Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga
peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau
natriuretika (diuretika dalam arti sempit).
Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya senyawa ini
tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada
pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan
dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretika pada awal pengobatan justru
memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus
sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal. Fungsi utama diuretic adalah untuk
memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Pembentukan Kemih Dan Fungsi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalanmengelua
rkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa pertukaran zat. Untuk inidarah
mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi saringan ginjalkecuali zat
putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil
ini (glomeruli) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh (kurang lebih 5 liter) sudah
dimurnikan dengan melewati saringan tersebut.Fungsi penting lainnya adalah
meregulasi kadar garam dan cairan tubuh.Ginjal merupakan organ terpenting pada
pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan
ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal
ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+
yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antar sel dan di plasma darah.
Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di neurohipofisis.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 1
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam
glomeruli(gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal(cortex). Dinding
glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi
air, garam dan glukosa. Ultrafitrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung
banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus
seperti corong (kapsul bowman)dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini
terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya masing-masing dekat dan jauh
dari glomerulus kedua bagian ini dihubungkan oleh sebuah lengkungan (HEnle’s
loop). Disini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh seperti glukosa dan garam-garam, antara lain ion Na+ zat-zat ini
dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak
berguna seperti sampah perombakan metabolisme protein (ureum) untuk sebagian
besar tidak diserap kembali.
Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul (ductus
colligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir
disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun disini sebaagai urin.

B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui
penjelasan secara merinci mengenai obat diuretika dan hubungan antara struktur dan
aktifitas obat diuretik tersebut di dalam tubuh.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 2
BAB II

ISI

A. MEKANISME KERJA DIURETIK


Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,
sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus
terhadap tubuli terapi juga di tempat lain, yaitu di :
1. Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang
disini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na+
dan air, begitu pula dengan glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangs
ung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan
tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manotol,sorbitol) bekerja
di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.
2. Lengkungan henle. Di bagian menaik dari Henle’s loop ini kurang lebih
25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorsi secara aktif,disusul
dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hinggafiltrat
menjadi hipotonis. Diuretika loop seperti furosemida, bumetanidadan
etakrinat bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan
demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.
3. Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara
aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.Sen
yawa thiazida dan klortalidon bekerja di empat inidenganmemperbanyak ek
skresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagiankedua segmen ini, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+. Proses ini dikendalikan oleh hormon
anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron(spirolakton)dan
zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik kerja di sini dengan
mengakibatkan ekskresi Na+ kurang dari 5% danretensi K+.
4. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari
hipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas
bagi air dari sel-sel saluran ini.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 3
B. MASALAH YANG TIMBUL PADA PEMBERIAN DIURETIK

1. Hipokalemia

Sekitar 50% kalium yang difiltrasi oleh glomerulus akan direabsorbsidi


tubulus proksimal dan sebagian besar dari sisanya direabsorbsi di
ascending limb loop dari Henle. Hanya 10% yang mencapai tubuluskonvolutus
distal. Kalium ada yang disekresi di pars recta tubulus distal.Terjadinya
hipokalemia pada pemberian diuretik disebabkan oleh:
• Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkansekresi
kalium di tubulus distal.
• Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) dalamtubulus
distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh penghambat
karbonik anhidrase akan meningkatkan sekresi kalium ditubulus distal.
• Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di tubulus proksima
l.
•Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick ascending limb.

Hipokalemia akibat pemberian diuretik dapat menyebabkan:

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 4
1. Gangguan toleransi glukosa. Hipokalemia menghambat pengeluaraninsulin
endogen.
2. Hepatik ensefalopati. Pemberian diuretik harus hati-hati pada keadaanhati
yang dekompensasi.
3. Artimia. Bila penderita sedang mendapat digitalis,
hipokalemia dapatmerangsang terjadinya aritmia. Penambahan
kalium hanya diberikan bila:
a. Kadar kalium darah kurang dari 3 meq/1.
b. Dekompensasi hati yang mendapat diuretik (bukan Spironolakton).
c. Penderita yang mendapat digitalis.

2. Hiperkalemia

Pemberian diuretik jenis potassium-sparing akan meningkatkan-


kadar kalum darah. Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spironolakton,. Amilorid
e,Triamterene. Kerja Spironolakton bergantung pada
tinggi rendahnya kadar Aldosteron. Amiloride dan Triamterene tidak
tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya menghambat sekresi kalium
di tubulus distal. Kita harus berhati-hati atau sebaiknya
diuretik jenis ini tidak diberikan pada keadaan gagal ginjal, diabetes
mellitus, dehidrasi berat atau diberikan bersama preparat yang
mengandung kalium tinggi.

3. Hiponatremia
Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium
urin >20 mq/L, kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terd
apatalkalosis metabolik. Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala
bahkan kematian. Cepatnya penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam),
kadar natrium < 110 meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat,
merupakan pertanda buruk akibat hponatremia. Keadaan ini harus
ditanggulangi secepatnya.
4. Deplesi Cairan
Pengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam pema

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 5
kaian diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paruakibat
payah jantung.
Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoalbuminemi yang
berat, pemberian diuretic dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi
ginjal. Tidak dianjurkan penurunan berat badab 1kg perhari.
5. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Alkalosis metabolik terjadi akibat:
o Pengurangan cairan ekstraseluler akan meningkatkan kadar HCO3

dalamdarah.

o Peningkatan ekskresi ion-H meningkatkan pembentukan HCO3.


o Deplesi asam hidroklorida.
Diuretik yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik adalah
tiasid dan diuretik loop.
Alkalosis metabolik yang terjadi, biasanya disertai penguranganeks
kresi klorida. Dipikirkan kemungkinan oleh sebab lain seperti muntah-
muntah, kehilangan asam lambung akibat pemasangan sonde lambung.
Asidosis metabolik terjadi akibat:
o Sekresi ion H dihambat.
o Reabsorbsi HCO3 dihambat
Diuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan
asidosismetabolik akibat dua proses di atas. Diuretik Potassium
sparing menghambat sekresi ionH sehingga dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Asidosismetabolik yang diakibatkan diuretik
biasanya tidak disertai peninggian aniongap (Na (HCO3+ Cl) < 16
mcq/L).

6. Gangguan Metabolik
a. Hiperglikemi
Diuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa
(hiperglikemi).Hipokalemia akibat pemberian diuretik dibuktik
an sebagai penyebabgangguan toleransi ini (respon insulin
terhadap glukosa pada fase I

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 6
danfase II terganggu). Diuretik Potassium
sparing tidak menyebabkan gangguan toleransi glukosa.
b. Hiperlipidemia
Trigliserida, kolesterol, Cholesterol HDL, Cholesterol VLDL a
kanmeningkat dan Cholesterol HDL akan berkurang pada
pemberian
diuretik jangka lama (> 4 minggu). Antagonis Aldosteron akan
menghambat ACTH, mengganggu hormon androgen (anti
androgen). Mengakibatkan terjadinya ginekomastia
atau gangguan menstruasi.
c. Hiperurikemia
Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar
asam urat.Karena terjadi pengurangan volume plasma maka filt
rasi melaluiglomerulus berkurang dan absorbsi oleh tubulus
meningkat Dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya
hiponatremi.
Bila natrium dikoreksi, klirenasam urat akan diperbaiki.
d. Hiperkalsemia
Pemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium
darah.
Ekskresikalsium melalui urin akan berkurang. Peninggian kalsi
um darah inidisebutkan juga mempunyai hubungan dengan kea
daan hiperparatiroid.Dari penelitian epidemiologi di Stockholm
dilaporkan bahwa 70% dariorang yang hiperkalsemi setelah
mendapat diuretik, menderita adenoma paratiroid.
e. Hipokalsemia
Diuretik Loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan
ekskresikalsium melalui urin.

7. Toksisitas
 Diuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui reaksihiperse
nsitifitas.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 7
 Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran
batu asamurat pada penderita dengan riwayat gout.
 Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat menimbulkannefr
opati hipokalemi.
 Diuretik loop terutama furosemid dapat menyebabkan ototoksisiti.
Lebih nyata lagi bila ada gagal ginjal. Gabungan dengan
aminoglikosida dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

C. PENGGOLONGAN DIURETIK
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Diuretik Kuat
Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik
yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja
utamanya dibagian epitel tebal ansa Henle bagian asenden, karena itu
kelompok ini disebut juga kelompok loop diuretics. Diuretik loop bekerja
dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmen tebal
ujung asenden ansa
Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat ini termasuk
asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan
hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal.
Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat
ini.
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan
lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada
Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara
menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden
ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun.
Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper
100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga
tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 8
transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat
yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan
dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil
sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati. sebagian besar furosemid
diekskresi dengan cara
yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50%
bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
Efek samping
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi
2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang
terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada
furosemid.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap.
Ketulian sementara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada
bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi
eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek samping unik
kelompok obat ini.
Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat menurunkan bersihan litium.
Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan
saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk
pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat
suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak
2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 9
Bumetanid. Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg
sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk
bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis
diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg.
b. Diuretik derifat Tiasid
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik
maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak
digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian
awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan
klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu,
kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan
hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus
nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi
natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini
disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal.
Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena
efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga
terjadi vasodilatasi.
Mekanisme kerja :
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan
menghambat kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak
setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati
sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke
dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.
Efek samping

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 10
1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan darah.
2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita
diabetes yang laten. Ada 3 faktor yang menyebabkan antara lain :
berkurangnya sekresi insulin terhadap peninggian kadar glukosa plasma,
meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis.
3. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan
mekanisme yang tidak diketahui.
4. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid
langsung megurangi aliran darah ginjal.
Indikasi
1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah
jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik
hemat kalium pada penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk
mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi
digitalis.
2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai
obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
3. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan
hiperkalsiuria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.

Lama Kerja
Obat Sediaan Dosis (mg/hari)
(jam)
Klorotiazid Tablet 250mg dan 500mg 500-2000 6-12
Hidroklortiazid Tablet 25mg dan 50mg 25-100 6-12
Hidroflumetiazid Tablet 50mg 25-200 6-12
Bendroflumetiazid Tablet 2,5 ; 5 dan 10 mg 5-20 6-12
Politiazid Tablet 1; 2 dan 4 mg 1-4 24-48
Benztiazid Tablet 50 mg 50-200 6-12
Siklotiazid tablet 2 mg 1-2 18-24

c. Diuretik Hemat Kalium


Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa
kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain
aldosteron, traimteren dan amilorid.
FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 11
Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan
utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli
serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron
adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di
nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air
serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop.
Diuretik
yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada
duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium
dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini
digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium
serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak
sekuat golongan diuretik kuat.
Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis
rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+
Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi
enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya
kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat
yang tidak aktif.
Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang
sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium
yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversible diantranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna.
Indikasi

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 12
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan
udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan
maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.
Sediaan dan dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa
berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam
dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25
mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Triamteren dan Amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida,
sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami
perubahan.
Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel
tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut
dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti.
Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan
oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan
triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam
6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
Efek samping
Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia.
Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah,
kejang kaki, dan pusing. Efek samping amilorid yang paling sering selain
hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala.
Indikasi
Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan
bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya
dari golongan tiazid.
Sediaan
Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari.
Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri.
Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 13
Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg
terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.
d. Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ;
manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat:
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti
manitol (satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk
menurunkan edema serebri atau peningkatan tekanan intraoukular pada
glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah overdosis obat. Diuresis terjadi
melalui “tarikan” osmotik akibat gula yang lembam (yang difiltrasi oleh
ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi.
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
 Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
 Ansa henle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula
menurun.
 Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary
washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Manitol
Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak
mengalamimetabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 14
tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi. Manitol harus diberikan
secara IV.
Indikasi
Manitol digunakan misalnya untuk :
1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat
operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita
yang juga menderita ikterus berat
2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan
serebrospinal
Efek samping.
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
Sediaan dan dosis
Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 50-
1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g yang diberikan
dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian,
sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam.
Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200
mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali
dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.
Untuk mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau mengatasi
oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50-100g.
Kontraindikasi
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau
udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila
akan dilakukan kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat
tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau
kongesti paru.
e. Penghambat Karbonik Anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 +
H2O H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis,
pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat
dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 15
humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini
bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi
bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini
meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah
asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

Asetazolamid
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan
sistemik dan perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada
permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium
tidak sebesar pengaruh tiazid.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral. Asetozalamid mudah diserap melalui saluran
cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui
ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif
oleh tubuli dan sebagian direabsorpsisecara pasif. Asetazolamid terikat kuat
pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel yang
banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.
Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada
tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat
tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan
diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.
Efek Samping dan kontraindikasi
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-menerus.
Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya
sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.
Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan
disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.
Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum
tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 16
Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada
hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
Indikasi
Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit
glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain
sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat
bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat
organik yang bersifat asam lemah.
Sediaan dan posologi
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 17
BAB III
PENUTUP
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran
kemih(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya
Yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung
tidak termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-zat yang memperkuat kontraksi
jantung(digoksin, teofilin),memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi
sekresi hormon anti diuretik ADH.
Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran
urinedisebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang
menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah
lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.Perubahan
Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih
banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal.
Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diureticmeningkatkan
volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi iondidalam urine dan
darah.
Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan
dalam pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis- jenis
tersebut adalah diuretik osmotik, diuretik penghambat karbonik anhidrase ginjal,
diuretik derifat tiasid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, diuretik merkuri organik
dan diuretik pembentukan asam.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama,
tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsinatrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan
dengandiure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua,
status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal
ginjal.Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.Ke
tiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik
digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis.

FARMAKOLOGI – DIURETIK
ISTN JAKARTA 2014 Page 18

Anda mungkin juga menyukai