Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dragon Boat Race atau Lomba Perahu Naga adalah acara olahraga bernuansa budaya di Kota
Tanjungpinang. Awalnya jadi tradisi sembahyang untuk memohon keselematan di laut. Kini jadi
acara penting yang rutin diselenggarakan oleh Pemerintah Kepulauan Riau, sejak
1992.Lomba/olahraga dragon boat berskala internasional yang sering digelar di Kepulauan Riau,
konon diangkat dari sebuah tradisi masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang yang sudah
berlangsung sejak tahun 1950-an. Tradisi tersebut bernama, “Sembahyang Keselamatan Laut”.
Oleh masyarakat Tionghoa, tradisi ini biasanya dilaksanakan pada setiap tanggal 5 bulan 5,
menurut perhitungan kalender China.

Jika mau dirunut lebih jauh, tradisi Dragon Boat Race di Kota tanjungpinang berasal dari
tradisi/festival Peh Cun yang dijalankan oleh masyarakat Tionghoa di Nusantara, selama ratusan
tahun yang lalu. Tradisi ini setidaknya telah menyebar di kawasan Nusantara, seperti Betawi,
Jambi, Surabaya, Sumatera, Lampung, Riau, dan daerah lainnya. Kata “Peh Cun” sendiri berasal
dari dialek Hokkian (dialek dalam bahasa China) yang berarti “mendayung perahu”.

Di Kepulauan Riau, khususnya Tanjungpinang, Lomba Perahu Naga sebelum tahun 1990-an
awalnya merupakan perlombaan atau event yang bersifat lokal. Namun seiring peningkatan
pengembangan sektor pariwisata di kawasan ini, even ini dijadikan barometer olahraga berskala
nasional atau bahkan berskala internasional.

Mula-mula, Pulau Bintan dipilih sebagai tempat pertama penyelenggaraan acara/event


berskala nasional, dengan nama Bintan Dragon Boat Race. Even ini dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Riau dan berlangsung rutin selama 10 tahun, yakni dari tahun 1992 hingga 2002.

Sejak penyelenggaraannya di Pulau Bintan (1992), Dragon Boat Race sebenarnya telah
menjadi even wisata bertaraf nasional dan internasional yang dibanggakan, baik oleh masyarakat
Provinsi Riau maupun masyarakat yang saat ini tergabung dalam Provinsi Kepulauan Riau
(Kepulauan Riau waktu itu masih termasuk wilayah kabupaten dalam Propinsi Riau).

Sejak tahun tersebut, tak kurang lomba ini diikuti oleh puluhan peserta dari propinsi di luar
Riau, seperti Jambi, Kalimantan, Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung, dan Sumatera
Barat. Bahkan, dari tahun ke tahun, jumlah dan antusiasme peserta Lomba Perahu Naga ini terus
bertambah. Negeri-negeri tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand,
dan Philipina ikut ambil dalam event berskala internasional ini.

Dengan diadakannya event ini pihak pemerintah berharap adanya datang turis mancanegara
dapat memberikan keuntungan dan meningkatkan jumlah turis untuk pariwisata di tanjungpinang.

1.2 Rumusan Masalah

Seberapa pengaruhkah Festival Dragon Boat bagi Masyarakat dan Pemerintah ?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Dragon Boat
Di Kepaulauan Riau, khususnya Tanjungpinang, Lomba Perahu Naga sebelum tahun 1990-
an awalnya merupakan perlombaan atau even yang bersifat lokal. Namun seiring peningkatan
pengembangan sektor pariwisata di kawasan ini, even ini dijadikan barometer olahraga berskala
nasional atau bahkan berskala internasional.
Mula-mula, Pulau Bintan dipilih sebagai tempat pertama penyelenggaraan acara/even
berskala nasional, dengan nama Bintan Dragon Boat Race. Even ini dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Riau dan berlangsung rutin selama 10 tahun, yakni dari tahun 1992 hingga 2002. Lalu,
seiring terbentuknya Kota Tanjungpinang sebagai daerah otonom pada tahun 2001, maka
penyelenggaran even tahun berikutnya dikelola oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang, dengan
nama Tanjungpinang Dragon Boat Race.
Sejak tahun 2002, secara praktis Dragon Boat Race bertempat di kota Tanjungpinang dan
telah berjalan selama delapan kali sampai tahun 2008. Sejak penyelenggaraannya di Pulau Bintan
(1992), Dragon Boat Race sebenarnya telah menjadi even wisata bertaraf nasional dan
internasional yang dibanggakan, baik oleh masyarakat Propinsi Riau maupun masyarakat yang
saat ini tergabung dalam Propinsi Kepulauan Riau (Kepulauan Riau waktu itu masih termasuk
wilayah kabupaten dalam Propinsi Riau).
Sejak tahun tersebut, tak kurang lomba ini diikuti oleh puluhan peserta dari propinsi di luar
Riau, seperti Jambi, Kalimatan, Nanggroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung, dan Sumatera
Barat. Bahkan, dari tahun ke tahun, jumlah dan antusiasme peserta Lomba Perahu Naga ini terus
bertambah. Negeri-negeri tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand,
dan Philiphina ikut ambil dalam even berskala internasional ini.
Sampai tahun 2007, Dragon Boat Race di Tanjung Pinang merupakan even wisata ke-6
bagi Kota Tanjungpinang dan tahun ke-3 bagi Propinsi Kepulauan Riau. Saat ini, perlombaan ini
telah resmi menjadi even wisata bertaraf internasional Kota tanjungpinang dan sekaligus sebagai
salah satu even wisata tahunan Propinsi Kepulauan Riau.
2.2 Lokasi Acara
Lomba Perahu Naga terbilang unik, karena kapal-kapal yang digunakan untuk lomba harus
berhiaskan naga, baik di bagian depan maupun di bagian belakang perahu. Tempat
penyelenggaraan lomba awalnya berlokasi di pantai Tanjung pinang, namun sejak tahun 2014
Event DBR ini diselenggarakan di Perairan Sei Carang.
Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, Sei Carang memiliki kelebihan jika dibandingkan
dengan pantai Tanjungpinang, alasan lainnya Sei Carang memiliki peninggalan historis dari
Kerajaan Melayu masa lalu, yaitu situs Istana Kota Rebah.
Di perairan ini, beragam perahu berlomba untuk lebih cepat mencapai finis yang telah
ditentukan, dan akhirnya menjadi pemenang acara. Pemenang utama biasanya akan mendapatkan
piala tropi bergilir bupati dan uang ratusan juta.
Sebagai sebuah acara perhelatan olahraga/wisata yang besar, even Dragon Boat Race tidak hanya
menyajikan perlombaan perahu naga saja, melainkan sering juga dimeriahkan dengan berbagai
perlombaan bersifat tradisonal, seperti lomba renang Tanjungpinang Pulau Penyengat, lomba
menyelam, lomba kayuh sampan, lomba sampan layar, lomba jong, dan lomba kaya/kano. Selain
itu, even ini dimeriahkan pula dengan bazar makanan khas tradisonal Melayu dan beragam hasil
kerajinan tangan dan cenderamata.

2.3 Promosi Dragon Boat

Walikota Tanjungpinang H. Syahrul melakukan media promosi di MNC News dalam


program Talkshow Good Morning Indonesia. Mempromosikan Event Akbar Kota Tanjungpinang
yaitu International Dragon Boat Race (IDBR) 2019, Walikota Tanjungpinang tidak hadir
sendirian. Beliau didampingi oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjungpinang
(Kadisbudpar), Surjadi.

Dalam Talkshow yang disiarkan secara langsung itu, Walikota Tanjungpinang


menjelaskan sekilas tentang perjalanan IDBR dan tak lupa menyertakan harapan terhadap
pelaksanaan event tahunan Kota Tanjungpinang ini.

Dragon Boat Race adalah salah satu perlombaannya yang sangat menegangkan.
Mengandalkan kekuatan dan kecepatan mendayung perahu naga, kekompakan dalam sebuah Tim
juga sangat diperlukan dalam perlombaan ini. Dalam Talkshow ini, Walikota Tanjungpinang,
Syahrul juga menjelaskan sedikit sejarah Lomba Perahu Naga ini. Dalam kesempatan itu, Syahrul
menjelaskan bahwa Lomba Perahu Naga ini memang diangkat dan dikembangkan dari tradisi
ritual masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang yaitu Sembayang Keselamatan Laut. Tradisi ritual
ini sudah dilaksanakan oleh masyarakat Tionghoa sejak 1950-an. Dan dilakukan setiap tanggal 5,
bulan 5 pada penanggalan Cina. Lalu pada akhirnya, di tahun 1992 Kabupaten Kepri
mengagendakan event ini, lalu pada tahun 2001 Kota Tanjungpinang yang sudah berbentuk daerah
otonom mengambil alih event ini. Pengambilan event ini tentu bukan sembarangan, antusias yang
menggema dari masyarakat Tanjungpinang untuk menyaksikan Perlombaan Perahu Naga ini
menjadi salah satu alasan nya.

Tanjungpinang International Dragon Boat Race 2019 akan digelar selama 3 hari, di mulai
dari tanggal 25 s.d 27 Oktober 2019. Adapun event ini akan digelar di Sungai Carang,
Tanjungpinang. Dan tahun 2019 ini, IDBR sudah memasuki gelaran yang ke-18 kalinya. Event
IDBR ini memperebutkan piala bergilir Gubernur Kepri dan Piala Tetap Walikota Tanjungpinang.
Dengan total hadiah sebesar Rp196 juta.

Seperti namanya, event ini sudah berskala internasional. Setiap penyelenggaraan-nya


selalu melibatkan peserta dari dalam maupun luar negeri. Dan tahun ini kembali ada beberapa
negara yang ambil andil dalam perlombaan Perahu Naga ini. Malaysia, Singapore dan Brunei
Darussalam merupakan negara yang tidak pernah absen mengirimkan perwakilannya dalam ajang
bergengsi ini. Dan, pada tahun ini 3 negara tetangga ini kembali mengirimkan perwakilannya.
Melalui event ini Pemerintah Kota Tanjungpinang berharap, kunjungan wisatawan
mancanegara dapat bertambah. Bukan hanya untuk datang sekali ke Tanjungpinang, namun sering
untuk kembali ke Tanjungpinang. Secara Khusus, Walikota Tanjungpinang menyampaikan
harapannya untuk event satu ini. Ia berharap Lomba Perahu Naga ini dapat mendunia, dan peserta
tahun ini akan lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

2.4 Evaluasi Dragon Boat


Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Tanjungpinang, Sapril Sembiring meminta
Pemkot Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau mengevaluasi ajang Dragon Boat Race (DBR)
atau Lomba Perahu Naga yang diselenggarakan di Sei Carang, pada 25-27 Oktober lalu.

"Sampai sekarang kami belum mendengar kegiatan yang menelan anggaran daerah cukup besar
itu, dievaluasi. Evaluasi penting dilakukan agar DBR memberi dampak positif bagi daerah,
masyarakat dan pelaku usaha pariwisata," kata Sapril, yang juga pelaku usaha wisata di
Tanjungpinang, Selasa.

Sapril mengaku tidak mendapat manfaat dari DBR Tanjungpinang. Begitu pula sejumlah pelaku
usaha pariwisata lainnya, belum mendapat manfaat dari kegiatan itu. "Bukankah sebaiknya
kegiatan itu juga dirasakan manfaatnya bagi pelaku usaha pariwisata?" singgungnya. Ia
mengatakan gaung dari Lomba Perahu Naga yang konon berskala internasional itu semestinya
terdengar luas sehingga berdampak positif pada sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat
di kota tersebut.
"Namun yang terlihat tidak seperti yang dibayangkan. Karena itu, kami minta dievaluasi
sehingga kegiatan itu berdampak positif," ujarnya. Sapril mengusulkan agar DBR tidak
dilaksanakan Dinas Pariwisata Tanjungpinang, melainkan diserahkan kepada organisasi yang
setiap tahun menyelenggarakan Lomba Perahu Naga dalam rangka Sembahyang Laut di Pelantar
II Tanjungpinang.
Maka kegiatan ini bisa ramai disaksikan masyarakat maupun wisman. "Kegiatan yang
dikelola masyarakat itu sebaiknya didukung pemerintah," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang Surjadi mengatakan DBR memang
dievaluasi setelah dilaksanakan.
Dari hasil evaluasi ini, Dinas Pariwisata akan meningkatkan pelaksanaan DBR sehingga
memberi dampak positif pada sektor pariwisata dan masyarakat, ujarnya. "Cukup ramai wisman
dan wisatawan nusantara yang menyaksikan kegiatan ini pada hari pertama," ujarnya.
Wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang menyaksikan lomba ini mencapai
8 ribu orang, katanya. Ia mengemukakan arena DBR di Sungai Carang adalah yang terbaik di
Indonesia dimana ada 39 tim yang ikut kegiatan ini. Sedangkan anggaran untuk menyelenggarakan
Lomba Perahu Naga ini sekitar Rp800 juta, ujarnya.

2.5 Harapan diadakannya Dragon Boat Race


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang akan menghadirkan kemeriahan
perhelatan Tanjungpinang Internasional Dragon Boat Race (IDBR) 2019. Gelaran lomba perahu
naga yang berlangsung pada 25 s.d 27 Oktober 2019, diisi dengan serangkaian kegiatan, mulai dari
acara welcome party untuk menyambut kedatangan para peserta, pada Kamis (24/10/2019) malam,
di Gedung Gonggong Tepi Laut, Tanjungpinang Kepulauan Riau.
"Malam welcome party ini diisi dengan berbagai hiburan dan penyerahan cinderamata
kepada ketua kontingen," kata Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata kota Tanjungpinang, Maswito, Rabu (2/10/2019).
"Untuk acara pembukaan IDBR 2019, lanjut Maswito, digelar pada Jum'at (25/10/2019)
pagi, di perairan Sungai Carang. Dijadwalkan Gubernur Provinsi Kepri akan membuka event
bertaraf internasional ini," tambah dia.
Dijelaskan Maswito, untuk rangkaian acara pembukaan, diawali devile peserta, dilanjutkan
penyampaian sambutan dari Walikota, Kemenpar RI, pertunjukan tarian kreasi bertajuk Jenang
Perkasa.
Kemudian, ada penyerahan piala bergilir Gubernur Provinsi Kepri dari pemenang lomba IDBR
2018 untuk diperebutkan kembali. "Event ini juga dihadiri perwakilan Kemenpar RI serta sejumlah
pejabat pemprov Kepri dan pemko Tanjungpinang. Pembukaan IDBR 2019 ditandai dengan
penekanan tombol sirine diiringi barongsai," terang dia.
Lalu, pukul 11.25 Wib, Ketua TP-PKK, Juwariyah Syahrul akan meresmikan stand bazar IDBR
2019. Seluruh rangkaian pembukaan diakhiri pertunjukan hiburan dan pertandingan perahu
naga.Sedangkan untuk pengumuman pemenang lomba IDBR diumumkan pada Minggu
(27/10/2019) siang, dan akan ditutup secara resmi oleh Walikota Tanjungpinang," jelas
Maswito.(Tri/Diskominfo)
Pembukaan ditandai dengan menabuh tambur secara bersama-sama dan pelepasan balon
ke udara oleh Gubernur Kepri, Walikota dan Wakil Walikota Tanjungpinang, FKPD, Ketua DPRD
Kota Tanjungpinang dan tamu undangan lainnya.
Sebanyak 39 tim siap berlaga dari berbagai daerah baik dalam negeri dan mancanegara.
Tim yang berlaga dari luar Kepri sebanyak 13 tim, dari luar negeri berjumlah 3 tim, dari Kepri
sebanyak 8 tim serta tim dari tuan rumah Kota Tanjungpinang diikuti sebanyak 15 tim.
Walikota Tanjungpinang Syahrul mengatakan, kegiatan IDBR ini bukan sekedar ajang
olahraga saja, akan tetapi untuk memperkenalkan destinasi wisata di Kota Tanjungpinang kepada
tamu-tamu luar Kepri dan mancanegara.
“Semoga perlombaan ini bisa menarik wisatawan untuk mengunjungi objek wisata di kota
Tanjungpinang, wisatawan Nusantara maupun mancanegara perlu mengenal lebih lanjut destinasi
wisata di Kota Tanjungpinang,” harapnya
Syahrul juga mengatakan, dipilihnya lokasi lomba di Sungai Carang ini karena
pertimbangan arus air yang relatif normal, tidak terganggu gelombang kapal dan dibuat sedemikian
rupa sehingga mengikuti standar internasional. Selain itu, Sungai Carang juga kental dengan
nuansa kebudayaan Melayu.
“Pemindahan lokasi lomba sudah dimulai sejak 2014 lalu dengan berbagai pertimbangan
yang sangat berpengaruh dengan kriteria yang cocok dengan kondisi Sungai Carang yang memiliki
arus yang normal, tidak ada aktivitas pelayaran dan memenuhi standar internasional,” jelasnya. Di
tempat yang sama, Plt. Gubernur Kepri, Isdianto mengapresiasi langkah dan komitmen Pemko
Tanjungpinang dalam memajukan pariwisata.
“Saya apresiasi Pemko Tanjungpinang yang telah berkomitmen untuk memajukan
pariwisata dan mendukung segala yang dibutuhkan demi menggenjot kunjungan wisatawan
terutama dalam hal promosi,” ucapnya. Isdianto juga mengatakan, pemerintah telah menyusun
beberapa rencana besar terkait pengembangan pariwisata hkususnya di Provinsi Kepri. Salah
satunya menyangkut promosi wisata Kepri ke luar negeri, penyelenggaraan berbagai event
pariwisata dan event nasional, namun semua ini tentu sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai
pihak dan elemen masyarakat Kepri. “Semoga kegiatan ini dapat menjadi sarana untuk melahirkan
atlet-atlet yang handal dan mampu membawa nama Kepri ke pentas nasional bahkan
internasional,” harapnya.
2.6 Dampak Event Pariwisata Dragon Boat Race di Kota Tanjungpinang
a. Dampak terhadap Lingkungan

Dampak penyelenggaraan Dragon Boat Race terhadap lingkungan yang bersifat positif
adalah pembukaan lahan di sekitar Sungai Carang. Sebelum digunakan sebagai lokasi
penyelenggaraan Dragon Boat Race, kawasan ini dahulunya masih berupa hutan-hutan. Hal ini
dapat dikategorikan sebagai dampak positif karena lahan yang digunakan untuk event hanya
sebagian kecil sehingga aktivitas event tidak merusak dan mengganggu ekosistem yang ada di
kawasan Sungai Carang. Sungai Carang sering digunakan oleh masyarakat untuk memancing dan
dijadikan sebagai jalur lalu-lintas perahu tradisional nelayan sehingga kebersihan alam dikawasan
ini tetap terjaga. Meski aktivitas event tidak menyebabkan dampak negatif yang besar terhadap
kondisi lingkungan, namun bukan berarti dampak negatif tersebut tidak terjadi. Dampak negatif
yang dihasilkan oleh event tersebut sangat kecil dan berlangsung dalam jangka waktu yang singkat
seperti kepadatan lalu lintas dan kebisingan yang tercipta di sekitar kawasan Sungai Carang. Akan
tetapi, setelah event selesai digelar, kondisi lingkungan di Sungai Carang akan kembali normal dan
stabil.
b. Dampak terhadap Sosial Budaya

Dampak penyelenggaraan Dragon Boat Race terhadap sosial budaya terjadi setelah event
dipindahkan ke Sungai Carang yang berada di perbatasan antara Kota Tanjungpinang dan
Kabupaten Bintan. Selama ini masyarakat hanya terfokus pada destinasi yang ada di pusat kota
sehingga interaksi antara keduanya jarang terjadi. Penyelenggaraan Dragon Boat Race di Sungai
Carang telah menyebabkan terjadinya interaksi antara kedua masyarakat dan juga antara Kota
Tanjungpinang dengan beberapa Negara yang menjadi peserta event. Meski pada dasarnya event
ini adalah sebuah kompetisi olahraga, namun melalui kegiatan ini dapat terjalin persahabatan dan
persaudaraan antara Tanjungpinang sebagai penyelenggara dengan Negara yang terlibat.
Pemeliharaan hubungan internasional yang baik antara masyarakat dan wisatawan dapat
menumbuhkan rasa pengertian terhadap perbedaan dan juga menumbuhkan rasa saling
menghormati meskipun sedang berada dalam sebuah kompetisi. Dampak positif
penyelenggaraan Dragon Boat Race juga ditunjukkan dengan kehadiran event ini sebagai wadah
untuk menampung bakat para atlet dayung yang berasal dari dalam daerah dan sekaligus menjadi
peluang besar bagi Pemerintah untuk memunculkan bibit-bibit baru dalam bidang olahraga
dayung.

Sementara itu, dampak negatif terhadap sosial budaya yang muncul adalah permasalahan
kesenjangan sosial antara masyarakat lokal, Pemerintah dan pihak swasta. Kesenjangan ini terjadi
karena adanya perbedaan status sosial antara Pemerintah, pihak swasta dan pelaku usaha.
Masyarakat berada di posisi lebih rendah jika dibandingkan dengan Pemerintah dan pihak swasta
yang status sosialnya lebih tinggi. Hal ini disampaikan oleh Bapak Hamizan yang menilai bahwa
secara umum jumlah masyarakat yang turut dilibatkan dalam penyelenggaraan Dragon Boat Race
belum terlalu banyak. Rapat persiapan penyelenggaraan event juga tidak menyertakan masyarakat
sebagai salah satu stakeholder sehingga informasi penting seperti kesempatan-kesempatan besar
yang bisa dilakukan masyarakat dalam event ini tidak tersampaikan dengan menyeluruh. Pendapat
ini juga diperkuat oleh pernyataan Bapak Said Afzaldy bahwa kegiatan ini terkesan hanya
bertujuan untuk memberikan keuntungan terhadap Pemerintah Daerah dan pelaku usaha. Padahal
sebagian masyarakat lainnya bisa saja terlibat dalam tindakan yang lebih luas asal diberikan
informasi yang jelas.

c. Dampak terhadap Ekonomi

Dampak positif dari penyelenggaraan Dragon Boat Race terhadap ekonomi adalah
peningkatkan pendapatan yang dirasakan oleh Ibu Ratnawati seorang penjual makanan yang
menerima orderan katering makan siang dan makan malam untuk beberapa tim yang berasal dari
Jambi selama mengikuti event. Selain Ibu Ratnawati, peningkatan pendapatan juga dirasakan oleh
Bapak Daeng Mangendrek seorang penambang perahu yang diminta oleh panitia untuk
mendampingi juri menyusuri perairan Sungai Carang selama event berlangsung. Selama Dragon
Boat Race berlangsung, pendapatan yang diterima oleh Ibu Ratnawati dan Bapak Daeng
Mangendrek lebih banyak daripada hari biasa.

Selain dirasakan oleh masyarakat, dampak ekonomi terhadap peningkatan pendapatan


juga disampaikan oleh pihak swasta yakni Bapak Hendro dan Bapak Zainuddin yang bekerja
sebagai Manager Hotel di Kota Tanjungpinang. Bapak Hendro dan Bapak Zainuddin menyetujui
bahwa penyelenggaraan Dragon Boat Race telah menyebabkan kenaikan jumlah tamu yang
menginap meskip event berlangsung dalam waktu yang singkat. Pendapat tersebut juga diperkuat
oleh Ibu Mega yang berjualan produk kosmetik dan skin care dengan membuka stan di lokasi
penyelenggaraan event di Sungai Carang selama 3 hari.

Selain itu, dampak positif terhadap ekonomi juga terjadi melalui kesempatan kerja yang
dirasakan oleh Ibu Ramty Ramadita. Sehari-harinya Ibu Ramty Ramadita tidak bekerja dan
hanya menjadi ibu rumah tangga yang fokus mengurus anak. Namun saat mengetahui akan ada
penyelenggaraan Dragon Boat Race di Sungai Carang yang berada dekat dengan rumahnya, Ibu
Ramty Ramadita langsung berinisiatif untuk membuka warung kecil selama event berlangsung.
Dampak negatif ekonomi terhadap penyelenggaraan Dragon Boat Race di Kota
Tanjungpinang adalah manfaat dan keuntungan yang belum merata bagi masyarakat lokal.
Belum banyak masyarakat yang mengetahui pentingnya partisipasi mereka dalam kegiatan
seperti Dragon Boat Race yang bisa meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat terhadap manfaat
yang bisa didapatkan dari penyelenggaraan event sehingga manfaat eknomi hanya bisa dirasakan
oleh kaum tertentu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
penyelenggaraan event pariwisata Dragon Boat Race di Kota Tanjungpinang sebagai daya tarik
wisata telah berhasil menciptakan hiburan baru bagi pariwisata daerah yang selama ini hanya
terfokus pada objek wisata pantai. Selain berkembang menjadi event bertaraf internasional yang
melibatkan banyak peserta dari dalam dan luar negeri, Dragon Boat Race juga telah menciptakan
citra yang baik bagi Kota Tanjungpinang di mata peminatnya. Sejauh ini penyelenggaraan
Dragon Boat Race telah memberikan banyak dampak positif jika dibandingkan dengan dampak
negatif. Dampak positif ini dapat terjadi pada ketiga sektor mulai dari dampak terhadap
lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Faktor pendukung penyelenggaraan Dragon Boat Race
juga menjadi kekuatan yang dimiliki oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan untuk terus konsisten menggelar event tahunan ini. Agar dapat
memaksimalkan manfaat positif dan menghindari dampak negatif, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Tanjungpinang selaku panitia penyelenggara bersama pihak-pihak yang terlibat
harus segera mengambil langkah agar faktor yang menjadi penghambat penyelenggaraan Dragon
Boat Race bisa segera diatasi.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang selaku panitia perlu memberikan
informasi secara transparan kepada masyarakat luas tentang penyelenggaraan Dragon Boat Race
sehingga akan lebih banyak keuntungan yang bisa diperoleh masyarakat dari event ini. Sebagian
besar masyarakat banyak yang belum mengetahui manfaat dari kegiatan ini bagi kehidupannya
sehingga masyarakat terksesan seolah-olah sangat ‘cuek’. Untuk mencapai hal ini Pemerintah Kota
Tanjungpinang bisa memperbanyak pertemuan-pertemuan dan FGD yang mengikutsertakan
masyarakat lokal sehingga informasi tentang kegiatan Pemerintah akan dapat tersebar dengan
merata. Masyarakat juga diharapkan agar bisa membuka diri atau membentuk sebuah kelompok
sadar wisata yang resmi sehingga sasaran utama dari kegiatan pariwisata yakni untuk
mensejahterakan masyarakat dapat terlaksana. Melalaui organisasi yang terstruktur sekiranya akan
membuat masyarakat secara keseluruhan dapat terangkul dengan pasti oleh program-program yang
dibuat oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Anda mungkin juga menyukai