Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Darah merupakan komponen dalam sistem sirkulasi yang berperan penting dalam
mendistribusikan berbagai senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh. Darah hewan Vertebrata
terdiri atas sel-sel darah yang tersuspensi di dalam plasma dan beredar menuju organ-organ
tubuh. Unsur seluler atau sel darah terbagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Bentuk, ukuran, dan persentase jumlah eritrosit dan
leukosit berbeda untuk setiap jenis hewan Vertebrata (Smith and Jarecki, 2011). Eritrosit
Mamalia diketahui tidak memiliki inti sel, namun tidak demikian dengan eritrosit hewan dari
kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, dan Aves yang memiliki inti. Demikian pula dengan jumlah dan
tipe sel leukosit yang memiliki gambaran berbeda untuk tiap jenis hewan. Studi mengenai profil
darah antara kelas Vertebrata dapat menyediakan data pendukung dalam mempelajari aktivitas
dan habitat hewan. Ukuran dan bentuk sel eritrosit serta kandungan hemoglobin dapat
mengindikasikan kemampuan berbeda (Hartman and Lessler, 1964).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan tanggal 24 Oktober 2019 di Laboratorium Fisiologi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah alat bedah, papan bedah, jarum pentul, gunting,
pinset, pipet, mikroskop, alat pengambil darah, kertas alkohol, kaca objek, cover glass, gelas
kimia. Bahan yang digunakan ialah darah manusia, darah katak, kristal hemin, metil violet, ijuk,
air es 5oC, air hangat 40oC, asam Cuka, larutan BTB, larutan Turk, larutan NaCl 0.9%, larutan
0.4%, larutan NaCl 0.7%, larutan NaCl 1.

Cara Kerja

1. Mikrosirkulasi Darah

Alat dan bahan disiapkan. Kemudian disiapkan mikroskop, diatur dengan pembesaran kecil (10
x 10). Lalu perut katak dibedah untuk diambil ususnya. Perhatian: penggantung usus
(mesentrium) usus tidak dipotong tetapi diletakan usus di atas gelas objek dan diamati dengan
mikroskop. Kemudian diamati aliran pada pembuluh darah di mesenterium dengan mikroskop.
Dicatat hasil parameter yang terlihat seperti diameter, ketebalan, kecepatan aliran, dan
warnanya.

2. Rangsangan (Kecepatan Aliran Darah)

Alat dan bahan disiapkan. Digunakan mesentrium katak yang diamati dibawah mikroskop.
Pengaruh rangsang mekanik jaringan diusap dengan ijuk dan dipelajari pengaruhnya terhadap
kecepatan aliran darah. Lalu pengaruh rangsang suhu dengan diberi 5 tetes air es (5°C) dan
diamati pengaruhnya terhadap kecepatan aliran darah. Kemudian jaringan diberi 5 tetes air
hangat (40°C) dan diamati pengaruhnya terhadap kecepatan aliran darah. Setelah itu pengaruh
rangsang kimia jaringan dengan diberi satu tetes asam cuka encer dan diamati kecepatan aliran
darah tersebut.
3. Struktur Sel Darah

Alat dan bahan disiapkan. Kemudian disiapkan dua objek glass dan cover glass sebanyak 2
buah. Setelah itu diberikan masing – masing objek glass tersebut dengan 1 – 2 tetes darah
manusia. Lalu diteteskan 2-3 tetes larutan bromo timol biru pada objek glass pertama, dan
diteteskan 2-3 tetes larutan turk pada objek glass kedua. Memberikan 1 tetes larutan NaCl 0.9%
kedalam kedua objek glass tersebut. (melakukan prosedur yang sama dengan perbedaan pada
konsentrasi larutan NaCl 0.7%). Kemudian objek glass tersebut ditutup menggunakan cover
glass dan diamati dibawah mikroskop sel darah merah dan sel darah putihnya. Setelah itu
ulangi percobaannya dengan menggunakan darah katak.

4. Kristal Hemin

Alat dan bahan disiapkan. Kemudian disiapkan dua buah objek glass. Lalu ditambahkan 2 – 3
tetes darah manusia kedalam satu objek glass pertama, dan diteteskan darah katak di objek
glass kedua. Setelah itu ulas darah yang ada diatas objek glass tersebut, lalu dipanaskan
dengan Bunsen. Setelah pemanasan, diteteskan kristal hemin kedalamnya. Kemudian
ditambahkan kembali larutan KCl dengan konsentrasi 0.1 gram. Lal diamati dibawah mikroskop
bagaimana proses terbentuknya hemin dari darah.

5. Fibrin

Alat dan bahan disiapkan. Kemudian disiapkan dua buah objek glass. Lalu ditambahkan 2 – 3
tetes darah manusia kedalam satu objek glass pertama,, dan diteteskan darah katak di objek
glass kedua. Setelah itu ulas darah yang ada diatas objek glass tersebut. Kemudian masing-
masing objek glass ditambahkan 2 tetes larutan metil violet kedalamnya. Lalu ditutup dengan
cover glass, dan kemudian diamati dibawah mikroskop benang-benang fibrin.
Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Mikrosirkulasi Darah

Parameter Arteriol Venula Kapiler


Diameter ++ +++ +
Tebal +++ + ++
Kecepatan air ++ + +++
Warna +++ ++ ++

Tabel 3. Hasil Struktur Sel Darah Pada Manusia dan Katak

SEL DARAH STURKTUR DARAH STRUTUR DARAH KATAK


MANUSIA

Sel Darah Merah Bentuk bulat seperti manik- Bentuk oval, berukuran kecil,
manik, berukuran kecil, tidak memiliki inti besar terletak
memiliki inti ditengah

Gambar 1. Hasil Gambar 2. Hasil


pengamatan sel darah pengamatan sel darah
merah pada darah merah pada darah katak
manusia dengan dengan reagen Turk
reagen BTB
Sel Darah Putih Sel darah putih yang Lebih oval, warna lebih
intinya berlobus

pekat

Gambar 3. Hasil
Gambar 4. Hasil
pengamatan Bromtimol
pengamatan Bromtimol
Biru pada darah manusia
Biru pada darah katak

Eusiofil : Warna
Kemerahan

Basofil : Warna
kebiruan

Monosit : Bergrandul,
inti besar

Neutrofil : Ukuran
hampir sama dengan
monosit, hanya
mewarnai inti saja

Limfosit : Ukuran
dua kali lebih besar
Pembahasan

1. Mikrosirkulasi Darah

Berdasarkan hasil pengamatan pada arteri mesentrium katak, darah terlihat mengalir masuk ke
dalam organ usus. Hal ini karena usus merupakan organ yang kapiler-kapiler pada jaringannya
terjadi proses sirkulasi. Di kapiler jaringan pada usus, peristiwa pertukaran gas dan nutrisi akan
terjadi. Oleh karena itu tak heran jika darah di arteri (dari jantung) mengalir dari mesentrium
menuju usus.

Pada kapiler mesentrium, arah aliran darah keluar masuk organ usus. Hal ini disebabkan oleh
aktifitas sfingter pra kapiler pada metarteriol (percabangan arteriol yang akan bercabang-
cabang lagi menjadi kapiler) yang tidak aktif. Saat otot beristirahat dan tidak melakukan aktivitas
yang berat, hanya 10 % sfingter prakapiler terbuka setiap saat, sehingga darah hanya mengalir
pada 10% otot. Pada saat konsentrasi zat kimia mulai berubah di jaringan otot yang dialiri oleh
kapiler-kapiler yang tertutup, sfingter prakapiler dan arteriol di daerah tersebut melemas,
sehingga darah dapat mengalir. Namun, pemulihan konsentrasi zat-zat kimia ke tingkat normal
akibat peningkatan aliran darah tersebut menghilangkan rangsangan untuk vasodilatasi,
sehigga sfingter prakapiler kembali tertutup dan arteriol kembali ke tonus semula. Dengan cara
ini, aliran darah melalui kapiler sering bersifat intermitten (sebentar-sebentar) dan cenderung
naik turun akibat kerja bersama arteriol dan sfingter prakapiler. (Sherwood, 1996)

Pada venula mesentrium, aliran darah mengarah ke luar usus. Karena peristiwa pertukaran gas
dan nutrien telah terjadi di kapiler, maka darah akan keluar dari organ(usus) dan mengalir
menuju jantung melewati sistem vena.

Kecepatan aliran darah di arteri adalah yang paling cepat diantara kapiler dan venula. Hal ini
dikarenakan kecepatan aliran darah dalam pembuluh-pembuluh tersebut dipengaruhi oleh total
luas penampang keseluruhan pipa yang mengalirkan darah. Hal ini dikarenakan kecepatan
aliran darah dalam pembuluh-pembuluh tersebut dipengaruhi oleh total luas penampang
keseluruhan pipa yang mengalirkan darah. Meskipun satu pembuluh kapiler berukuran sangat
kecil, setiap arteri mengalirkan darah ke kapiler yang berjumlah sangat banyak, sehingga
diameter total dari pembuluh-pembuluh sebenarnya jauh lebih besar pada hamparan kapiler
dibandingkan dengan di bagian manapun dalam sistem sirkulasi. Oleh karena itu, darah akan
mengalir lebih lambat ketika memasuki arteri dan mengalir paling lambat dalam hamparan
kapiler. Ketika darah meninggalkan hamparan kapiler dan lewat masuk ke vena, kecepatannya
meningkat kembali, sebagai hasil pengurangan total luas penampang. (Campbell, 2003).

Lumen arteri diameternya lebih kecil dari vena. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan struktural
pada dinding arteri dan vena. Arteri dan vena, dinding pembuluhnya mempunyai tiga lapisan
yang serupa, yaitu lapisan luarnya merupakan jaringan ikat elastis, lapisan tengahnya
merupakan otot polos dan serat yang lebih elastis, dan yang melapisi bagian dalamnya
merupakan endothelium. Namun, arteri mempunyai lapisan tengah dan lapisan luar yang lebih
tebal dibandingkan dengan vena. Dinding arteri yang lebih tebal menyediakan kekuatan dan
elastisitas yang mengakomodasi aliran darah yang dipompakan secara cepat pada tekanan
tinggi melalui arteri oleh jantung. Sedangkan vena mempunyai lapisan tengah dan lapisan luar
yang lebih tebal dibandingkan dengan arteri. Vena dengan dinding yang lebih tipis mengirimkan
darah kembali ke jantung dengan kecepatan dan tekanan rendah setelah darah itu melewati
hamparan kapiler. Lumen kapiler diameternya paling kecil diantara ketiga pembuluh. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan struktural pada dinding arteriol, kapiler dan venula. Kapiler tidak
memiliki kedua lapisan luar. Kapiler hanya memiliki dinding pembuluh tipis yang hanya terdiri
atas endothelium dan membrane basal. Struktur tersebut mempermudah pertukaran zat antara
darah dan cairan interstitial yang menggenangi sel itu.(Campbell, 2003)

Warna darah pada pembuluh arteriol merah muda. Hal ini dikarenakan darah yang mengalir di
arteriol kaya akan O2. Aorta – arteri – arteriol merupakan pembuluh darah yang keluar dari
jantung dan membawa darah kaya akan oksigen ke semua jaringan tubuh dalam peredaran
sistemik. Sedangkan warna darah pada pembuluh vena merah lebih pekat. Hal ini dikarenakan
darah yang mengalir di vena kaya akan CO2. Venula - vena - vena cava merupakan pembuluh
darah yang menuju ke jantung dan membawa darah kaya akan karbondioksida ke jantung
dalam peredaran sistemik. Dan warna darah pada pembuluh arteriol merah. Hal ini dikarenakan
darah yang mengalir di kapiler kaya akan O2 yang berasal dari pembuluh darah arteri.

2. Rangsangan

3. Struktur Sel Darah

Berdasarkan pengamatan sel darah merah dan sel darah putih pada darah manusia dan darah
katak. Digunakan dua sampel yang berbeda karena untuk mengetahui perbedaan struktur sel
darah pada Mamalia dan Amphibi. Kemudian digunakan tetesan darah manusia dan katak yang
diberikan reagen Brom Timol Biru (BTB), dan Turk. Reagen tersebut berfungsi agar terlihat
eritrosit dan leukosit pada darah manusia dan katak. Lalu fungsi larutan NaCl 0,9 % pada darah
manusia dan NaCl 0,7% pada darah katak adalah untuk memberikan suasana isotonis.

a. Darah Manusia

Berdasarkan hasil pengamatan Sel darah merah manusia, pada preparat terlihat sel yang
berukuran kecil dan tak berinti. Eritrosit pada manusia merupakan cakram bikonkaf yang tidak
memiliki inti, dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2, pada awal pembentukannya,
eritrosit manusia memiliki inti, tapi inti tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan
saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. (Junqueira,
2007) Kemudian pada pengamatan sel darah putih, terlihat sel darah putih yang berlobus. Pada
eosinophil warna nya lebih kemerahan, pada basophil warnanya kebiruan, pada neutrofil
ukurannya hampir sama dengan monosit, pada limfosit ukuran nada eosinophil warna nya lebih
kemerahan, pada basophil warnanya kebiruan, pada neutrofil ukurannya hampir sama dengan
monosit, pada limfosit ukuran nya dua kali lebih besar, dan pada monosit bergrandul dan berinti
besar.

b. Darah Katak
Berdasarkan hasil pengamatan Sel darah merah karak pada preparat. Terdapat sel darah
merah, berbentuk oval, berukuran kecil, memiliki inti berukuran besar yang terletak di tengah.
Warna preparat yang hijau menandakan darah katak ini bersifat asam karena warna BTB akan
berubah dari biru menjadi hijau apabila dalam suasanan asam. Eritrositnya mempunyai inti
besar yang letaknya ditengah. Eritrosit katak mempunyai inti sel dikarenakan kebutuhan
oksigen yang dibutuhkan oleh katak dapat diikat tidak hanya melalui pengikatan oleh sel darah
merah namun oksigen dapat berdifusi melalui kulit katak tersebut. Dengan alasan itu, katak
tidak memerlukan adaptasi yang rumit lagi untuk mendapatkan oksigen yang optimal. Juga
karena dengan adanya inti dan organel lainnya, eritrosit dewasa mengandung DNA dan dapat
mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit bisa membelah atau memperbaiki diri mereka
sendiri (Junqueira, 2007). Sedangkan pada hasil leukosit pada katak dilakukan dengan
menambahkan 2-3 tetes larutan turk pada preparat ulasan darah katak. Setelah diamati
dibawah mikroskop yang terlihat adalah 3 buah sel darah putih bergranula yang intinya
berlobus-lobus dan ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Kemudian pada pengamatan
sel darah putih, terlihat sel darah putih yang berlobus. Pada eosinophil warna nya lebih
kemerahan, pada basophil warnanya kebiruan, pada neutrofil ukurannya hampir sama dengan
monosit, pada limfosit ukuran nada eosinophil warna nya lebih kemerahan, pada basophil
warnanya kebiruan, pada neutrofil ukurannya hampir sama dengan monosit, pada limfosit
ukuran nya dua kali lebih besar, dan pada monosit bergrandul dan berinti besar.

Ada sel darah putih yang berlobus 2. Eosinofil adalah leukosit yang termasuk kedalam leukosit
bergranula yang jumlah intinya 2 buah dan berfungsinya untuk membunuh bibit penyakit
(Junqueira, 2007). Terlihat juga sel darah putih yang intinya berlobus, tetapi jumlah dan bentuk
lobusnya tidak jelas sehingga dikategorikan sebagai basofil. Basofil adalah leukosit bergranula
Intinya terbagi dalam lobuli yang tak teratur dan sering terhalangi granul-granul spesifik di
atasnya, fungsinya untuk meningkatkan reaksi peradangan, anti alergi, dan perpindahan
leukosit lain (Junqueira, 2007).

Berdasarkan literature sistem peredaran darah pada katak terdiri dari jantung (cor), arteri,
kapiler, vena, pembuluh pembuluh limpha, dan cairan darah dan limpha (Radiopoetro, 1983).
Jantung terdiri dari tiga ruangan yaitu dua atrium dan satu ventrikel. Atrium telah terbagi dengan
sepurna oleh septum interuariculum menjadi atrium kiri dan kanan (Nawangsari,1989 dan Milton
Hildebrand,1982). Katak mempunyai sistem peredaran darah tertutup; dalam hal ini darah
beredar sepanjang rangkaian pembuluh darah dari arteri ke vena melalui kapiler (Kartolo,
1993). Berdasarkan lintasannya peredaran darah pada katak dibagi menjadi dua bagian yaitu
peredaran darah pendek (pulmoner), darah dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus
venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan, darah mengelir ke
ventrikel yang kemudian dipompa keluar melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru (pulmo).
Dari paru-paru darah keluar melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri. Peredaran darah
panjang (sistemik) yang lintasannya adalah dimulai dari ventrikel mengalir ke conus arteriosus
selanjutnya ke aorta ventralis menuju ke seluruh tubuh. Darah dari seluruh tubuh darah
dialirkan ke sinus venosus menuju atrium kanan (Kartolo, 1993).

4. Kristal Hemin
5. Fibrin

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press. Yogyakarta.

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta.

Hartman, F.A. & M.A. Lessler. 1964. “Erythrocyte Measurements in Fishes, Amphibia, and
Reptiles”. Biological Bulletin, 126(1): 83-88.

Kartolo. S. W. 1993. Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Nawangsari Sugiri. 1989. Zoologi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor

Radiopoetro.1983. Zoologi. Penerbit Erlangga Sastradipradja.D. 1998. Fisiologi Veteriner.


Institut Pertanian Bogor

Smith C. and A. Jarecki. 2011. Atlas of Comparative Diagnostic and Experimental Hematology.
United Kingdom: Willey-Blackwell

Anda mungkin juga menyukai