Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO KASUS BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

Senin, 2 Oktober 2017 sekitar pukul 06.00 WIB pagi gempa berkekuatan 7,5 SR menghantam
sebelah selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan kedalaman 20 meter."
Lima menit kemudian Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta
langsung mengirim peringatan potensi akan terjadinya tsunami ke DIY dan sekitarnya
melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul dan DIY.
BPBD DIY kemudian langsung mengintruksikan BASARNAS, Dinas Kesehatan, Dinas
Sosial dan Instansi serta Lembaga terkait, untuk siaga bencana dengan segera mengaktifkan
sistem peringatan dini dan evakuasi segera.
Tim tanggap bencana bergerak cepat dengan meminta masyarakat yang tinggal di pesisir
pantai selatan DIY agar tetap tenang dan segera menuju daerah lebih tinggi sesuai petunjuk
jalur evakuasi yg telah ditentukan.
Tak berselang 20 menit berikutnya, tsunami setinggi 20 meter menghantam sepanjang pesisir
Pantai selatan DIY dan mengakibatkan ratusan rumah dan bangunan rata dengan tanah.
Informasi dari Pusat Data Informasi dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Bantul
dilaporkan terdapat;

 Korban jiwa : 500 KK kehilangan rumah, dengan 1000 jiwa harus mengungsi, 50
orang meninggal, 400 orang mengalami perlukaan : 100 orang luka berat, 150 luka
sedang, 100 orang luka ringan sedangkan 50 orang hilang belum ditemukan
 Terdapat ratusan rumah rusak berat, akses jalan dan dan jembatan mengalami
kerusakan, puskesmas, pasar dan pertokoan rusak berat serta instansi pemerintahan
tidak berfungsi.
 Listrik serta air bersih mengalami pemadaman oleh karena situasi dan kondis.
Tim tanggap darurat melalui komando BPBD Kabupaten Bantul menetapkan tanggap darurat,
dan segera mendirikan posko pengungsian, dapur umum, posko rumah sakit lapangan, dan
posko penampungan korban.
Tim SAR dan Tim Kesehatan segera turun melakukan evakuasi korban akibat gempa dan
tsunami, dengan memberi label hitam untuk korban meninggal, merah untuk korban yang
luka parah dan perlu pertolongan segera, label Kuning dengan patah dan perdarahan serta dan
label hijau untuk korban yang masih bisa melakukan evakuasi mandiri.
Usai dilabel korban kemudian dipindahkan ke posko evakuasi, dan korban dengan label
merah dan kuning dengan dibantu ambulans segera diarahkan ke posko rumah sakit lapangan
dan rumah sakit Rujukan yang telah disepakati untuk diberi penanganan selanjutnya.
Sementara tim dapur umum, melalui Tagana Dinas Sosial bergerak dengan membagikan
kupon kepada pengungsi yang tercatat sebanyak 1000 orang. Kupon ini kemudian akan
ditukar pengungsi dengan makanan siap saji di posko dapur umum.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) POLDA DIY juga lakukan pelayanan terkait
dengan jenasah korban yang tidak dapat teridentifikasi serta hilang terpisahnya anggota
keluarga, dengan memberi formulir kepada warga yang terlapor anggota keluarganya hilang,
dan melakukan pendataan korban selamat melalui pemberian formulir.

Pertanyaan:

Tugas Kelompok :

1. Kelompok 1
a. Identifikasi pihak-pihak yang harus terlibat sejak menit awal
Jawaban : BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan Basarnas
b. Bagaimana langkah-langkah penetapan status bencana tsb
Jawaban :
1. Tindakan Awal
 Mengaktifkan rencana kontinjensi yang terkait yang disesuaikan
dengan kondisi bencana yang terjadi.
 Tindakan operasi setelah bencana terjadi, yaitu pada status tanggap
darurat bencana dan status transisi darurat ke pemulihan, diawali
dengan analisis keadaan darurat bencana termasuk mengkaji kejadian
dan perkembangan kejadian bencana.
 Kepala Bidang Perencanaan menuangkan semua informasi kejadian
awal ke dalam Formulir Informasi Bencana.
 Formulir Informasi Bencana ditujukan untuk memberikan informasi
dasar kepada Komandan dan seluruh Staf Komando dan Staf Umum
Komando Darurat Bencana mengenai situasi bencana dan kebutuhan
bantuan sumberdaya yang diperlukan dalam penanganan darurat
bencana.
 Informasi Bencana didistribusikan kepada Staf Komando dan Staf
Umum Komando.
2. Penetapan Tujuan dan Sasaran
 Komandan Komando Darurat Bencana memberikan arahan mengenai
tujuan dan sasaran umum operasi; menetapkan strategi umum,
kebijakan, batasan anggaran dan hukum dalam mencapai tujuan dan
sasaran operasi.
 Tujuan dan Sasaran Operasi dalam garis besar meliputi
tindakantindakan untuk:
a. Penyelamatan dan evakuasi korban bencana
b. Pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana
c. Penyediaan dan distribusi personil, logistik dan peralatan
d. Perlindungan kelompok rentan
e. Pemulihan dengan segera fungsi sarana dan prasarana vital
 Tujuan dan Sasaran Operasi harus dibuat jelas dan terukur agar pada
siklus operasi selanjutnya jajaran Komando dapat mengetahui
tindakan operasi yang sudah berhasil dicapai dalam satu shif operasi.
 Tujuan dan Sasaran Operasi harus dapat dicapai dengan
mempertimbangkan ketersediaan personil, logistik dan peralatan pada
shif operasi tersebut.
 Tujuan dan Sasaran Operasi harus cukup fleksibel dan memberikan
ruang bagi Kepala Bidang Operasi untuk mencapai solusi operasi yang
optimal.
3. Rapat Rencana Taktis
 Rapat Rencana Taktis (Teknis) Operasi bertujuan untuk:
a. Menentukan strategi cara pencapaian tujuan dan sasaran operasi
darurat bencana yang telah ditetapkan.
b. Mengalokasikan bantuan sumberdaya, baik personil, logistik dan
peralatan sebagai tindakan taktis operasi darurat bencana.
c. Menyiapkan sistem monitoring operasi sebagai alat untuk
mengoreksi atau menyesuaikan rencana taktis yang telah
ditetapkan apabila perkembangan lapangan membutuhkan.
4. Persiapan Rapat Rencana Operasi
 Persiapan Rapat Rencana Operasi dilakukan oleh Bidang Perencanaan
dan bertujuan untuk:
a. Menentukan periode operasi
b. Menyiapkan peta-peta ukuran besar
c. Menyiapkan formulir-formulir (Formulir 1-10)
d. Memaparkan matriks rencana kebutuhan (Formulir 9)
e. Menyiapkan informasi mengenai status situasi bencana dan
perkembangannya
5. Rapat Rencana Operasi
 Rapat Rencana Operasi dipimpin oleh Kepala Bidang Perencanaan
 Kepala Bidang Perencanaan menentukan kebutuhan jenis formulir
pendukung untuk setiap Rencana Operasi/Tindakan Operasi.
6. Penetapan Rencana Operasi
 Kepala Bidang Perencanaan bertanggung jawab untuk memeriksa,
bahwa Rencana Operasi sudah lengkap dan akurat :
a. Melengkapi lampiran rencana operasi (formulir-formulir
pendukung) dan memastikan bahwa setiap formulir sudah disetujui
oleh pejabat terkait.
b. Memastikan bahwa Rencana Operasi telah disetujui oleh
Komandan.
c. Rencana Operasi dituangkan dalam bentuk Form 8 beserta semua
dokumen pendukung sebagai lampiran.
7. Rapat Penjelasan Rencana Operasi
 Rapat penjelasan rencana operasi terdiri dari aktifitas sebagai berikut:
1. Dokumen Rencana Operasi dibagikan kepada seluruh personil
terkait.
2. Penjelasan operasi darurat bencana dilakukan oleh Kepala Bidang
Perencanaan.
3. Penjelasan status darurat bencana dilakukan dengan berorientasi
pada peta bencana.
4. Menyampaikan laporan terakhir dari ramalan cuaca.
5. Melengkapi data-data yang kurang.
6. Tanya-Jawab.
8. Pelaksanaan dan Pengakhiran
 Dokumen Rencana Operasi yang telah ditetapkan, yang berlaku untuk
periode operasi tertentu, didistribusikan kepada seluruh Kepala Seksi
di jajaran Bidang Operasi Komando Darurat Bencana untuk
dilaksanakan di lapangan.
 Pelaksanaan Rencana Operasi dipimpin oleh Kepala Bidang Operasi.
 Pelaksanaan Rencana Operasi harus dimonitor dan dievaluasi pada
setiap tahapan pengembangan dan implementasinya.
 Kepala Bidang Operasi dapat melakukan koreksi dan penyesuaian
terhadap pelaksanaan Rencana Operasi sesuai dengan perkembangan
yang terjadi di lapangan.
 Seluruh Kepala Bidang Komando Darurat Bencana harus memantau
perkembangan operasi darurat bencana di lapangan.
 Sebagai masukan untuk penetapan Tujuan dan Sasaran Operasi
untuk periode operasi selanjutnya, semua Kepala Bidang memberikan
rekomendasi kepada Komandan Darurat Bencana berdasarkan
informasi dan umpan balik dari lapangan.

Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun


2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Operasi Darurat Bencana.

Anda mungkin juga menyukai