Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
MIOMA UTERI
Disusun Oleh :
Galuh Sri Kartika 1810029053
Pembimbing :
dr. I.G.A.A Sri M Montessori, Sp.OG
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Mioma Uteri”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. I.G.A.A Sri Montessori, Sp.OG, sebagai dosen pembimbing klinik selama
stase Obstetri dan Ginekologi.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda yang telah bersedia memberikan saran dan
mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, penulisan laporan kasus ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk berbagai saran dan
kritik yang membangun guna memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uterus merupakan organ penting dalam sistem reproduksi wanita. Uterus
terdisi dari 3 bagian yaitu fundus, korpus dan serviks dengan fungsinya masing-
masing. Korpus memiliki fungsi utama dalam proses kehamilan sebagai tempat
implantasi hasil konsepsi.4 Sama seperti organ tubuh lainnya, uterus tidak luput
dari penyakit yang menganggu fungsi normal uterus. Gangguan yang mungkin
terjadi pada uterus dapat berupa perdarahan uterus abnormal, seperti menoragia
atau perdarahan pasca menopause dengan penyebab tersering disebabkan oleh
adanya polip endometrium, tumor otot polos, hyperplasia endometrium,
karsinoma endometrium dan endometriosis. Selain itu gangguan lain yang dapat
muncul pada uterus dapat berupa adanya lesi proliferative pada daerah korpus
uteri, diantaranya hyperplasia endometrium, karsinoma endometrium, polip
endometrium dan leiomioma.10
Leiomioma uteri (mioma uteri) merupakan tumor jinak yang berasal dari sel
otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen pada myometrium. Karena
bersifat padat, secara klinis disebut fibroid. 1,2
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang paling lazim pada organ
reproduksi wanita. Resiko terjadinya mioma uteri akan meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Mioma tidak terjadi sebelum pubertas, dan frekuensinya
menurun saat menopause. Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita usia
reproduktif, dan 30-40% wanita usia >40 tahun. Wanita dengan usia menarke
lebih muda memiliki resiko mengalami mioma lebih besar. Prevalensi meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara1.
Diperkirakan terdapat sekitar 20% dari wanita usia 30 tahun mengalami
mioma uteri. Namun hampir 20-50% kasus bersifat asimptomatik, dan hanya 3%
yang menunjukkan gejala mioma uteri.11 Kejadian mioma uteri sebesar 20-40%
pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun sering menimbulkan gejala klinis
berupa menorrhagia dan dismenorea. Nyeri pada pinggang dapat muncul ketika
mioma uteri sudah menekan nervus yang berjalan diatas permukaan tulang pelvis.
3
Selain itu mioma uteri juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius,
sehingga dapat menimbulkan gangguan berkemih berupa frekuensi dan urgensi
urin, retensi urin atau ketidakmampuan menahan berkemih.2
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-
obatan maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi
medisinali yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi dan
mengurangi ukuran mioma uteri. Selain itu terdapat juga penatalaksanaan operatif
untuk pengangkatan massa mioma dengan metode histerektomi. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 600.000 histerektomi atau sekitar 39% dari semua tindakan
histerektomi dilakukan atas indikasi mioma uteri tiap tahunnya. Dengan semakin
berkembangnya teknologi kedokteran, tindakan operatif pada mioma uteri dapat
dilakukan dengan bantuan alat laparoskopi maupun histerektomi.3
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang mioma uteri dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata mioma uteri.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang mioma uteri yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata mioma uteri yang
terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang mioma uteri.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai mioma uteri.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 50 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Rimbawan, Samarinda
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 28 Maret 2019, pukul 10.00 WITA
b) Identitas Suami
Nama : Tn. I
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Rimbawan, Samarinda
c) Keluhan Utama:
Nyeri perut bagian bawah
5
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kadungan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul sejak 3 bulan
yang lalu. Keluhan nyeri dirasakan dari bagian bawah perut tembus hingga
ke pinggang seperti nyeri haid dengan skala nyeri 3-4.
Pasien juga mengeluhkan terdapat benjolan di perut bagian bawah.
Pasien mengaku mulai merasakan adanya benjolan di daerah perut
bersamaan dengan nyeri yang pasien rasakan, dengan ukuran benjolan
kira-kira sebesar telur itik. Pasien juga mengeluhkan terkadang nyeri jika
menekan bagian perut bagian bawah dan perut kuadran kanan atas. Pasien
tidak mengeluhkan adanya keluar darah dari kemaluan, nyeri saat haid dan
nyeri juga perdarahan saat berhubungan.
Keluhan lain, pasien sering merasa pusing dan mual sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. BAB dan BAK pasien tidak terganggu.
Riwayat penurunan berat badan tidak ada. Riwayat benjolan di lipat paha,
lipat ketiak, dan leher tidak ada.
g) Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali pada usai 18 tahun dengan usia pernikahan 32 tahun.
6
h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 11 tahun
Lama : 7 hari
Banyak darah : 2 kali ganti pembalut dalam sehari
Sakit waktu menstruasi : nyeri (+)
Haid terakhir : ? – 3 – 2019
j) Riwayat Obstetri
No Tahun Tempat Umur Jenis Penolong JK/ BB Keadaan
Partus Partus Kehamilan Partus Anak
1 1988 Rumah Aterm Spontan Bidan L/3300 gr Hidup
2 2005 Rumah Aterm Spontan Bidan L/3100 gr Hidup
7
Pulmo
Inspeksi :Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
dekstra=sinistra, retraksi (-/-)
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, massa (+) regio suprapubik, bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani, redup pada massa
Palpasi : Soefl, teraba massa di regio suprapubik, padat keras, batas
tegas, nyeri tekan (+)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), capillary refill time <2 detik
Bawah : Akral hangat,edema (-/-), capillary refill time <2 detik,
Refleks patella (+/+)
g) Status Ginekologis
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Vulva/vagina tenang, tidak ada tanda peradangan,
benjolan ataupun discharge
Palpasi : Teraba massa regio suprapubik dengan konsistensi
padat keras, tepi rata, tidak mobile, ukuran uterus
sekitar 2 jari dibawah pusat disertai dengan nyeri
tekan suprapubik
8
Inspekulo : Portio tenang tidak ada tanda erosi atau peradangan,
Vaginal Toucher
Vagina : massa (-)
Portio : konsistensi padat kenyal
Cavum Douglas : menonjol (-), nyeri (-)
Uterus : ukuran membesar, konsistensi keras, teraba massa
tepi rata, immobile
Adneksa dan parametrium D et S : teraba massa dan nyeri tekan sisi kanan
Pelepasan : lendir (+), darah (-)
Hct 34 % 37-54%
Kimia Darah
Serologi
9
Tanggal: 2 Januari 2019
Imuno-serologi
Keterangan :
MSCT (04/04/2019)
10
Keterangan :
1. Lesi isodense kesan terproyeksi pada uterus, suspect massa uteri DD:
Myoma uteri
3. Sediaan dari tuba dan ovarium (D & S) terlihat kista folikel dan terlihat
kista-kista yang dilapisi sel endometroid dengan stroma endometrium
Kesimpulan:
11
2.6 Laporan Operasi dan Follow up
Laporan Operasi
Tanggal/Waktu Operasi : 30 April 2019 / 08.30 WITA
Operator : dr. Sp.OG
Anastesi : dr. Sp. An.
Jenis Operasi : Supra Vaginal Histerektomi + Bilateral Salpingo Ooforektomi
Diagnosis Pre-Operatif : Mioma Uteri
Diagnosis Post-Operatif : Mioma Uteri + Kista Ovarium
Prosedur Operasi:
1. Pasien dibaringkan terlentang di meja operasi. Dilakukan general anesthesy.
2. Dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit
dengan duk steril.
3. Dibuat insisi vertikal sepanjang 15 cm, secara tumpul dibuka lapis demi lapis
(kulit – subkutis - lemak - fasia tranversa dibuka secara tajam - m.oblique
eksternus - m.rectus abdominis - m.piramidalis - m.obliqus interna -
m.transversus-peritoneum)
4. Dilakukan identifikasi dan eksplorasi
- Uterus membesar dengan ukuran 16 - 18 minggu.
- Adneksa kanan terdapat massa dengan diameter 4 x4 cm
- Adneksa kiri dalam batas normal
5. Dilakukan Supra Vaginal Histerektomi + Bilateral Salpingo Ooforektomi
6. Memeriksa ada tidaknya perdarahan.
7. Kontrol perdarahan
8. Membersihkan kavum abdomen degan cairan NaCl dan kemudian dilakukan
suction.
9. Menjahit lapisan dinding abdomen lapis demi lapis:
a. Peritoneum dengan plain catgut 2.0
b. Otot dengan plain catgut 2.0
c. Fasia dengan vycril 1.0
d. Lemak dengan plain catgut 2.0
12
e. Subcutan dan cutis dengan vycril 3.0
10. Permukaan abdomen dibersihkan dengan NaCl 0.9%
11. Luka ditutup dengan sofratulle, kasa, dan plester.
12. Operasi selesai.
Vaginal Toucher :
-Vaginal : Massa (-)
-Portio : Konsistensi
padat kenyal
-Cavum : Menonjol (-),
douglas nyeri (-)
-Uterus : Ukuran
membesar,
konsistensi
keras
-Adneksa & : Teraba massa
Parametrium dan nyeri sisi
D et S kanan
-Pelepasan : Lendir (+),
darah (-)
A : Mioma uteri
13
29/04/2019 S : Nyeri perut dan teraba benjolan pada - IVFD RL 500 ml 28 tpm
perut bagian bawah - Dulcolax tab 3 x 1 PO
08.30 - Persiapan PRC II Kolf
O: post
Nifas Mawar
laparotomi
Keadaan umum : Tampak baik
- Rencana Laparotomi
Kesadaran : Composmentis
(30/4/2019)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,2ºC
A : Mioma uteri
30/04/2019 S : Nyeri perut dan teraba benjolan pada - IVFD RL 500 ml 20 tpm
perut bagian bawah - Injeksi profilaksis
06.30 cefotaxime 1 gram/8 jam
O: IV
Nifas Mawar
- Pasang kateter
Keadaan umum : Tampak baik
- Rencana Laparotomi
Kesadaran : Composmentis
(30/4/2019, 08.30)
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36ºC
A : Mioma uteri
14
01/05/2019 S : Nyeri luka operasi sedikit berkurang, - IVFD RL 500 ml 20 tmp
tampak perban luka operasi, rembesan - Cefadroxil 3 x 500 mg
11.30 darah (+) PO
- Asam mefenamat 3x 500
Nifas Mawar O: mg PO
- Biosanbe 1 x 1 tab PO
Keadaan umum : Tampak baik
- Aff Kateter urin
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,4ºC
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada
pria.
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir
besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga
ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan
terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang
dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang
dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di
belakang oleh perineum (fourchette).
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus
vagina ditutupi oleh selaput dara.
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis
posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis
terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber
isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus
transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun
eksternal yang menutupinya.
17
Gambar 3.2. Anatomi Uterus
18
serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks
uteri. Fundus adalah bagian uterus proksimal; disitu kedua tuba Fallopi masuk
ke uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai dimana fundus uteri
berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada
fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan
bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri
terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars
supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti
saluran lonjong dengan panjang 2,5cm. Saluran dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks, berbentuk sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum
seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam adalah ostium uteri internum, dan
pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologik dari dalam
keluar, uterus terdiri atas (1) endometrium di korpus uteri dan endoserviks di
serviks uteri; (2) otot – otot polos dan (3) lapisan serosa, yakni peritoneum
viscerale. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi
seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan
dalam masa reproduksi. Dalam masa haid, endometrium sebagian besar
dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang
selanjutnya diikuti dengan masa sekretorik. Masa-masa ini dapat diperiksa
dengan biopsi endometrium.
Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah
luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot
oblik, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh
karena sesudah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit
pembuluh-pembuluh darah yang terbuka tempat, sehingga perdarahan
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di
dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran
19
agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung
tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunya fimbria
Ovarium (indung telur) Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu
jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5
cm.
3.3 Epidemiologi
Mioma merupakan tumor jinak pada organ reproduksi wanita yang sering
terjadi pada usia reproduktif. Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita usia
reproduktif, dan 30-40% wanita usia >40 tahun. Mioma tidak terjadi sebelum
pubertas dan frekuensinya menurun saat menopause. Wanita dengan usia menarke
yang lebih awal memiliki resiko lebih tinggi terjadinya mioma uteri1.
Menurut studi, mioma lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam
dibandingkan dengan wanita ras Asia. Laju pertumbuhan mioma lebih rendah
sejalan dengan bertambahnya usia pada wanita kulit putih dibandingkan wanita
kulit hitam. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi perkembangan mioma.
Peningkatan jumlah kehamilan menurunkan resiko mioma. Peningkatan paritas
menurunkan siklus menstruasi dan kehamilan menyebabkan perubahan hormon
ovarium, faktor pertumbuhan, dan tingkat reseptor estrogen, dan perubahan pada
jaringan uterus. Mioma lebih sering terjadi pada nulipara, walaupun berat badan
yang berlebihan dan obseitas sepertinya mengurangi asosiasi inversa dengan
paritas. Estrogen meningkatkan pertumbuhan mioma. Makanan memiliki
hubungan dengan kejadian mioma uteri. Makanan seperti daging setengah masak
akan meningkatkan risiko terhadap kejadian mioma uteri, selain itu terdapat diet/
20
makanan yang dapat mengurangi resiko terhadap kejadian mioma uteri, seperti
sayuran hijau yang tinggi serat dan buah-buahan1.
3.4 Klasifikasi
Mioma uteri diklasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu:4
a. Mioma Uteri Subserosum : lokasi tumor di sub-serosa korpus uteri. Dapat
hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang
dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral
dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma
intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum
sebagai suatu massa. Perlekatan dengan omentum di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas
dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.
Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural : disebut juga sebagai mioma intra epitalial,
biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi
bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah
besar dan berubah bentuknya. Mioma ini sering tidak memberikan gejala
klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di
daerah perut sebelah bawah.
c. Mioma Uteri Submukosum : mioma yang berada di bawah lapisan mukosa
uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh
dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang
disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Terdapat 3
kelas ada mioma ueri submukosa yang ditentukan dengan menggunakan
USG:
Kelas 0: Mioma uteri tanpa persebaran ke daerah intramural
21
Kelas I: Mioma uteri dengan persebaran <50% ke daerah intramural
Kelas II: Mioma uteri dengan persebaran ≥50% ke daerah intramural
d. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol
ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari
bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan
(whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.
e. Mioma Uteri berdasarkan lokasi
22
- Cervical (2,6 %), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi
- Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius
- Corporal (91%), Merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa gejala.
23
progesterone yang memfasilitasi pertumbuhan tumor bersamaan dengan kehadiran
hormon-hormon tersebut.
a. Estrogen
Estrogen memegang peranan penting untuk terjadinya mioma uteri, hal
ini dikaitkan dengan: mioma tidak pernah ditemukan sebelum menarkhe,
banyak ditemukan pada masa reproduksi, pertumbuhan mioma lebih cepat
pada wanita hamil dan akan mengecil pada masa menopause. Meyer dan De
Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan
bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting
yaitu: sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest
secara terus menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen
kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Puuka, dkk
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapatkan
dari pada miometrium normal5.
Hormon estrogen dapat diperoleh melalui alat kontrasepsi hormonal (Pil
KB, suntikan KB). Alat kontrasepsi hormonal mengandung estrogen,
progesteron dan kombinasi estrogen dan progesteron5.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17βhidroxydehidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor. Pemberian preparat progesteron atau testosteron dapat mencegah efek
fibromatosa5.
24
o Obesitas
o Ras keturunan afrika
Menurunkan resiko mioma uteri:
o Paritas tinggi
o Menarche lambat (> 16 tahun)
o Merokok
o Penggunaan kontrasepsi oral
3.6 Diagnosis
3.6. 1 Anamnesis
Evaluasi mioma uteri didasarkan pada gejala – gejala yang dialami pasien:
perdarahan menstrual yang abnormal, gejala penekanan, nyeri pelvis dan tanda-
tanda anemia. Kebanyakan kasus ditemui secara kebetulan karena tumor ini tidak
mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang
mioma ini berada, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala
yang terjadi dapat digolongkan seperti berikut:5
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab perdarahan
ini adalah5:
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium
b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa
c) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
e) Permukaan endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan
mioma, maka lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.
25
Walaupun menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya masih tetap.
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan
perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada
suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan
atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan
perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma intramural (58%
banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding
dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik.
2) Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri
bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari
mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang
disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga
pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf
sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas posterior5.
3) Tanda dan gejala penekanan
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul5.
26
3.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Ultra Sonografi (USG): mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis
dengan kombinasi trans-abdominal dan trans-vaginal sonografi. Gambaran
sonografi mioma biasanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan
degenerasi kistik menunjukkan anechoic2.
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika
mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat2.
Magnetic esonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi mahal.
MRI mampu menentukan ukuran, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa
mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding
miometrium2.
3.8 Penatalaksanaan
Modalitas terapi bagi mioma uteri termasuk expectant management, terapi
medis, operasi konvensional, dan pendekatan yang baru dan kurang invasif. Usia,
paritas, keinginan untuk hamil, keparahan gejala, ukuran, jumlah dan lokasi
mioma, kondisi medis yang mendasari, resiko malignansi merupakan beberapa
faktor yang mempengaruhi pemilihan terapi3.
3.8.1 Expectant Management
Wanita dengan mioma uteri yang asimtomatik (ukuran <12 minggu) bisa
menjadi kandidat yang cocok untuk expectant management, terutama mereka
yang mendekata menopause. Akan tetapi, uterus yang membesar jarang
27
menyebabkan kompresi ureter yang signifikan yang hingga menyebabkan fungsi
renal terganggu. Wanita dengan modalitas terapi ini perlu kontrol setiap 3-6 bulan
untuk mengetahui perkembangan tumor3.
28
besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien. Disamping itu
masa penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu. 7,9
29
metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus
sebesar usia kehamilan 12 – 14 minggu. 6,7
30
(Laparoscopically assisted vaginal histerectomy/LAVH). Pada prosedur ini
tindakan laparoskopi dilakukan untuk memisahkan adneksa dari dinding
pelvik dan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian
bawah. Pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina. 6,7
31
progesteron yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara sinergis
dengan estrogen, tetapi mempunyai aksi antagonis. Tahun 1946 Goodman
melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali seminggu atau 10
mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri, setelah
pemberian terapi. Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan
perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3 pasian diberi 20 mg progesteron
intramuskuler tiap hari, dan 3 pasien lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini
tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri. Goldhiezer, melaporkan adanya
perubahan degeneratif mioma uteri pada pemberian progesteron dosis besar.
Dengan pemberian medrogestone 25 mg per hari selama 21 hari. Pada
pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30 hari tidak mempengaruhi
perubahan ukuran volume mioma uteri. Perkiraan ukuran mioma uteri
sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan efektifitasnya dimulai
berdasarkan temuan histologis. Terapi progesteron mungkin ada berhasil
dalam pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini. 3
Danazol
Danazol, suatu derivat isoksazol sintetis yang secara kimia berhubungan
dengan 17-etinil testosteron, membentuk lingkungan tinggi androgen dan
rendah estrogen yang menyebabkan pengecilan ukuran fibroid. Danazol
dilaporkan efektif dalam mengecilkan fibroid dan mengontrol gejalanya. Efek
sampingnya termasuk akne, hirsutism, peningkatan berat badan, iritabilitas,
nyeri muskuloskeletal, hot flushes, dan atrofi payudara3.
Gestrinon
Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai R
2323 yang terbukti efektif dalam pengobatan endometrosis. Coutinho tahun
1986 melaporkan, 97 wanita, kelompok A (n = 34) menerima 5 mg gestrinon
peroral 2 kali seminggu, kelompok B (n = 36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 kali
seminggu, dan kelompok C (n = 27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3
kali seminggu. Data masing-masing pasien dievakuasi setelah 4 bulan
pengobatan dengan gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 %
pada kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat
32
5 %. Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien
mengalami amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon sebagai
terapi preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak
berhubungan dengan mioma uteri. 3
Tamoksifen
Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik
maupun antiestrogenik. Dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor
modulator” (SERM) dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker
payudara stadium lanjut. Karena khasiat sebagai estrogenik maupun
antiestrogenik. Beberapa peneliti melaporkan, pemberian tamoksifen 20 mg
tablet perhari untuk 6 wanita premenopause dengan mioma uteri selama 3
bulan dimana, volumae mioma tidak berubah. 3
Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol
total secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar
progesteron bila diberikan secara berkelanjutan. 3
Goserelin
Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap
jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan
pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan
dapat menghilangkan gejala menorargia dan nyeri pelvis. Pada wanita
premenopause dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi
alternatif tindakan histerektomi terutama pada saat menjelang menopause.
Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama
efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi
subkutan. Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang
signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh
efek samping berupa keringat dingin. Pembereian dosis yang sesuai, agar
dapat menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya
peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti mengevaluasi efek pengobatan
dengan formulasi depot bulanan goserelin dikombinasi dengan HRT
(estrogen konjugasi 0.3 mg ) dan medroksiprogesteron asetat 5 mg pada
33
pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume mioma uteri,
keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang dan fraksi
kolesterol. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian
goserelin dikombinasi dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang,
dengan keluhan berupa keringat dingin dan pola perdarahan spotting, bila
pengobatan dihentikan. Dimana kandungan mineral tulang berkurang bila
pemberian pengobatan selama 6 bulan pertama. Tiga bulan setelah pengobatan
perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi HDL kolesterol meningkat selama
pengobatan, sedangkan plasma trigliserida konsentrasi menetap selama
pemberian terapi. 3
Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin )
Gossypol : Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada
30 wanita dengan perdarahan menopause fungsional, mioma uteri dan
endometrosis. Kadar ekstrogen menurun pada 70 kasus endometrium,
menunjukkan tingginya kejadian atrofi endometrium. Pada 65.5 % didapatkan
pengurangan volume mioma yang terbatas. Perhatian utama dengan agen ini
ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji klinik, dilaporkan kelelahan
dan hipokalemu irreversibel dan efek permanen secara langsung pada gonad
atau kontrasepsi pria3.
Amantadin: Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan
parkinson, dan reaksi ekstra piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan
pelepasan dopamin endogen dan mengaktivasi neuron dopaminergik dan
noradrenergik. Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya
mengobati mioma simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160
pasien menerima amantadin (200 mg perhari) untuk 20 hari dalam sebulan
selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan, pertumbuhan mioma dihambat,
dimana konsistensinya berkurang secara bertahap dan gejalanya berkurang.
Mekanisme kerjanya tidak jelas, diduga bahwa pengurangan ukuran tumor
berhubungan dengan penurunan aliran darah. Amantadin mungkin berguna
untuk pengobatan mioma uteri, kemanjuran tidak ditunjukkan secara tepat
34
dengan efek samping gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan hipotensi
ortostatik3.
Terapi Lain
Antifibrinolitik
Asam traneksamat, suatu derivat sintetik lisin, menginhibisi aktivasi
plasminogen menjadi plasmin, yang bertanggung jawab dalam menyebabkan
degradasi fibrin. Asam traneksamat digunakan sebagai terapi lini pertama non
hormonal bagi perdarahan berat berhubungan dengan fibroid uterin dan
perdarahan uterus disfungsional3.
Obat antiinflamasi non steroid
NSAID efektif dalam mengurangi dismenore dan kehilangan darah menstruasi
yang berat dengan bertindak sebagai antagonis prostaglandin, agen yang
menstimulasi kontraktilitas yang menyebabkan nyeri3.
35
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Anamnesis
Teori Kasus
Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita usia Wanita usia 50 tahun
reproduktif, dan 30-40% wanita usia >40 tahun
Mioma lebih sering terjadi pada nulipara P2A0
Usia menarke yang lebih awal memiliki resiko Usia menarke 11 tahun
lebih tinggi terjadinya mioma uteri
Dismenore Dismenore
Nyeri perut, nyeri pinggang dan nyeri punggung Nyeri perut bagian bawah
tembus hingga ke punggung
36
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Teori Fakta
Laboratorium Laboratorium :
Anemia merupakan akibat paling - Hb : 10,7 g/dl
sering dari mioma. - Hct : 34 %
37
4.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan
Teori Fakta
Operatif Operasi
Jika mioma lebih besar dari Supra Vaginal Histerektomi + Bilateral
kehamilan 10-12 minggu, tumor Salpingo Ooforektomi
yang berkembang cepat, terjadi
torsi pada tangkai, perlu diambil Medikamentosa post op:
tindakan operasi. Injeksi
Pengobatan operatif meliputi - Injeksi Cefotaxime 1 gr/8 jam IV
miomektomi, histerektomi dan - Injeksi Antrain 1 Ampul/8 jam IV
embolisasi arteri uterus. - Injeksi Kalnex 500mg/8 jam IV
Supra Vaginal Histerectomy - Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam IV
Menghindari resiko operasi - Oxytosin 10 IU 1 ampul
yang lebih besar seperti
perdarahan yang banyak, Obat pulang
trauma operasi pada ureter, - Cefadroxil 3 x 500 mg
kandung kemih, rektum. - Asam mefenamat 3
Histerektomi vaginal hampir - x 500 mg
seluruhnya merupakan - Biosanbe 1 x 1 tab
prosedur operasi
ekstraperitoneal, dimana
peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang
mungkin timbul pada usus
dapat diminimalisasi.
Kemungkinan terjadinya
perlengketan paska operasi
lebih minimal.
Masa penyembuhan lebih cepat
38
BAB V
PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Sparic, R., Mirkovic, L., Malvasi, A., Tinelli, A. (2016). Epidemiology of
Uterine Myomas: A Review. International Journal of Fertility and Sterility,
9(4), 424-435.
2. De La Cruz, M. S. D., & Buchanan, E. (2017). Uterine Fibroids: Diagnosis
and Treatment. American Family Physician, 95(2), 100-107.
3. Duhan, N. (2011). Current and Emerging Treatments for Uterine Myoma-
An Update. International Journal of Womens Health, 3, 231-241.
4. Rachimhadhi, T. (2010). Anatomi Alat Reproduksi dalam Ilmu Kebidanan
Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Adriaansz, G. (2010). Tumor Jinak Organ Genitalia dalam Ilmu Kandungan
Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Lacey, C.G.,Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk
Connectient, California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.
7. Reddy, N. (2016). Comparison of Total Abdominal, Vaginal, and Total
Laparoscopic Hysterectomy. International Surgery Journal, 3(4), 2007-
2011.
8. Mas, A., Tarazona, M., (2017) Update Approaches for Management of
Uterin Fibroid. International Journal of Women’s Helth. 9, 607-617.
9. Faes, T., Hosman, S., (2018). Myomectomy: Surgical Techniques.
International Journal of Surgical Procedures. 1(3), 1-3.
10. Kumar, Kiera Chapman (2015). Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 9.
Singapura: Elsevier Saunders.
11. Laughlin, Shannon K., Stewart, Elizabeth A. (2011). Uterine Leiomyomas:
Individualizing the Approach to a Heterogenous Condition. Obstet Gynecol
Journal, 117(2 Pt 1): 396-403.
12. De La Cruz, Maria Syl D., Buchanan, Edward M. (2017). Uterine
Fibrinoids: Diagnosis and Treatment. Am Fam Physician Journal, 95(2):
100-107.
40
41