Novan Anggara R A (R0218082)
Okda Tianasari (R0218088)
Rayhan Taufik Ramdani (R0218094)
Salsabilla Deslinda A P (R0218104)
Sindi Kurnia Fitri (R0218108)

MANAJEMEN PENGOLAHAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH


(MPPL)
CNN Indonesia, 24 April 2018
Riset 24% Sampah di Indonesia Masih tak Terkelola

Jakarta, CNN Indonesia -- Persoalan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi
Indonesia. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan sebanyak 24% sampah di
Indonesia masih tidak terkelola.
Ini artinya, dari sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta ton
mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Sedangkan, 7% sampah didaur ulang dan 69%
sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dari laporan itu diketahui juga jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik (60%) ,
sampah plastik (14%), diikuti sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan lainnya (12,7%).
TOPIK PEMBAHASAN

FAKTOR-
BAHAN FAKTOR
DEFINISI YANG
METODE
PROSES
KOMPOSTING MEMENGARUH KOMPOSTING
KOMPOSTING
I
KOMPOSTING

PERANAN
UNSUR YANG KOMPOSTING KELEBIHAN
TERKANDUNG PENYIMPANAN DALAM DAN
PADA KOMPOS KOMPOS PENGELOLAAN KEKURANGAN
LIMBAH
DEFINISI

Komposting adalah proses pengendalian


penguraian secara biologi dari bahan organik,
menjadi produk seperti humus yang dikenal
sebagai kompos. Penguraian bahan organik itu
(disebut juga dekomposisi) dilakukan oleh mikro-
organisme menghasilkan senyawa yang lebih
sederhana. Pada saat komposting terjadi proses-
proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi.

Pusat Inovasi Agroteknologi


Universitas Gadjah Mada
BAHAN KOMPOSTING
LIMBAH LIMBAH
PERTANIAN NON-PERTANIAN
- Sisa tanaman (jerami dan - Limbah kota atau sampah
brangkasan). organik kota biasanya
- Sisa hasil pertanian (sekam dikumpulkan dari pasar-pasar
padi, kulit kacang tanah, atau sampah rumah tangga dari
ampas tebu, dan belotong). daerah permukiman serta
- Pupuk kandang (kotoran sapi, taman-taman kota.
kerbau, ayam, itik, dan kuda). - Limbah industri yang dapat
- Pupuk hijau. dimanfaatkan sebagai pupuk
organik antara lain limbah
industri pangan.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KOMPOSTING

Rasio C/N Ukuran Partikel Aerasi Porositas Kelembaban

Rasio C/N antara 30 s/d Permukaan area yang Aerasi ditentukan oleh Porositas adalah ruang Kelembaban
40 mikroba lebih luas akan porositas dan kandungan di antara partikel di 40 - 60 % adalah
mendapatkan cukup C meningkatkan kontak air bahan(kelembapan). dalam tumpukan kisaran optimum untuk
untuk energi dan N antara mikroba dengan Apabila aerasi kompos. Rongga-rongga metabolisme mikroba.
untuk sintesis protein. bahan dan proses terhambat, maka akan ini akan diisi oleh air Apabila kelembapan di
Apabila rasio C/N dekomposisi akan terjadi proses anaerob dan udara. Apabila bawah 40%, aktivitas
terlalu tinggi, mikroba berjalan lebih cepat. yang akan rongga dijenuhi oleh air, mikroba akan
akan kekurangan N Ukuran partikel juga menghasilkan bau yang maka pasokan oksigen mengalami penurunan
untuk sintesis protein menentukan besarnya tidak sedap. akan berkurang dan dan akan lebih rendah
sehingga dekomposisi ruang antar bahan proses pengomposan lagi pada kelembapan
berjalan lambat. (porositas). juga akan terganggu 15%.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KOMPOSTING

Temperatur pH Kandungan Hara Kandungan Logam Durasi

Semakin tinggi pH yang optimum Kandungan P dan K Beberapa bahan Lamanya beberapa
temperatur akan untuk proses juga penting dalam organik mungkin minggu - 2 tahun
semakin banyak pengomposan berkisar proses pengomposan mengandung bahan- hingga kompos benar-
konsumsi oksigen dan antara 6.5 sampai 7.5. dan biasanya terdapat bahan yang berbahaya benar matang.
akan semakin cepat Proses pengomposan di dalam kompos- bagi kehidupan mikroba Bergantung pada
pula proses sendiri akan kompos dari seperti Mg, Cu, Zn, karakteristik bahan
dekomposisi. menyebabkan perubahan peternakan. Hara ini Nikel. Logam-logam yang dikomposkan,
Temperatur yang pada bahan organik dan akan dimanfaatkan berat akan mengalami metode pengomposan
berkisar antara 30 - 60 C pH bahan itu sendiri. oleh mikroba selama imobilisasi selama dan dengan atau tanpa
menunjukkan aktivitas proses pengomposan. proses pengomposan. penambahan aktivator.
pengomposan yang
cepat.
METODE KOMPOSTING

AERATED STATIC
WIND ROW SYSTEM IN VESSEL SYSTEM
PILE SYSTEM
Wind Row System
Bahan baku kompos ditumpuk secara
memanjang, tinggi tumpukan 0,6 sampai 1
meter, lebar 2 sampai 5 meter. Sementara itu
panjang tumpukan bisa mencapai 40 hingga
50 meter. Sistem ini memanfaatkan sirkulasi
udara yang alami. Optimalisasi lebar, panjang
dan tinggi tumpukan sangat dipengaruhi oleh
keadaan bahan baku, kelembababan, ruang
pori, dan sirkulasi udara untuk mencapai
bagian tengah tumpukan bahan baku.
Idealnya adalah pada tumpukan bahan baku
ini harus dapat melepaskan panas, untuk
mengimbangi pengeluaran panas yang
ditimbulkan sebagai hasil proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
Kelemahan sistem wind row ini yaitu
memerlukan areal lahan yang cukup luas.
AERATED STATIC
PILE SYSTEM
Secara prinsip proses komposting ini hampir
sama dengan metode wind row sistem, tetapi
dalam sistem ini dipasang pipa yang
dilubangi untuk mengalirkan udara. Udara
ditekan menggunakan blower. Proses itu
sendiri diatur dengan pengaliran oksigen.
Apabila temperatur terlalu tinggi, aliran
oksigen dihentikan, sementara apabila
temperatur turun aliran oksigen ditambah.
Karena tidak ada proses pembalikan, maka
bahan baku harus dibuat sedemikian rupa
homogen sejak awal. Dalam pencampuran
harus terdapat rongga udara yang cukup.
Bahan-bahan baku yang terlalu besar dan
panjang harus dipotong-potong mencapai
ukuran 4-10 cm.
IN VESSEL SYSTEM
Dalam sistem ini dapat menggunakan
kontainer berupa apa saja, dapat silo atau
parit memanjang. Karena sistem ini
dipengaruhi oleh struktur kontainer, sistem
ini baik digunakan untuk mengurangi
pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau
sampah kota. Sistem in vessel ini juga
mempergunakan pengaturan udara seperti
sistem Aerated Static Pile. Sistem ini
memiliki pintu pemasukan bahan kompos
dan pintu pengeluaran kompos jadi yang
berbeda.
Unsur C atau N
Perbandingan karbon dan nitrogen (rasio C/N) ideal untuk
suatu proses komposting adalah antara 20 sampai 40 atau
01 optimalnya 30 karbon berbanding dengan 1 (satu) nitrogen.

Kadar Air
UNSUR 02 Kadar air optimal proses komposting yaitu 50 % -60%.

YANG
Konsentrasi Oksigen
TERKANDUNG
DALAM 03 Paling sedikit 50% konsentrasi oksigen yang ada di udara
dapat mencapai seluruh bagian materi yang
dikomposkan.
KOMPOSTING
Mikroba
04
PENYIMPANAN KOMPOS
Jaga kelembabannya jangan sampai
kurang dari 20% dari bobotnya.

Jaga jangan sampai terkena sinar


matahari secara langsung
(ditutup).

Jaga jangan sampai terkena air atau


hujan secara langsung (ditutup).
PERANAN KOMPOSTING DALAM PENGELOLAAN LIMBAH

Komposting merupakan salah satu cara


atau metode pengelolaan limbah yang
sangat sederhana. Komposting tidak
hanya mengurangi limbah namun juga
mengurangi pencemaran atau kontaminasi ling
kungan dan tanaman dari pupuk kimia serta m
emperbaiki kesuburan tanah.
Komposting menghasilkan produk baru
tanpa menghasilkan limbah kembali
karena seluruh bagian limbah organik
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
kompos.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
KELEBIHA
N

Memperbaiki dan menjaga Membantu menjaga


01 struktur tanah kelembaban tanah 04

Menjadi penyangga pH Aman dipakai dalam jumlah


02 tanah besar dan berlebih sekalipun 05

Menjadi penyangga unsur Tidak merusak lingkungan


03 hara anorganik yang 06
diberikan
KEKURANGAN

Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan
harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena jumlahnya
banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan
dan implementasinya. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah. Tanah yang sudah
miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar
sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman
terhadap pemberian pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk buatan.
Source: ECO Bali
Source : UPST DLH DKI JAKARTA
TERIMAKASIH
PERHATIKAN LINGKUNGAN MU
SEPERTI DOI MEMPERHATIKAN MU

Anda mungkin juga menyukai