PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Neoplasma intrakranial adalah suatu massa abnormal di dalam tengkorak
yang disebabkan oleh multiplikasi sel-sel yang berlebihan dan menyebabkan
adanya proses desak ruang. Meningioma adalah tumor otak jinak yang berasal
dari sel-sel yang terdapat pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya.
Meningens merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla
spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun
medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak di semua lobusnya. Di
antara sel-sel meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk
tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid.
Tumbuhnya meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid.
2.2 Epidemiologi
Insidensi meningioma terjadi pada sekitar sepertiga dari seluruh tumor
primer intrakranial pada orang dewasa, dengan rata-rata 7 kasus per 100.000
orang pertahun. Mayoritas meningioma terjadi pada usia pertengahan dan usia
lanjut, kejadian meningkat dengan bertambahnya usia. Sebaliknya, meningioma
sangat jarang terjadi pada anak-anak. Namun, kasus pada masa kanak-kanak
cenderung lebih banyak subtipe meningioma agresif dengan tingkat survival 5
tahunnya sebesar 83,9%. Meningioma terjadi sekitar dua kali lebih sering pada
wanita daripada pria. Predileksi meningioma jinak sangat tinggi pada wanita
(yaitu, dua kali lebih umum pada wanita dibandingkan laki-laki), sedangkan
meningioma malignan cenderung lebih sering terjadi pada laki-laki.
Radiasi ionisasi merupakan salah satu faktor resiko yang telah terbukti
menyebabkan tumor otak. Telah banyak penelitian yang mendukung hubungan
antara paparan radiasi dan meningioma sejak bertahun-tahun sejak bertahun-tahun
lalu. Proses neoplastik dan perkembangan tumor akibat paparan radiasi
disebabkan oleh perubahan produksi base-pair dan kerusakan DNA yang belum
diperbaiki sebelum replikasi DNA berikutnya. Penelitian pada orang yang selamat
dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki menemukan bahwa terjadi peningkatan
insiden meningioma yang signifikan (Calvocoressi & Claus, 2010).
2.4.3 Genetik
2.4.4 Hormon
Predominan meningioma pada wanita dibandingkan dengan laki-laki
memberi dugaan adanya pengaruh ekspresi hormon seks.Terdapat laporan
adanya pengaruh ukuran tumor dengan kehamilan, siklus menstruasi, dan
menopause. Penelitian-penelitian pada pengguna hormon eksogen seperti
kontrasepsi oral dan terapi hormon pengganti dengan resiko timbulnya
meningioma memberikan hasil yang kontroversial. Penelitian-penelitian pada
paparan hormon endogen memperlihatkan bahwa resiko meningioma
berhubungan dengan status menopause, paritas, dan usia pertama saat
menstruasi, tetapi masih menjadi kontroversi (Wiemels, 2010; Barnholtz-Sloan,
2007; Taghipour, 2007)
2.6 Diagnosis
2.6.1 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis tumor otak secara primer disebabkan tiga faktor :
efek massa, infiltrasi parenkim dan kerusakan jaringan. Sefalgia akibat efek massa
merupakan gejala tersering terjadi dalam 23 - 56% pada orang dewasa. Tanda dan
gejala tumor otak primer dapat bersifat general atau fokal. Pada tahap awal
penyakit (low-grade tumors), kebanyakan gejala bersifat fokal. Gejala umum atau
general terjadi seiring dengan peningkatan ukuran tumor.
Pertumbuhan meningioma umumnya lambat dan dapat tidak menimbulkan
gejala sampai menjadi cukup besar untuk menekan struktur di sekitarnya. Seiring
dengan bertambahnya volume , gejala-gejala neurologis pun muncul tergantung
dari lokasi tumor. Nyeri kepala dan kelemahan ekstremitas merupakan gejala
paling umum, kejang, gangguan kognitif maupun kepribadian, gangguan visus
juga sering ditemukan. Nyeri dan gangguan sensibilitas, kelemahan motorik
ekstremitas merupakan gejala tersering pada meningioma di medulla spinalis.
Gejala umum biasanya meliputi nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan
perubahan status mental. Studi terhadap pasien-pasien dengan tumor otak primer
didapatkan 77 % pasien mengalami nyeri kepala tension. Dua penelitian besar
menemukan pasien dengan high-grade glioma menunjukkan nyeri kepala terjadi
pada 50% pasien, bersifar persisten dan bertahan hingga 6 bulan. Serta
berhubungan dengan gejala lain seperti kejang (50% pasien), gangguan visus
(40%), mual dan muntah (38 %).
Mekanisme nyeri kepala pada neoplasma intrakranial adalah :
1. Traksi atau pergeseran struktur bangunan peka nyeri karena suatu desakan,
misalnya massa neoplasma dan odema perifokal.
2. Inflamasi pada dan di sekitar bangunan peka nyeri. Terjadi pelepasan
substansi dari neuron di sekitar daerah injury. Makrofag melepaskan
sitokin (interleukin-1, IL-6, TNF-Į, NGF). Neuron yang rusak melepaskan
ATP dan proton. Sel mast melepaskan histamin, prostaglandin, serotonin,
ekspresi enzim cyclooxigenaseyang merangsang prostaglandin. Terjadi
pelepasan reseptor vanilloid-1, neurokinin A, substansi P, calcitonin gene
related peptide (CGRP). Semua substansi ini akan merangsang nosiseptor
sehingga terjadi proses sensitisasi sentral, lalu timbullahpersepsi nyeri
kepala.
3. Oedema serebri dan obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSS) yang
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).
4. Pergeseran garis tengah serebral.
Kejang dan gejala neurologis lainnya bervariasi tergantung lokasi tumor.
Kejang dapat disertai aura dan gejala postictal. Gangguan kognitif meliputi
perubahan memori, atensi, orientasi, kemampuan berbahasa, fungsi eksekutif, dan
aktivitas sehari-hari. Gangguan kognitif pada tumor otak primer dapat disebabkan
karena tumor itu sendiri, epilepsi akibat tumor, terapi pembedahan, kortikosteroid,
radioterapi atau obat antiepileptikus. Meningioma yang berlokasi dan menekan
hemisfer dominan lebih erat kaitannya dengan gangguan kognitif daripada
hemisfer non dominan.6
2.6.2 Gambaran Radiologi
Pemeriksaan penunjang radiologi pada meningioma dapat berupa foto
xray, CT-scan kepala baik dengan maupun tanpa kontras dan MRI. Pada foto x-
ray dapat ditemukan gambaran khas, yaitu hiperostosis, peningkatan vaskularisasi
dan kalsifikasi. Pada CT-scan tanpa kontras, meningioma akan memberikan
gambaran isodense hingga sedikit hyperdense dan kalsifikasi. Sedangkan CT-scan
dengan kontras akan memberikan gambaran massa yang menyangat kontras
dengan kuat dan homogen. Gambaran hiperostosis, edema peritumoral dan
nekrosis sentral dapat dijumpai pada pencitraan CT-scan kepala. Gambaran khas
pada CT-scan kepala adalah adanya dural tail yaitu duramater yang melekat pada
tulang (Osborn, 2004; Mary, 2013). Pada MRI dengan T1W1 umumnya
memberikan gambaran isointense sedangkan beberapa lainnya memberikan
gambaran hypointense dibandingkan dengan gray matter. Pada T2W1,
meningioma juga umumnya menunjukkan gambaran isointense dengan beberapa
yang hyperintense karena kandungan airnya yang tinggi terutama pada jenis
meningothelial, yang hipervaskular, dan yang agresif (Osborn, 2004; Mary, 2013).
2.7 Tatalaksana
The best treatment for a meningioma depends on a number of
factors, including:
1. Location – if the tumour is easily accessible then it is often
best for it to be removed if it is causing symptoms.
2. Size – if the tumour is less than 3cm in diameter it may
alternatively be possible to treat it with stereotactic
(targeted) radiosurgery.
3. Symptoms – if your tumour is not causing any symptoms
and is small, you may not require any treatment at all.
4. Your general health - for example there may be risks
with a general anaesthetic in patients with other signifcant
medical conditions such as heart disease.
5. Grade of tumour – how quickly it is growing, whether it
is invading other structures in the brain this will influence
ongoing care required such as radiotherapy. Chemotherapy
is rarely used.
Penatalaksanaan pada meningioma dapat berupa embolisasi,
pembedahan, radiosurgery, dan radiasi. Terdapat dua tujuan utama dari
pembedahan yaitu paliatif dan reseksi tumor. Pembedahan merupakan terapi
utama pada penatalaksanaan semua jenis meningioma. Tujuan dari reseksi
meningioma adalah menentukan diagnosis definitif, mengurangi efek massa, dan
meringankan gejala-gejala. Reseksi harus dilakukan sebersih mungkin agar
memberikan hasil yang lebih baik. Sebaiknya reseksi yang dilakukan meliputi
jaringan tumor, batas duramater sekitar tumor, dan tulang kranium apabila
terlibat. Reseksi tumor pada skull base sering kali subtotal karena lokasi dan
perlekatan dengan pembuluh darah (Modha & Gutin, 2005). Angiografi
preoperatif dapat menggambarkan suplai pembuluh darah terhadap tumor dan
memperlihatkan pembungkusan pembuluh darah. Selain itu, angiografi dapat
memfasilitasi embolisasi preoperatif. Beberapa jenis meningioma terutama
malignan umumnya memiliki vaskularisasi yang tinggi, sehingga embolisasi
preoperatif mempermudah tindakan reseksi tumor. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya darah yang hilang secara signifikan saat reseksi. Embolisasi
preoperatif dilakukan pada tumor yang berukuran kurang dari 6 cm dan dengan
pertimbangan keuntungan dibandingkan dengan resiko dari embolisasi (Dowd,
2003; Levacic et al; 2012)