Anda di halaman 1dari 14

Patogensis

 Aku bingung maw perjalanan penyakitnya 


Manifestasi klinik

 Hemiparese dari otot wajah atas dan bawah pada satu


sisi.
 Kelompak mata turun
 Kesulitan untuk menutup kelopak mata (lagoftalmos)
 Bola mata terputar keatas apabila penderita diminta
tutup mata (tanda bell)
 Kerutan dahi mengilang
 Mata kering
 Epiphora
 Mulut mencong ke sisi yang sehat
 Kehilangan ketajaman pengecapan pada dua pertiga
anterior lidah
 Kesulitan makan dikarenakan kelemahan ipsilateral pada
otot yang menyebabkan makanan terkumpul antara gigi
dan gusi.
 Dribbling of saliva
 Perubahan sensasi pada sisi wajah yang sakit
 Nyeri di dalam atau dibelakang telinga
 Hiperakustik
Lesi di luar foramen Lesi di kanalis fasialis (melibatkan
stilomastoideus korda timpani)
Mulut tertarik kearah sisi mulut Gejala dan tanda klinik seperti pada
yang sehat, makanan terkumpul nomor 1, ditambah hilangnya
diantara pipi dan gusi dan ketajaman pengecapan lidah pada dua
sensasi dalam (deep sensation) pertiga anterior dan salivasi disisi yang
diwajah menghilang. Apabila terkena berkurang. Hilangnya
mata yang terkena tidak pengecapan pada lidah menunjukkan
tertutup atau tidak dilindungi ikut terlibatnya nervus intermedius,
maka air mata akan keluar sekaligus menunjukkan lesi didaerah
terus menerus. antara pons dan titik dimana korda
timpani bergabung dengan nervus
fasialis di kanalis fasialis.
Lesi di kanalis fasialis lebih Lesi di tempat lebih tinggi
tinggi (melibatkan muskulus (melibatkan ganglion
stapedius) genikulatum)

Gejala dan tanda seperti Gejala seperti diatas


nomor 1 dan 2, ditambah ditambah dengan nyeri
dengan adanya hiperakustis. dibelakang dan didalam
liang telinga.

Lesi ditempat keluarnya


Lesi di meatus akustikus nervus fasialis di pons
internus
Gejala dan tanda seperti
Gejala seperti diatas disertai diatas ditambah gejala dan
tuli sebagai akibat dari tanda terlibatnya nervus
terlibatnya nervus akustikus. trigeminus, nervus akustikus,
dan kadang nervus abdusens,
nervus akesorius dan nervus
hipoglosus.
Diagnosis

 Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik


 Pemeriksaan fisik yang dilakukan menyingkirkan kemungkinan lain dan
meliputi pemeriksaan gerakan dan ekspresi wajah sesuai dengan otot yang
diberi persarafan oleh nervus fasialis
 Bell’s palsy dapat dibedakan dengan kelainan sentral.
 MRI (magnetic resonance imaging) dapat menunjukkan pembesaran pada
saraf fasialis terutama di daerah ganglion geniculi
Diagnosis

Terdapat beberapa pertimabangan untuk diagnosis Bell’s palsy menurut American


Otolaryngology-Head and Neck Surgery yaitu :
 Onset cepat (72 jam)
 Diagnosa dilakukan ketika tidak ada etiologi medis lain yang bisa diidentifikasi sebagai
penyebab kelemahan wajah.
 Kemungkinan Bell’s palsy yang bersifat bilateral langka.
 Kondisi lain yang dapat menyebabkan paralisis fasial meliputi stroke, tumor otak, tumor
parotis atau fossa intratemporal, kanker yang melibatkan nervus fasialis, dan penyakit
sistemik serta infeksius seperti zoster, sarcoidosis, atau penyakit Lyme harus
disingkirkan.
 Bell’s palsy biasanya sembuh sendiri (self-limited)
 Kondisi ini bisa muncul pada pria dewasa, wanita dewasa dan anak-anak tetapi lebih
sering pada orang usia 15-45 tahun dan dengan kondisi memiliki penyakit lain seperti
penyakit diabetes, penyakit saluran pernafasan atas atau selama kehamilan (Baugh et
al, 2013).
Penatalaksanaan

 Terapi Farmakologi
 Kortikosteroid
 Prednisolone

 Antiviral
 Acyclovir

 Terapi Pembedahan
 Dekompresi nervus fasialis
Prognosis

 Prognosis secara keseluruhan baik,


 71% pasien kembali pada fungsi normal tanpa terapi,
 sekitar 13% dengan kelemahan yang ringan dan
 4% dengan kelemahan menyeluruh yang merupakan hasil dari disfungsi mayor.
 Antara 80-85% akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan.
 Paralisis ringan atau sedang ketika awitan merupakan tanda bahwa prognosis baik.
 Pemulihan pengecapan lidah dalam 14 hari pasca awitan biasanya berkaitan
dengan pulihnya paralisis secara sempurna, namun apabila lebih dari 14 hari
menunjukkan prognosis yang buruk. Kontraktur pada otot wajah pada sisi yang
sakit sekitar 17% (Somasundara & Sullivan, 2017).

Anda mungkin juga menyukai