Anda di halaman 1dari 5

Makalah

Teori Kenyamanan Termal


Mata kuliah : Sistim Pendingin dan Pemanas

Oleh:

Yogi Ridha Permana


18650078

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenyamanan thermal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang


menunjukkan kepuasan dengan lingkungan thermal (Nugroho, 2011). Menurut Karyono
(2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman dan menyenangkan bagi
penghuninya. Kenyamanan thermal merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan
alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh arsitektur (Snyder,
1989). Sementara itu, menurut Mclntyre (1980), manusia dikatakan nyaman secara
thermal ketika ia tidak merasa perlu untuk meningkatkan ataupun menurunkan suhu dalam
ruangan. Olgyay (1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana
manusia dapat mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam
mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya.

B. Tujuan
Dalam pembahasan teori Kenyamanan Thermal ini memiliki beberapa tujuan:
1. Dapat mengetahui arti dari kenyamanan itu sendiri.
2. Batas ambang standar titik suhu nyaman.

C. Manfaat
1. Mengetahui pentingnya penerapan teori kenyamanan di kehidupan.
2. Mengetahui apa saja aspek kenyamanan.

D. Batasan Masalah
1. Makalah ini membahas teori dasar kenyamanan termal
2. Makalah ini membahas Batasan standar Kenyaman termal.
BAB II
PEMBAHASAN

Iklim merupakan suatu cuaca yang berada di wilayah atau belahan dunia tertentu.
Indonesia memiliki cuaca tropis sehinngga kelembapan yang berada di negara tersebut sangat
tinggi. Dan memiliki tingkat panas yang lumayan tinggi. Suhu udara adalah keadaan panas atau
dinginnya udara. Alatuntuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer.
Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu
udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub
semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin
jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah
100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ̊C.
Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada
udara kering, lapse rate adalah 1 ̊C (Benyamin, 1997)Suhu dipermukaan bumi makin rendah
dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya,
pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga
semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut
ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ̊C – 6 ̊C tiap kenaikan 1000 meter. Karena
kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi
dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk,
sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994)
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu
terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak
daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air
didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap
air berubah menjadi titik-titik air. Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat
dikandungnya disebut udara jenuh.Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :1)
Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung
di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3maksimal dapat
memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada
waktu itu sama dengan20 x 100 % = 80 %2)Kelembaban absolut / mutlak yaitu banyaknya uap
air dalam gram pada 1 m3.Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka
kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama , 1 m3 udara maksimum
mengandung 18 gram uap air, makaKelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.

Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan terdiri
atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan
kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif).
Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif); yang meliputi
kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal. Kenyamanan termal merupakan salah satu
unsur kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang
nyaman. Seperti diketahui, manusia merasakan panas atau dingin merupakan wujud dari sensor
perasa pada kulit terhadap stimuli suhu di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan
informasi rangsangan kepada otak, dimana otak akan memberikan perintah kepada bagian-
bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi untuk mempertahankan suhu sekitar 37ºC. Hal
ini diperlukan organ tubuh agar dapat menjalankan fungsinya secara baik. Dalam kaitannya
dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat
memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan. Manusia dikatakan
nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia menghendaki perubahan suhu
yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan. Sementara itu, Standard Amerika
(Anonymous, 1989) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai perasaan dalam pikiran
manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya. Dalam standard ini
juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen
responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal.
Untuk menyelenggarakan aktivitasnya di dalam ruang agar terlaksanan secara baik,
manusia memerlukan kondisi fisik tertentu di sekitarnya yang dianggap nyaman. Salah satu
persyaratan kondisi fisik yang nyaman adalah suhu nyaman, yaitu sutu kondisi termal udara di
dalam ruang yang tidak mengganggu tubuhnya. Suhu ruang yang terlalu rendah akan
mengakibatkan kedinginan atau menggigil, sehingga kemampuan beraktivitas menurun.
Sementara itu, suhu ruang yang tinggi akan mengakibatkan kepanasan dan tubuh berkeringat,
sehingga mengganggu aktivitas juga. Dapat dikatakan kondisi kerja akan menurun atau tidak
maksimum pada kondisi udara yang tidak nyaman.
Menurut Olgay (1963), tingkat produktivitas dan kesehatan manusia sangat dipengrauhi
oleh kondisi iklim setempat. Apabila kondisi iklim (berkaitan dengan suhu udara, kelembaban,
radiasi matahari, angin, hujan, dsbnya) sesuai denan kebutuhan fisik manusia, maka tingkat
produktivitas dapat mencapai titik maksimum. Demikian pula halnya dengan tingkat kesehatan
akan mencapai optimal apabila kondisi iklim juga mendukung pencapaian tersebut. Puncak
produktivitas dan kesehatan manusia dicapai pada iklim yang berbeda antara tempat satu dan
lainnya di dunia ini. Di daerah kutub manusia mencapai tingkat produktivitas maksimum pada
musim panas (Juli – September), sedangkan di daerah subtropis kondisi optimal tercapai pada
musim dingin. Sementara itu di daerah tropis dengan panas matahari yang menyengat membuat
manusia mudah lelah pada musim panas, sehingga produktivitas rendah. Suhu udara
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia.
Hoppe (1988) memperlihatkan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan
sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun
menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit
tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling permukaan (plafon, dinding,
pintu, jendela dan lantai) juga ikut mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh
kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara. Faktor
kecepatan udara juga mempengaruhi kenyamanan termal, dimana semakin besar kecepatan
udara akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit manusia. Menurut Lippsmeir
(1994) batasbatas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara
22,5ºC - 29ºC dengan kelembaban udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai
kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan kemungkinan kombinasi antara radiasi
panas, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara. Penyelesaian yang dicapai
menghasilkan suhu efektif (TE). Suhu efektif ini diperoleh dengan percobaanpercobaan yang
mencakup suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara. Menurut penyelidikan, batas-
batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah 19ºTE (batas bawah) - 26ºTE (batas atas).
Pada suhu 26ºTE, banyak manusia mulai berkeringat. Sementara itu kemampuan kerja manusia
mulai menurun pada suhu 26,5ºTE - 30ºTE. Kondisi lingkungan mulai sulit bagi manusia pada
suhu 33,5ºTE – 35,5ºTE dan tidak memungkinkan lagi pada suhu 35ºTE - 36ºTE.

Anda mungkin juga menyukai