Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATAKULIAH

PENGOLAHAN DATA SEISMIK

Oleh :
AGUSTINUS KATON ANTARIKSA
115.150.063

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
SOAL
1. Kenapa pada proses NMO (Normal Move Out (NMO) yang menyebabkan stretching
mengakibatkan pada penurunan frekuensi?
2. Bagaimana cara untuk mengetahui sudut kemiringan pada DMO
3. Apa itu migrasi Phase Shift ?
4. Sebutkan kegunaaan dari macam-macam jenis kecepatan dari proses velocity analysis.

Jawab :

1. Efek Streching Pada Normal Move Out (NMO) Dapat Menurunkan Frekuensi

Gambar 1. Efek Stretching Pada Koreksi NMO Yilmaz, 1987)

Koreksi NMO adalah koreksi yang digunakan untuk menghilangkan efek jarak
terhadap waktu. Didalam melakukan koreksi NMO, pemilihan model kecepatan merupakan
hal yang sangat penting. Proses NMO juga dapat dilakukan untuk kasus reflektor yang
banyak (multiple reflector) dengan menggunakan asumsi bahwa reflektro – reflektro yang
ada adalah datar (horizontal). Ketika melakukan koreksi NMO akan menimbulkan sebuah
efek stretching. Efek stretching adalah sebuah efek yang dapat menurunkan frekuensi
gelombang. Efek stretching terjadi pada gelombang seismik yang memiliki T (Periode) yang
lebih kecil daripada T0 (periode awal). Akibat T0 yang besar pada koreksi NMO dapat
menimbulkan frekuensi yang terdistorsi pada setiap event yang dangkal, sehingga
mengakibatkan frekuensi menjadi rendah atau menurun. Oleh karena itu perlu dilakukan
proses muting untuk menghilangkan efek ini. Adapun rumus efek stretching yaitu sebagai
berikut :

f = dominan frekuensi ∆tNMO = Perubahan waktu koreksi NMO

∆f = perubahan frekuensi t0 = waktu awal


3. Migrasi Pergeseran Fase
Metode Migrasi Pergeseran Fase khususnya dengan interpolasi dikembangkan guna
dimana berlaku suatu kondisi pada suatu daerah yang memiliki variasi kecepatan dalam arah
lateral. Metode ini berpusat pada ide bahwa variasi kecepatan dalam arah lateral dapat
ditanggulangi dengan melakukan interpolasi dari sejumlah medan gelombang yang telah
diekstrapolasi kebawah dengan metode pergeseran fase, dengan menggunakan ndua atau
lebih kecepatan acuan.
Dalam metode migrasi ini berlaku persamaan sebagai berikut :

Persamaan diatas dapat dibagi dalam 2 tahap operasi yaitu :

Dimana yaitu merupakan pendekatan ke yang dapat dijelaskan


sebagai berikut. Persamaaan 1.2a adalah pergeseran waktu yang diterapkan untuk masing-
masing trace. Algoritma ini mencakup pendekatan nonnumerik dalam domain... karena
persamaan 1.2b tidak dapat dihitung secara langsung bila v = maka ia dapat
didekati dengan beberapa tahap. Pertama medan gelombang p ditransformasi Fourier dalam
arah x. Kemudian dilanjutkan dengan operasi pergeseran fase dengan menggunakan
persamaan 1.2b, menggunakan kecepatan v1 dan v2, yang merupakan harga-harga ekstrem
dari v(x,t), yaitu :

Medan gelombang yang telah digeser fasenya, yaitu dan


kemudian ditransformasi Fourier invers, ,menghasilkan medan gelombang acuan
P1(kx,t+∆t,ώώ) dan P1(kx,t+∆t,ώώ). Kedua medan gelombang diatas digunakan sebagai acuan
memperoleh hasil akhir, yaitu P1(kx,t+∆t,ώώ) yang diperoleh dengan melakukan interpolasi
sebagai berikut. Pertama koefisien Fourier dituliskan menjadi dua bagian, yaitu modulus dan
sudut fasenya:
Kedua, hasil akhir modulus dan sudut fasenya diperoleh dengan interpolasi linier :

Dari sini kita dapat menentukan medan gelombang setelah diekstrapolasikan ke suatu level
kedalaman sebagai

Dalam migrasi ini teknik interpolasi yang digunakan adalah interpolasi linier.Dalam metode
migrasi pergeseran fase ini , algoritma dari tahap ini adalah sebagai berikut :

1. Dari data penampang zerro-offset, kita lakukan transformasi Fourier satu-dimensi,


yaitu dalam arah t diperoleh P(x,0, ώ)
2. Kita terapkan operator , exp(iώ∆t)
3. Kita lakukan tranformasi Fourier satu-dimensi dalam arah x, sehingga kita peroleh
medan gelombang P(kx,0, ώ)
4. Berdasarkan persamaan 1.2b maka dilakukan ekstrapolasi kebawah dengan
menggunakan operator ekstrapolasi exp i(Ω-v ώ/v’) ∆t, dimana v’ adalah kecepatan
acuan, yaitu v1 dan v2
5. Lakukan transformasi Fourier invers satu-dimensi dalam arah x untuk masing-masing
medan gelombang acuan yang dihasilkan dari proses ekstrapolasi langkah no.4 , yaitu
6. Kemudian dilakukan interpolasi dari medan gelombang yang dihasilkan oleh langkah
no.5 diperoleh
7. Ulangi langkah no.2, untuk step kedalaman berikutnya, . lakukan sampai step
kedalaman terakir
8. Jumlahkan untuk seluruh komponen frekuensi dari masing-masing step kedalaman
(proses pencitraan, t=0). Hasil akhir merupakan penampang termigrasi.
4. Kegunaan macam-macam kecepatan dari proses velocity analysis.

No Jenis Kecepatan Kegunaan Utama Ketelitian yang Diperlukan


Stack pada penamapng seismik sedang ==> rendah
1 Kecepatan Stack proses migrasi preliminary sedang ==> rendah
estimasi kecepatan RMS bergantung pada situasi
estimasi kecepatan migrasi pada umumnya sedang
2 Kecepatan RMS estimasi kecepatan interval bergantung pada situasi
estimasi kecepatan rerata bergantung pada situasi
studi stratigrafi dan litologi secara tinggi==>sedang
umum atau global
interpretasi umum sedang ==> rendah
Kecepatan
3 estimasi umur tinggi==>sedang
Interval
ray tracing bergantung pada situasi
proses migrasi Sedang
estimasi kecepatan rerata bergantung pada situasi
Kecepatan rata- konversi ke kedalaman pada umumnya sedang
4
rata interpretasi umum sedang==>rendah

1. Kecepatan Stack : kecepatan yang diperoleh saat proses stacking setelah CDP
Gather dilakukan koreksi NMO. Kecepatan ini memiliki fungsi untuk stack pada
penampang seismik, migrasi preliminary, serta estimasi kecepatan RMS
2. Kecepatan RMS :
3. Kecepatan interval : merupakan kecepatan yang menjalar pada lapisan yang
homogen yang terletak diantara 2 bidang batas lapisan. Kecepatan ini memiliki
fungsi untuk proses migrasi, karena kecepatan tiap perlapisannya dapat diketahui.
Oleh karena kecepatan tiap perlapisan telah diketahui, maka dapat didefinisikan
kecepatan rata-rata yang dapat digunakan untuk proses konversi kedalaman.
4. Kecepatan rata-rata : merupakan kecepatan yang didapatkan dari hasil perata-
rataan kecepatan tiap perlapisan atau kecepatan interval. Kecepatan ini berfungsi
sebagai data dasar yang digunakan dalam pengikatan sumur.
DAFTAR PUSTAKA

Hamdalah, Hafiz & Staf Asisten Praktikum Seismik Refleksi 2016/2017. 2017. Buku
Panduan Praktikum Seismik Refleksi 2017. Yogyakarta: Laboratorium Geofisika
Eksplorasi Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Jintan, Li, and William, W.S., 2007. Interval Velocity Estimation via NMO-Based
Differential Semblance, Society of Exploration Geophysicist.
Kjartansson, E. And Rocca, F. (1979). The Exploding Reflector Model and Laterally
Variable Media: Stanford Exploration Project Report 16, Stanford University.
Munadi,S.,2002, Pengolahan Data Seismik Prinsip Dasar dan Metodologi, Universitas
Indonesia, Depok.
Priyono, Awali.2002. Seismic Exploration : Acquisition, Interpretation. Bandung : Institut
Teknologi Bandung
Sismanto. 2006. Dasar-dasar akusisi dan pemrosesan data seismik. Yogyakarta: Laboratorium
Geofisika - Universitas Gajah Mada.
Suprajitno, Munadi. 2002. Pengolahan Data Seismik : Prinsip Dasar dan Metodologi. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai