Anda di halaman 1dari 12

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 0-1 TAHUN

MATA KULIAH GIZI KERJA

Nama : Dinda Retno Cahyani

NIM : R0218038

Kelas :B

PROGRAM STUDI D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TAHUN 2019
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. hingga menjadi
bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda
yaitu gizi kurang dalam bentuk kurang energi protein, kurang vitamin A, anemia dan
gangguan akibat kurang iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit
degenerative seperti diabetes mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan
salah satu faktor penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah
kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu
beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan
pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. PMT pemulihan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu
dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan
lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari
bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. Makanan tambahan pemulihan
diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan
makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label
dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber protein hewani
dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT
pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.
Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan pabrikan
merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang mengandung 10
vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan
Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak
6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat
pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium. Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan
lokal ada dua jenis yanitu berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi
dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan
berupa makanan keluarga. PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan
kepada balita yang disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai
sasaran penyuluhan kepada orang tua blita tentang makanan kudapan ( snack ) yang baik
diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi balita, dan
sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta masayarakat dalam mendukung
kesinambungan penyelenggaraan posyandu.

A. Program PMT pada Anak

Seperti yang dikutip dari (Handayani, Melasari 2008), proses pemberian makanan
tambahan (PMT) terdiri empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi yang harus disesuaikan dengan petunjuk teknis program tersebut bagi
puskesmas.

1. Perencanaan Program PMT

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen kesehatan yang harus


dilaksanakan oleh puskesmas dalam upaya mencapai tujuan dari suatu program.
Perencanaan dimaksudkan untuk sekedar menunjukkan penanggung jawab atau
pemegang program. Petugas gizi puskesmas merupakan penanggung jawab program
PMT anak balita akan tetapi dibantu oleh tenaga kesehatan yang lain. Sasaran
program PMT adalah anak balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau yang
mempunyai masalah gizi kurang dan berasal dari keluarga miskin. Dalam
perencanaan target sasaran balita yang mendapat program PMT anak balita tidak
berdasarkan data dari kelurahan maupun data dari kecamatan namun berdasarkan
laporan dari bidan-bidan desa dan petugas gizi puskesmas.

2. Pelaksanaan Program PMT

Pelaksanaan merupakan fungsi kedua dari manajemen kesehatan. Pelaksanaan di


puskesmas merupakan tahapan yang perlu dilakukan setelah tahap perencanaan
selesai dikerjakan. Pelaksanaan kegiatan PMT anak balita efektif dilaksanakan satu
minggu sekali selama tiga bulan. Kegiatan PMT-anak balita dikoordinir oleh petugas
gizi puskesmas dan penentuan jenis makanannya disepakati bersama dengan kepala
puskesmas dan petugas kesehatan puskesmas. Paket PMT dibeli secara langsung oleh
petugas puskesmas karena untuk menghindari bahan-bahan yang sudah rusak.
Pelaksanaan program pemberian paket PMT- Balita di Puskesmas mungkin sudah
sesuai dengan jumlah sasaran yang telah ditetapkan dan sesuai dengan keadaan
wilayah kerja puskesmas.

3. Pengawasan Program PMT

Pengawasan dan penilaian sangat diperlukan agar tahapan penggerakan pelaksanaan


dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dalam program
PMT. Untuk memudahkan pelaksanaan pengawasan terutama mengenai ketepatan
sasaran, pencatatan dan pelaporan kegiatan penyelenggaraan pemberian paket PMT
merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan dari program PMT-anak balita.
Pengawasan dilakukan oleh kepala puskesmas, petugas gizi puskesmas dan bidan di
masing-masing desa terhadap sasaran program PMT-anak balita dengan pelaksanaan
sesuai dengan pada petunjuk teknis yang sudah ditetapkan. Penilaian keberhasilan
program PMT dapat dilihat dari perubahan status gizi balita sebelum program PMT
dan setelah program dilaksanakan.

4. Evaluasi Program PMT

Pemberian makanan tambahan merupakan program pemberian zat gizi yang bertujuan
memulihkan gizi penderita yang kurang dengan memberikan makanan dengan
kandungan gizi yang cukup sehingga kebutuhan gizi penderita dapat terpenuhi,
diberikan setiap hari untuk memperbaiki status gizi (Almatsier Sunita, 2002). Hasil
dari tahap evaluasi tersebut asupan makanan dan pola asuh balita menentukan status
gizi balita. Dan ketelatenan ibu dalam memberi makanan yang bergizi pada anak
balita itu kurang. Bisa jadi rendahnya kreativitas ibu dalam memvariasi pengolahan
makanan menyebabkan anak tidak tertarik makan, sehingga asupan makan balita
sangat kurang.

B. Pengaruh PMT pada Anak (0-1 Tahun)


Pemberian makanan tambahan merupakan suatu program dalam rangka mencegah semakin
memburuknya status kesehatan dan gizi masyarakat terutama keluarga miskin yang
diakibatkan adanya krisis ekonomi. Adapun tujuan dari PMT tersebut adalah
mempertahankan dan meningkatkan status gizi anak balita terutama dari keluarga miskin,
meringankan beban masyarakat serta memotivasi ibu-ibu untuk datang ke posyandu. Untuk
mencapai keberhasilan program ini sangat diperlukan peran serta masyarakat berhubung
bahwa dana yang disediakan pemerintah terbatas. Sejalan dengan program PMT, maka
petugas gizi lapangan yang ada di puskesmas tetap melakukan pemantauan perkembangan
berat badan balita sekali sebulan melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan.
Untuk itu disarankan pemberian makanan tambahan diberikan secara terus menerus hingga
kelompok sasaran dinyatakan berstatus gizi yang baik sesuai dengan aturan kesehatan

C. Gizi Seimbang untuk Baduta (Bayi di Bawah Dua Tahun)

Agar bayi dan anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, orang tua harus
memperhatikan ASI dan makanan yang dikonsumsinya. ASI merupakan satu-satunya
makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan.
Namun dengan bertambahnya usia bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan
zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan tambahan/
pendamping ASI atau yang biasa disebut dengan MPASI.

 Pengertian MP ASI

Makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga yang mengandung zat gizi, diberikan pada anak berumur 6–24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan
untuk menggantikan ASI, melainkan untuk melengkapi ASI. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak.

 Pentingnya ASI dan MP ASI

- Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
- Sering diistilahkan sebagai periode emas atau masa emas sekaligus masa kritis.

- Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan
nutrisi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.

- Sebaliknya apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka periode emas
ini akan berubah menjadi periode kritis.

Oleh karena itu, untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan ASI pada
bayi usia 0-6 bulan. Dan ibu segera mulai mengenalkan pemberian MPASI kepada bayinya
yang sudah berusia 6 bulan. Inilah makanan bayi kedua yang menyertai pemberian ASI.

 Alasan MP ASI baru diberikan pada bayi berusia 6 bulan

- ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi sampai
berumur 6 bulan

- Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat menghindarkan dari
berbagai risiko penyakit

- Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan


bayi untuk berkembang menjadi lebih matang

- Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga kesediaan ASI

 Dampak Pemberian MP ASI yang Tidak Tepat

a) Pemberian MPASI dini

Dampak secara langsung :

- Gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB (Buang Air Besar), muntah
- Gangguan menyusui seperti mengurangi keinginan bayi untuk menyusu sehingga
frekuensi dan kekuatan bayi menyusu berkurang yang berakibat produksi ASI juga
berkurang

- Meningkatkan resiko terkena infeksi (penyakit menular)

Dampak jangka panjang :

- Peningkatan berat badan (obesitas) dan alergi makanan. Obesitas ini bisa berlanjut hingga
usia dewasa nanti

- Gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat


mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein)

b) Pemberian MPASI yang terlambat

- Menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping

- Menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Energi dan zat-zat gizi yang
dihasilkan ASI tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan

 Tahapan Makanan Bayi dan Baduta

a) Usia 0-6 Bulan

- Makanan yang diberikan hanya berupa ASI tanpa ada pemberian makanan atau minuman
lain selain ASI (ASI eksklusif)

- ASI diberikan setiap kali bayi menginginkan

- Sedikitnya 8 kali sehari, pagi siang, sore maupun malam.

b) Usia 6-9 Bulan


- Memperkenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan lumat (tekstur
makanan cair dan lembut) Contoh : bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang
dihaluskan, bubur sumsum, nasi tim saring

- ASI tetap diberikan dimana ASI diberikan terlebih dahulu kemudian makanan
pendamping ASI.

- Frekuensi pemberian : 2-3 kali sehari makanan lumat

- ASI sesering mungkin. Jumlah setiap kali makan : 2-3 sendok makan penuh setiap kali
makan, secara bertahap ditingkatkan sampai 1/2 mangkuk berukuran 250 ml setiap kali
makan

c) Usia 6 Bulan :

- Mulai dengan pemberian satu jenis buah yang dihaluskan. Seperti pisang yang dihaluskan

- Pada waktu awal MP ASI diberikan, pastikan tekstur MP ASI tidak terlalu cair atau encer.
Hal ini dapat dilihat ketika sendok dimiringkan bubur tidak langsung tumpah

- Pemberian ASI di sela-sela waktu makan utama

d) Usia 7-8 Bulan :

- Bisa diperkenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar, yaitu bubur tim saring

- Makanan sumber protein contohnya seperti ikan bisa diperkenalkan pula pada usia ini

- Setelah secara bertahap diberikan tim saring, bayi bisa dikenalkan dengan nasi tim tanpa
disaring

e) Usia 9-12 Bulan


- Memberikan makanan pendamping ASI dalam bentuk makanan lunak atau lembik
(dimasak dengan banyak air dan tampak berair ) atau dicincang yang mudah ditelan anak
Contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri

- Untuk makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di antara waktu makan
lengkap

- ASI masih tetap diberikan.

- Frekuensi pemberian : 3-4 kali sehari makanan lembek + 1-2 kali sehari makanan
selingan atau bergantung pada nafsu makan bayi + Pemberian ASI. Jumlah setiap kali
makan : ½ sampai dengan ¾ mangkuk berukuran 250 ml

 Bahan Makanan untuk Membuat MPASI

a. Serealia dan Umbi-umbian

- Jenis serealia seperti beras, beras merah merupakan sumber utama karbohidrat dan kaya
akan vitamin B

- Pada tahap awal disarankan untuk memberikan satu jenis sereal terlebih dahulu
dikarenakan sereal berpotensi untuk menimbulkan alergi pada bayi

- Kentang dan ubi terutama ubi merah, dapat dijadikan MP ASI dengan merebus dan
menghaluskannya hingga lembut terlebih dahulu

b. Kacang-Kacangan

- Diperlukan bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk
pertumbuhan. Contohnya kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang polong
dan lain-lain.

- Kacang tanah tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan
pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernafas
c. Sayur dan Buah

- Sayuran yang kaya akan kandungan karotennya seperti sayuran berwarna jingga dan
hijau. Contohnya wortel, tomat merah, bayam, kangkung, labu kuning dan lainnya.

- Sayuran mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak sebaiknya tidak diberikan
karena makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung. Untuk buah sebaiknya
pilih buah yang berwarna jingga dan tidak asam seperti, pepaya, pisang, jeruk manis,
apel, melon, alpukat dan lainnya.

d. Bahan Pangan Hewani

- Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi antara lain, daging sapi dan ayam pilihan
yang tidak berlemak, ikan segar yang dihaluskan dan tanpa duri seperti fillet salmon, fillet
ikan kakap, dan fillet gurami, telur.

- Terkadang putih telur dapat memacu alergi. Sebaiknya diberikan secara bertahap dengan
porsi kecil. Jika bayi alergi maka segera dihentikan.

e. Lemak dan Minyak

- Memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan.

- Beberapa jenis lemak yang dapat ditambahkan antara lain mentega, keju dan jenis minyak
yang umum digunakan yaitu minyak kelapa, santan, minyak kacang, minyak jagung dan
lainnya.

KESIMPULAN

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita
dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya
dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan Serta mengandung nilai gizi
yang sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua
macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. Proses pemberian makanan tambahan
(PMT) terdiri empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
PMT sangat dibutuhkan bagi bayi mulai pada usia 6 bulan ke atas, untuk usia 0-6 bulan
masih secara ASI ekslusif. Karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Bahan untuk membuat MPASI dapat berasal dari serealia dan
umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur buah, bahan pangan hewani, dan lemak/minyak.

SARAN

- Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas program PMT dan juga penyuluhan gizi oleh
dinkes, sehingga sebagian besar masyarakat gizi buruk dapat tercover dalam hal
pemberian makanan tambahan ini
- Melakukan pembagian PMT langsung ke rumah-rumah keluarga pasien gizi buruk,
sehingga semua pasien mendapatkan bantuan tersebut
- Peningkatan kegiatan pelacakan gizi buruk ke rumah-rumah, agar dapat tersaring balita-
balita gizi buruk yang tidak datang ke posyandu atau puskesmas
- Mendirikan pusat pelayanan kesehatan gratis

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, L., Mulasari, S. A., & Nurdianis, N. (2008). Evaluasi program pemberian makanan
tambahan anak balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 11(1), 21-26.

Sembiring, N. (2004). Posyandu sebagai saran peran serta masyarakat dalam usaha peningkatan
kesehatan masyarakat. Universitas Sumatera Utara, USU Digital Library.

https://dinkessumenep.org/?p=4881 diakses pada 09 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai