Anda di halaman 1dari 41

Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

MIOMA UTERI

Disusun Oleh :
Evan Faishal Mahadinata 1810029012
Mita Elyana

Pembimbing :
dr. I.G.A.A Sri M Montessori, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Laboratorium


Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman
2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Mioma Uteri”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. I.G.A.A Sri Montessori, Sp.OG, sebagai dosen pembimbing klinik selama
stase Obstetri dan Ginekologi.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda yang telah bersedia memberikan saran dan
mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, penulisan laporan kasus ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk berbagai saran dan kritik
yang membangun guna memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

Samarinda, Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2. Tujuan ........................................................................................................... 4
1.3. Manfaat ......................................................................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS .............................................................................. 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 16
3.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita .............................................................. 16
3.2. Definisi ........................................................................................................... 20
3.3. Epidemiologi ................................................................................................. 20
3.4. Klasifikasi ...................................................................................................... 21
3.5. Etiologi dan Patogenesis ............................................................................... 23
3.6. Diagnosis ....................................................................................................... 25
3.7. Penatalaksanaan ............................................................................................ 27
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 36
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 40

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uterus merupakan organ penting dalam sistem reproduksi wanita. Uterus
terdisi dari 3 bagian yaitu fundus, korpus dan serviks dengan fungsinya masing-
masing. Korpus memiliki fungsi utama dalam proses kehamilan sebagai tempat
implantasi hasil konsepsi.4 Sama seperti organ tubuh lainnya, uterus tidak luput
dari penyakit yang menganggu fungsi normal uterus. Gangguan yang mungkin
terjadi pada uterus dapat berupa perdarahan uterus abnormal, seperti menoragia
atau perdarahan pasca menopause dengan penyebab tersering disebabkan oleh
adanya polip endometrium, tumor otot polos, hyperplasia endometrium, karsinoma
endometrium dan endometriosis. Selain itu gangguan lain yang dapat muncul pada
uterus dapat berupa adanya lesi proliferative pada daerah korpus uteri, diantaranya
hyperplasia endometrium, karsinoma endometrium, polip endometrium dan
leiomioma.10
Leiomioma uteri (mioma uteri) merupakan tumor jinak yang berasal dari sel
otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen pada myometrium. Karena
bersifat padat, secara klinis disebut fibroid. 1,2
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang paling lazim pada organ
reproduksi wanita. Resiko terjadinya mioma uteri akan meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Mioma tidak terjadi sebelum pubertas, dan frekuensinya
menurun saat menopause. Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita usia reproduktif,
dan 30-40% wanita usia >40 tahun. Wanita dengan usia menarke lebih muda
memiliki resiko mengalami mioma lebih besar. Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara1.
Diperkirakan terdapat sekitar 20% dari wanita usia 30 tahun mengalami
mioma uteri. Namun hampir 20-50% kasus bersifat asimptomatik, dan hanya 3%
yang menunjukkan gejala mioma uteri.11 Kejadian mioma uteri sebesar 20-40%
pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun sering menimbulkan gejala klinis
berupa menorrhagia dan dismenorea. Nyeri pada pinggang dapat muncul ketika
mioma uteri sudah menekan nervus yang berjalan diatas permukaan tulang pelvis.

3
Selain itu mioma uteri juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius,
sehingga dapat menimbulkan gangguan berkemih berupa frekuensi dan urgensi
urin, retensi urin atau ketidakmampuan menahan berkemih.2
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi medisinali
yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi dan mengurangi
ukuran mioma uteri. Selain itu terdapat juga penatalaksanaan operatif untuk
pengangkatan massa mioma dengan metode histerektomi. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 600.000 histerektomi atau sekitar 39% dari semua tindakan
histerektomi dilakukan atas indikasi mioma uteri tiap tahunnya. Dengan semakin
berkembangnya teknologi kedokteran, tindakan operatif pada mioma uteri dapat
dilakukan dengan bantuan alat laparoskopi maupun histerektomi.3

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang mioma uteri dan perbandingan antara teori dengan kasus
nyata mioma uteri.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang mioma uteri yang mencakup definisi, epidemiologi,
etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis, penatalaksanaan,
komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata mioma uteri yang
terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang mioma uteri.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai mioma uteri.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tangal 28 Maret 2019


pukul 10.00 WITA di Poli Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bayur
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 16 Desember 2019, pukul 13.00 WITA

b) Identitas Suami
Nama : Tn. AM
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Suku : Kutai Bugis
Pendidikan : Amd
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bayur

c) Keluhan Utama:
Nyeri perut bagian bawah

5
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kadungan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul sejak 3 bulan
yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan dari bagian bawah perut tembus hingga
ke pinggang seperti nyeri haid dengan skala nyeri 3-4.
Pasien juga mengeluhkan terdapat benjolan di perut bagian bawah.
Pasien mengaku mulai merasakan adanya benjolan di daerah perut
bersamaan dengan nyeri yang pasien rasakan, dengan ukuran benjolan kira-
kira sebesar telur itik. Pasien juga mengeluhkan terkadang nyeri jika
menekan bagian perut bagian bawah dan perut kuadran kanan atas. Pasien
tidak mengeluhkan adanya keluar darah dari kemaluan, nyeri saat haid dan
nyeri juga perdarahan saat berhubungan.
Keluhan lain, pasien sering merasa pusing dan mual sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. BAB dan BAK pasien tidak terganggu.
Riwayat penurunan berat badan tidak ada. Riwayat benjolan di lipat paha,
lipat ketiak, dan leher tidak ada.

e) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, tidak ada
riwayat infertilitas. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,
diabetes mellitus, alergi, asthma maupun penyakit berat lainnya tidak ada.

f) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat keluhan serupa. Tidak ada
riwayat keganasan dalam keluarga. Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, asthma, maupun penyakit berat lainnya dalam keluarganya.

g) Riwayat Pernikahan
Menikah 2 kali, perama kalu pada usai 16 tahun. dengan usia pernikahan
pertama kurang lebih 12 tahun dan usia pernikahan kedua kurang lebih 10
tahun

6
h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi pil dengan lama penggunaan 5
tahun

i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari
Banyak darah : 2 kali ganti pembalut dalam sehari

j) Riwayat Obstetri
No Tahun Tempat Umur Jenis Penolong JK/ BB Keadaan
Partus Partus Kehamilan Partus Anak
1 Pasien
1993 Dukun Aterm Spontan Dukun Hidup
lupa

2.2 Pemeriksaan Fisik


a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran/GCS : Komposmentis, E4M5V6
c) Berat badan : 55 kg
d) Tinggi badan : 152 cm
e) Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit
Frekuensi nafas : 18 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
f) Status generalisata
Kepala / leher :Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),
pembesaran KGB (-)
Pulmo

7
Inspeksi :Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
dekstra=sinistra, retraksi (-/-)
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, massa (+) regio suprapubik, bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani, redup pada massa
Palpasi : Soefl, teraba massa di regio suprapubik, padat keras, batas
tegas, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), capillary refill time <2 detik
Bawah : Akral hangat,edema (-/-), capillary refill time <2 detik,
Refleks patella (+/+)

g) Status Ginekologis
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Vulva/vagina tenang, tidak ada tanda peradangan,
benjolan ataupun discharge
Palpasi : Teraba massa regio suprapubik dengan konsistensi
padat keras, tepi rata, tidak mobile, ukuran uterus
sekitar 2 jari dibawah pusat disertai dengan nyeri tekan
suprapubik

8
Inspekulo : Portio tenang tidak ada tanda erosi atau peradangan,

OUE tertutup, tidak tampak perdarahan aktif

Vaginal Toucher
Vagina : massa (-)
Portio : konsistensi padat kenyal
Cavum Douglas : menonjol (-), nyeri (-)
Uterus : ukuran membesar, konsistensi keras, teraba massa
tepi rata, immobile
Adneksa dan parametrium D et S : teraba massa dan nyeri tekan sisi kanan
Pelepasan : lendir (+), darah (-)

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 17 Desember 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal


Darah Lengkap

Hb 10,9 mg/dl 12,0-16,00 mg/dl

Hct 35,2 % 37-54%

Leukosit 4.670 sel/mm3 4.800-10.800 sel/mm3

Trombosit 219.000 150.000-450.000sel/mm3

Eritrosit 4.310.000 sel/mm3 4.200.000-5.400.000sel/mm3

Kimia Darah

GDP 81 mg/dl 70-100 mg/dl

GD2PP 109 mg/dl 70-150 mg/dl

Ureum 20,8 mg/dl 17-43 mg/dl

Creatinin 0,6 mg/dl 0,5-1,1 mg/dl

Serologi

HbsAg Non Reaktif Non Reaktif

AbHIV Non Reaktif Non Reaktif

9
Tanggal: 2 Januari 2019
Imuno-serologi

Ca-125 491,71 <35 U/ml

Foto Toraks AP (05/11/2019)


Pulmo normal dan Cardiomegali

USG Ginekologi (15/04/2019)

Keterangan :

1. Tampak lesi solid isoechoic pada uterus dengan ukuran 7 x 7 x 7 cm

2. Tampak lesi kistik di adneksa kanan dengan ukuran 2 x 3 cm

MSCT (04/04/2019)

10
Keterangan :

1. Lesi isodense kesan terproyeksi pada uterus, suspect massa uteri DD:
Myoma uteri

2. Lesi kistik yang terproyeksi di adneksa kanan DD: Kista ovarium

3. Tidak tampak batu opaque sepanjang traktus urinarius

Diagnosis Kerja Sementara


Mioma Uteri

1.5 Penatalaksanaan awal


- Rencana Laparotomi(18 Desember 2019)
- IVFD RL 500 ml 28 tpm
- Profilaksis Injeksi Cefotaxime 1 gram/ 8 jam IV
- Persiapan PRC II Kolf post operasi

1.6 Laporan Operasi dan Follow up


Laporan Operasi

2.7 Follow up Pasien di Ruang Mawar RS AW Sjahranie Samarinda


Rencana tindakan dan
Waktu/Tempat Follow up
Penatalaksanaan

16/12/2019 S : Nyeri perut dan teraba benjolan perut - Rencana Laparotomi


bagian bawah (18/12/2019)
13.30
O:
Nifas Mawar
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,4ºC

Vaginal Toucher :
-Vaginal : Massa (-)

11
-Portio : Konsistensi
padat kenyal
-Cavum : Menonjol (-),
douglas nyeri (-)
-Uterus : Ukuran
membesar,
konsistensi
keras
-Adneksa & : Teraba massa
Parametrium dan nyeri sisi
D et S kanan
-Pelepasan : Lendir (+),
darah (-)

A : Mioma uteri

17/12/2019 S : Nyeri perut dan teraba benjolan pada - IVFD RL 500 ml 28 tpm
perut bagian bawah - Dulcolax tab 3 x 1 PO
08.30 - Persiapan PRC II Kolf
O: post
Nifas Mawar
Laparotomi
Keadaan umum : Tampak baik
- Injeksi profilaksis
Kesadaran : Composmentis
cefotaxime 1 gram/8 jam
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
IV
Nadi : 80x/mnt
- Pasang kateter
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,1ºC
- Rencana Laparotomi
A : Mioma uteri (18/12/2019)

18/12/2019 S : Nyeri perut dan teraba benjolan pada - IVFD RL 500 ml 20 tpm
perut bagian bawah - Injeksi profilaksis
06.30 cefotaxime 1 gram/8 jam
O: IV
Nifas Mawar
- Pasang kateter
Keadaan umum : Tampak baik
- Rencana Laparotomi
Kesadaran : Composmentis
(hari ini)
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 83x/mnt

12
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36.3ºC

A : Mioma uteri

01/05/2019 S : Nyeri luka operasi sedikit berkurang, - IVFD RL 500 ml 20 tmp


tampak perban luka operasi, rembesan - Cefadroxil 3 x 500 mg PO
11.30 darah (+) - Asam mefenamat 3x 500
mg PO
Nifas Mawar O: - Biosanbe 1 x 1 tab PO
- Aff Kateter urin
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,4ºC

A : Post Laparotomi SVH-BSO hari ke -I


a/i Mioma uteri + Kista ovarium

01/0519 S : Nyeri luka operasi berkurang, tampak - IVFD RL 20 tpm


perban luka operasi, rembesan darah (-) - Cefadroxil 3 x 500 mg
21.30 - Asam mefenamat 3
O: x 500 mg
Nifas Mawar
- Biosanbe 1 x 1 tab
Keadaan umum : Tampak baik
- Anjurkan mobilisasi
Kesadaran : Composmentis
pasien
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 79 x/mnt
Pernapasan : 18 x/mnt
Suhu : 36,4ºC

A : Post Laparotomi SVH-BSO hari ke -I


a/i Mioma uteri + Kista ovarium

02/05/2019 S : Nyeri lupa operasi berukurang, - Aff infus


tampak perban luka operasi, rembesan - Obat Pulang:
08.30 darah (-) o Cefadroxil 3 x 500
mg
Nifas Mawar O: o Asam mefenamat 3
x 500 mg
Keadaan umum : Tampak baik
o Biosanbe 1 x 1 tab
Kesadaran : Composmentis
- Rencana pulang siang
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 70x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,4ºC

13
A : Post Laparotomi SVH-BSO hari ke -
II a/i Mioma uteri + Kista ovarium

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama,
sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan
sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin4.

Gambar 3.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita

Organ Genitalia Eksterna4


 Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis
sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris,
selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur
vascular.
 Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke
bawah sampai sekitar anus dan paha.

15
 Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
 Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir
besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga
ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
 Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan
terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang,
penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
 Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang
dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di
belakang oleh perineum (fourchette).
 Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus
vagina ditutupi oleh selaput dara.
 Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis
posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak
eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan
simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea
profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang
menutupinya.

16
Gambar 3.2. Anatomi Uterus

Organ Genitalia Interna4


 Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan
dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya
berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-
lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut
kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar
sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak
didapatkan kelenjar bersekresi. Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang
melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian
tengah 1/3 atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya
memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria hemoroidalis mediana
dan arteria pedundus interna yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah.
 Uterus Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas
5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan

17
serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks
uteri. Fundus adalah bagian uterus proksimal; disitu kedua tuba Fallopi masuk ke
uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai dimana fundus uteri
berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada
fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan
bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri
terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars
supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti
saluran lonjong dengan panjang 2,5cm. Saluran dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks, berbentuk sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis.
Pintu saluran serviks sebelah dalam adalah ostium uteri internum, dan pintu di
vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologik dari dalam keluar, uterus
terdiri atas (1) endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2)
otot – otot polos dan (3) lapisan serosa, yakni peritoneum viscerale. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh
darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi.
Dalam masa haid, endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian
tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa
sekretorik. Masa-masa ini dapat diperiksa dengan biopsi endometrium.
Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena
sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-
pembuluh darah yang terbuka tempat, sehingga perdarahan
 Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di
dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak

18
lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang
terbuka ke arah abdomen dan mempunya fimbria
 Ovarium (indung telur) Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu
jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5
cm.

3.2 Definisi Mioma Uteri


Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun
leiomioma uterus, merupakan neoplasma jinak pada daerah rahim, yakni pada
jaringan otot polos dan jaringan ikat di sekitarnya1.

3.3 Epidemiologi
Mioma merupakan tumor jinak pada organ reproduksi wanita yang sering
terjadi pada usia reproduktif. Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita usia
reproduktif, dan 30-40% wanita usia >40 tahun. Mioma tidak terjadi sebelum
pubertas dan frekuensinya menurun saat menopause. Wanita dengan usia menarke
yang lebih awal memiliki resiko lebih tinggi terjadinya mioma uteri1.
Menurut studi, mioma lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam
dibandingkan dengan wanita ras Asia. Laju pertumbuhan mioma lebih rendah
sejalan dengan bertambahnya usia pada wanita kulit putih dibandingkan wanita
kulit hitam. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi perkembangan mioma.
Peningkatan jumlah kehamilan menurunkan resiko mioma. Peningkatan paritas
menurunkan siklus menstruasi dan kehamilan menyebabkan perubahan hormon
ovarium, faktor pertumbuhan, dan tingkat reseptor estrogen, dan perubahan pada
jaringan uterus. Mioma lebih sering terjadi pada nulipara, walaupun berat badan
yang berlebihan dan obseitas sepertinya mengurangi asosiasi inversa dengan
paritas. Estrogen meningkatkan pertumbuhan mioma. Makanan memiliki hubungan
dengan kejadian mioma uteri. Makanan seperti daging setengah masak akan
meningkatkan risiko terhadap kejadian mioma uteri, selain itu terdapat diet/

19
makanan yang dapat mengurangi resiko terhadap kejadian mioma uteri, seperti
sayuran hijau yang tinggi serat dan buah-buahan1.

3.4 Klasifikasi
Mioma uteri diklasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu:4
a. Mioma Uteri Subserosum : lokasi tumor di sub-serosa korpus uteri. Dapat
hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan
dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di
dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa.
Perlekatan dengan omentum di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin
mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa
tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai
mioma jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural : disebut juga sebagai mioma intra epitalial, biasanya
multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar
akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma ini sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah.
c. Mioma Uteri Submukosum : mioma yang berada di bawah lapisan mukosa
uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh
dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang
disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan,
sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Terdapat 3 kelas ada
mioma ueri submukosa yang ditentukan dengan menggunakan USG:
 Kelas 0: Mioma uteri tanpa persebaran ke daerah intramural
 Kelas I: Mioma uteri dengan persebaran <50% ke daerah intramural

20
 Kelas II: Mioma uteri dengan persebaran ≥50% ke daerah intramural

Gambar 3.3. Letak mioma uteri

d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam
mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam
satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdesak karena pertumbuhan.
e. Mioma Uteri berdasarkan lokasi
- Cervical (2,6 %), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi

21
- Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius
- Corporal (91%), Merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa gejala.

3.5 Etiologi dan Patogenesis


Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti. Tumor ini mungkin
berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam miometrium
atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Mioma tumbuh mulai
dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih
ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bukan dalam hitungan
bulan)5.
Mioma uteri bersifat heterogenik yaitu terdapat defek pada gen FH, BHD dan
TSC2 serta perubahan somatik pada gen HMG2A yang berkontribusi pada
perkembangan mioma uteri, disamping pengaruh faktor resiko individu seperti
obesitas, paritas dan ras. Pertumbuhan tumor terjadi dengan peningkatan jumlah sel
dan matriks ekstraselular, serta adanya pengaruh faktor pertumbuhan endokrin
(estrogen dan progesterone) ataupun autokrin (TGFβ).11

Selain pengaruh endokrin dari estrogen dan progesterone terhadap


pertumbuhan sel-sel tumor terdapat pula pengaruh enzim aromatase pada jaringan
fibroid yang menyebabkan produksi estradiol dan ekspresi reseptor estrogen dan

22
progesterone yang memfasilitasi pertumbuhan tumor bersamaan dengan kehadiran
hormon-hormon tersebut.
a. Estrogen
Estrogen memegang peranan penting untuk terjadinya mioma uteri, hal
ini dikaitkan dengan: mioma tidak pernah ditemukan sebelum menarkhe,
banyak ditemukan pada masa reproduksi, pertumbuhan mioma lebih cepat
pada wanita hamil dan akan mengecil pada masa menopause. Meyer dan De
Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan
bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting
yaitu: sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest
secara terus menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada
kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Puuka, dkk menyatakan
bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapatkan dari pada
miometrium normal5.
Hormon estrogen dapat diperoleh melalui alat kontrasepsi hormonal (Pil
KB, suntikan KB). Alat kontrasepsi hormonal mengandung estrogen,
progesteron dan kombinasi estrogen dan progesteron5.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17βhidroxydehidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor. Pemberian preparat progesteron atau testosteron dapat mencegah efek
fibromatosa5.

Terdapat beberapa faktor yang mempengararuhi pertumbuhan mioma uteri12:


 Meningkatkan resiko mioma uteri:
o Nulipara
o Usia >40 tahun
o Menarche awal (<10 tahun)
o Riwayat mioma uteri pada keluarga

23
o Obesitas
o Ras keturunan afrika
 Menurunkan resiko mioma uteri:
o Paritas tinggi
o Menarche lambat (> 16 tahun)
o Merokok
o Penggunaan kontrasepsi oral

3.6 Diagnosis
3.6. 1 Anamnesis
Evaluasi mioma uteri didasarkan pada gejala – gejala yang dialami pasien:
perdarahan menstrual yang abnormal, gejala penekanan, nyeri pelvis dan tanda-
tanda anemia. Kebanyakan kasus ditemui secara kebetulan karena tumor ini tidak
mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma
ini berada, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
terjadi dapat digolongkan seperti berikut:5
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab perdarahan
ini adalah5:
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa
c) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
e) Permukaan endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan
mioma, maka lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.

24
Walaupun menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya masih tetap.
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan
perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada
suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau
tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan
abnormal secara bermakna menderita mioma intramural (58% banding
13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita
penderita mioma uteri yang asimtomatik.
2) Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri bisa
juga disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma
yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan
menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas posterior5.
3) Tanda dan gejala penekanan
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul5.

3.6.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya
terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-
benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang terhubung dengan
uterus2.

25
3.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Ultra Sonografi (USG): mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan
kombinasi trans-abdominal dan trans-vaginal sonografi. Gambaran sonografi
mioma biasanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik
menunjukkan anechoic2.
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika
mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat2.
Magnetic esonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI
mampu menentukan ukuran, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa
mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding
miometrium2.

3.7 Diagnosis Banding


 Adenomiosis
 Kehamilan ektopik
 Karsinoma endometrium
 Polip endometrium
 Endometriosis
 Leiomiosarkoma

3.8 Penatalaksanaan
Modalitas terapi bagi mioma uteri termasuk expectant management, terapi
medis, operasi konvensional, dan pendekatan yang baru dan kurang invasif. Usia,
paritas, keinginan untuk hamil, keparahan gejala, ukuran, jumlah dan lokasi mioma,
kondisi medis yang mendasari, resiko malignansi merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan terapi3.
3.8.1 Expectant Management
Wanita dengan mioma uteri yang asimtomatik (ukuran <12 minggu) bisa
menjadi kandidat yang cocok untuk expectant management, terutama mereka yang
mendekata menopause. Akan tetapi, uterus yang membesar jarang menyebabkan

26
kompresi ureter yang signifikan yang hingga menyebabkan fungsi renal terganggu.
Wanita dengan modalitas terapi ini perlu kontrol setiap 3-6 bulan untuk mengetahui
perkembangan tumor3.

3.8.2 Terapi Pembedahan


Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada wanita dengan mioma uteri
yang telah melakukan pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang baik
USG maupun MRI dengan hasil didapatkan massa ≥ 5 cm. Tindakan pembedahan
yang dapat dipilih adalah mimektomi maupun histerektomi. 6,7,8
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of
obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive
Medicine (ASRM) adalah:
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
2. Dugaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada kavum uteri maupun karena oklusi tuba
5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi
 Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada
beberapa pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan
lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi,
histeroskopi maupun dengan laparoskopi.7,9

Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat


mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang
operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin
timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada
miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga

27
akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien. Disamping itu masa
penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu. 7,9

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma


submukosum yang terletak pada kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli
beda memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi kavum uteri
dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat bedah dimasukkan melalui
lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma submukosum
yang terdapat pada kavum uteri. Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan
paska operasi (2 hari). Komplikasi operasi yang serius jarang terjadi namun dapat
timbul perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan
perdarahan. 7

Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.


Mioma yang bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah
secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus
juga dapat diangkat secara laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan
dengan ahli bedah memasukkan alat laparoskop kedalam abdomen melalui insisi
yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan laparoskopi adalah masa
penyembuhan paska operasi yang lebih cepat antara 2 – 7 hari. 7

Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk perlengketan,


trauma terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium, rektum serta perdarahan.
Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi
wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya. 7,9
 Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan
pada beberapa kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma
uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien
dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia,

28
metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus
sebesar usia kehamilan 12 – 14 minggu. 6,7

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu


Histerectomy Total Abdominal dan Supra Vaginal Histerectomy. Pemilihan
jenis pembedahan ini memerlukan keahlian seorang ahli bedah yang bertujuan
untuk kepentingan pasien. Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Supra Vaginal Histerectomy dilakukan untuk
menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak,
trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rektum. Namun dengan melakukan
Supra Vaginal Histerectomy, kita meninggalkan serviks, dimana kemungkinan
timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. 6,7

Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan


prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi.
Oleh karena pendekatan operasi tidak melalui dinding abdomen, maka pada
histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan
pasien dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan
paska operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang
menjalani histerektomi vaginal lebih cepat disbanding yang menjalani
histerektomi abdominal. Dengan berkembangnya tehnik dan alat-alat
kedokteran, maka tindakan histerektomi kini dapat dilakukan dengan
menggunakan laparoskopi. Prosedur operasi dengan laparoskopi dapat berupa
miolisis. Miolisis perlaparoskopi efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan
menimbulkan devaskularisasi mioma akan mengurangi gejala yang terjadi.
Miolisis merupakan alternatif terapi prosedur miomektomi. Pengangkatan
seluruh uterus dengan mioma juga dapat dilakukan dengan laparoskopi. Salah
satu tujuan melakukan histerektomi laparoskopi adalah untuk mengalihkan
prosedur histerektomi abdominal kepada histerektomi vaginal atau histerektomi
laparoskopi secara keseluruhan. Ada beberapa tehnik histerektomi
laparoskopi. Pertama adalah histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi

29
(Laparoscopically assisted vaginal histerectomy/LAVH). Pada prosedur ini
tindakan laparoskopi dilakukan untuk memisahkan adneksa dari dinding pelvik
dan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah.
Pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina. 6,7

3.8.3 Terapi Medikamentosa


Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Terapi medikamentosa yang dapat
memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap
belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara dari terapi operatif.
Adapun preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah
analog GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti
prostaglandin,agen-agen lain (gossipol,amantadine).
 Analog GnRH.
Analog GnRH dapat digunakan sebagai terapi konservatif bagi mioma dan
sebagai tambahan terhadap miomektomi. Efeknya sementara, dan mioma
biasanya kembali ke ukuran pre terapi setelah beberapa bulan terapi dihentikan3.
Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog GnRH
adalah.
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri
2. Mengurangi anemia akibat pendarahan
3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma
5.Mempermudah tindakan histerektomi vaginal
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi
 Progesteron
Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma uteri dapat
dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron. Dimana progesteron
yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara sinergis dengan estrogen,

30
tetapi mempunyai aksi antagonis. Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi
injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali seminggu atau 10 mg sehari selama 2 –
6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi. Segaloff
tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari,
dimana 3 pasian diberi 20 mg progesteron intramuskuler tiap hari, dan 3 pasien
lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma
uteri. Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada
pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg per
hari selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30
hari tidak mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma uteri. Perkiraan
ukuran mioma uteri sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan
efektifitasnya dimulai berdasarkan temuan histologis. Terapi progesteron
mungkin ada berhasil dalam pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti
saat ini. 3
 Danazol
Danazol, suatu derivat isoksazol sintetis yang secara kimia berhubungan dengan
17-etinil testosteron, membentuk lingkungan tinggi androgen dan rendah
estrogen yang menyebabkan pengecilan ukuran fibroid. Danazol dilaporkan
efektif dalam mengecilkan fibroid dan mengontrol gejalanya. Efek sampingnya
termasuk akne, hirsutism, peningkatan berat badan, iritabilitas, nyeri
muskuloskeletal, hot flushes, dan atrofi payudara3.
 Gestrinon
Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai R
2323 yang terbukti efektif dalam pengobatan endometrosis. Coutinho tahun
1986 melaporkan, 97 wanita, kelompok A (n = 34) menerima 5 mg gestrinon
peroral 2 kali seminggu, kelompok B (n = 36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 kali
seminggu, dan kelompok C (n = 27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3
kali seminggu. Data masing-masing pasien dievakuasi setelah 4 bulan
pengobatan dengan gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 % pada
kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat 5 %.
Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien mengalami

31
amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon sebagai terapi
preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan
dengan mioma uteri. 3
 Tamoksifen
Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik
maupun antiestrogenik. Dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor
modulator” (SERM) dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara
stadium lanjut. Karena khasiat sebagai estrogenik maupun antiestrogenik.
Beberapa peneliti melaporkan, pemberian tamoksifen 20 mg tablet perhari
untuk 6 wanita premenopause dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana,
volumae mioma tidak berubah. 3
Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total
secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar
progesteron bila diberikan secara berkelanjutan. 3
 Goserelin
Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap
jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan
pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan
dapat menghilangkan gejala menorargia dan nyeri pelvis. Pada wanita
premenopause dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi
alternatif tindakan histerektomi terutama pada saat menjelang menopause.
Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama
efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi
subkutan. Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang
signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh
efek samping berupa keringat dingin. Pembereian dosis yang sesuai, agar dapat
menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya
peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti mengevaluasi efek pengobatan
dengan formulasi depot bulanan goserelin dikombinasi dengan HRT (estrogen
konjugasi 0.3 mg ) dan medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma
uteri, parameter yang diteliti adalah volume mioma uteri, keluhan pasien, corak

32
perdarahan, kandungan mineral tulang dan fraksi kolesterol. Dapat disimpulkan
dari hasil penelitian, dimana pemberian goserelin dikombinasi dengan HRT
dilaporkan mioma uteri berkurang, dengan keluhan berupa keringat dingin dan
pola perdarahan spotting, bila pengobatan dihentikan. Dimana kandungan
mineral tulang berkurang bila pemberian pengobatan selama 6 bulan pertama.
Tiga bulan setelah pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi HDL
kolesterol meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma trigliserida
konsentrasi menetap selama pemberian terapi. 3
 Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin )
Gossypol : Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada
30 wanita dengan perdarahan menopause fungsional, mioma uteri dan
endometrosis. Kadar ekstrogen menurun pada 70 kasus endometrium,
menunjukkan tingginya kejadian atrofi endometrium. Pada 65.5 % didapatkan
pengurangan volume mioma yang terbatas. Perhatian utama dengan agen ini
ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji klinik, dilaporkan kelelahan dan
hipokalemu irreversibel dan efek permanen secara langsung pada gonad atau
kontrasepsi pria3.
Amantadin: Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan
parkinson, dan reaksi ekstra piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan
pelepasan dopamin endogen dan mengaktivasi neuron dopaminergik dan
noradrenergik. Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya
mengobati mioma simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160
pasien menerima amantadin (200 mg perhari) untuk 20 hari dalam sebulan
selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan, pertumbuhan mioma dihambat,
dimana konsistensinya berkurang secara bertahap dan gejalanya berkurang.
Mekanisme kerjanya tidak jelas, diduga bahwa pengurangan ukuran tumor
berhubungan dengan penurunan aliran darah. Amantadin mungkin berguna
untuk pengobatan mioma uteri, kemanjuran tidak ditunjukkan secara tepat
dengan efek samping gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan hipotensi
ortostatik3.
 Terapi Lain

33
Antifibrinolitik
Asam traneksamat, suatu derivat sintetik lisin, menginhibisi aktivasi
plasminogen menjadi plasmin, yang bertanggung jawab dalam menyebabkan
degradasi fibrin. Asam traneksamat digunakan sebagai terapi lini pertama non
hormonal bagi perdarahan berat berhubungan dengan fibroid uterin dan
perdarahan uterus disfungsional3.
Obat antiinflamasi non steroid
NSAID efektif dalam mengurangi dismenore dan kehilangan darah menstruasi
yang berat dengan bertindak sebagai antagonis prostaglandin, agen yang
menstimulasi kontraktilitas yang menyebabkan nyeri3.

3.8.4 Embolisasi Arteri Uterina


Definisi embolisasi arteri uterina adalah suatu tindakan yang menghambat
aliran darah ke uterus dengan cara memasukkan agen emboli ke arteri uterina.
Vaskularisasi uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarika. Arteri
uterina merupakan cabang utama dari arteri hipogastrika yang masuk ke dasar
ligamentum latum dan membelok ke medial menuju ke sisi uterus3.
Indikasi untuk tindakan ini adalah:
 Ada kontra indikasi terhadap pengobatan dan pembedahan yang mempunyai
keluhan belum dapat diatasi (menoragia,nyeri pelvis,penekanan mioma terhadap
organ disekitarnya).
 Pasien yang ingin mempertahankan uterus.
 Pasien yang tidak menghendaki tindakan pembedahan.
Adapun kontraindikasi dari metode embolisasi arteri uterina adalah:
 Karsinoma uteri
 Penyakit radang panggul
 Hamil
 Gangguan fungsi ginjal

34
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Anamnesis
Teori Kasus
 Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita usia  Wanita usia 50 tahun
reproduktif, dan 30-40% wanita usia >40 tahun
 Mioma lebih sering terjadi pada nulipara  P2A0
 Usia menarke yang lebih awal memiliki resiko  Usia menarke 11 tahun
lebih tinggi terjadinya mioma uteri
 Dismenore  Dismenore
 Nyeri perut, nyeri pinggang dan nyeri punggung  Nyeri perut bagian bawah
tembus hingga ke punggung

1.2 Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus

Pemeriksaan bimanual akan Status Ginekologis


mengungkap tumor pada uterus, yang Palpasi: Teraba massa regio suprapubik dengan
umumnya terletak di garis tengah konsistensi padat keras, tepi rata, tidak mobile,
ataupun agak ke samping, seringkali ukuran uterus sekitar 2 jari dibawah pusat
teraba berbenjol-benjol disertai dengan nyeri tekan suprapubik
Vaginal Toucher:
 Vagina : massa (-)
 Portio : konsistensi padat kenyal
 Cavum Douglas : menonjol (-), nyeri (-)
 Uterus : teraba massa tepi rata,
konsistensi keras, immobile, ukuran
membesar.
 Adneksa dan parametrium D et S : teraba
massa dan nyeri tekan sisi kiri
 Pelepasan: lendir (+), darah (-)

35
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Teori Fakta
Laboratorium Laboratorium :
Anemia merupakan akibat paling - Hb : 10,7 g/dl
sering dari mioma. - Hct : 34 %

Imaging USG Ginekologi (15/04/2019)


a) Pemeriksaan dengan USG : Mioma 1. Tampak lesi solid isoechoic pada uterus
uteri secara khas menghasilkan dengan ukuran 7 x 7 x 7 cm
gambaran ultrasonografi yang 2. Tampak lesi kistik di adneksa kanan
mendemonstrasikan irregularitas kontur dengan ukuran 2 x 3 cm
maupun pembesaran uterus. MSCT (04/04/2019)
b) Histeroskopi digunakan untuk melihat 1. Lesi isodense kesan terproyeksi pada
adanya mioma uteri submukosa, jika uterus, suspect massa uteri DD: Myoma
mioma kecil serta bertangkai. uteri

c) MRI: Menggambarkan jumlah, 2. Lesi kistik yang terproyeksi di adneksa


ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang kanan DD: Kista ovarium
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak 3. Tidak tampak batu opaque sepanjang
sebagai massa gelap berbatas tegas dan traktus urinarius
dapat dibedakan dari miometrium
normal. MRI dapat mendeteksi lesi
sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi
dengan jelas, termasuk mioma.

36
4.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Operatif Operasi
 Jika mioma lebih besar dari Supra Vaginal Histerektomi + Bilateral
kehamilan 10-12 minggu, tumor Salpingo Ooforektomi
yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil Medikamentosa post op:
tindakan operasi. Injeksi
 Pengobatan operatif meliputi - Injeksi Cefotaxime 1 gr/8 jam IV
miomektomi, histerektomi dan - Injeksi Antrain 1 Ampul/8 jam IV
embolisasi arteri uterus. - Injeksi Kalnex 500mg/8 jam IV
 Supra Vaginal Histerectomy - Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam IV
 Menghindari resiko operasi - Oxytosin 10 IU 1 ampul
yang lebih besar seperti
perdarahan yang banyak, Obat pulang
trauma operasi pada ureter, - Cefadroxil 3 x 500 mg
kandung kemih, rektum. - Asam mefenamat 3
 Histerektomi vaginal hampir - x 500 mg
seluruhnya merupakan - Biosanbe 1 x 1 tab
prosedur operasi
ekstraperitoneal, dimana
peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang
mungkin timbul pada usus
dapat diminimalisasi.
 Kemungkinan terjadinya
perlengketan paska operasi
lebih minimal.
 Masa penyembuhan lebih cepat

37
BAB V
PENUTUP

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun


leiomioma uterus, merupakan neoplasma jinak pada daerah rahim, yakni pada
jaringan otot polos dan jaringan ikat di sekitarnya. Berdasarkan lokasinya, mioma
uteri dibagi menjadi 5, yaitu mioma uteri subserosa, mioma uteri submukosum,
mioma uteri intramural, mioma uteri interlegamen, dan mioma uteri berdasarkan
lokasi
Gejala tersering yang muncul adalah perdarahan uterus yang abnormal,
biasanya perdarahan yang berlebihan. Gejala lain termasuk penekanan pelvis,
disfungsi usus, frekuensi dan urgensi urin, retensi urin, nyeri punggung, konstipasi
dan dispareunia. Mioma uteri dapat ditangani dengan metode konservatif,
medikamentosa, serta pembedahan. Pemilihan terapi didasarkan pada usia, paritas,
keinginan untuk hamil, keparahan gejala, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, kondisi
medis yang mendasari, resiko malignansi. Diperkirakan 15-33% mioma dapat
mengalami rekurensi setelah miomektomi, dan kira-kira 10% wanita dengan
riwayat miomektomi dapat menjalani histerektomi dalam 5-10 tahun ke depan.
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. A yang berusia 50 tahun
yang datang ke rumah sakit A.W. Syahranie Samarinda dengan keluhan Nyeri perut
bagian bawah sejak 3 bulan terakhir. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis sebagai mioma uteri.
Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif yakni Supra Vaginal Histerektomi +
Bilateral Salpingo Ooforektomi. Diagnosis post operasi pada pasien ini adalah
mioma uteri dan kista ovarium. Secara umum penegakan diagnosis maupun
penatalaksanaan pada pasien tersebut sudah tepat dan sesuai dengan teori yang ada.

38
DAFTAR PUSTAKA
1. Sparic, R., Mirkovic, L., Malvasi, A., Tinelli, A. (2016). Epidemiology of
Uterine Myomas: A Review. International Journal of Fertility and Sterility,
9(4), 424-435.
2. De La Cruz, M. S. D., & Buchanan, E. (2017). Uterine Fibroids: Diagnosis
and Treatment. American Family Physician, 95(2), 100-107.
3. Duhan, N. (2011). Current and Emerging Treatments for Uterine Myoma-An
Update. International Journal of Womens Health, 3, 231-241.
4. Rachimhadhi, T. (2010). Anatomi Alat Reproduksi dalam Ilmu Kebidanan
Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Adriaansz, G. (2010). Tumor Jinak Organ Genitalia dalam Ilmu Kandungan
Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Lacey, C.G.,Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk
Connectient, California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.
7. Reddy, N. (2016). Comparison of Total Abdominal, Vaginal, and Total
Laparoscopic Hysterectomy. International Surgery Journal, 3(4), 2007-2011.
8. Mas, A., Tarazona, M., (2017) Update Approaches for Management of Uterin
Fibroid. International Journal of Women’s Helth. 9, 607-617.
9. Faes, T., Hosman, S., (2018). Myomectomy: Surgical Techniques.
International Journal of Surgical Procedures. 1(3), 1-3.
10. Kumar, Kiera Chapman (2015). Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 9.
Singapura: Elsevier Saunders.
11. Laughlin, Shannon K., Stewart, Elizabeth A. (2011). Uterine Leiomyomas:
Individualizing the Approach to a Heterogenous Condition. Obstet Gynecol
Journal, 117(2 Pt 1): 396-403.
12. De La Cruz, Maria Syl D., Buchanan, Edward M. (2017). Uterine Fibrinoids:
Diagnosis and Treatment. Am Fam Physician Journal, 95(2): 100-107.

39
40

Anda mungkin juga menyukai