Sarah Istiqomah Widiaputri | 1705191

SPAI – Resensi Buku Manajemen Waktu Islami oleh Deni Sutan Bahtiar

Ciri-ciri seorang muslim yang diharapkan adalah pribadi yang menghargai waktu.
Pengelolaan waktu merupakan kewajiban bagi setiap muslim sehingga seorang muslim
tidak patut menunggu motivasi oleh orang lain. Pemahaman terhadap hakikat menghargai
waktu dalam ajaran Islam dianggap sebagai salah satu indikasi keimanan dan bukti
ketaqwaan yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan
motivasi untuk mencapai hasil yang baik demi kesejahteraan bersama. Allah telah
menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang sangat besar sekaligus ladang untuk
menanam kebajikan. Allah berfirman: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-
benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh
dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (QS. al-Ashr [103]: 1-3). Surat ini merupakan landasan ideal
tentang perlunya seorang muslim menghargai waktu. Surat ini juga mengingatkan kita
akan waktu (al-‘ashr) yang telah berlalu, tidak akan pernah bisa dikembalikan lagi.
Waktu luang adalah salah satu nikmat yang banyak dilalaikan oleh manusia. Seringkali
manusia menyia-nyiakannya dan tidak mensyukurinya. Padahal Rasulullah SAW telah
bersabda, “Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum
datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu kayamu sebelum
datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan masa
hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR Hakim dishahihkan oleh Al Albani). Waktu
memiliki enam sifat dasar, yaitu merupakan berkah yang paling adil dan konsisten,
kekayaan individual, tidak berubah, tidak dapat disimpan dan dikumpulkan, selalu
berjalan maju, dan mudah menggoyahkan.
Sholat lima waktu diwajibkan bagi muslim dari memulai hingga mengakhiri aktivitas
dalam sehari dan waktu-waktunya selaras dengan perjalanan hari. Malaikat Jibril diutus
oleh Allah untuk menetapkan waktu-waktu awal dan akhir pelaksanaan sholat lima
waktu, agar menjadi panduan dan sistem yang baku dan cermat dalam menata kehidupan
islami. Ajaran Islam begitu besar perhatiannya terhadap waktu. Jika kesadaran akan
pentingmya manajemen waktu telah tercipta, maka tentu kita akan berbuat untuk dunia
ini seolah-olah akan hidup abadi dan berbuat untuk akhirat seolah-olah akan mati esok
hari. Muncul berbagai ungkapan bijak terkait pemahaman waktu, seperti “alwaqtu ka as-
saif” yang berarti waktu itu ibarat pedang. Sebuah pedang akan sangat berguna jika
pandai memanfaatkannya, sebaliknya akan membahayakan bukan saja orang lain, tetapi
 Sarah Istiqomah Widiaputri | 1705191
SPAI – Resensi Buku Manajemen Waktu Islami oleh Deni Sutan Bahtiar

juga diri sendiri, jika tidak pandai-pandai memanfaatkannya. Keinginan awal untuk
mempermudah sesuatu sehingga bermanfaat bagi manusia, akan sia-sia dan bahkan
merugikan jika salah mempergunakannya.
Dalam buku ini disampaikan bahwa cara seorang muslim untuk menghargai waktu
dapat diterapkan dengan menghargai waktu hari ini, tidak pernah putus asa, memiliki visi
dalam menjalani hidup, selalu bersikap disiplin, kreatif dan proaktif, senantiasa bersabar
dan bersyukur, ikhlas dan tidak pernah mengeluh, berjiwa besar, berani mencoba, dan
memanfaatkan potensi dalam diri sebaik mungkin. Seseorang yang terus merugi adalah
orang yang terus jauh dari agama, menghabiskan waktu dengan sia-sia, mempermainkan
diri sendiri, hati yang membatu, hilangnya rasa takut kepada Allah, mencintai dunia dan
melupakan akhirat, serta jarang beribadah dan mendekat kepada Allah.
Mengelola waktu berarti menata diri dan merupakan salah satu tanda keunggulan dan
kesuksesan seorang muslim. Oleh karena itu, kesadaran akan perlunya manajemen waktu
untuk menghadapi waktu senggang, waktu muda, waktu kaya, dan waktu sehat selagi
masih hidup sangatlah penting sehingga tidak muncul penyesalan saat sibuk, tua, miskin,
sakit, dan bahkan sesudah mati. Manajemen waktu secara islami penting diterapkan untuk
menggapai kesuksesan di dunia maupun akhirat.