1.2 PATOFISIOLOGI
Pengaruh hormon yang kelebihan estrogen endogen atau yang lebih tepat
keseimbangan hormon, misalnya usia subur yang lama, usia lanjut saat memiliki anak,
mengisyaratkan paparan ke kadar estrogen yang tinggi saat haid. Tumor ovarium
fungsional mengeluarkan estrogen dilaporkan berkaitan dengan kanker payudara pada
perempuan menopaus. Estrogen merangsang pembentukan faktor pertumbuhan sel
epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Reseptor estrogen dan progesteron yang
secara normal terdapat di epitel payudara, kemungkinan bereaksi promoter
pertumbuhan, seperti transforing grow faktor dan faktor yang dikeluarkan fibroblast
yang dikeluarkan sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin
perkembangan tumor.
1.3 ETIOLOGI
Penyebab kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan wanita menderita kanker payudara. Beberapa faktor
risiko menurut Rachman (2015) adalah
a. Usia
Seperti pada banyak jenis kanker, insiden menurut usia naik sejalan dengan
bertambahnya usia.
b. Keluarga atau aspek genetik
Berdasarkan epidemiologi, kemungkinan penderita kanker payudara dua sampai tiga
kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungannya menderita
kanker payudara.
c. Hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak
diselingi perubahan hormonal kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang
tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan
menyebabkan kanker.
d. Riwayat menstruasi
Semakin dini menarkhe semakin besar risiko terkena kanker payudara. Demikian
pula dengan menopous dan kehamilan pertama, semakin tinggi risiko terkena
kanker payudara.
1.5 Penatalakansanaan
Menurut Yustiana Olfah (2013), tindakan operatif tergantung pada stadium kanker
yaitu:
a. Pada stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal, kemudian apriksa KGB,
bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional kemoterapi ajuvan.
Dapat pula dilakukan mastektomi simplek yang harus diikuti radiasi tumor bed
dan daerah KGB regional.
b. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi ajuvan,
atau mastektomi simplek ditambah radioterapi pada tumor bed dan KGB
regional.
c. Pada stadium IIIb dilakukan biopsi, insisi dilanjutkan radiasi
d. Pada stadium IV
1. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral, bila respon
positif diberi aminoglutetimid/tamofen. Bila respon negatif berikan
kemoterapi CMP/CAF.
2. Pada pasien sudah 1-5menopause periksa efek estrogen
3. Pada pasien pasca menopause berikan obat-obat hormonal seperti
tamoksifen, estrogen, progesterone/kortikosteroid.
1.6 KLASIFIKASI
a. Karsinoma Duktural Menginfiltrasi
b. Karsinoma Lobular Menginfiltrasi
c. Karsinoma Medular
d. Kanker Masimus
e. Kanker Duktal Tubular
f. Karsinoma Inflamatori
(Olfah, 2013)
1.7 PENCEGAHAN
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan
diri dari paparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan meakukan
deteksi dini melalui beberapa metode seperti mammografi atau SADARI (periksa
payudara sendiri).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan yang lebih diarahkan kepada individu yang telah positif menderita
kanker payudara sesuai stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. (Palupi, 2002 dalam Olfah 2013)
PATHWAY
Penyebaran
Langsung
Pertumbuhan lokal
Limfogen
Hematogen
Kanker Payudara
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Menurut data dari WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada
wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6% diantaranya kurang dari 40 tahun.
2. Riwayat Keluhan Utama
Riwayat keluhan utama meliputi: adanya benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang: berisi kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga bisa diketahui penyebab yang mendasari masalah pasien saat ini.
b. Riwayat penyakit dahulu: mengkaji penyakit yang pernah diderita, data ini
dapat membantu mengetahui penyakit dahulu yang mungkin menjadi pemicu
penyakit pasien saat ini
c. Riwayat kesehatan keluarga: untuk mengetahui adanya penyakit keturunan yang
dapat menjadi faktor predisposisi dari penyakit yang diderita pasien
d. Riwayat kesehatan lingkungan: untuk mengetahui apakah pasien terpapar zat
karsinogenik yang dapat menimbulkan penyakit pada pasien saat ini.
4. Pola-Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pengkajian ini berisi tentang kebiasaan klien sehari-hari yang mungkin
berpengaruh bagi kesehatan baik sebelum atau ketika masuk rumah sakit,
meliputi kebiasaan merokok, penggunaan tembakau alkohol serta olahraga dan
juga status ekonomi
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Berisi tentang pemenuhan nutrisi, minuman, kesulitan menelan serta keadaan
yang mengganggu nutrisi (alergi, kelelahan, nausea, vomiting) beserta status
gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh (IMT, Diit, Pengetahuan).
c. Pola eliminasi
Berisi kebiasaan defekasi serta mictie baik sebelum maupun ketika masuk
rumah sakit.
d. Pola tidur dan istirahat
Berisi tentang kebiasaan tidur seperti lama waktu, suasana, keluhan verbal,
merasa nyaman setelah tidur, gangguan selama tidur, kebiasaan tidur serta
upaya untuk mengatasi kesulitan tidur.
e. Pola aktivitas
Berisi aktivitas sehari-hari dan kegunaan kegiatan saat waktu senggang.
f. Pola hubungan peran
Berisi pengkajian tentang hubungan pasien dalam kerja, interaksi dengan orang
lain serta interaksi dengan keluarga.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Berisi tentang pemahaman pasien terhadap dirinya meliputi body image, self
esteem, kekacauan identitas, depersonalisasi.
h. Pola sensori dan kognitif
Berisi tentang daya fungsi panca indra dan proses berpikir pasien.
i. Pola reproduksi seksual
Berisi tentang gambaran kualitas hubungan dengan partner, jumlah anak,
mengkaji data pengetahuan pasien dan sikap pasien terhadap seksualitas,
mengkaji fungsi seksual, problem seksual, peranan sekusual.
j. Pola penanggulangan stres
Berisi tentang hal yang menyebabkan stres beserta mekanisme dan adaptasi
terhadap stres.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Berisi tentang kepercayaan beserta dampak keyakinan terhadap upaya
penyembuhan serta sakit terhadap ritualitas.
5. Pengkajian Fisik
a. Penampilan (kesesuaian usia, perkembangan seksual, mengingatkan dan
berorientasi, fitur wajah)
b. Struktur tubuh dan mobilitas (BB, susunan tubuh, berdiri tegak, duduk nyaman,
koordinasi gerak jalan).
c. Perilaku (kontak mata, mood vs affeksi, nyaman dan kooperatif, tampak bersih
dan rapi)
d. Keadaan umum (suhu, nadi, tekanan darah, respiration rate)
e. Pemeriksaan Head to toe
- Integumen: pada umumnya normal, namun terjadi kerusakan pada sekitar
payudara jika sudah stadium lanjut
- Kepala: dikaji secara keseluruhan mulai dari bentuk kepala, mata, hidung
dan sinus, telinga, mulut dan faring serta leher
- Thoraks: paru mungkin ada kelainan jika kanker telah bermetastase, jantung
pada umumya normal, payudara terdapat benjolan pada umumnya
penyebaran awal pada axila, supra clavikula, atau mediastinal
- Abdomen: pada kanker yang sudah bermetastase penjalaran dapat
menyerang hepar
- Inguinal-Genetalia-Anus: pada umunya normal (kecuali pada stadium
lanjut)
- Ekstremitas: pada umunya normal (kecuali ada metastase tulang)
- Tulang Belakang: pada kanker yang sudah bermetastase penjalaran dapat
menyebar ke tulang belakang.
f. Pemeriksaan Penunjang
USG, mammografi, aspirasi jarum halus, foto thoraks, bone survey, biopsi.
g. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah
yang didapat pada pasien.
a. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma)
2. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
7. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/ pengobatan (pembedahan)
b. PERENCANAAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun.
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Gelisah menurun
c. Kesulitan tidur menurun
Intervensi:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
d. Fasilitasi istirahat dan tidur
e. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
f. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keutuhan pada kulit dan
jaringan.
Kriteria hasil :
a. Kerusakan jaringan menurun
b. Kerusakan lapisan kulit menurun
c. Tekstur kulit membaik
Intervensi :
a. Monitor kulit akan adanya kemerahan dan lesi
b. Menjaga kebersihan kulit agar tetap kering
c. Menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar
d. Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan mobilitas fisik
meningkat.
Kriteria hasil :
a. Pergerakan ekstremitas meningkat
b. Kekuatan otot meningkat
c. Rentang gerak (ROM) meningkat
Intervensi:
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
d. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
e. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
f. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
g. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Olfah, Yustiana dan Ni Ketut Mendri. 2013. Kanker Payudara dan Sadari. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rasjidi, I. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto
SURABAYA
NIM : P27820117076
I. IDENTITAS
Nama : Ny. L
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Protestan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat : Karangsari, Sukorejo Blitar
Alamat Dirawat : RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keluhan Utama : Batuk dan terkadang sesak
V. PENGKAJIAN FISIK
A. Penampilan
Kesesuaian usia (Ya) Mengingat dan Berorientasi (Ya)
Perkembangan seksual (Normal) Fitur Wajah (Normal)
B. Struktur tubuh dan mobilitas
Berat Badan (52 Kg) Duduk Nyaman (tidak bisa)
Susunan Tubuh (Lengkap)
Berdiri tegak (Tidak bisa)
C. Perilaku
Kontak mata (Ya) Nyaman dan kognitif (Ya)
Mood vs Affeksi (Baik) Tampak bersi dan rapi (Ya)
D. Tanda tanda Vital
Suhu (36,3oC), Tekanan Darah (110/60 mmHg), Nadi (85x/mnt), RR (22x/mnt)
E. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala : simetris, tidaka ada benjolan, tidak ada lesi, distribusi rambut tebal
Muka : simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi
Mata : konjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada edema pada kelopak mata
Telinga : simetris, bersih, tidak menggunakan alat bantu dengar
Hidung : bersih, tidak terdapat polip
Mulut : bersih, bibir kering, tidak ada perdarahan gusi
Leher : simetris, tidak kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
2. Thoraks
Payudara : terdapat jaitan bekas operasi pada payudara kanan, keadaan jaitan
tertutup rapat.
Paru-paru : bunyi vasikuler, tidak ada ronki dan wheezing
Jantung : S1 S2 tunggal
2. Abdomen : bentuk simetris , bising usus normal, tidaka ada nyeri tekan, tidak ada
lesi
3. Inguinal-Genetalia-Anus : tidak terdapat kelainan
4. Ekstremitas: CRT 2 detik, tidak edema, tidaka ada kelemahan pada ekstremitas
5. Tulang Belakang: tidak terdapat kelainan
VII. TERAPI
a. Terapi obat tanggal 24 April 2019
- Infus asering 1000cc dalam 24 jam
- Injeksi antrain intravena 1 g tiap 8 jam secara bolus
- Injeksi ranitidine intravena 50 mg tiap 12 jam secara bolus
- Injeksi dexamethason intravena 10 mg tiap 8 jam secara bolus
- Nebul ventolin tiap 6 jam
b. Terapi obat tanggal 4 Mei 2019
- Injeksi antrain intravena 1 g tiap 8 jam secara bolus
- Injeksi ranitidine intravena 50 mg tiap 12 jam secara bolus
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF