Anda di halaman 1dari 3

Program Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Indonesia

Magister Fisika - Geofisika Reservoar


Pengolahan Data Seismik Dasar

Velocity
Oleh Asa Fadinda (1906412702) dan Raditya Pascarizativa (1906412886).

Summary 5. Pore Fluids dan Saturasi.


6. Temperature.
Analisa kecepatan merupakan cara yang bisa digunakan
untuk mengetahui apa yang ada di bawah permukaan Kecepatan didefinisikan sebagai penjalaran gelombang
dengan mengetahui parameter-parameter yang dapat seismik pada medium. Berdasarkan nilai kecepatan dapat
digambarkan oleh kecepatan gelombang itu sendiri. Dalam ditentukan kedalaman, kemiringan horizon dan lain-lain.
analisa gelombang perlu diketahui variasi gelombang yaitu Beberapa kecepatan menurut Sismanto (1996) yang
instantaneous velocity, average velocity, root mean square
terdapat pada pengolahan data seismik yaitu :
velocity, interval velocity, dan stacking velocity. Dalam
implementasinya, kecepatan bisa digunakan untuk
1. Kecepatan sesaat V (instantaneous velocity), adalah
mengkoreksi NMO (normal move out), dimana kondisi
laju gelombang yang merambat melalui satu titik dan
reflektor yang dipengaruhi oleh jarak atau offset
diukur pada arah rambatan gelombang, ditulis sebagai
membentuk pola hiperbolik. Setelah dicoba menggunakan
interpolasi bilangan bulat amplitude untuk menghitung t
NMO. Setelah koreksi NMO dilakukan langkah berikutnya
ialah penggabungan gather-gather yang berfungsi untuk
meningkatkan signal to noise ratio atau yang biasa disebut 2. Kecepatan rata-rata adalah kecepatan yang
dengan stacking. menggambarkan rata-rata dari lapisan permukaan
hingga pada reflektor ke-n. juga perbandingan jarak
Content vertikal Dzf terhadap waktu perambatan
Analisa kecepatan adalah upaya untuk memprediksi gelombang Dtf yang menjalar dari sumber ke
kecepatan gelombang seismik sampai kedalaman tertentu. kedalaman tersebut, ditulis Vavg = [depth / (1-way
Kecepatan gelombang seismik dapat diukur langsung dari time) ]
sumur (log sonik, survei kecepatan) dan diturunkan secara
tidak langsung dari hubungan NMO pada seismik refleksi.
Survei kecepatan dilakukan dengan cara menempatkan
seismometer (geopon) atau sumber ledakan di dalam sumur
dengan kedalaman yang berbeda.

3. Kecepatan Root Mean Square (RMS) Kecepatan


RMS diturunkan dari perhitungan rms pada
Figure 1. Variasi kecepatan kecepatan interval. Kecepatan ini adalah hasil
penjumlahan dari kecepatan interval. Apabila waktu
Velocity analysis merupakan bagian penting dalam : rambat vertikal Dt1, Dt2, … , Dtn dan kecepatan
1. Pergerakan gelombang dalam menembus lapisan masing-masing lapisan V1, V2, … , Vn, maka
batuan kecepatan rms-nya untuk n lapisan sebagai berikut:
2. Seismic Processing dan Migrasi.
3. Time Depth Conversion.
Vi 2 * t
4. AVO Processing. Vrms 
ti
Faktor yang mempengaruhi Velocity :
1. Lithology (Mineralogy).
2. Porisity.
3. Pressure.
4. Cementation.
Program Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Magister Fisika - Geofisika Reservoar
Pengolahan Data Seismik Dasar

sumber ledakan (S) yang kemudian akan ditangkap pada


receiver (G) menggunakan teorema Pythagoras.

--------- (1)

(x) merupakan jarak offset antara sumber ledakan dengan


receiver (S hingga G). v adalah besar kecepatan gelombang
dari sumber ke reflektor, t0 adalah 2 kali nilai MD. Perlu
diperhatikan dimana bidang proyeksi vertikal antara D
4. Kecepatan Interval adalah kecepatan dari suatu dengan permukaan bisa tepat berada ditengah (M) jika
interval dari suatu lapisan bawah permukaan.
kasus reflektor berupa bidang horizontal.
Kecepatan interval digunakan untuk estimasi litologi,
estimasi porositas dan estimasi kandungan fluida.
adalah laju rata-rata antara dua titik yang diukur
tegak lurus terhadap kecepatan lapisan yang dianggap
sejajar, ditulis, V(int) = (D2 - D1) / (T2 - T1)

Figure 2. Geometri NMO untuk satu reflektor horizontal.


Traveltime dideskripsikan oleh persamaan hiperbola
(Yilmaz, 2008)
5. Kecepatan stacking adalah kecepatan yang diperoleh
dari proses stacking (hasil dari analisa kecepatan). Koreksi NMO pada data CMP gather pada dasarnya ingin
Dimana kecepatan stacking ini adalah nilai kecepatan mengubah A menjadi A’ pada gambar (bawah), dengan
empiris yang memenuhi dengan tepat hubungan syarat sudah didapatkan nilai t0, x, dan vNMO. Kemudian
antara Tx dengan To pada persamaan NMO, masukan t dari persamaan 1 (diasumsikan nilainya 1003
ms). Jika sample interval 4 ms, maka sample indexnya
250.25. amplitude yang bisa digunakan yakni sample
bilangan bulat yang berdekatan dengan sample index
(contoh, 248,249,251,252).

Koreksi Normal Move Out (NMO)

Koreksi NMO berfungsi untuk menghilangkan pengaruh


jarak atau offset terhadap waktu penjalaran gelombang
Koreksi NMO ini berkaitan dengan analisa kecepatan dari
reflektor atau lapisan batuan.

Untuk mendapatkan NMO, waktu tempuh refleksi harus


dikoreksi untuk menjumlah traces dalam CMP gather di
sepanjang sumbu offset. NMO tergantung kecepatan pada
reflektor, offset, waktu two way zero offset reflektor,
kemiringan reflektor, besar azimuth source dan receiver
terhadap arah true dip, dan tingkat kompleksitas keadaan
atas dekat permukaan dan media di atas reflektor.

NMO pada reflektor yang flat Figure 3. Koreksi NMO melibatkan mapping nonzero
offset traveltime pada zero-offset travel time. (a) sebelum
Pada rangkaian yang pada gambar 2 ingin mendapatkan dan (b) sesudah dilakukan Koreksi NMO (Yilmaz, 2008).
nilai traveltime (t) dengan kedalaman reflektor (D) dari
Program Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Magister Fisika - Geofisika Reservoar
Pengolahan Data Seismik Dasar

Dimana two-way traveltime (t) dihubungkan dengan


nonzero-offset raypath SDG (dari sumber S ke titik refleksi
(D) kemudian receiver (G)). Waktu two-way zero offset
(t0) dihubungkan dengan keadaan normal (M D’) pada titik
tengah (M), (α) merupakan sudut bidang normal terhadap
kemiringan reflektor. Kecepatan moveout nya dijelaskan
dengan persamaan:

Kesimpulannya kecepatan NMO pada reflektor miring


tergantung pada sudut kemiringannya. Semakin besar
Figure 4. Bentuk Komputasi dari Koreksi NMO. Dengan kemiringan semakin besar kecepatan moveout nya.
memberikan nilai untuk (t0), kecepatan (v), dan offset (x),
dengan memasukkan nilai t melalui persamaan (1) yang Stacking
digambarkan pada titik (A). Dengan menggunakan empat Merupakan proses penjumlahan trace-trace seismik dalam
sample amplitudo yang berdekatan lalu digunakan untuk satu CDP gather untuk meningkatkan Sinyal to Noise
menghitung nilai (t). Nilai amplitudo tadi kemudian ratio (S/N) (Abdullah 2007). Karena sinyal yag koheren
dipetakan pada sampel output (t0) yang ditandai pada (A’) akan saling memperkuat dan noise yang inkoheren akan
(Yilmaz, 2008). saling menghilangkan. Selain itu stacking akan
mengurangi noise yang bersifat koheren. Stack dapat
dilakukan berdasarkan Common Depth
Normal Move Out Pada Lapisan Miring (Dipping Point (CDP), Common Offset, Common Shot Point
Refrector) tergantung dari tujuan dari stack itu sendiri. Biasanya
proses stack dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-
trace yang tergabung pada satu CDP dan telah
dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat
satu trace yang tajam dan bebas noise seperti pada Gambar
5.

Figure 5. Geometri pada NMO dari suatu reflektor yang


miring di bawah permukaan (Yilmaz, 2008).

Dari gambar diatas kita ingin menghitung travel time dari S


hingga reflektor pada titik D, lalu traveltime hingga
ditangkap receiver di titik G. pada reflektor miring,
keberadaan M tidak lagi merupakan suatu proyeksi vertikal Figure 6. Stacking pada trace-strace seismik.
dari kedalaman dari permukaan terhadap reflektor.
Hubungan CMP sama dengan CDP hanya berlaku saat References
kondisi reflektor dibawah berbentuk horizontal. Titik
tengah M dan titik refleksi normal akan jatuh pada titik D’. Priyono, A., (2006) Acquisition, Processing, And
titik kedalaman sebenarnya, yaitu (D), meskipun berbeda Interpretation Seismic Data : FTTM ITB Bandung.
pada tiap pasangan source – receiver dalam CMP gather Sismanto., (1996) Modul 2: Pengolahan Data Seismik,
merekam kepada kemiringan reflektor. Digambarkan Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Universitas
persamaan traveltime (2D): Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yilmaz, O., (2008) Seismic Data Analysis Volume
I. Society Of Exploration Geophysic. Tulsa.
--------- (2)

Anda mungkin juga menyukai