Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Pendahuluan

Penulisan tesis makalah ini kami ambil dari beberapa referensi dengan
system online yg di ambil dari beberapa situs atau blog pada website. Setelah
membaca beberapa referensi kami dapat mengetahui proses bagaimana pancasila
bisa menjadi dasar bangsa dan juga betapa kuat nya perjuangan untuk menjadikan
pancasila sebagai dasar ideologi bangsa dan Negara. Dan penulisan ini bertujuan
untuk menggali lebih dalam tetang implementasi atau penerapan pancasila
didalam kehidupan bermasyarakat dan juga sebagai system bangsa dan Negara
apakah sudah benar-benar menerapkan pancasila sebagai landasan Negara seperti
yg tertera pada silsa sila yang sudah tercantum dalam Pancasila. Dan pengamalan
pancasila pun tidak bisa di tinggalkan dari peraturan yang ada. Implementasi nilai
pancasila bagi kehidupan bangsa dan negara menjadi cara utama dalam
memajukan bangsa yang lebih bermartabat dan berguna khususnya bagi negara
Indonesia.maka dari itu kita sebagai warga negara indonesia sudah sewajibnya
untuk mengamalkan nilai pancasila. Dengan ketertiban setiap warga negara pasti
akan tercipta suatu negara yang kokoh dan memiliki etika yang baik di mata
dunia.dengan begitu kesejahteraanlah yang akan diperoleh.

I.1 Latar Belakang


Kesetiaaan , nasionalisme, dan patriotisme warga Negara kepada bangsa
dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat
negaranya secara formal diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan (Undang-undang Dasar 1945, dan peraturan perundang-undangan
lainnya). Kesetiaan warga Negara tersebut tampak dalam sikap dan tindakan,
menghayati, mengamalkan dan mengamankan peraturan Perundangan-Undangan
itu.
Pancasila adalah sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Secara singkat dapat diuraikan bahwa kedudukan pancasila
adalah sebagai dasar Negara RI. Untuk mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan Negara, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan sebagai
ligature bangsa Indonesia.
Kesetiaan ini akan semakin kokoh apabila mengakui dan menyakini
kebenaran, kebaikan dan keunggulan pancasila sepanjang masa. Pancasila dalam
kedudukannya sebagai ideology Negara, di harapkan mampu menyaring dan
menseleksi pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini yang dapat merusak
atau memudarkan budaya pancasila dengan masuknya budaya barat yang dengan
cepat masuk di masyarakat idonesia.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pancasila sebagai dasar negara Indonesia?
2. Bagaimana Implementasi sila pancasila bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia?

I.3 Tujuan Penulisan Makalah


Dalam penyusunan Makalah ini, penulis bertujuan untuk :
1. Memahami lebih dalam arti dan manfaat Pancasila yang sesungguhnya
2. Penulis berusaha menggali dan Memahami lebih dalam sejarah Pancasila
3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila yang di
implementasikan/terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

I.4 Pendekatan Historis


Pada tanggal 22 Juli 1945, disahkan Piagam Jakarta yang kelak menjadi
naskah Pembukaan UUD 1945. Naskah rancangan konstitusi Indonesia disusun
pada waktu Sidang Kedua BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus
1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia. Dalam kurun waktu 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. sehingga peristiwa ini merupakan penyimpangan
UUD 1945. pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar, menggantikan UUD Sementara 1950 yang waktu itu. Pada
masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan kembali menjalankan
UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun dalam
pelaksanaannya terjadi juga penyelewengan UUD 1945 yang mengakibatkan
terlalu besarnya kekuasaan pada Presiden. Salah satu tuntutan Reformasi 1998
adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. kenyataan
rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup
didukung ketentuan konstitusi.

BAB II
Pembahasan / Uraian Tema

II.1 Posisi dan Fungsi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara;

A. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Pancasila sebagai falsfah negara (philosohische gronslag) dari negara,
ideology negara, dan statside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar
mengatur pemerintahan atau penyenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi
pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan “……..maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu udang-undang dasar negara
Indonesia yang terbentuk dalam suat susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…..” Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara Indonesia mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu:
Pancasila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada
hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum. Hal ini tentang tertuang dalam ketetapan MRP No. XX/MPRS/1966 dan
ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No. IX/MPR/1978. merupakan
pengertian yuridis ketatanegaraan.
Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya
(merupakan pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis). Pancasila sebagai
pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran (merupakan
pengertian Pancasila yang bersifat etis dan filosofis).

B. PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA


Sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila telah
menjadi obyek aneka kajian filsafat. Antara lain terkenallah temuan Notonagoro
dalam kajian filsafat hukum, bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang bersifat
politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai “satu-satunya azas”
dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah
tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal
(”milik dan ciri khas bangsa Indonesia”) diakui adanya unsur universal yang
biasanya diklim ada dalam setiap agama. Namun rasanya lebih tepat untuk
melihat Pancasila sebagai obyek kajian filsafat politik, yang berbicara mengenai
kehidupan bersama manusia menurut pertimbangan epistemologis yang bertolak
dari urut-urutan pemahaman (”ordo cognoscendi”), dan bukan bertolak dari urut-
urutan logis (”ordo essendi”) yang menempatkan Allah sebagai prioritas utama.
Pancasila sebagai falsafah kategori pertama adalah perwujudan bentuk bangunan
yang diangan-angankan dalam penggambaran di atas kertas, dan Pancasila sebagai
falsafah. Kategori yang kedua adalah adanya lokasi serta tingkat ketersediaan
bahan-bahan untuk merealisasikan bangunan yang dicita-citakan. Pancasila
sebagai falsafah yang dimaksudkan adalah tiap sila di dalamnya yang oleh karena
perkembangan sejarah masih tetap berfungsi sebagai landasan ideologis, maupun
nilai-nilai filsafat yang dapat kita masukkan kedalamnya adalah sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan sila Persatuan Indonesia.
Pancasila tidak dapat diragukan lagi dalam naskah Pembukaan UUD 1945
dan dalam kata “Bhinneka Tunggal Ika” dalam lambang negara Republik
Indonesia. Dalam naskah Pembukaan UUD 1945 itu, Pancasila menjadi “defining
characteristics” = pernyataan jati diri bangsa = cita-cita atau tantangan yang ingin
diwujudkan = hakekat berdalam dari bangsa Indonesia. Dalam jati diri ada unsur
kepribadian, unsur keunikan dan unsur identitas diri. Sesungguhnya dalam kata
“Bhinneka Tunggal Ika” terdapat isyarat utama untuk mendapatkan informasi
tentang arti Pancasila, dan kunci bagi kegiatan merumuskan muatan filsafat yang
terdapat dalam Pancasila. Dalam konteks itu dapatlah diidentifikasikan mana yang
bernilai universifal dan mana yang bersifat lokal = ciri khas bangsa Indonesia.
Secara harafiah “Bhinneka Tunggal Ika” identik dengan “E Pluribus Umum” pada
lambang negara Amerika Serikat. Demikian pula dokumen Pembukaan UUD
1945 memiliki bobot sama dengan “Declaration of Independence” negara
tersebut. Suatu kajian atas Pancasila dalam kacamata filsafat tentang manusia
menurut aliran eksistensialisme disumbangkan oleh N Driyarkara. Menurut
Driyarkara, keberadaan manusia senantiasa bersifat ada-bersama manusia lain.
Oleh karena itu rumusan filsafat dari Pancasila adalah sebagai berikut:
Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada-bersama-dalam-
ikatan-cintakasih (”liebendes Miteinadersein”) dengan sesamaku. Perwudjudan
sikap cintakasih dengan sesama manusia itu disebut “Perikemanusiaan yang adil
dan beradab”.
Perikemanusiaan itu harus kujalankan dalam bersama-sama menciptakan,
memiliki dan menggunakan barang-barang yang berguna sebagai syarat-syarat,
alat-alat dan perlengkapan hidup. Penjelmaan dari perikemanusiaan ini disebut
“keadilan sosial”.
Perikemanusiaan itu harus kulakukan juga dalam memasyarakat.
Memasyarakat berarti mengadakan kesatuan karya dan agar kesatuan karya itu
betul-betul merupakan pelaksanaan dari perikemanusiaan, setiap anggota harus
dihormati dan diterima sebagai pribadi yang sama haknya. Itulah demokrasi =
“kerakyatan yang dipimpin …”.
Perikemanusiaan itu harus juga kulakukan dalam hubunganku dengan
sesamaku yang oleh perjalanan sejarah, keadaan tempat, keturunan, kebudayaan
dan adat istiadat, telah menjadikan aku manusia konkrit dalam perasaan,
semangat dan cara berfikir. Itulah sila kebangsaan atau “persatuan Indonesia”.
Selanjutnya aku meyakini bahwa adaku itu ada-bersama, ada-terhubung, serba-
tersokong, serba tergantung. Adaku tidak sempurna, tidak atas kekuatanku
sendiri. Adaku bukan sumber dari adaku. Yang menjadi sumber adaku hanyalah
Ada-Yang-Mutlak, Sang Maha Ada, Pribadi (Dhat) yang mahasempurna, Tuhan
yang Maha Esa. Itulah dasar bagi sila pertama: “Ketuhanan yang Maha Esa”.

C. NILAI LUHUR BANGSA


Dalam menjalankan kehidupan berbangsa diperlukan adanya pelaksanaan
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, agar nilai norma dan sikap
yang dijabarkan benar-benar menjadi bagian yang utuh dan dapat menyatu dengan
kepribadian setiap manusia Indonesia, sehingga dapat mengatur dan memberi arah
kepada tingkah laku dan tidak tanduk manusia itu sendiri.
Pancasila dibahas, dirumuskan dan disepakati sebagai dasar dan tujuan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap gerak, arah dan cara
kita juga harus senantiasa dijiwai oleh Pancasila. Pancasila yang bulat dan utuh
akan memberikan kita keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa
kebahagiaan hidup akan tercapai apabila didasarkan atas keserasian dan
keselarasan serta keseimbangan. Baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam maupun dalam mengejar
kemajuan lahiriah dan batiniah.Bangsa kita tidak akan bisa maju jika kita sendiri
belum bisa memahami dan dapat memecahkan watak dan moral manusia
Indonesia sekarang ini, antara lain:
Hipokrit; senang berpura-pura, lain dimuka, lain dibelakang. Serta
menyembunyikan yang dikehendaki karena takut ganjaran yang merugikan
dirinya.
Segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatan, atau sering
memindahkan tanggung jawab tentang suatu kesalahan dan kegagalan kepada
orang lain.
Berjiwa feodalis senang memperhamba pihak yang lemah, senang dipuji,
dan tidak suka dikritik. Mempunyai watak yang lemah serta kuat mempertahankan
keyakinannya. Melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, karena itu perlu
didorong dan dituntun oleh pandangan hidup yang luhur sedini mungkin, sebab
tantangan dimasa depan akan semakin sulit dan semakin berat yang menuntut kita
untuk meningkatkan sumber daya manusia tanpa meninggalkan nilai luhur-luhur
dari ideologi bangsa kita yaitu Pancasila.
Pancasila sebagai moral bangsa sangat dibutuhkan, sebab Pancasila
mempunyai fungsi meliputi:
Keharmonisan hubungan sosial, karena moral memberikan landasan
kepercayaan kepada sesama, percaya atas itikad baik setiap kebaikan orang.
Menjamin landasan kesabaran untuk dapat bertahan terhadap naluri dan keinginan
nafsu memberi daya tahan dalam menunda dorongan rendah yang mengancam
harkat dan martabat.
Menjamin kebahagiaaan rohani dan jasmani. Memberikan motivasi dalam setiap
sikap dan tidakan manusia untuk berbuat kebaikan dan kebajikan yang
berlandaskan moral. Memberikan wawasan masa depan, baik konsekuensi
maupun sangsi sosial terutama yang berkaitan dengan tanggung jawab terhadap
Tuhan dalam kehidupan akhirat.

Pengamalan semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh,
yaitu:
Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang antara lain mencakup
tanggung jawab bersama dari semua golongan beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan YME dan meletakkan landasan spritual, moral dan etika yang
kukuh bagi moral bangsa.
Pengamalan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, yaitu mencakup
peningkatan martabat serta hak dan kewajiban asasi manusia, penghapusan
penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan dari muka bumi.
Pengamalan sila Persatuan Indonesia, mencakup pembinaan bangsa di
kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga rasa
kesetiakawanan semakin kuat dalam rangka memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa.
Pengamalan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan, yaitu mencakup upaya makin
menumbuhkan dan mengembangkan sistem politik demokrasi yang makin mampu
memelihara stabilitas nasional yang dinamis.
Pengamalan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yaitu
mencakut upaya mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang
dikaitkan dengan pemerataan pembangunan menuju terciptanya kemakmuran
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kita sebagai bangsa Indonesia, hendaknya dapat menjalankan nilai-nilai
dalam Pancasila secara seutuhnya. Jika kita sudah menjalankannya, mungkin
tidak akan ada lagi pertikaian antar sesama, seperti yang kita lihat akhir-akhir ini.

D. KEPRIBADIAN BANGSA
Sebagai bangsa Indonesia, kita berkeyakinan bahwa pancasila yang kini
menjadi dasar Negara, adalah falsafah Negara, pandangan hidup dan sebagai jiwa
bangsa. Pancasila yang menjadi dasar Negara sebagai mana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat
dijadikan dasar dalam motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional, yaitu
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Pancasila sebagai pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan
Negara agar dapat berdiri dengan kokoh. Selain itu, pancasila sabagai identitas
diri bangsa akan terus melekat pada di jiwa bangsa Indonesia. Pancasila bukan
hanya di gali dari masa lampau atau di jadikan kepribadian bangsa waktu itu,
tetatapi juga diidealkan sebagai kepribadian bangsa sepanjang masa.

E. SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM


Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya
nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia.
Operasionalisasi dari nilai dasar pancasila itu adalah dijadikannya pancasila
sebagai norma dasar bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Negara
Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan sistem hukum.
Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai
norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar)
atau staatfundamentalnorm (norma fondamental negara) dalam jenjang norma
hukum di Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-
peraturan lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran
dari nilai-nilai dasar pancasila.
Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan perundang-
undangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam
ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan
perundang-undangan. Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan Peraturan perundang-undangan juga menyebutkan adanya jenis dan
hierarki peraturan perundang-undangan. Pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun
2004 menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara. Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai dasar (filosofis) negara
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV.
F. IDEOLOGI NEGARA
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakekatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia,
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta
nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara, dengan lain perkataan unsur-unsur yang merupakan materi
(bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup Masyrakat sendiri,
sehingga bangsa ini merupakan kuasa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-
unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan okeh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya
mengangkat atau mengambil ideology dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga
bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja yang hanya
memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila
berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hake
katnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komperensif. Oleh
karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

G. PERTUMBUHAN BUDAYA MANUSIA DAN BANGSA INDONESIA


Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari
seluruh prinsip ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia, baik ilmu ekonomi,
politik, hukum, dan sosial. Hak asasi manusia memperoleh tempat terhormat di
dunia, hak memperoleh kehidupan, kebebasan dan kebahagiaan yang dirumuskan
oleh MPR, dan ketika amandemen UUD `45, pasal 28, ditambah menjadi 10 ayat
dengan memasukkan substansi hak pencapaian tujuan di dalam pembukaan
UUD `45. Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah
sebuah rasionalitas yang telah teruji. Pancasila adalah rasionalitas kita sebagai
sebuah bangsa yang majemuk, yang multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan
multi ras yang bernama Indonesia.
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras,
kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena perbedaan
merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen
yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beranekaragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang diliukiskan dalam Bhineka
Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan
permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan
yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya
harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas
individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan
seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena
itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh
warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan
pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban
dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan
yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di
atas moral dan etika bangsa kita sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri.
Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang
mengancam kebhinekaan harus ditolak, pada saat yang sama segala sesuatu yang
mengancam moral kebhinekaan harus diberantas. Karena kebhinekaan yang
bermatabat di atas moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung eksistensi dan
martabat manusia berbeda.
Setelah kita mengungkit tentang sejarah pancasila dari era perjuangan
hingga era reformasi, kita dapat melihat seberapa tangguhnya struktur nilai
pancasila. Tetapi pegamalannya pun perlu diperhitungkan sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan negara. Berikut
implementasi nilai-nilai sila pancasila yang mengacu pada kehidupan berbangsa
dan bernegara :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya
masyarakat Indonesia meyakini dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan
sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar
bahwa agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang
dipercayai dan diyakini, maka dikembangkanlah sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya dan tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan itu kepada orang lain.oleh karna itu
sikap toleransi kepada sesame warga Negara harus lebih di junjung agar idak
terjadi selisih paham atau konflik antar keyakinan.

2. Kemanusian Yang Adil dan Beradab


Dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban
asasinya tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan social, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu kita harus
menanamkan pada diri kita sikap saling mencintai sesama manusiam sikap
tenggang rasa serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain kususnya orang-
orang kecil (wong cilik). Kemanusian yang adil dan beradap berarti menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusian, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusian
dan berani membela dan mengakui kebenaran dan keadilan.
Sadar bahwa Manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa
dirinya bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap
hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Dengan sila Persatuan Indonesia, ,manusia Indonesia menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Menempatkan Kepentingan Negara dan
Bangsa di atas kepentingan pribadi berarti bahwa manusia Indonesia sanggup dan
rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa itu dilandasi oleh rasa cinta
tanah air dan bangsanya, maka dikembangkanlah rasa kebanggaan kebangsaan
dan bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Persatuan
dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan
demi kesatuan dan persatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Dengan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari
perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan Negara dan
kepentingan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang
sama maka pada dasarnya tidak boleh ada satu kehendak yang dipaksakan kepada
pihak lain. Sebelum mengambil keputusanyang menyangkut kepentingan bersama
terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan disyahkan secara mufakat.
Musyawarah untuk mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan,
yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan
menjunjung tinggin setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak
yang bersangkutan menerima dan melaksanakan dengan itikad baik dan rasa
tanggungjawab.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dengan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia
Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
sosial dalam masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian Perlu dipupuk sikap sukamemberikan pertolongan kepada orang yang
memerlukan agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang demikian ia tidak
menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain, juga untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya
mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum. Demikian juga dipupuk sikap suka kerja keras dan sikap
menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Dengan kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan
bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan Masyarakat dan Negara Republik
Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai dari setiap warga Negara Indonesia,
setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
Pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik dipusat maupun di daerah.

II.2 PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI PANCASILA


A. Pedoman Umum Implementasi
Perlunya Pedoman Implementasi Pancasila Setelah hakikat Pancasila dapat
dipahami secara tepat, benar dan mendalam terutama mengenai konsep, prinsip
dan nilai yang terkandung di dalamnya, maka Pancasila diyakini memiliki
kapasitas yang handal untuk mengarahkan perjuangan mencapai tujuan nasional
bangsa Indonesia.
Di depan telah diuraikan bahwa kebenaran dan ketangguhan Pancasila
tidak perlu diragukan lagi. Namun tanpa pemahaman oleh masyarakat luas secara
mendalam terhadap konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya,
disertai dengan sikap, kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan serta
mengantisipasi perkembangan zaman, Pancasila akan memudar dan tidak dapat
bertahan. Oleh karena itu setiap upaya pengembangan melalui implementasi
Pancasila perlu dilaksanakan secara tepat dan benar, sehingga masyarakat dapat
bersikap dan bertindak secara tepat dalam memperkokoh dan mempertahankan
Pancasila. Untuk itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat dipergunakan oleh
masyarakat, sebagai pegangan mengimplementasikan Pancasila dengan baik dan
benar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Sistem, Struktur dan Strategi Implementasi Pancasila.


Setiap upaya untuk mengimplementasikan Pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, pertama-tama perlu didasari oleh
pemahaman terhadap maksud dan tujuannya, selanjutnya apa dan bagaimana
implementasi tersebut diselenggarakan, siapa saja yang terlibat di dalamnya, dan
bagaimana cara yang sebaiknya diterapkan, serta bentuk kelembagaan yang
diperlukan. Hal ini perlu dicantumkan dalam Pedoman Umum agar semua pihak
faham mengenai siapa melakukan apa, kapan dan bagaimana.
a. Maksud dan Tujuan Implementasi Pancasila
Maksud Implementasi Pancasila :
1) Mengembangkan pola fikir dan pola tindak berdasar pada konsep,
prinsip, dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2) Mengembangkan sikap dan perilaku dalam mempertahankan dan
menjaga kelestarian Pembukaan UUD 1945.
3) Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan demokrasi dan
HAM berdasarkan Pancasila.
4) Mengembangkan kemampuan dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan yang sejalan dan tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai
dasar negara.
5) Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan perekonomian
nasional berdasarkan Pancasila.
6) Mengembangkan pola pikir Bhinneka Tunggal Ika yang berwujud sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.
7) Mengembangkan pemikiran baru dalam menghadapi perkembangan
zaman
tentang Pancasila tanpa meninggalkan jatidirinya.

Tujuan implementasi Pancasila :


1) Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan
kebenaran Pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan hidup bangsa,
dan dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan dan kemampuan
mengimplementasi-kan Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.

b. Sasaran Implementasi
Berdasarkan kesepakatan bangsa, Pancasila adalah dasar negara dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka konsekuensinya setiap warganegara
harus memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila. Pada dasarnya setiap warga negara telah memiliki pemahaman terhadap
nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, dengan latar belakang pengalaman
dan pendidikan masing-masing. Demi efektivitas dan efisiensi, perlu dipilih
kelompok sasaran yang strategis yang mempunyai dampak ganda (multiplier
effect) yang tinggi, antara lain :
elit politik; insan pers; anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif pusat dan
daerah; tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan
masyarakat; serta pengusaha; dengan harapan agar mereka menjadi teladan dalam
mengimplementasikan Pancasila. Sasaran berikutnya baru masyarakat secara luas.

c. Pendekatan dan Metoda Implementasi


1). Pendekatan
Pendekatan yang dipergunakan dalam implementasi Pancasila adalah
pendekatan kontekstual, yakni menerapkan konsep, prinsip dan nilai Pancasila
langsung pada permasalahan aktual yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Untuk maksud ini diperlukan ketentuan standar yang
menggambarkan pola pikir, sikap, tingkah laku dan perbuatan masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan Pancasila. Dengan
ketentuan standar tersebut, masyarakat secara mudah dan cepat dapat menilai
suatu sikap atau tindakan sesuai atau tidak sesuai dengan Pancasila.
Diseminasi dan sosialisasi implementasi Pancasila ditempuh melalui tahapan
sebagai berikut :
Artikulasi, pemberian penjelasan yang mantap tentang isi, kandungan,
kebenaran rasional, struktur dan tujuan implementasi Pancasila.
Internalisasi, usaha memasukkan gagasan tersebut dalam hati sanubari setiap
warganegara, sehingga benar-benar mamahami dan bersedia menerimanya
sebagai suatu kebenaran.
Aktualisasi, aplikasi gagasan tersebut dalam berbagai bidang kehidupan
secara nyata, baik dalam pemikiran maupun perbuatan.
Agar implementasi Pancasila dapat mencapai sasaran maka perlu ditempuh proses
pendekatan sebagai berikut:
Menimbulkan atensi, sajian mengenai Pancasila diupayakan menarik
perhatian setiap orang, sehingga khalayak sasaran (target audience) tidak merasa
terpaksa, tetapi dengan senang hati, ikhlas dan sukarela menerimanya.
Mengembangkan komprehensi, upaya untuk memahami substansi konsep,
prinsip dan nilai Pancasila secara mendalam, sehingga faham akan makna, esensi,
maksud dan tujuan gagasan yang apabila dilaksanakan bermanfaat dalam
menjangkau masa depan yang lebih baik.
Menimbulkan akseptasi, pengakuan secara jujur dan menerima secara
sadar kebenaran konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Menimbulkan retensi, terbentuknya keyakinan akan kebenaran dan ketangguhan
gagasan tersebut, sehingga dapat dijadikan pegangan atau pedoman dan panduan
dalam menentukan pilihan tindakan.
Mengadakan aksi, menerapkan konsep, prinsip dan nilai Pancasila untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

2). Metoda
Metoda yang diterapkan dalam implementasi Pancasila adalah diskusi dan
workshop. Metoda lecturing, terbatas untuk memahami konsep, prinsip dan nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dengan cara ini maka implementasi Pancasila
menjadi lebih aktual sehingga menjadi lebih menarik.

d. Bahan Implementasi
Untuk pedoman implementasi Pancasila diperlukan bahan :
1) Pancasila;
2) Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Politik;
3) Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Ekonomi;
4) Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Sosial Budaya;
5) Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Keamanan Nasional.

Untuk aktualisasinya, bahan implementasi Pancasila dilengkapi dengan


buku pedoman pelaksanaan antara lain berisi tabel dan check list yang
menggambarkan keberhasilan atau kegagalan implementasi. Dengan demikian
implementasi ini bersifat self-evaluating. Di samping itu perlu disiapkan daftar
masalah yang mungkin timbul untuk setiap bidang kehidupan dan profesi.
Perlu dicermati bahwa dalam menyusun bahan tersebut, diupayakan agar
konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak berdiri sendiri-
sendiri, tetapi merupakan konsep yang menyatu, sehingga saling mengisi dan
tidak boleh bertentangan yang satu dengan yang lain.

e. Penyelenggara Implementasi
Implementasi Pancasila diselenggarakan di masing-masing lembaga atau
kantor, dan dikelola oleh masing-masing lembaga atau instansi. Untuk
pelaksanaannya diperlukan fasilitator yang terlatih dan kompeten. Pelatihan bagi
fasilitator diselenggarakan oleh lembaga yang mempunyai kompetensi dan telah
melakukan kajian secara mendalam tentang Pancasila.
BAB III
Kesimpulan dan saran

1. Kesimpulan
Dari materi yang telah tertulis di atas kita dapat menarik sebuah
kesimpulan bahwa dari sejarah pancasila yang penuh perjuangan telah di hasilkan
dasar negara yang mutlak. Hingga saat ini Pancasila lah yangmengatur atau
mengontrol aspek- aspek perilaku bagi rakyat Indonesia. Setelah di
implementasikan, kita telah mengetahui bahwa peraturan negara yang begitu baik
untuk kehidupan bangsa kini muali memudar dan justru di salah gunakan oleh
para manusia yang justru mementingkan kepentingannya individu di banding
kepentingan bangsa dan negara hal ini bias dikarenakan bebasnya dan banyak
kebudayaan asing yang masuk dan merusak ideologi Nangsa dan Negara

2. Saran
Kita harus menanam kan dasar Bangsa dan Negara (Pancasila) kepada
setiap individu penerus bangsa. dan menyeimbangi antara kepentingan pribadi dan
kepentingan bersama dengan aturan negara. Dengan begitu kita warga negara
Indonesian akan dapat mewujudkan sebuah Bangsa dan Negara yang benar-benar
mengerti arti pancasila yang sesungguhnya.
BAB IV
Daftar Pustaka

www.wikipedia.org
www.openlibrary.org
www.gudangmateri.com
www.kompas.com
www.g-excess.com
http://meynyeng.wordpress.com/2010/05/07/sospol/

Anda mungkin juga menyukai