Anda di halaman 1dari 30

9/18/2019

PEMBEBANAN
DAN
PEMODELAN
DIAFRAGMA

OUTLINE

1. Konsep Dasar Pembebanan Diafragma


2. Pembebanan Diafragma
3. Langkah Penentuan Beban Diafragma
4. Pemodelan Diafragma

1
9/18/2019

APA DASAR PEMBEBANAN UNTUK DESAIN


DIAFRAGMA?

DASAR PEMBEBANAN DIAFRAGMA


 Salah satu prinsip dasar desain bangunan tahan gempa adalah menjaga diafragma yang relatif kaku dan
tidak rusak (damage-free). Mengapa demikian?

2
9/18/2019

DASAR PEMBEBANAN DIAFRAGMA

 Diafragma memiliki fungsi penting dalam bangunan selain menahan gaya gravitasi, yaitu
mengikat dan mentransfer gaya lateral ke elemen vertikal atau dalam beberapa kasus
dari elemen vertikal.
 Diafragma yang rusak akan mengakibatkan perubahan load path sehingga membuat
sistem penahan gaya lateral yang didesain tidak bekerja dengan baik.
 Oleh karena itu, diafragma harus didesain untuk dapat berperilaku elastik.
 Untuk mencapai perilaku elastik, minimal elemen diafragma harus didesain untuk
memiliki kekuatan yang mampu menahan gaya maksimum yang dapat terjadi pada
elemen vertikal yang diikat.

DASAR PEMBEBANAN DIAFRAGMA

 Hal penting yang didapat dari studi bangunan bertingkat


adalah akibat efek “higher mode”, setiap lantai berbeda
akan memberi respon percepatan puncak yang
berbeda pula.
 Akan sangat konservatif jika mendesain elemen vertikal
penahan gaya lateral dengan respon percepatan puncak
pada setiap lantai. Karena setiap lantai mencapai respon
percepatan puncak/maksimum pada waktu yang berbeda,
maka dapat digunakan dua set gaya desain berbeda yaitu:
a) Satu set (Fx) untuk mendesain elemen sistem penahan gaya
lateral (dengan Statik Ekivalen atau Modal Respon Spektra)
b) Satu set (Fpx) untuk mendesain diafragma,

3
9/18/2019

DASAR PEMBEBANAN DIAFRAGMA


 Selain menahan gaya inersia (percepatan lantai x tributary massa), diafragma juga harus dapat mentransfer gaya
antara elemen vertikal dari sistem penahan gaya lateral yang berbeda.
 Misalnya, sistem rangka dan dinding yang bekerja secara independen memiliki profil perpindahan yang berbeda di
bawah beban lateral. Namun jika dihubungkan oleh diafragma, diafragma akan mengembangkan gaya dalam karena
memaksakan kompatibilitas perpindahan dari kedua elemen vertikal tersebut.
 Hampir semua bangunan tinggi memiliki mekanisme transfer seperti ini sehingga harus diselidiki dan
dipertimbangkan dalam desain. Mempertimbangkan gaya diafragma dari aplikasi gaya lateral Fpx, secara umum, tidak
cukup.

DASAR PEMBEBANAN DIAFRAGMA

 Konfigurasi tipikal dalam struktur gedung


parkir adalah menggunakan pelat lantai
yang memiliki fungsi diafragma dan ramp
parkir sebagai akses mobil ke tingkat lain
dalam gedung. Pada umumnya, segmen
diafragma cenderung relatif panjang dan
sempit (fleksibel) pada gedung parkir.

4
9/18/2019

DASAR PEMBEBANAN DIAFRAGMA

 Deformasi lateral pada diafragma fleksibel dapat


mengakibatkan perpindahan diafragma secara
signifikan melebihi perpindahan elemen vertikal
(Fleischman et al., 2002). Desain elemen vertikal
perlu mengakomodasi peningkatan perpindahan ini.
 Selain itu, ramp juga dapat bertindak sebagai elemen
brace diagonal yang dapat menyerap gaya dari elemen
balok-kolom.
 Ramp menghasilkan beban aksial yang cukup besar
pada pelat lantai/diafragma. Expansion Joint dapat
meringankan mekanisme ini jika disediakan di setiap
tingkat.

BAGAIMANA PEMBEBANAN UNTUK DESAIN


DIAFRAGMA?

5
9/18/2019

PEMBEBANAN DIAFRAGMA
 Gaya yang ditentukan berdasarkan SNI 1726:2012 pers (37), Fpx, menggambarkan percepatan dari
suatu diafragma dalam bangunan. Gaya tersebut pada umumnya lebih besar dari gaya lantai akibat statik
ekivalen (Fx) pada seluruh lantai di bawah atap.

Persamaan (37)

PEMBEBANAN DIAFRAGMA

 Pers (38) dan (39) pada SNI 1726:2012 merupakan persamaan batas bawah (lower bound) dan batas
atas (upper bound).

Persamaan (38)

Persamaan (39)

 Batas bawah berguna untuk mengantisipasi potensi “underestimation” terhadap gaya diafragma pada
bangunan akibat “higher-mode effect”. Ini penting khususnya untuk sistem dengan faktor modifikasi
respon, R, yang besar, karena reduksi dari respon lebih efektif pada mode pertama ketimbang mode
lainnya.
 Persamaan batas atas mengatur untuk sistem dengan R yang kecil.
 Penggunaan Fpx pada seluruh diafragma dalam satu analisis akan memberikan gaya geser dan momen
guling pada dinding dan rangka yang “overestimate”, karena gaya Fpx tidak dianggap bekerja bersamaan.

6
9/18/2019

PEMBEBANAN DIAFRAGMA

Satu pendekatan dalam melakukan analisis terhadap kombinasi gaya transfer dan gaya inersia ialah dengan
melakukan analisis bangunan terpisah untuk setiap diafragma, dengan mensubstitusi gaya tingkat Fx dengan
gaya diafragma Fpx pada lantai yang ditinjau

(a) Gaya gempa desain CQC


(b) Gaya gempa Fpx yang dihitung

(c) Aplikasi gaya Fpx di lantai 1 (one floor at a time)


(d) Aplikasi gaya Fpx di lantai 2 (one floor at a time)

(e) Aplikasi gaya Fpx di lantai 3 (one floor at a time)

(f) Aplikasi gaya Fpx di lantai 4 (one floor at a time)

KOMBINASI PEMBEBANAN UNTUK DESAIN DIAFRAGMA

 Fpx tidak perlu dikenai lagi gaya gempa CQC

 Kombinasi pembebanan adalah kombinasi pembebanan awal


menggunakan faktor redundansi (ρ) yang sesuai dengan faktor
redundansi struktur

7
9/18/2019

APA SAJA LANGKAH PENENTUAN BEBAN UNTUK


DESAIN DIAFRAGMA?

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA
Langkah 1:
SNI 1726:2012 Pasal 7.7.2 mendefinisikan berat seismik
efektif, W, dan wx merupakan bagian dari W yang merupakan
tributary dari tingkat x (lihat gambar di samping).

Aplikasi dari wpx berbeda dengan wx hanya pada berat


dinding geser yang parallel dengan arah gaya gempa tidak
dimasukkan ke dalam wpx dan menghasilkan nilai yang lebih
kecil.

Berat seismik dan gaya lateral yang didapatkan dari distribusi


vertikal gaya geser dasar desain pada berbagai tingkat

8
9/18/2019

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA

Langkah 2:
Tentukan wi untuk semua tingkat dari x sampai n dengan n
merupakan lantai atap. Total berat seismik dari tingkat x ke
atas ialah sebagai berikut.
𝑛

෍ 𝑤𝑖
𝑖=𝑥
Langkah 3:
Tentukan gaya geser dasar desain seismik, V, sesuai dengan SNI
1726:2012 Pasal 7.8.1

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA
Langkah 4:
Tentukan gaya geser lantai (story force), Fi, (bagian dari V yang
ditimbulkan pada tingkat i) untuk semua tingkat dari x hingga n
dengan menggunakan SNI 1726:2012 Pasal 7.8.3. Gaya geser
yang bekerja pada tingkat x ialah sebagai berikut.
𝑛

෍ 𝐹𝑖
𝑖=𝑥

Langkah 5:
Tentukan gaya desain diafragma pada tingkat x, Fpx, dengan
mengacu pada SNI 1726:2012 Pasal 7.10.1.1 dan persamaan
berikut:
σ𝑛𝑖=𝑥 𝐹𝑖
𝐹𝑝𝑥 = 𝑛 𝑤
σ𝑖=𝑥 𝑤𝑖 𝑝𝑥

9
9/18/2019

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA

Perlu dicatat bahwa gaya Fpx lebih besar dari gaya Fx


kecuali pada atap dimana kedua gaya tersebut sama. Hal
ini disebabkan gaya diafragma, Fpx, dipengaruhi oleh efek
mode tinggi (higher mode effects) dari pada gaya desain, Fx,
untuk sistem penahan gaya gempa.

Pada gambar di samping, terlihat contoh gaya Fx dan Fpx


untuk gedung kantor 8 lantai dengan sistem penahan
momen dan diafragma pra-cetak untuk seluruh lantai dan
atap.

Perhatikan bahwa nilai minimum dan maksimum dari Fpx


Distribusi Fx dan Fpx sepanjang tinggi bangunan dari
juga diperlihatkan. gedung perkantoran (contoh) 8 lantai

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA

Langkah 6:
Cek Fpx terhadap nilai maksimum dan minimum dengan
menggunakan ketentuan berikut:

Fpx tidak boleh kurang dari Fx atau 0.2SDSIewpx (Lower Bound)


(38)
Fpx tidak perlu lebih dari 0.4SDSIewpx (Upper Bound)

dengan SDS merupakan parameter percepatan respon (39)

spektra (5% damping) pada periode pendek, dan Ie


merupakan factor keutamaan.

Gaya Fpx dikontrol oleh gaya minimum yang


diperbolehkan yaitu 0.2SDSIewpx

10
9/18/2019

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA

 Untuk struktur yang masuk ke dalam KDS C hingga F, elemen kolektor, termasuk splices dan
sambungan ke elemen penahan, harus dapat menahan kombinasi beban dengan faktor kuat lebih (Ω0)

 Beban gempa lateral yang digunakan ialah Ω0Fx atau Ω0Fpx, yang mana yang menghasilkan pengaruh
terbesar.

 Perlu diingat bahwa apabila Fpx ditentukan oleh persamaan (38) atau (39) SNI 1726:2012, gaya tersebut
tidak perlu diamplifikasi dengan Ω0, karena gaya tersebut tidak diturunkan dari koefisien modifikasi
respons, R. Dalam kasus ini, gaya dari persamaan (38) dan (39) tersebut harus dibandingkan dengan
persamaan (37) SNI 1726:2012 dikalikan dengan Ω0 untuk menentukan pembebanan yang menentukan.

LANGKAH MENENTUKAN PEMBEBANAN DIAFRAGMA DAN


KOMPONENNYA

Untuk struktur pada KDS D, E, dan F serta memiliki ketidakberaturan


horizontal Tipe 1a, 1b, 2, 3, atau 4 serta ketidakberaturan vertikal tipe
4 (SNI 1726:2012 Pasal 7.3.34) :
Gaya desain harus ditingkatkan 25% untuk elemen sistem penahan
gaya gempa berikut :
 Sambungan antara diafragma ke elemen vertikal dan ke kolektor
 Kolektor dan sambungannya, termasuk sambungannya ke elemen
vertikal sistem penahan gaya gempa.
Kecuali gaya yang digunakan sudah termasuk faktor kuat lebih (Ω0)

11
9/18/2019

BAGAIMANA PEMODELAN ELEMEN DIAFRAGMA?

PEMODELAN DIAFRAGMA

 Apabila diafragma dimodelkan


dengan finite element, section cut
harus digunakan untuk melacak gaya
diafragma setiap time step

12
9/18/2019

PEMODELAN DIAFRAGMA
Diafragma pelat beton atau dek metal yang diberi penutup (topping) beton dengan perbandingan S/De ≤ 3,
pada struktur tanpa ketidakberaturan horizontal dapat diidealisasikan sebagai diafragma kaku

(SNI 1726:2012. pasal 7.3.1.2)

ILUSTRASI DIAFRAGMA RIGID DAN FLEKSIBEL

13
9/18/2019

“COMMON PRACTICE” PEMODELAN DIAFRAGMA

 Pemodelan rigid diafragma beton


bertulang dalam model analisis
merupakan “common practice”
apabila rasio span-to-depth ≤ 3
dan tidak ada ketidakberaturan
horizontal

PEMODELAN PADA GAYA TRANSFER DIAFRAGMA YANG BESAR


(OFFSET ATAU DISKONTINUITAS ELEMEN VERTIKAL PENAHAN GAYA GEMPA)

 Pada pelat lantai dasar dengan basement,


gaya didistribusikan dari dinding geser
melalui diafragma ke dinding basement.

 Pemodelan fleksibilitas diafragma akan


mengurangi gaya (secara signifikan) yang
didistribusikan dari dinding sehingga
Gaya kopel yang menahan guling di dinding pada level podium dan
mengurangi backstay effect. bawahnya dikenal sebagai backstay effect

14
9/18/2019

PEMODELAN PADA GAYA TRANSFER DIAFRAGMA YANG BESAR


(OFFSET ATAU DISKONTINUITAS ELEMEN VERTIKAL PENAHAN GAYA GEMPA)

 Pemodelan finite element (elemen hingga) dari suatu diafragma bermanfaat untuk pengecekan
transfer gaya antar elemen vertikal, transfer gaya sekitar bukaan besar, pengaruh ramp pada gedung
parkir, dan desain diafragma yang tidak beraturan.

 Ketika terjadi ketidakberaturan vertikal pada elemen vertikal penahan gaya gempa, model rigid
diaphragm akan menghasilkan “loncatan” gaya yang tidak realistis dan sulit untuk didesain.

PEMODELAN PADA GAYA TRANSFER DIAFRAGMA YANG BESAR


(OFFSET ATAU DISKONTINUITAS ELEMEN VERTIKAL PENAHAN GAYA GEMPA)

 Apabila diafragma dimodelkan sebagai elemen


rigid (kaku) pada analisis struktur pada
komputer, gaya transfer yang sangat besar
(tidak realistis) akan dihasilkan pada tingkat
yang mengalami diskontinuitas.

 Pada lokasi tersebut dan beberapa lantai di


}
bawah dikontinuitas tersebut, pemodelan
fleksibilitas diafragma (semi rigid) dapat
menghasilkan perkiraan gaya desain diafragma }
dan elemen vertikal yang lebih realistis

15
9/18/2019

PEMODELAN DIAFRAGMA DENGAN BENTUK TIDAK BERATURAN

 Untuk memodelkan dengan baik diafragma


dengan bentuk tidak beraturan, pemodelan
finite element harus di-mesh 1/10 hingga 1/5
dari panjang bentang atau dinding (ukuran
terkecil 1m X 1m)

 Apabila dilakukan section cut melalui


diafragma untuk mengetahui distribusi geser
sepanjang diafragma, meshing finite element
sekitar section cut harus dibuat lebih kecil
Bentuk diafragma tidak beraturan
(fine meshing).

PEMODELAN KEKAKUAN DIAFRAGMA


 Reduksi kekakuan yang berhubungan dengan retak pada diafragma dapat diestimasi dengan
memasukkan modifier kekakuan pada properti kekakuan in-plane dari diafragma.

 Kekakuan pada diafragma beton bertulang umumnya berada pada rentang 0.15 hingga 0.50 pada saat
analisis terhadap design-level earthquake/gempa desain (Nakaki 2000).

 Apabila hasil analisis sangat dipengaruhi oleh asumsi kekakuan diafragma, sebaiknya analisis dilakukan
dengan menggunakan batas atas dan bawah dari kekakuan diafragma dan memilih parameter desain
berdasarkan gaya terbesar dari kedua analisis.

 Umumnya stiffness modifier dipilih 0.25 untuk membrane dan bending di semua arah (11,22,12)

 Untuk kekakuan geser, dipilih 1

16
9/18/2019

PEMODELAN DIAFRAGMA SEMI-RIGID

 Memberikan estimasi transfer gaya yang


realistis

 Bisa Section Cut  memberikan


distribusi gaya geser sepanjang diafragma

 Meshing dengan ukuran terkecil 1m x 1m


(memodelkan kekakuan lentur diafragma
dengan baik)

ALTERNATIF PEMODELAN DIAFRAGMA

 Ketika diafragma dimodelkan sebagai rigid, section cut


melalui diafragma tidak dapat digunakan. Sebagai gantinya,
section cut dapat diaplikasikan pada bagian atas dan bawah
elemen vertikal dan gaya transfer ialah gaya yang
dibutuhkan untuk mengimbangi gaya elemen vertikal
tersebut.

 Metode ini dapat digunakan pada diafragma semi-rigid pula,


meskipun section cut melalui elemen dan nodal diafragma
lebih direct. Gaya RA yang ditransfer antara diafragma dan dinding
dapat diperoleh dari section cuts melalui dinding

17
9/18/2019

DIAFRAGMA DENGAN BUKAAN BESAR


 Diasumsikan tulangan “L” menerima gaya geser
uniform diafragma dari sisi kiri bukaan dan
membawanya ke diafragma atas dan bawah bukaan
sesuai dengan proporsi kekakuannya

 Kemudian tulangan “R” menerima geser dari atas


dan bawah bukaan lalu menyalurkan geeser tersebut
ke bagian kanan bukaan dari diafragma

 Tulangan “T” dan “B” menahan momen local yang


terjadi pada bagian atas dan bawah bukaan. Momen
ini dapat dihitung sebagai VT(l/2) dan VB(l/2) dengan
asumsi inflection point terletak pada tengah bukaan

DIAFRAGMA DENGAN BUKAAN BESAR

 Apabila digunakan analisis finite element


(misal ETABS), maka gaya-gaya tersebut
dapat ditentukan dari section cut dan
pendekatan analisis sebelumnya dapat
digunakan untuk mengecek hasil finite
element.

18
9/18/2019

DIAFRAGMA DENGAN BUKAAN BESAR

DIAFRAGMA DENGAN BUKAAN BESAR

19
9/18/2019

POSISI BUKAAN YANG HARUS DIHINDARI PADA DESAIN DIAFRAGMA

POSISI BUKAAN UNTUK MEMINIMALISIR EFEK DISKONTINUITAS DIAFRAGMA

20
9/18/2019

BAGAIMANA PEMODELAN UNTUK DESAIN


DIAFRAGMA PADA ETABS?

LANGKAH PEMODELAN DAN DESAIN DIAFRAGMA

1. Memodelkan diafragma sebagai semi-rigid


2. Menentukan gaya desain diafragma yang menentukan
3. Aplikasi gaya diafragma sesuai dengan kombinasi pembebanannya
4. Pengecekan terhadap gaya dari section cut
5. Analisis keperluan tulangan tambahan akibat gaya-gaya yang terjadi (tarik, tekan, dan geser)
6. Identifikasi elemen-elemen yang berfungsi sebagai kolektor
7. Menentukan gaya desain kolektor yang menentukan
8. Aplikasi gaya desain kolektor dengan kombinasi yang sesuai
9. Penentuan elemen kolektor kritis
10. Pengecekan geser dan friksi antara kolektor dan sambungannya, diafragma dan elemen vertikal,
diafragma dan kolektor

21
9/18/2019

PENENTUAN GAYA DESAIN DIAFRAGMA

SNI 1726:2012 pasal 7.10, gaya desain


diafragma diambil yang terbesar antara :
a) Gaya desain seismik dari analisis
struktural (Fi) (CQC)
b) Gaya desain diafragma Fpx

σ𝑛𝑖=𝑥 𝐹𝑖
𝐹𝑝𝑥 = 𝑤
σ𝑛𝑖=𝑥 𝑤𝑖 𝑝𝑥

𝐹𝑝𝑥,𝑚𝑖𝑛 = 0.2𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 𝑤𝑝𝑥

𝐹𝑝𝑥,𝑚𝑎𝑥 = 0.4𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 𝑤𝑝𝑥

Gaya desain diafragma ini diaplikasikan per


lantai (one floor at a time), dan lantai lainnya
diaplikasikan gaya CQC

CONTOH KASUS : DESAIN DIAFRAGMA

 Ditinjau Lantai 3 Arah Y


sebagai contoh karena
memiliki ketidakberaturan
torsi 1a
 indikasi adanya gaya
transfer diafragma yang lebih
besar dari lantai lainnya

22
9/18/2019

PERBANDINGAN GAYA DESAIN DIAFRAGMA

Lantai 3 Lantai 3

Fpx, min MENENTUKAN

APLIKASI GAYA DESAIN DIAFRAGMA PADA TIAP NODAL (ARAH X)

Lantai 3

23
9/18/2019

APLIKASI GAYA DESAIN DIAFRAGMA PADA TIAP NODAL (ARAH Y)

Lantai 3

KOMBINASI PEMBEBANAN

 Kombinasi pembebanan awal tanpa faktor


kuat lebih

 Lantai yang diberi Fpx tidak perlu


diberikan beban gempa CQC

(one floor at a time)

24
9/18/2019

ANALISIS GAYA DESAIN DIAFRAGMA

 Section cut pada lokasi dengan gaya-gaya kritis

 Gempa arah X  Shell Resultant F22


 Gempa arah Y  Shell Resultant F11

 Analisis per kombinasi gempa yang sesuai

 Pengecekan dilakukan untuk setiap kombinasi


untuk mencegah overestimate gaya

SECTION CUT

 F1 : gaya geser
 F2 : gaya tarik-tekan
 MZ : momen sebidang in-
plane pelat

25
9/18/2019

CONTOH DISTRIBUSI GAYA DIAFRAGMA PADA SECTION CUT

Resultant force angle mengindikasikan sudut antara sumbu X global dengan sumbu section cut local 1
Gaya-gaya pada sisi kiri dan sisi kanan dirata-ratakan untuk mendapatkan resultan gaya yang diperhitungkan

PENULANGAN PADA KOMPONEN DIAFRAGMA

 F1 : Pengecekan kapasitas geser


diafragma (beton), apabila tidak
cukup maka diperlukan tulangan
geser
 F2 : Pengecekan gaya tarik atau
tekan. Apabila gaya tarik terjadi,
perlu ditambahkan tulangan.

26
9/18/2019

PENULANGAN PADA KOMPONEN DIAFRAGMA


 MZ : Momen sebidang in-plane
pelat yang akan ditahan oleh
diafragma berupa gaya tarik
dan tekan pada chord

 Gaya tarik pada chord dapat


ditahan dengan kelebihan
tulangan terpasang atau
tambahan tulangan

 Chord dengan tegangan tekan


≥ 0.2fc’ memerlukan
confinement pada detailingnya

PENULANGAN ELEMEN KOLEKTOR

27
9/18/2019

AXIAL FORCE DIAGRAM (FPY)

AXIAL FORCE DIAGRAM (FPY)

Kolektor Kritis
 Desain Ulang Sebagai Elemen Tekan

Pu > 0.1Ag fc’

28
9/18/2019

ANALISIS GESER INTERFACE (GESER FRIKSI)

Identikfikasi gaya geser friksi pada


sambungan antara diafragma dan elemen
vertikal
 Tahanan geser friksi dari tulangan
terpasang sudah mencukupi?

PENULANGAN GESER FRIKSI

29
9/18/2019

TERIMA KASIH

30

Anda mungkin juga menyukai