Anda di halaman 1dari 41

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Chlorella sp. berasal dari bahasa latin chloros yang berarti hijau dan ella yang

berarti kecil, kemudian diberi nama oleh Beyerinck ahli biologi Jerman. Chlorella sp.

sudah berada di bumi sejak masa pre cambrian kira-kira 2,5 milyar tahun yang lalu.

Tumbuhan ini merupakan yang pertama kali memiliki bentuk sel yang berinti

sebenarnya. Kelangsungan generasinya yang dapat mencapai zaman modern

merupakan tanda kestabilan dan ketangguhan sifat genetiknya (Steenblock, 1994).

Chlorella adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar, laut, dan

tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola. Di dalam tubuhnya terdapat

kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dengan

membelah diri. Setiap selnya mampu membelah diri dan menghasilkan empat sel baru

yang tidak mempunyai flagel. Ganggang ini sering digunakan di laboratorium untuk

penyelidikan fotosintesis. Karena sifatnya yang unik, para ahli berpendapat bahwa

Chlorella dapat ikut mengatasi kebutuhan pangan manusia di masa yang akan datang.

Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk

berbagai keperluan, salah satunya digunakan sebagai makanan rotifera atau sebagai

media budidaya larva ikan. Budidaya Chlorella terdiri dari serangkaian kegiatan yang

antara lain meliputi persiapan wadah dan air yang meliputi pencucian dan sanitasi

wadah. Selanjutnya diikuti oleh kegiatan identifikasi, pemupukan dan inokulasi

Chlorella di laboratorium.

1
Faktor pembatas dalam budidaya Chlorella sp adalah nitrat dan fosfat. Beberapa

manfaat Chlorella sp diantaranya: (1)berkembangbiak dengan cepat pada

kondisitumbuhnya, (2) mudah dalam membudidayakan, (3) menghasilkan oksigen

melalui proses fotosintesis, dan (4) mengandung protein yang tinggi dengan komponen

utama asam amino (Nakayama, 1992 dalam Arifin, F, 2012). Selain nutrien dan kondisi

lingkungan yang sesuai dengan Chlorella sp, inokulum juga merupakan faktor yang

sangat penting di dalam kultur Chlorella spp karena kultur tidak mungkin dilaksanakan

tanpa adanya inokulum (Sapta et al. 2002).Chlorella sp adalah salah satu jenis alga

hijau bersel satu. Selnya berdiri sendiri dengan berbentuk bulat atau bulat telur dengan

diameter 3 – 8 mikron, memiliki khloroplas berbentuk seperti cawan dan dindingnya

keras. Warnanya hijau cerah, hidup dipermukaan air tawar, namun ada juga yang hidup

diair asin (Afandi, 2003). Chlorella sp dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga

pada pengamatan seakan – akan tidak bergerak. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0

– 35 ppt. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 40 oC, tetapi tidak tumbuh.

Kisaran suhu 25 – 30oC merupakan kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan alga

ini (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Chlorella sp merupakan suatu agen bioremediasi

yang baik, selain dapat hidup pada lingkungan yang tercemar juga dapat memakai

logamberat sebagai logam esensial untuk metabolisme. Banyaknya manfaat yang akan

dapat diambil apabila dapat mengembangkan Chlorella sp pada skala masal. Dengan

kemanfaatannya dari Chlorella sp maka penulis melakukan penelitian dengan

menggunakan Chlorella sp sebagai objeknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara kemelimpahan Chlorella sp dengan kualitas lingkungan

perairan di Kabupaten Jepara

2
Plankton tidak saja sangat penting bagi kehidupan ikan tetapi pada hewan lain

juga sangat penting dengan hewan flora dan fauna, akan tetapi penting pula bagi segala

macam hewan yang hidup di air, baik air laut, tawar, maupun payau. mengelompokkan

plankton menjadi dua golongan, yaitu :

1. Fitoplankton merupakan plankton nabati yang terdiri dari alga mikroskopis

2. Zooplankton adalah plankton hewani yang selama hidupnya tidak terus

menjadi plankton

Pada saat ini pakan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan larva adalah

jenis pakan alami karena nilai nutrisi yang dikandungnya relatif tinggi. Sebagian besar

pakan alami adalah plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Mikroalga atau

yang sering dikenal sebagai fitoplankton merupakan produsen primer yang mampu

memasukan oksigen (O2) di perairan, sebagai penyangga kualitas air, serta memiliki

produktifitas yang tinggi karena ukurannya yang sangat kecil sehingga paling efesien

sebagai organisme autotrof. Fitoplankton merupakan dasar kehidupan dalam air

sebagai produsen dan penyumbang produktivitas perairan. Fitoplankton dapat

dimanfaatkan sebagai biofilter air limbah, berperan sebagai pemasok oksigen (O2)

terbesar diperairan dan juga berfungsi sebagai bioindikator, misalnya untuk

mengetahui kesuburan perairan dan periran tercemar.

Penyediaan pakan pertama untuk benih ikan dalam pembenihan intensif

merupakan tahapan yang penting. Persyaratan pakan pertama adalah mudah ditangkap,

mudah dicerna dan memiliki kandungan gizi yang memadai untuk kebutuhan benih

ikan. Salah satu yang memiliki persyaratan tersebut adalah Chlorella vulgaris, yang

merupakan fitoplankton yang cukup penting dan menunjang program pengembangan

3
bidang perikanan sebagai salah satu pakan alami untuk benih ikan dan udang (Hartati,

1986). Kultur Chlorella di Indonesia telah dikembangkan sehubungan dengan pesatnya

perkembangan kultur udang (Murwan, 1979).

Kondisi wilayah Indonesia yang merupakan daerah tropis, dengan

intensitas penyinaran matahari yang tinggi sangatlah mendukung perkembangan

budidaya fitoplankton, baik di alam maupun di skala laboraturium atau usaha kultur

dengan menggunakan manipulasi cahaya lampu dan nutrien. Kandungan nutrisi

fitoplankton yang tinggi, perkembangannya yang relatif singkat, serta adanya

teknologi yang dapat ditinjau atau mudah, merupakan faktor-faktor pendukung dalam

proses pembudidayaan fitoplankton sehingga permintaan akan pakan alami yang

berkualitas dapat terpenuhi.

Selama ini Chlorella vulgaris telah banyak dibudidayakan di hatchery-

hatchery karena pertumbuhannya yang relatif mudah dilakukan. Namun tidak tertutup

kemungkinan bahwa nutrisi dan pertumbuhan yang dihasilkan masih kurang optimal

karena media kultur yang tidak mendukung. Untuk itu dibutuhkan pertumbuhan

Chlorella vulgaris pada media kultur yang mempunyai komposisi nutrien yang cukup

memadai tanpa mengabaikan faktor-faktor lainnya.

Melihat pentingnya pertumbuhan dan nutrisi dengan hasil yang optimal pada

Chlorella vulgaris yang dikultur, maka dibutuhkan media kultur yang tepat.

Kelengkapan dan konsentrasi kandungan atau komposisi unsur hara (nutrien) baik

makronutrien maupun mikronutrien yang terkandung dalam media kultur yang kita

gunakan akan sangat berpengaruh sekali pada pola pertumbuhan Chlorella

4
vulgaris yang dihasilkan. Oleh kerena itu dilakukan percobaan dengan media kultur

yang berbeda komposisi nutriennya.

1.2. Tujuan

Adapun Tujuan praktikum ini adalah

1 Mahasiswa melakukan praktikum ini untuk melakukan percobaan dengan

menggunakan poc dan Chorella sp dengan melakukan pembuatan Pakan dengan

Belajar Mata Kuliah Teknologi Pakan Alami

2. mengecekkan kelimpahan pada Phytoplankton dan Zooplankton di gunakan

dengan melihat mikroskop listrik.

1.3 Manfaat

Tujuan dan manfaat pada praktikum ini adalah;

1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengkultur chorella sp dengan

menggunakan metode skala laboratorium

2. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat kelimpahan chorella sp

3. Mahasiswa juga dapat memberi poc pada setiap perlakuan dan mengetahui di hari

keberapa peningkatan kelimpahan tersebut dan penurunan pada kelimpahan

tersebut

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Chlorella sp

Chlorella sp adalah Genus Mikroalga atau ganggang hijau bersel tunggal yang

hidup di air tawar, Laut, dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola.

Di dalam tubuhnya terdapat kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembangbiakannya

terjadi secara vegetatif dengan membelah diri. Setiap selnya mampu membelah diri dan

menghasilkan empat sel baru yang tidak mempunyai flagel. Ganggang ini sering

digunakan di Laboratorium untuk penyelidikan fotosintesis. Karena sifatnya yang unik,

para ahli berpendapat bahwa Chlorella dapat ikut mengatasi kebutuhan pangan

manusia pada masa yang akan datang

KLASIFIKASI
Kindom :Plantae
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcaales
Family : Chlorellacea
Genus : Chlorella
Gambar 1. Chorella Sp

Sel Chlorella sp. berbentuk bulat atau bulat telur dan umumnya merupakan alga

bersel tunggal (unicellular), meskipun kadang-kadang dijumpai bergerombol.

Diameter selnya berkisar antara 2-8 mikron, berwarna hijau, dan dinding selnya keras

yang terdiri dari selulosa dan pektin, serta mempunyai protoplasma yang berbentuk

cawan. Chlorella sp. dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan

seakan-akan tidak bergerak (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Morfologi Chlorella

6
sp. Menurut habitat hidupnya ada dua macam Chlorella, yaitu Chlorella yang hidup di

air tawar maupn yang hidup di air laut. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah

C. minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. virginica

Chlorela merupakan Mikroorganisme yang termasuk dalam filum Chlorophyta

atau yang sering kita kenal sebagai alga hijau. Mikroalga jenis Chlorella spp. berwarna

hijau, pergerakannya tidak motil dan struktur tubuhnya tidak memiliki flagel. Selnya

berbentuk bola berukuran sedang dengan diameter 2-10 μm, bergantung pada

spesiesnya, dengan kloroplas berbentuk seperti cangkir. Alga hijau memiliki struktur

yang hampir sama dengan tumbuhan, salah satunya ialah dinding selnya. Chlorella juga

mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa

Chlorella sp. merupakan alga bersel tunggal dari golongan alga hijau

(Chloropyta) yang telah dimanfaatkan secara komersial karena gizinya yang tinggi

(Srihati dan Carolina, 1995). Chlorella sp. memiliki peranan dalam memenuhi

kebutuhan manusia diantaranya sebagai makanan tambahan atau suplemen karena

kandungan nutrisinya lengkap (Royan, dkk. 2010). Meningkatnya permintaan akan

Chlorella sp. merupakan peluang dilakukannya peningkatan kultur Chlorella sp.

Menurut Eyster (1978) menyatakan bahwa konsentrasi nutrien yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan Chlorella sp. Baik Makronutrien dan Mikronutrien ditetapkan menjadi

tiga yaitu konsentrasi Minimum, Maksimum, dan Optimum.Eyster (1978)

mengemukakan bahwa Nutrien yang dibutuhkan oleh Chlorella sp. Berupa

Makronutrien dan Mikronutrien. Makronutrien terdiri dari, N, P, K, Si dan Ca

sedangkan Mikronutrien terdiri dari Fe, Mo, Cu, Mn, Zn dan Co. Unsur yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan Chlorella sp. antara lain N (0,14-0,7 g/l) dan P (0,015-

7
0,62 g/l). Kebutuhan unsur makro nutrien dan Mikronutrien dalam kultur Chlorella sp.

Harus tercukupi untuk pertumbuhan yang optimal terutama unsur N dan P yang

berfungsi untuk pembentukan klorofil dan keperluan fotosintesis (Sumarlinah, 2000).

Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tetapi kadang-

kadang dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar 2-8 mikron, berwarna hijau

karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya keras terdiri atas

selulosa dan pectin. Sel ini mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella

dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak

bergerak.

2.2. Habitat dan Ekologi

Martosudarmo dan Wulan (1990) mengemukakan bahwa alga hijau dapat

ditemukan di habitat air tawar maupun air asin. Jenis alga hijau yang biasa digunakan

dalam budidaya yaitu Scenedesmus dan Chlorella sp. Menurut Isnansetyo dan

Kurniastuty (1995) Chlorella sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh di mana-

mana, kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupannya. Alga ini dapat

tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. Salinitas 10-35 ppt merupakan salinitas optimum untuk

pertumbuhan alga ini. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak

tumbuh. Kisaran suhu 250C-300C merupakan kisaran suhu yang optimum untuk

pertumbuhan alga ini. Berdasarkan Habita hidupnya Chlorella dapat dibedakan

menjadi Chlorella air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup

dengankadar salinitas hingga 5 ppt. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah

Chlorella Vulgaris, Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica dan lain-lain(Isnansetyo

dan Kurniastuty 1995) Umumnya Chlorella bersifat planktonis yang melayang di

8
dalam perairan, namun beberapa jenis Chlorella jugaditemukan mampu bersimbiosis

dengan hewan lain misalnya Hydra dan beberapa Ciliata air tawar seperti Paramecium

bursaria (Dolan 1992).

2.3. Nutrien

Unsur hara merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan fitoplankton

pada umumnya. Untuk memperoleh pertumbuhan populasi yang baik diperlukan

nutrien yang memadai, yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan fitoplankton yang

dikultur.

Pada umumnya kebutuhan unsur hara pada setiap jenis fitoplankton hampir

sama, hanya terdapat perbedaan sedikit untuk jenis fitoplankton tertentu. Round (1973)

menyatakan bahwa media kultur dilaboraturium bagi pertumbuhan alga harus

mengandung unsur-unsur macronutrient seperti : N, P, K, S, dan Mg serta unsur

mikronutrient seperti : Si, Zn, Cu, Mn, Co, Fe dan Bo.

Nitrogen, sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas di atmosfer dan

senyawa nitrogen yang tersimpan dan jasad hewan. Beberapa alga hijau biru mampu

menyerap nitrogen dalam nitrat dan garam-garam ammonium. nitrat merupakan hasil

nitrifikasi nitrogen molekuler oleh bakteri titrifikasi seperti nitrobacter dan

nitrosomonas dalam kaedaan aerob. Dalam keadaan anaerob nitrat dan nitrit akan

diubah menjadi ammonia oleh bakteri anaerob. Kebutuhan normal nitrogen dalam

kultur Chlorophyceae berkisar antara 6,5 - 8,3 persen dari berat keringnya. Semua

bentuk ion N yang diserap akan diubah menjadi asam amino dibagian sel yang

mengandung klorofil. Asam amino itu merupakan bentuk protein yang merupakan

komponen protoplasma yang menjadi bagian setiap sel hidup (Mas'ud, 1993).

9
Fosfor, sumber utama fosfor adalah kerak bumi dan endapan fosil. Berdasarkan

ikatan kimia fosfor terdapat dalam air atau limbah sebagai senyawa orthofosfat (contoh

: H2PO43-), polifosfat (contoh (PO3)64-) dan fosfat organik (Wardoyo, 1982). Fosfat

organik merupakan fosfat yang terikat dengan senyawa organik yang lain dan tidak

berada dalam larutan secara terlepas. Alga plankton didalam perairan memperoleh

unsur P dari senyawa fosfor anorganik (ion orthofosfat), meskipun dalam keadaan

tertentu dapat pula memperolehnya dari fosfor organik terlarut (Anggoro, 1983).

Fosfor merupakan nutrien utama selain nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan,

fotosintesis, pernafasan, produksi protein dam pembelahan sel (Ranoemihardjo et al,

1985). Kebutuhan optimum alga berkisar antara 0.018 - 0.09 mg/l (batas minimum)

dan batas maksimum berkisar antara 8,9 - 27,8 mg/l. Kekurangan fosfor menyebabkan

tanaman tidak tumbuh maksimal atau tidak mampu melengkapi reproduktifnya secara

normal (Mas'ud, 1993) dan Droop (1954) dalam Fogg (1973) menyataka kekurangan

fosfat merupakan salah satu penyebab akumulasi karoten yang menyebabkan

pembelahan sel menjadi terhambat meskipun tidak mengurangi kemampuan

mengasimulasi karbon.

Selain unsur hara makro dan mikro, alga juga memerlukan vitamin dalam

penunjang pertumbuhannya. Vitamin yang dibutuhkan oleh alga terdiri dari kobalamin

(vitamin B12), thiamin (vitamin B1) dan biotin. Ketiga vitamin itu merupakan

komponen koenzim untuk karboksilase. Kandungan thiamin dalam alga akan

berkurang menurut umur. Chlorella vulgaris membutuhkan thiamin antara 200 - 770

g/Kg berat basah. Sedangkan biotin dibutuhkan hanya sejumlah kecil oleh alga.

10
2.4. Cahaya

Cahaya sangat berperan dalam proses fotosintesis, dimana hasil fotosintesis

tersebut digunakan untuk pertumbuhan alga. Intensitaas cahaya memberikan pengaruh

lebih tinggi terhadap pertumbuhan Chlorella sp dibandingkan dengan suhu.

Menurut Finks dan Main (1991) untuk keperluan kultur dalam ruangan

umumnya digunakan lampu neon 80 watt, diatur hingga mencapai penerangan yang

maksimal untuk wadah kultur.

2.5. Aerasi

Menurut Finks dan Main (1991) aerasi sangat berguna untuk pertumbuhan

Chlorella vulgaris dengan tiga alasan utama yang mendasarinya. Pertama, udara

merupakan sumber karbon dalam bentuk karbondioksida (CO2) yang dibutuhkan

proses fotosintesis. Kedua, pemambahan CO2 akan menjaga keseimbangan pH.

Sedangkan alasan yang ketiga adalah aerasi diperlukan untuk peoses pengadukan

(mixing). Hal ini untuk nenjaga agar penyebaran nutrien dan sel Chlorella vulgaris

dapat tetap merata serta mendukung absorbsi nutrien dan cahaya.

Fungsi utama aerasi adalah mensuplai kebutuhan O2 dan CO2, untuk kebutuhan

pertumbuhan. Aerasi juga diperlukan untuk mencegah engendapan sel alga. Apabila

kebutuhan oksigen terlarut tidak terpenuhi maka pertumbuhan pakan alami akan

terhambat dan mengakibatkan kematian massal. Kandungan oksigen terlarut yang baik

untuk pertumbuhan pakan alami (Chlorella sp) adalah >2 mg/l (Round, 1973).

11
2.6. Suhu

Suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar 15-30 oC, setiap

spesies fitoplankton mempunyai suhu optimum yang khas untuk pertumbuhannya (De

La Noue & De pau 1988). Suhu optimum dapat berfariasi sesuai dengan intensitas

cahaya dan konsentrasi nutrien tertentu serta adaptasi mikroorgaisme terhadap suhu

yang lebih tinggi dan lebih rendah (Fogg 1975).

Suhu yang umum untuk pertumbuhan Chlorella sp. yaitu berkisar antara 26-43 oC

(Semenenko et al. 1969 dalam Oh-Hama Miyachi 1988).

2.7 Reproduksi

Chlorella sp. berkembangbiak secara vegetatif. Sel anak berkembang menjadi sel

induk, sel-sel induknya mengeluarkan zoospora yang masing-masing dinamakan

aplanospora. Dari satu sel induk dapat dihasilkan beberapa buah spora (Isnansetyo dan

Kurniastuty, 1995; Priyambodo, 2002). Tahap pertumbuhan Chlorella sp. dapat

dibedakan sebagai berikut :

1. Tingkat pertumbuhan; pada tingkat ini terjadi penambahan besarnya sel.


2. Tingkat pemasakan awal; pada tingkat ini terjadi beberapa proses persiapan
pembentukan sel anak.
3. Tingkat pemasakan akhir; pada tingkat ini terjadi pembentukan sel induk
muda.
4. Tingkat pelepasan sel atau pelepasan autospora; pada tahap ini dinding sel
induk akan pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.
Chlorella sp. berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).

Perkembangbiakan secara vegetatif diawali dengan membentuk spora. Setiap sel induk

Chlorella sp. akan mengeluarkan zoospora yang disebut aplanospora sebanyak 8 buah.

12
Selanjutnya aplanospora berkembang menjadi individu-individu baru. Setiap

aplanospora yang telah dewasa akan mengeluarkan 8 aplanospora baru dan seterusnya

selama kondisi lingkungan memungkinkan. Perkembangbiakan sel Chlorella sp. secara

generatif belum banyak diketahui (Djarijah, 1995).

Menurut Martosudarmo dan Wulan (1990), susunan perkembangan umum Chlorella

sp. ditandai dengan sedikitnya empat tahap yang terpisah yaitu :

1. Tahap induksi : Setelah penambahan bibit ke dalam media kultur, populasi


Chlorella sp sementara tidak berubah, sel masih beradaptasi dengan
lingkungannya.
2. Tahap eksponensial : Ditandai dengan perkembangbiakan sel yang cepat dan
konstan
3. Tahap stasioner : Kecepatan perkembangan sel sudah mulai menurun secara
bertahap atau adanya keseimbangan antara tingkat kematian dengan tingkat
pertumbuhan.
4. Tahap kematian : Tingkat kematian lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan.
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) alga ini berkembangbiak secara

vegetatif dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahan autospora dari

sel induknya. Perkembangbiakan sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang

membesar. Tahap selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari

persiapan pembentukan sel anak yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap

berikutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, disusul

dengan pelepasan sel anak. Daur hidup dan cara perkembangbiakan Chlorella sp.

Adapun Faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan kultur alga berkualitas baik

dengan kepadatan yang diinginkan harus diperhatikan. Menurut Anonimous (1990),

faktor-faktor pendukung ini antara lain faktor biologi, kimia, fisika, dan kebersihan

13
lingkungan kultur. Faktor biologi meliputi penyediaan bibit yang bermutu (termasuk

kemurniaan) dan jumlahnya yang mencukupi. Faktor fisika yang mempengaruhi antara

lain suhu, salinitas, dan intensitas cahaya. Faktor kimia disini adalah unsur hara dalam

media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis fitoplankton yang akan

dikultur. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu

kebersihan dari alat-alat kultur agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang

akan mengganggu pertumbuhan.

2.8. Limbah Industri

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah

berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan

ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki

kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap

lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan

terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung

pada jenis dan karakteristik limbah.

14
2.9. Kualitas Air

Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik,

kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif

terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran

standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air

minum. Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan

politik dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.

Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air

terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu

subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti

manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan penyebab utama

pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,

fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah

upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai

peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan

suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari

suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi

berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum.Begitu pula dengan air bersih,

air minum dan air hujan, tentunya memiliki kesamaan, namun sangat jauh berbeda

15
diantara ketiganya. Mulai dari kandungan yang terdapat dalam air tersebut hingga

sumber dari air itu sendiri. Dan tentunya penggunaan dari ketiganya juga berbeda

dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990,

yang membedakan antara kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas

setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis maksimum yang diperbolehkan.

2.10. Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk organic cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organic yang

berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsure

haranya lebih dari satu unsure. Kelebihan dari pupuk organic ini adalah dapat secara

cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu

menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk

organic cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering

mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk

yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman. Dengan

menggunakan pupuk organik cair dapat mengatasi masalah lingkungan dan membantu

menjawab kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik saat ini.

2.11. Manfaat Fitoplankton

Fitoplankton adalah jasad renik yang termasuk tumbuhan bersel tunggal,

berkembang biak sangat cepat dan daur hidupnya relatif pendek. Menurut Panggabean

(1998), Fitoplankton dapat bersaing dengan produksi pertanian dalam mengatasi

kebutuhan bahan yang semakin terbatas. Lahan produksi fitoplankton sangat kecil

daripada tanaman tinggi dan biomassa yang dihasilkan persatuan waktu lebih banyak,

dimasa yang akan datang mungkun dapat dimanfaatkan alternatif pangan atau makanan

16
tambahan. Bila dibandingkan dengan sumber bahan makaan lain, komposisi biokimia

beberapa Janis mikroalga dapat bersaing dengan tepung keledai, karena kandungan

proteinnya lebih tinggi yaitu 46 -60 mg dibandingkan tepung keledai yaitu 47 mg.

a. Fitoplankton sebagai sumber protein dan vitamin

Fitoplankton dapat dimanfaatkan sebagi sumber protein kerena

mengandung asam-asam amino cukup lengkap. Bahan makanan dari mikroalga

kualitasnya lebih baik dari bahan protein nabati, kerena mengandung hamir semua

vitamin. Chlorella, Scenedesmus juga ganggang biru adalah sumber protein bersel

tunggal yang baik. Bila diproses dengan baik dapat dicerna dengan baik oleh mamalia

dan nilainya lebih tinggi dari protein nabati. Makanan dari ganggang hijau dan biru

tersebut gizinya lebih baik dari sayuran hijau karena mengandung vitamin B12.

vitamin ini sebenarnya tidak disintesis oleh alga hijau. Alga tersebut menyerap

vitamin B12 yang dikeluarkan oleh bakteri di perairan. Sebagai makanan suplemen,

mikroalga memang sangat baik dalam perbaikan gizi, namun jumlahnya harus

dibatasi karena mikroalga mengandung asam nukleat yang berbahaya untuk

kesehatan. Sistem enzim pada manusia tidak dapat melakukan metabolisme untuk

ikatan purin dan asam nukleat, sehingga asam nukleat tidak dapat diuraikan lebih

lanjut (Becker, 1994)

b. Fitoplankton sebagiai sumber asam lemak esensial

Fitoplankton mengandung lipid dalam jumlah yang cukp besar dengan

komposisi seperti pada nabati. Pada kondisi tertentu kandungan minyak pada

fitoplankton dapat mencapai 85% berat kering, jauh melebihi minyak nabati

17
pertumbuhan darat. kebutuhan akan minyak nabati di dunia dari tahun ke tahun terus

meningkat. Fitoplankton mengandung asam-asam lemak esensial seperti γ-linoleat.

Asam-asam lemak pada tubuh tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia dan

merupakan komponen penting dalam makanan manusia dan hewan. Asam-asam lemak

esensial berhubungan dengan senyawa protaglandin di dalam tubuh. Asam

eicosapentaenoat (EPA) dan asam arachidoat (AA) berperan sebagai precursor,

Sumber EPA pada makanan biasanya diperolah dari minyak ikan dan EPA tersebut

sebenarnya berasal dari fitoplankton melalui rantai makanan (Panggabean, 1998).

c. Fitoplankton sebagai sumber karbohidrat

Fitoplankton yang termasuk ganggang dapat mengeluarkan lendir

ekstraselular yang mengandung polisakarida. Poliskarida pada Porphyridium

aerugneum dapat dipisahkan dengan metode pengendapan oleh actylpyridium chlorida

kemudian ditambah etanol untuk membentuk garam kalsium. Polisakarida diperoleh

dari P. Aerugenium digunakan untuk mengikat air dalam proses pemisahan minyak

bumi dan sudah dipatenkan (Savin, 1978)

d. Fitoplankton sebagai sumber pigmen

Phycoerythin adalah pigmen dari ganggang merah dan phycocyanin

(PC) adalah pigmen dari ganggang biru, dapat dipakai sebagai pewarna

makanan yang aman pengganti pewarna makanan syntetik yang berbahaya

(karsinogenik) bagi kesehatan. Spirulina adalah sumber PC yang baik. Di

Jepang mengekstrak pigmen tersebut dan diberi nama petent dari produknya

yaitu ”Linablue”. Pigmen lain yang dijumpai yaitu karotenoid yang termasuk

18
β-karoten, dapat diestrak dari Dunaliella bardawil dan hasilnya mencapai 14%

(Panggabean, 1998)

e. Fitoplankton sebagai sumber bahan bakar minyak (BBM)

Botryococcus barumi merupakan alga yang mengandung hidrokarbon

C17-C34 dalam jumlah yang cukup dan berpotensi sebagai BBM, masih dalam

tahap penelitian. Alga tersebut mempunyai kemampuan untuk mengubah hasil

fotosintesisnya menjadi hidrokarbon C34H58 yang dinamai botryococcone.

Dalam kondisi pertumbuhan eksponensial alga ini dapat menghasilkan 20%

hidrokarbon C27 dan C31, bila dibiarkan sampai fase pertumbuhan stasioner

kandungan hidrokarbon Botryocaccus menjadi 90%. Bila sumber minyak bumi

sudah habis, orang mungkin akan beralih pada sumber-sumber yang lain seperti

misalnya fitoplankton. Selain itu, fitoplankton dapat mengabsorbsi logam-

logan berat melalui proses biobsorbsi sehingga bau busuk yang timbul akibat

proses katabolisme menjadi berkurang (Benemann, 1987).

2.12. Fase pertumbuhan Chlorella sp

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan teratur semua komponen

di dalam sel hidup (Fardiaz, 1989). Menurut Becker (1994), pertumbuhan kultur

mikroalga melalui beberapa fase, fase yang pertama yaitu Fase adaptasi (fase lag),

dimana sel mikroalga lebih peka terhadap perubahan kondisi sekitarnya. Fase kedua

adalah fase eksponensial (fase logaritmik), fase dimana sel mikroalga sudah

beradaptasi pada kondisi lingkungannya sehingga peningkatan biomasa mikroalga

menjadi dua kali lipat dari waktu sebelumnya. Fase ketiga adalah fase penurunan laju

19
pertumbuhan (Declining Relatif Growth Phase) diikuti oleh fase stasioner (stationery

Phase) yaitu fase dimana konsentrasi biomasa maksimum tercapai, mikroalga mulai

kekurangan cahaya dan nutrien. Berkuranya intensitas cahaya disebabkan karena

terjadinya pembentukan bayangan dari sel itu sendiri (self-shading) dan auto inhibition

yaitu kemampuan menghasikan senyawa penghambat pertumbuhan oleh sel itu sendiri

(Richmond, 1986 dalam Diharmi, 2001), fase pertumbuhan mikroalga selanjutnya

adalah fase kematian/collapse (Death Phase) fase ini dapat disebabkan oleh kondisi

lingkungan yang tidak mendukung, umur kultur, cahaya dan nutrient yang terbatas, dan

terinfeksi oleh mokroorganisme lain. Pertumbuhan mikroalga dalam kultur dapat

ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel.

Sampai saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan

mikroalga (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Pertumbuhan mikroalga dibagi dalam

lima fase pertumbuhan, yaitu fase lag, fase logaritmik atau eksponensial, fase

penurunan laju pertumbuhan, fase stasioner, dan fase kematian (Kawaroe, 2010).

Kurva pertumbuhan Chlorella sp disajikan pada grafik kurva pertumbuhan sel alga
dalam kultur.

Keterangan :
1. Fase lag (adaptasi)
2. Fase eksponensial
(logaritmik)
3. Fase penurunan laju
pertumbuhan
4. Fase stasioner
5. Fase Kematian

20
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pakan Alami dilaksanakan pada hari Sabtu 08

Maret 2019 mulai Pukul 07.30 Sampai 17.00 Wib di BBI (Balai benih ikan), Fakultas

Pertanian, Universitas Islam Riau.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat-alat dan Bahan praktikum Teknologi Produksi Pakan Alami Yaitu:

ALAT-ALAT BAHAN
Gelas ukur Chlorella sp
Mikroskop listrik POC
Galon air Ijuk
Termometer Pasir
Kertas pH Batu krikil
Rak Arang
Mesin aeradator
Selang
Tangki air
Ala-alat tulis
Ember
Cerong minyak
Jeregen minyak
Dandang
Pipet tetes
Gelas ukur
Kawat naymuk
Tabel alat dan bahan

21
3.3 prosedur
Pada Praktikum Teknologi Pakan Alami ini, Pertama Mahasiswa harus bisa

Melakukan dengan baik dan terliti, Praktiku ini Mahasiswa pertama Melakukan

Persiapan Alat-alat Praktikum Agar bisa melakukannya dengan baik, Mahasiswa

melakukan Penyaringan air yang sudah di sediakan dari tong dengan isinya adalah Batu

krikil, pasir, Ijuk, Arang lalu kawat di kasih pada bagian bawah, Melakukan

penyaringan dengan terbentuknya poc dan Mahasiswa juga mempersipkan Chorella sp

yang sudah tersedia pada pada Laboratorium dengan hasil penelitian mahasiswa,

selanjutnya, Mahasiswa/i juga melakukan pengisiaan air pada galon yang sudah

tersedikan dan untuk di isikan oleh air keran biasa, setelah itu pada air yang sudah di

isi di air Galon minum lalu di kasihkan poc yang sudah di buat oleh Mahasiswa dengan

2,5 ml, dan di berikan oleh Chorella sp,

selanjutnya Mahasiswa juga melakukan tugas Praktikum dengan melaksanakan

cek Termometer pada setiap Air Galon yang sudah ada di rak dengan melakukan cek

satu-satu dengan setiap hari pada pagi, siang dan sore hari, selanjutnya melakukan pH

Air tersebut dengan kertas pH dengan cara setiap Galon di cek pH juga di lakukan

pengecekkan pada 4 hari sampai selesai, selanjutnya Mahasiswa/i juga melakukan cek

kelimpahan pada setiap Galon tersebut dengan melakukan mikroskop listrik yang

sudah di sediahkan pada Laboratorium dengan setiap pergalon di cek, dan juga

Mahasiswa juga melakukan pemberin poc dan Chorella sp di berikan pada galon

masing-masing tidak di setiap sampel botol galon tersebut, cek kelimpahan dilakukan

selama 7 hari sampat selesai, dengan itu Mahasiswa juga bisa mengetahui cara

membuat pakan dengan cara Teknologi.

22
3.4 Perhitungan kepadatan sel Chlorella sp

Perhitungan kepadatan sel Chlorella sp setiap tahap penelitian di lakukan dengan

Haemocytometer Neubauer Improved (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995)

Gambar Haemocytometer tipe Neubauer

Perhitungan Kepadatan Chlorella

1. Kepadatan rendah

Jumlah sel = (A1+A2+A3+A4+A5)/ 5x 25x 10.000

Dimana

A = jumlah sel dalam chamber


5 = jumlah pengambilan data
25 = jumlah chamber besar
10.000 = Volume kepadatan chamber
2. Kepadatan tinggi

Jumlah sel = (A1+A2+A3+A4+A5)/80x400x10.000

Dimana

A = jumlah sel dalam chamber

23
80 = 16 chambel kecil x 5 data
400 = 16 chambel kecil x 25 chamber besar
10.000 = Volume kepadatan chamber

24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Budidaya Chlorella dapat dilakukan dalam skala laboratorium dan skala

lapangan. Dalam budidaya Chlorella di skala laboratorium digunakan wadah berupa

erlenmeyer. Hasil budidaya pada skala laboratorium pada umumnya digunakan sebagai

stock untuk budidaya massal. Dalam kegiatan budidaya skala laboratorium wadah

harus dibersihkan dan disanitasi. Umumnya pencucian dapat menggunakan deterjen

dan dibilas sampai bersih kemudian dikeringkan. Setelah kering kemudian wadah

disanitasikan dengan cara direbus pada suhu 110 o C. Air yang digunakan juga harus

bersih. Air yang digunakan dapat berupa air sumur atau air mata air atau akuades.

Untuk air mata air atau air sumur sebaik air difilter terlebih dahulu untuk menyaring

partikel yang tersuspensi dalam air. Selajutnya air juga harus disanitasi dengan cara

merebus air sampai mendidih, sehingga air yang digunakan bebas dari kontaminasi

plankton lain. Selanjutnya toples yang sudah diisi air sebanyak satu liter ditempatkan

pada rak yang dilengkapi dengan selang aerasi dan lampu neon. Hal ini dilakukan

supaya cahaya cukup untuk proses fotosintesis Chlorella, yang memerlukan intensitas

cahaya antara 2500 – 5000 lux dan agar Chlorella tidak mengendap. Dalam budidaya

di dalam laboratorium sebaiknya dilakukan pada suhu antara 21-25 o C, dengan tujuan

agar pertumbuhannya tidak terlalu cepat.

4.1.1 Kelimpahan Chlorella sp


Di lihat dari tabel 4.1.1. kelimpahan chlorella sp di bawah bisa dijelaskan

kelimpahan chlorella tertinggi terdapat pada hari 10 di perlakuan 4, tingkat

25
perkembangbiakanya sangat tinggi yaitu mencapai 1433333.3 karna di hari tersebut

suhu sangat stabil dan sangat mendukung untuk mempercepat perkembangbiakannya,

chlorella mempunyai sifat memperbanyak diri dengan cara membelah diri, yaitu

dengan bantu cahaya pada lampu neon untuk melakukan fotosistesi yang membantu

prose membelah diri.

Tabel 4.1.1. Kelimpahan chlorella sp

Perlakuan (sel/l)
Hari ke
P1 P2 P3 P4 P5
0 550000.0 550000.0 550000.0 550000.0 550000.0
2 383333.3 266666.7 350000.0 266666.7 283333.3
4 433333.3 533333.3 466666.7 483333.3 433333.3
6 416666.7 550000.0 300020.0 433333.3 483333.3
8 483333.3 850000.0 583333.3 600000.0 433333.3
10 983333.3 1216666.7 566666.7 1433333.3 433333.3
12 1033333.3 1250000.0 700000.0 550000.0 483333.3
14 1016666.7 1266666.7 733333.3 466666.7 450000.0
16 633333.3 1266666.7 500000.0 300000.0 300000.0
18 650000.0 1300000.0 500000.0 300000.0 433333.3
20 675000.0 1350000.0 433333.3 316666.7 366666.7
22 516666.7 1333333.3 295333.3 300000.0 400000.0
24 400000.0 1250000.0 433333.3 283333.3 300000.0
26 416666.7 1283333.3 416666.7 383333.3 250000.0
28 333333.3 1233333.3 333333.3 333333.3 216666.7
30 266666.7 1043333.3 316666.7 283333.3 166666.7
Jumlah 9191666.7 16543333.3 7478686.7 7283333.3 5983333.3

Di hari ke 0 kelimpahan awal chorella sp masih stabil banyaknya ke semua

perlakuan sama rata yaitu 550000.0, di hari ke 2 tingkat perkembangan chlorella sp

menuru lumayan jauh di perlakuan 2 dan perlakuan 4 angka penurunnya mencapai

266666.7 dan di hari ke 4 perkembangan chlorella meningkat tidak terlalu cepat hanya

memcapai 533333.3 di perlakuan 2, tingkatan yang paling pesat perkembangan

26
chlorella yaitu pada hari ke 12 dan 14 di perlakuan 1 dan 2 (hari 12 dan 14), yaitu

mencapai : 983333.3 (12) dan 1033333.3 (14)

Dan di fase kematian chlorella sp di hari ke 30 dimana fase kematian sangat tinggi dan

tingkat perkembangannya hanya mencapai 166666.7 di perlakuan 1 yang tinkat

perkembangannya rendah dan yang tertinggi terletak pada perlakuan 2 mencapai

1043333.3.

Rata-rata pertumbuhan kepadatan


Chlorella sp
1600000.0
1400000.0
1200000.0
1000000.0
800000.0
600000.0
400000.0
200000.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P1 P2 P3 P4 P5

Pada Grafik di atas rata-rata pertumbuhan kepadatan chlorella sp , dapat di lihat

tingkatan paling tinggi terdapat pada perlakuan 4 pada nomor 6 , dan pada penuruna

atau fase kematiannya tinggi. Di perlakuan 5 adalah tingkat paling terendah dalam

pertumbuhan dan di lihat pada grafik bisa di katakana hamper sama rata, dan tingkatan

yang sangat stabil berada di perlakuan perlakuan 2, tingkat perkembangan stabil dan

fase kematian lumayan rendah. Pada pola pertumbuhan Chlorella sp terlihat kepadatan

pada masing-masing perlakuan sangat berbeda-beda, P1 mengalami kepadatannya naik

turun, P2, pertama awalnya mengalami penurunan setelah di pertengahan berubah

27
menjadi naik dan pada hari akhir terjaddi penurunan sedikit, P3 sampai P5 sama-sama

di awal mengalami penurunan deratis dan setelah di pertengah bulan menunjak naik

Chlorella sp dan pada di akhir bulan lama-lama Chlorella sp menjdi turun perlahan-

lahan.

4.1.2 Kualita Air


Tabel. 4.1.2. Kualitas Air

Kualitas Perlakuan
No.
Air P1 P2 P3 P4 P5
1 Suhu (°C) 25-32 25-31 25-32 25-32 25-32
2 pH 6 6 6 6 6

Berdasarkan table di atas dapat di dapat di lihat suhu yang paling terendah

terdapat di perlakuan 2 yaitu suhunya dari 25 sampai 31, dan pH dapat di lihat semua

warna air terlihat sama hanya mencapai tinkatan 6, dimana sudah bisa di sebut stabil.

suhu pada setiap sampel dari awal sampai akhir praktikum dengan perlakuan P1 suhu

yang paling tinggi pada pagi,siang, sore hari adalah 320C dan suhu yang paling rendah

pada pagi hari adalah 250C, Suhu pada perlakuan P2 suhu yang paling tinggi pada pagi,

siang dan sore hari adalah 320C dan suhu terendahnya adalah 250C, perlakuan P3 suhu

paling tinggi adalah 320C dan suhu paling rendah adalah 250C, pada perlakuan P4

paling tinggi adalah 320C dan paling rendah adalah 250C, pada perlakuan P5 suhu

paling tinggi adalah 320C dan paling rendah suhunya adalah 250C. pH atau derajat

keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau ke basaan yang

dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan "keasaman" di sini adalah konsentrasi

ion hidrogen(H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan

dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan

28
memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan keasaman. Nilai pH 7 dikatakan

netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda

kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada

kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak

kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi

kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya. gambar indikator asam basa

4.1.3. Derajat keasaman (pH)

pH hari ke-
Perlakuan
0 7 14 21 28
P1 6 6 6 6 6
P2 6 6 6 6 6

P3 6 6 6 6 6
P4 6 6 6 6 6
P5 6 6 6 6 6
Tabel pH

Pada praktikum ini Mahasiswa juga belajar melakukan pengecekkan pH air

dengan jarak per minggu Mahasiswa melakukan pengecekkan Ph air dengan pH

seluruhnya dari awal sampai akhir praktikum pH air sama yaitu mencapai 6.

29
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

pada praktikum Chlorella sp dapat di simpulkan bahwa pada suhu tertentu

sangat stabil dan sangat mendukung untuk mempercepat perkembangbiakannya,

chlorella yang mempunyai sifat memperbanyak diri atau dengan cara membelah diri,

dimana organisme mikroalga membutuhkan cahaya yang berguna dalam proses

fotosintesi dan membantu juga membelah diri dengan cepat .

5.2 saran

Pada praktikum ini dalam pemberian Pupuk Organik Cair (POC) jangan terlalu

banyak, karna itu salah satu penyebab tingkat kematian chlorella sangat tinggi, dan

pemberian POC di kurangi dan pemantuan dalam praktikum harus teliti sehingga hasil

yang di dapat bisa memuaskan kita bersama.

30
DAFTAR PUSTAKA

Acehpedia. 2010. Fungsi Unsur Hara. Diakses dari http://acehpedia.org/ Fungsi


Unsur Hara. Diakses 25 Mei 2016

Anggoro, M. Linggar, 1983. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di


Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Afandi, Y.V., 2003, Uji Penurunan Kandungan Nitrat dan Fosfat oleh Alga Hijau
(Chlorella sp) secara Kontinyu Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.

Arifin,F.,2012. Uji Kemampuan Chlorella sp Sebagai Bioremidiator Limbah CairTahu.


Tesis. Universitas Islam Negri MalangMandira). Tesis. MSDP UNDIP

Becker, E.W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. New York :


Cambridge University Press. 279 hlm.

Dolan, J. 1992. Mixotrophy in ciliates : A Review of Chlorella Symbiosis and


Chloroplast Retention. Mar. Microb. Food Webs. 1992;6 : 115-132.

De La Noue. J, dan De Pauw, N. 1988. The potential of microalgal biotechnology:


A review of production and uses of microalgae. Journal of Biotechnology
Advances. Vol.6. Pergemon Press. Britain.

Djarijah, A.S, (1995). Pakan Alami. Yogyakarta : Kanisius.

Eyster (1978), ‘menyatakan bahwa konsentrasi nutrien yang dibutuhkan untuk


pertumbuhan Chlorella sp’

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Gramedia. 30 hal.

Fink G.B, Main W.K, Walker G.F, 1991. A Quantitative Study of the Face in
Down’s syndrome. Am J Orthod.67(2): 540-553

Hartati, 1986, ‘Chlorella vulgaris dan program pengembangan bidang perikanan’

31
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton Pakan
Alami untuk Organisme Laut. Kanisius, Yogyakarta, 1995.
Kawaroe, dkk. 2010. Mikroalga Potensi dan pemanfaatannya untuk Produksi Bio
Bahan Bakar: Bandung. ITB
Murwan, 1979, ‘Kultur Chlorella di Indonesia dan kultur udang’

Martosudarmo dan Wulani (1990), Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal
Mikroalga. Proyek Pengembangan Budidaya Udang Situbondo. Situbondo.

Panggabean, S., 1998. Skala labaratorium dalam mengkultur chlorella : Ghalia


Indonesia.

Round, F.E. 1973. The Biology Of Algae. London : Edward Arnold. 278 pp.

Royan, dkk. 2010, ‘Chlorella sp. memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan Hewan
di perairan’

Richmond, A. 1986. Spirulina. In M. A. Borowitzka, eds. Microalgal


Biotechnology, pp. 85--‐121. Cambridge, Cambridge University Press

Srihati dan Carolina, 1995, ‘pengertian Chlorella sp yang telah dimanfaatkan secara
komersial’

Sapta AIM, Rusyani E, Erawati L. 2002. Budidaya fitoplankton skala laboratorium.


Budidaya Fitoplankton & Zooplankton 10:49-56

Sumarlinah, 2000. ‘pembentukan klorofil dan keperluan fotosintesis’

Steenblock, D. 2000. Chlorella Makanan Sehat Alami. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Wardoyo STH. 1982. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan. Prosiding: Training Analisis Dampak Lingkungan, PPLHUNDP-
PSL.

32
LAMPIRAN

33
Lampiran 1 Data rata-rata pertumbuhan Chlorella sp

Perlakuan
Hari ke Ulangan
P1 P2 P3 P4 P5
1 550000 550000 550000 550000 550000
2 550000 550000 550000 550000 550000
3 550000 550000 550000 550000 550000
0
Jumlah 1650000 1650000 1650000 1650000 1650000
Rata-
rata 550000,00 550000,00 550000,00 550000,00 550000,00
1 600000 350000 500000 200000 200000
2 300000 200000 200000 150000 300000
3 250000 250000 350000 450000 350000
2
Jumlah 1150000 800000 1050000 800000 850000
Rata-
rata 383333,3333 266666,6667 350000 266666,667 283333,3333
1 500000 650000 500000 450000 650000
2 350000 500000 500000 550000 400000
4 3 450000 450000 400000 450000 250000
Jumlah 1300000 1600000 1400000 1450000 1300000
Rata-
rata 433333,33 533333,33 466666,67 483333,33 433333,33
1 250000 450000 450000 500000 550000
2 500000 600000 450000 450000 450000
6 3 500000 600000 60 350000 450000
Jumlah 1250000 1650000 900060 1300000 1450000
Rata-
rata 416666,67 550000,00 300020,00 433333,33 483333,33
1 400000 700000 550000 700000 700000
2 550000 1050000 450000 400000 250000
8 3 500000 800000 750000 700000 350000
Jumlah 1450000 2550000 1750000 1800000 1300000
Rata-
rata 483333,33 850000,00 583333,33 600000,00 433333,33
1 400000 850000 500000 850000 500000
2 1550000 1350000 750000 450000 350000
10
3 1000000 1450000 450000 3000000 450000
Jumlah 2950000 3650000 1700000 4300000 1300000

34
Rata-
rata 983333,33 1216666,67 566666,67 1433333,33 433333,33
1 500000 1100000 800000 750000 550000
2 1500000 1250000 750000 500000 450000
12 3 1100000 1400000 550000 400000 450000
Jumlah 3100000 3750000 2100000 1650000 1450000
Rata-
rata 1033333,33 1250000,00 700000,00 550000,00 483333,33
1 550000 1050000 750000 700000 700000
2 1450000 1200000 800000 400000 300000
14 3 1050000 1550000 650000 300000 350000
Jumlah 3050000 3800000 2200000 1400000 1350000
Rata-
rata 1016666,67 1266666,67 733333,33 466666,67 450000,00
1 550000 1050000 400000 350000 400000
2 800000 1250000 550000 300000 250000
16 3 550000 1500000 550000 250000 250000
Jumlah 1900000 3800000 1500000 900000 900000
Rata-
rata 633333,33 1266666,67 500000,00 300000,00 300000,00
1 500000 1150000 450000 250000 450000
2 900000 1350000 600000 400000 450000
18 3 550000 1400000 450000 250000 400000
Jumlah 1950000 3900000 1500000 900000 1300000
Rata-
rata 650000,00 1300000,00 500000,00 300000,00 433333,33
1 600000 1300000 400000 300000 350000
2 825000 1300000 500000 350000 400000
20 3 600000 1450000 400000 300000 350000
Jumlah 2025000 4050000 1300000 950000 1100000
Rata-
rata 675000,00 1350000,00 433333,33 316666,67 366666,67
1 500000 1200000 450000 400000 350000
2 600000 1450000 400000 250000 500000
22 3 450000 1350000 36000 250000 350000
Jumlah 1550000 4000000 886000 900000 1200000
Rata-
rata 516666,67 1333333,33 295333,33 300000,00 400000,00
1 350000 1150000 350000 400000 300000
24
2 500000 1350000 450000 250000 350000

35
3 350000 1250000 500000 200000 250000
Jumlah 1200000 3750000 1300000 850000 900000
Rata-
rata 400000,00 1250000,00 433333,33 283333,33 300000,00
1 350000 1150000 350000 500000 150000
2 500000 1400000 450000 350000 400000
26 3 400000 1300000 450000 300000 200000
Jumlah 1250000 3850000 1250000 1150000 750000
Rata-
rata 416666,67 1283333,33 416666,67 383333,33 250000,00
1 400000 1050000 250000 550000 200000
2 300000 1300000 350000 300000 250000
28 3 300000 1350000 400000 150000 200000
Jumlah 1000000 3700000 1000000 1000000 650000
Rata-
rata 333333,33 1233333,33 333333,33 333333,33 216666,67
1 300000 1100000 300000 450000 150000
2 200000 780000 350000 200000 200000
30 3 300000 1250000 300000 200000 150000
Jumlah 800000 3130000 950000 850000 500000
Rata-
rata 266666,67 1043333,33 316666,67 283333,33 166666,67

FK 27888212
JKT 7,396E+23 7,396E+23
JKP 1,67649E+14 1,67649E+14
JKK 2,88236E+13 2,88235E+13
JKG 7,396E+23

SV DB JK KT FH FT
K 2 2,88235E+13 3,9E-11 0,17193 0,05 9,55
P 4 1,67649E+14 2,3E-10 0.01 30,81
G 8 7,396E+23

36
LAMPIRAN 2 Alat-Alat

Gambar Botol galon Gambar mesin air aeradator

Gambar selang Gambar Rak

37
Gambar mikroskop Gambar Termometer

Gambar Kertas Ph Gambar Pipet Tetes

Gambar Tong Air Gambar Corong minyak

38
Gambar Jeregen minyak Gambar Ember

Gambar Gelas ukur 500 ml Gambar Gelas ukur 100 ml

Gambar kawat nyamuk

39
LAMPIRAN 3 Bahan-Bahan

Gambar POC Gambar Chlorella sp

Gambar Ijuk Gambar arang

40
Gambar batu krikil Gambar pasir putih

Lampiran 4 Dokumentasi

Gambar Pemberian POC Gambar sebelum POC

41

Anda mungkin juga menyukai