Anggota :
Ajeng Wahyu Trisna Waty (R0218006)
Andika (R0218010)
Denny Anwar Ramadhan (R0218032)
Finisa Putri Maharuta (R0218048)
Isna Tasya Salsabilla (R0218060)
Julia Aisyah Nur (R0218064)
Ria Hesti Utami (R0218098)
Sherina Chafiidhiya R (R0218106)
Thalita Salsabila Luklunirahara (R0218116)
BAHAN DISKUSI :
Studi
Evaluasi
Kasus
Syarat
Overview dan
Kriteria
Definisi Regulasi
What’s Indonesia
Problems?
What We’re
Gonna Do? Any
solution?
Definisi
Menurut Tchobanoglous, et al., (1993) sanitary landfill sebagai sistem
penimbunan sampah secara sehat dimana sampah dibuang di tempat yang
rendah atau parit yang digali untuk menampung sampah, lalu sampah
ditimbun dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis sedemikian rupa
sehingga sampah tidak berada dialam terbuka.
Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk
tujuan lain.
Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari
sumber air.
Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat
atau polutan sampah.
Penyumbatan badan air.
Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar).
Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar
penyakit.
Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam
tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan
tekanan tertentu.
SYARAT DAN KRITERIA
Berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA, TPA
dengan sistem pengurukan (sanitary landfill) kawasannya dibagi menjadi
zona penyangga, zona budi daya terbatas, dan zona budi daya, serta
memiliki beberapa ketentuan lain sebagai berikut:
A. Ketentuan Umum
Zona penyangga : diukur mulai dari batas terluar tapak TPA sampai pada jarak tertentu sesuai
dengan Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem
Controlled Landfill dan SanitaryLandfill, yakni 500 meter dan/atau sesuai dengan kajian lingkungan
yang dilaksanakan di TPA.
Zona budi daya terbatas ditentukan mulai dari batas terluar zona penyangga sampai pada jarak
yang telah aman dari pengaruh dampak TPA yang berupa:
Bahaya meresapnya lindi ke dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai penduduk untuk
kehidupan sehari-hari;
Bahaya ledakan gas metan;
Bahaya penyebaran vektor penyakit melalui lalat; dan
Lain-lain.
B. Ketentuan Teknis
1. Zona Penyangga
Zona penyangga sesuai dengan Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
dengan Sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill dengan jarak 0 – 500 meter. Pemanfaatan lahannya
ditentukan sebagai berikut:
a.) 0 – 100 meter : diharuskan berupa sabuk hijau; dan
b.) 101 – 500 meter : pertanian non pangan dan hutan.
Ketentuan pemanfaatan ruang:
a. ) Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama
tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut:
b.) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun
terutama tanaman yang dapat menyerap bau; dan
c.) Kerapatan pohon adalah minimum 5 m.
d.) Pemrosesan sampah utama on situ.
e.) Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi pembakaran (incenerator) bersama unit
pengelolaan limbahnya.
f.) Kegiatan budi daya perumahan tidak diperbolehkan pada zona penyangga.
2. Zona Budi Daya
Pola ruang dalam zona budi daya ditentukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang berlaku, RDTR
dan peraturan zonasi yang telah ditetapkan untuk kawasan bersangkutan.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yaitu Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang berada
dibawah koordinasi KEMENRISTEKDIKTI. Pada Annual Report 2014 Bab IV, memuat “Desain dan Rekomendasi TPA
Sanitary Landfill Kabupaten/Kota” sebagai berikut:
Pemilihan Lokasi:
Aksebilitas
Akses jalan menuju ke fasilitas landfill harus dibuat khusus untuk meminimalkan potensi erosi dan perubahan sistem drainase.
Pertimbangan Jumlah Curah Hujan
Besarnya curah hujan berkaitan dengan tingkat kesulitan penyediaan sarana TPA sampah yaitu parit pembuangan air larian, kolam
pengumpul leachate dan instalasi pengolahannya.
Pertimbangan Temperatur dan Arah Angin
Arah angin yang tidak menuju ke lokasi permukiman, untuk mencegah paparan kepada masyarakat. Temperatur yang panas dan
angin dapat menyebabkan debu dan putaran angin serta berpotensi menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
Pertimbangan Kestabilan Tanah
Lokasi TPA harus pada area yang stabil dan bebas dari patahan serta longsor.
Pertimbangan Area Aliran Air
Jika lokasi TPA dekat dengan aliran air maka meningkatkan resiko pencemaran air.
Syarat Geologi dalam Pemilihan Lokasi
SNI nomor 03-3241-1994 tentang kriteria penentuan lokasi TPA menyebutkan beberapa aspek geologi yang dikaji adalah batuan
penyusun dan kerawanan bencana. Batuan penyusun akan menentukan kondisi struktur wilayah dan penyerapan air. Sedangkan
kondisi kerawanan bencana terkait dengan pergerakan lempeng, aktivitas vulkanik dan bahkan kerawanan bencana longsor.
STUDI KASUS DAN EVALUASI PENERAPAN
Daerah digunakan adalah daerah dengan topografi bergelombang dengan Janis tanah podzolik
merah kuning yang mempunyai kandungan fiat tinggi serta homogen sehingga penyaringan larutan
akan lebih baik daripada jenis tanah yang banyak mengandung pasir. Sistem sanitary landfill di daerah
ini masih tergolong sederhana karena pada lapisan bawah dari LPA Sampah belum dibuat lapisan
kedap air.
Pelaksanaan sistem sanitary landfill tanpa lapisan kedap akan menimbulkan suatu masalah yaitu
sampah yang tertimbun di LPA akan mengalami proses akumulasi dan degradasi (pemecahan). Hasil-
hasil degradasi tersebut akan tersebar ke dalam tanah di sekitarnya melalui infiltrasi dan perkolasi.
Kualitas air kolam penampung air cucian (leachate) LPA sampah sanitary landfil Air dingin dari hasil
analisis sifat fisika dan kimia kualitasnya cukup rendah, jika dibandingkan dengan parameter Baku Mutu
Air Limbah Kep-51/ MENLH/10/1991.
Berdasarkan analisis sifat fisika dapat diketahui parameter yang melampaui baku mutu adalah
kekeruhan untuk semua jarak, sedangkan parameter bau metampaui baku mutu untuk jarak 300 m
dan 600 m dari LPA Sampah. Untuk parameter suhu masih di bawah ambang batas yang
diperbolehkan. Berdasarkan analisis sifat kimia parameter yang melampaui baku mutu adalah pH, NH3,
dan SO4 untuk semua jarak, parameter KMnO4 untuk jarak 300 m dan 600 m dari LPA Sampah,
sedangkan N03 dan NO2 tidak melampaui baku mutu. Kandungan bakteriologi di daerah peneiltian
cukup tinggi.
Evaluasi
Permasalahan sampah hingga kini masih menjadi masalah yang
cukup sulit untuk ditangani. Seiring dengan pertumbuhan penduduk,
jumlah produksi sampah pun ikut meningkat. Di Indonesia, sudah
menggunakan 2 sistem penanganan di Tempat Pembuangan
Sampah Akhir. Salah satunya yaitu sanitary landfill yang ada di
Kotamadya Padang. Dari studi kasus tersebut,menurut kami sistem
sanitary landfill yang digunakan berjalan dengan baik. Penanganan
sampah dapat teratasi dan memberikan lapangan kerja baru bagi
penduduk disekitar. Namun masih harus terus dilakukan pemantauan
secara berkala agar tidak timbul efek yang merugikan baik bagi
warga sekitar maupun lingkungan dikemudian hari.
TERIMA KASIH