PENDAHULUAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa vesikel
berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat satu atau beberapa kelompok
terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.Herpes simpleks disebabkan
oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang dapat berlangsung
primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blister, cold sore,
herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis (Handoko, 2010).
1
8. Bagaimana patofisiologi dari herpes zoster?
13. Bagaimana asuhan keperawatan teori pada herpes simpleks dan herpes
zoster?
1.3 Tujuan
14 Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori pada herpes simpleks dan herpes
zoster
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
3
2.1.3 Patofisiologi
2.1.5 Penatalaksanaan
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim
yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P)
4
atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan
dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan
penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir
atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang
lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ dalam (Handoko, 2010).
2.2.2 Etiologi
5
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini
akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita
herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2.2.3 Patofisologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells
zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus
mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia
permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus
juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion
sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang
beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun
dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi
herpes zoster.
2.2.4 Klasifikasi
6
sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan suka
b. Herpes zoster fasialis
a. Gejala prodomal
7
( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan
kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung
terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi
selama erupsi kulit.
8
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologi
f. Kultur virus
1) Virologi:
a) Mikroskop cahaya.
c) PCR,
d) Kultur Virus,
2) Serologi
a) ELISA,
c) Biokit HSV-II.
2.2.7 Penatalaksanaan Medis
9
burrow 3 x sehari selama 20 menit.
c. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah
rasa nyeri. Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol
dapat digunakan untuk meredakan sakit. Jika tidak cukup
membantu, silakan tanyakan kepada dokter Anda untuk
meresepkan analgesik yang lebih kuat.
10
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Herpes Simpleks dapat terjadi pada semua orang disemua umur,
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Jenis kelamin dapat terjadi
pada pria maupun wanita. Penjaja seks mengalami risiko tinggi
terhadap herpes simpleks.
Sedangkan pada herpes zoster penyakit ini sering terjadi pada anak
usia 10 tahun atau kelompok dewasa. Jenis kelamin (tidak ada
perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan).
2. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita herpes simpleks datang
ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
Sedangkan pada herpes zoster keluhan utamanya adalah rasa sakit,
nyeri, dan pegal (neuritis) serta adanya vesikel yang berkelompok
sepanjang satu dermatom. Sedangkan herpes simpleks merasakan nyeri
pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada fase-fase
awal.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada herpes simplek kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan
klien. Pada beberapa kasus, timbul lesi atau vesikel berkelompok pada
penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai
peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma
fisik maupun psikis. Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama
pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang
luas.
Pada herpes zoster, biasanya klien mengeluh sudah beberapa hari
demam dan timbul rasa gatal atau nyeri pada dermatom yang terserang,
11
klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan terasa lelah. Pada daerah
yang terserang, mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk urtika,
setelah 1-2 hari timbul gerombolan vesikula.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering di derita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit
herpes simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
Pada herpes simplek ada anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini. Sedangkan pada herpes zoster, biasanya keluarga
atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes zoster, atau klien
pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.
6. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian
muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan
konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal
diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Disamping itu,
perlu dikaji tingkat kecemasan klien dan informasi atau pengetahuan
yang di miliki tentang penyakit ini. Reaksi yang mungkin timbul
adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh
b. Menarik diri dari kontak sosial
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang
7. Pola-pola kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Penderita pada umumnya personal hygienenya kurang dengan tata
laksana hidup yang tidak sehat karena keadaan ekonomi yag sosial
rendah.
12
c. Pola eliminasi
Terjadi gangguan buang air besar dan buang air kecil pada penderita
herpes simpleks genitalis.
d. Pola istirahat dan tidur
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien dapat mengalami
gangguan, terutama untuk istirahat dan tidur.
13
Pada umumnya klien dengan herpes memilki gangguan hubungan peran
terutama dengan teman dan lingkungan sekitarnya dan lebih memilih
untuk menyendiri
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada umumnya terjadi distress spiritual pada penderita namun kadang-
kadang ada penderita yang lebih tekun dalam beribadah setelah
mendapatkan penyakit herpes
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya
tahan tubuh klien. Pada kondisi awal atau saat proses peradangan, dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada
pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans
penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang
perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan
serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran atau luas, warna, dan keadaan
lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran pada beberapa
kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu
terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara
fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, dan peningkatan tekanan darah pada perilaku, dapat juga dijumpai
menangis, merintih, atau marah. Melakukan pengukuran nyeri dengan
menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala
yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah
untuk mengkaji nyeri sesuai usia dan libatkan anak dalam pemilihan.
Sedangkan pada herpes zoster, tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri dengan
menggunakan skala nyeri. Apabila nyeri tersa hebat, tanda-tanda vital cenderung
14
akan meningkat. Pada inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok
sesuai dengan alur dermatom (ini tanda yang khas pada herpes zoster karena virus
ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis).
Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat
menjadi pustula dan krusta. Apabila yang terserang adalah ganglion kranialis,
dapat ditemukan adanya kelainan motorik.
15
3.1.5 Intervensi
16
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi penyebab
integritas kulit keperawatan diharapkan gangguan integritas
berhubungan integritas kulit meningkat kulit
dengan perubahan dengan kriteria hasil :
pigmentasi kulit
17
(timbul bula, - Kerusakan jaringan b. gunakan produk
kemerahan) menurun berbahan ringan/alami
- Kerusakan lapisan kulit dan hipoalergik pada
menurun kulit sensitive
- Nyeri menurun c. hindari produk
berbahan dasar
alcohol pada kulit
kering
d. ajarkan meningkatkan
asupan nutrisi
4 Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi harapan
berhubungan keperawatan diharapkan citra tubuh berdasarkan
dengan penyakit citra tubuh meningkat tahapan perkembangan
dengan kriteria hasil: b. Monitor frekuensi
a. Melihat bagian tubuh pernyataan terhadap diri
meningkat sendiri
b. Menyentuh bagian c. Diskusikan perbedaan
tubuh meningkat penampilan fisik
c. Verbalisasi kecacatan terhadap harga diri
bagian tubuh d. Latih peningkatan
meningkat penampilan diri
18
5 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tanda dan
berhubungan keperawatan diharapkan gejala infeksi lokal dan
dengan kerusakan tingkat infeksi menurun sistemik
integritas kulit dengan kriteria hasil : b. batasi jumlah
a. Kebersihan tangan pengunjung
meningkat c. cuci tangan sebelum
b. Kebersihan badan dan sesudah kontak
meningkat dengan pasien dan
c. Nafsu makan meningkat lingkungan pasien
d. Nyeri menurun d. jelaskan tanda dan
gejala infeksi
e. ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
19
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Rahariyani, Lutfia Dwi. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta : EGC
21