Anda di halaman 1dari 65

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Perencanaan Jembatan Struktur Atas


Data Jembatan Rangka Baja yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Bentang = 60 meter
Lebar Jembatan = 9,6 meter
Tinggi Jembatan = 6,3 meter
Lebar Lantai Kendaraan = 7 meter
Lapisan Aspal = 6 mm
Mutu Plat Beton = 25 MPa
fy baja = 355 MPa
fu baja = 490 Mpa
Elevasi Muka air ke jembatan = 10 meter

Gambar 5.1 Potongan Melintang

40
41

Gambar 5.2 Potongan Memanjang

Jembatan rangka baja dimodelkan menggunakan STAAD Pro V8i.


Jembatan dimodelkan dengan 921 elemen batang dan 881 elemen plat. Jembatan
ditumpu dengan perletakan sederhana sendi-rol. Adapun gambar geometrik
jembatan 3D dan permodelan jembatan adalah sebagai berikut :

Gambar 5.3 Pemodelan Struktur 3D Pada Jembatan

Gambar 5.4 Pemodelan Jembatan


42

5.1.1 Pembebanan Jembatan Rangka Baja


Pembebanan pada jembatan rangka baja berdasarkan SNI 1725:2016 yang
dimodelkan dengan STAAD Pro V8i adalah sebagai berikut :
1. Beban Sendiri (MS)
Beban sendiri diperoleh dari berat masing-masing material penyusun
struktur yang secara otomatis terhitung oleh program bantu STAAD Pro
V8i sebesar 628557 kg.

Gambar 5.5 Beban Mati (MS) pada Jembatan

2. Beban Mati Tambahan (MA)


Beban mati tambahan diberikan berupa lapisan aspal sebesar 6 cm dengan
kerapatan masa lapisan permukaan aspal 2240 kg/m3, Steeldeck dengan
massa jenis 7 kg/m3, Dan Air hujan dengan berat 50 kg/m2.
Berat aspal = 0.06 m x 2240 kg/m3
= 134.4 kg/m2
Berat Stelldeck = 1 x 7 kg/m3
= 7 kg/m2
Berat Air Hujan = 57 kg/m2
Beban Lantai Kendaraan =134.4 kg/m2 + 7 kg/m2 + 57 kg/m2
= 191.4 kg/m2
Beban Trotoir = 57 kg/m2
43

Biru = 191.4 kg/m2


Hijau = 57 kg/m

Gambar 5.6 Beban Mati Tambahan (MA) pada Jembatan

3. Aksi Lalu Lintas


Beban lajur "D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar 5.7.
a) Beban hidup

Gambar 5.7 Beban BTR dan Beban BGT Jembatan

- Beban (D) BTR q = 9.0 .(0.5+15/60) = 7.875 kPa = 675 kg/m2


- Beban (P) BGT q = 49.00 kN/m = 4900 kg/m
- Beban Truk T = 50 kN ; 225 kN ; 225 kN
44

Biru = 675 kg/m2


Hijau = 4900 kg/m

Gambar 5.8 Beban BTR dan BGT pada Jembatan

b) Beban rem
Gaya rem harus diambil lebih besar dari:
- 25% dari berat gandar truk desain
- 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Diasumsikan bekerja secara horisontal pada jarak 1800 mm di atas
permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang
paling menentukan. Berikut beban rem untuk jembatan bentang 40 m:
i) 0.25 . 225 = 56.25 kN
ii) 0.05 . (500+(6,75).60.(3,5))= 95.875 kN
Sehingga diambil yang terbesar 95.875 kN
MTR = 95.875 kN . 1.8 = 172.575 kNm = 17258 kg.m

Biru = 17258 kg.m

Gambar 5.9 Beban Rem pada Jembatan


45

c) Beban Truk (TT)


Beban truk yang digunakan dalam perencanaan ini adalah beban
kendaraan dengan tonase gandar depan, gandar tengah, gandar belakang
masing-masing 50 kN, 225 kN, dan 225 kN serta mempunyai jarak
masing-masing 5 m dengan penempatan yang diatur penuh (kondisi padat)
serta direncanakan bahwa jembatan satu arah. Untuk mencari momen
terbesar pada pelat lantai jembatan maka dibuat 4 simulasi penempatan
beban truk. Berikut simulasi beban truk yang digunakan :
a. Beban T Simulasi Tipe – 1
Beban roda gandar belakang ditempatkan tepat pada tumpuan dan
jarak antar kendaraan sejauh 2 meter.

Biru = 11250 kg.m


Hijau = 2500 kg.m

Gambar 5.10 Beban Truk Simulasi Tipe – 1 pada Jembatan


46

b. Beban T Simulasi Tipe – 2


Beban roda gandar tengah ditempatkan satu meter dari tumpuan dan
jarak antar kendaraan sejauh 2 meter.

Biru = 11250 kg.m


Hijau = 2500 kg.m

Gambar 5.11 Beban Truk Simulasi Tipe – 2 pada Jembatan

c. Beban T Simulasi Tipe – 3


Beban roda gandar depan ditempatkan tepat pada tumpuan dan jarak
antar kendaraan sejauh 2 meter.

Biru = 11250 kg.m


Hijau = 2500 kg.m

Gambar 5.12 Beban Truk Simulasi Tipe – 3 pada Jembatan


47

d. Beban T Simulasi Tipe – 4


Beban roda gandar belakang ditempatkan dua meter dari tumpuan
dan jarak antar kendaraan sejauh 2 meter.

Biru = 11250 kg.m


Hijau = 2500 kg.m

Gambar 5.13 Beban Truk Simulasi Tipe – 4 pada Jembatan

3. Aksi Lingkungan
Aksi lingkungan memasukkan angin dan gempa. Besarnya beban rencana
yang diberikan dalam standar ini dihitung berdasarkan analisis statistik
dari kejadian-kejadian umum yang tercatat tanpa memperhitungkan hal
khusus yang mungkin akan memperbesar pengaruh setempat.
a) Beban angin
Tekanan angin di dalam SNI 1725:2016 diasumsikan disebabkan oleh
angin rencana dengan kecepatan dasar (VB) sebesar 90 hingga 126
km/jam. Untuk jembatan atau bagian jembatan dengan elevasi lebih tinggi
dari 10000 mm di atas permukaan tanah atau air, kecepatan rencana, VDZ,
harus dihitung dengan persamaan berikut:
Asumsi :
Z = 10000 mm
Z0 = 1000 (Sub Urban)
V0 = 17.6 (Sub Urbam)
V10 = 90 km/jam
VB = 90 km/jam
48

𝑉 𝑍
VDZ = 2,5 V0 ( 𝑉10 ) ln (𝑍 )
𝐵 0

90 10000
= 2,5. 17,6. (90) ln ( 1000 )

= 101.313 km/jam
Sehingga nilai tekanan angin rencana (PD) dalam MPa adalah sebagai berikut:
PD-tekan = 0.0024.(101,313/90)2
= 0.00304 MPa
Nilai PD-tekan dalam bentuk beban 0.0075*6300*60000 = 1149.621 kN (tekan)
PD-hisap = 0.0012.(101,313/90)2
= 0.00152 MPa
Nilai PD-hisap dalam bentuk beban 0.00152*6300*60000 = 574,811 kN (hisap)
Maka nilai PD-tekan dan PD-hisap masing-masing dibagi 17 titik menjadi:
PD-tekan 11496,21 kg / 24 = 479.01 kg /titik nodal (tekan)
PD-hisap 5747,11 kg / 24 = 239,5 kg/ titik nodal (hisap)
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4.4 kN/mm
pada bidang tekan dan 2.2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka,
Sehingga untuk pembebanan diambil untuk PD-tekan = 479.01 kg /titik nodal
(tekan) , dan PD-hisap = 239,5 kg/ titik nodal (hisap).

Biru = 479.01 kg.m


Hijau = 239.5 kg.m

Gambar 5.14 Beban Angin pada Struktur Jembatan (Ews)


49

Ewl = 1.46 . L . 1.8


= 1.46 . 60 . 1.8 = 157,68 kNm
= 15768 / 48 = 606,462 kgm/nodal
Beban angin vertikal (Ewv) pada jembatan rangka baja sebesar 9.6 x 10-4 Mpa
dikalikan dengan lebar jembatan.
Ewv = 9,6 x 10-4 . L
= 9,6 x 10-4 . 60 = 931,2 kg/m

Biru = 931.2 kg/m2


Kuning = 606.462 kg/m

Gambar 5.15 Beban Angin Vertikal (Ewv)


pada Jembatan dan Beban Angin pada kedanraan (Ewl).

4. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.1 Kombinasi Pembebanan yang Digunakan
TT TD
Keadaan Batas MS MA
TB TP
EWS EWL
Kuat I 1.1 1.4 1.8 - -
Kuat II 1.1 1.4 1.4 - -
Kuat III 1.1 1.4 - 1.4 -
Kuat IV 1.1 1.4 - - -
Kuat V 1.1 1.4 - 0.4 1
Ekstrem I 1.1 1.4 1,4 - -
Ekstrem II 1.1 1.4 0,5 - -
Layan I 1 1 1 0.3 1
Layan II 1 1 1.3 - -
Layan III 1 1 0.8 - -
Layan IV 1 1 - 0.7 -
50

5.1.2 Kontrol Batang


Berikut tabel gaya-gaya dan momen yang bekerja pada batang hasil
analisis STAAD Pro v8i.
Tabel 5.2 Gaya Hasil Analisis Staad Pro
No. Batang Gaya STAAD Pro Beban
1 BSD 1, 3, 10, 12 Tekan 7510000 N Kuat I
2 BSD 5, 8 Tekan 2343000 N Kuat I
3 BSD 4, 6, 7, 9 Tarik 3710000 N Kuat I
4 BSD 2, 11 Tarik 6180000 N Kuat I
5 BSA 1, 2, 9, 10 Tekan 15400000 N Kuat I
6 BSA 3 - 8 Tekan 8470000 N Kuat I
7 BSB 1 - 12 Tarik 2930000 N Kuat I
8 BST 1 - 11 Tarik 885420 N Kuat I
9 BIA Tekan 749020 N Kuat I
9 GMT Lentur Kuat I
Mz 2187 kNm Kuat I
My 3.57 kNm Kuat I
Vu 1502000 N Kuat I
10 GMP Lentur Kuat I
Mz 126.03 kNm Kuat I
My 11.9 kNm Kuat I
Vu 93590 N Kuat I
51

5.1.2.1 Kontrol Batang BSD 1, 3, 10, 12


Batang yang dikontrol merupakan batang tekan BSD 1, 3, 10, 12, yang
merupakan profil WF 400.400.15.45 dan menerima gaya sebesar 7510000 N
berdasarkan beban kombinasi Kuat I.

Gambar 5.16 Batang BSD 1, 3, 10, 12

Pu = 7510000 N Fy = 355 Mpa


L = 8000 mm k =1
Ag = ((400.45).2)+((400-(2.45)).15)= 40650 mm2
Iy = (2.(1/12.45.400))+(1/12.(400-(2.45)).153)= 480087187.5 mm4
𝐼𝑦 480087187.5
Imin = ry = √𝐴𝑔 = √ = 108.6750 mm
40650

𝑘.𝐿 𝐹𝑦 1.8000 355


λ = 𝑟.𝜋 √ 𝐸 = √ = 0,9872
108,6750 .𝜋 200000

Karena 0,25 < λ < 1,2 maka


1.43
ω = = 1.524
1.6  0.67.
𝐹𝑦 355
ф.Pn = ф. Ag. = 0,85.40650 . 1.524 = 8050783.75 N
ω

ф.Pn > Pu
8050783.75 N > 7510000 N
Karena ф.Pn > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.
52

5.1.2.2 Kontrol Batang BSD 5, 8


Batang yang dikontrol merupakan batang tekan BDF 5, 8 yang merupakan
profil WF 400.350.13.17 dan menerima gaya sebesar 2343000 N berdasarkan
beban kombinasi Kuat I.

Gambar 5.17 Batang BSD 5, 8

Pu = 2343000 N Fy = 355 Mpa


L = 8000 mm k =1
Ag = ((350.17).2)+((400-(2.17)).13)= 16658 mm2
Iy = (2.(1/12.17.350))+(1/12.(400-(2.17)).133)= 121546175.2 mm4
𝐼𝑦 121546175.2
Imin = ry = √𝐴𝑔 = √ = 85.4199 mm
16658

𝑘.𝐿 𝐹𝑦 1.8000 355


λ = 𝑟.𝜋 √ 𝐸 = √ = 1.256 mm
85,4199 .𝜋 200000

Karena 0,25 < λ < 1,2 maka


1.43
ω = = 1.972
1.6  0.67.
𝐹𝑦 355
ф.Pn = ф. Ag. = 0,85.16658. 1.972 = 2549176.91 N
ω

ф.Pn > Pu
2549176.91N > 2343000 N
Karena ф.Pn > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.
53

5.1.2.3 Kontrol Batang BSD 4, 6, 7, 9


Batang yang dikontrol merupakan batang tarik BSD 4, 6, 7, 9 yang
merupakan profil WF 400.350.13.17 dan menerima gaya sebesar 3710000 N
berdasarkan kuat I.

Gambar 5.18 Batang BSD 4, 6, 7, 9

Pu = 3710000 N фbaut = 29 mm
Fu = 490 Mpa
Fy = 355 MPa
Toleransi lubang = 3 mm
Diameter lubang (d) = 32 mm
Ag = ((350.17).2)+((400-(2.17)).13) = 16658 mm2
An1 = Ag – n.d.t = 16658 – (8.(32 . 17)) = 12306 mm2
𝑠2 . 𝑡
An2 = Ag – n.d.t + Σ 4 𝑢
902 . 17
= 16658 – (8.(32 . 17)) + 2 . = 19071 mm2
4 . 90

Syarat An < 0.85 Ag


0.85Ag = 0.85 . 16658 = 14159.3 mm2
Karena An1 < 0.85 Ag maka An yang dipakai = 12306 mm2
𝑥 0
U = 1– = 1–
𝐿 500

Ae = U . An = 1 . 12306 = 12306 mm2


Pn1 (Kondisi Leleh) = 0.9 . Ag . Fy
= 0.9 . 16658. 355 = 5322231 N
Pn2 (Kondisi Fraktur) = 0.75 . An . Fu
54

= 0.9 . 12306. 490 = 4522455 N


Syarat Pn1 > Pu
5322231 N > 3710000 N
SyaratPn2 > Pu
4522455 N > 3710000 N
Karena Pn1 > Pu dan Pn2 > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.

5.1.2.4 Kontrol Batang BSD 2, 11


Batang yang dikontrol merupakan batang tarik BSD 2, 11 yang merupakan
profil WF 400.400.15.45 dan menerima gaya sebesar 6180000 N berdasarkan kuat
I.

Gambar 5.19 Batang BSD 2, 11

Pu = 6180000 N фbaut = 29 mm
Fu = 490 Mpa
Fy = 355 MPa
Toleransi lubang = 3 mm
Diameter lubang (d) = 32 mm
Ag = ((400.45).2)+((400-(2.45)).15) = 40650 mm2
An1 = Ag – n.d.t = 40650 – (8.(32 . 45)) = 29130 mm2
𝑠2 . 𝑡
An2 = Ag – n.d.t + Σ 4 𝑢
902 . 45
= 16658 – (8.(32 . 45)) + 2 . = 31155 mm2
4 . 90

Syarat An < 0.85 Ag


0.85Ag = 0.85 . 40650 = 34552.5 mm2
55

Karena An1 < 0.85 Ag maka An yang dipakai = 29130 mm2


𝑥 0
U = 1– = 1–
𝐿 500

Ae = U . An = 1 . 29130 = 29130 mm2


Pn1 (Kondisi Leleh) = 0.9 . Ag . Fy
= 0.9 . 29130. 355 = 12987675 N
Pn2 (Kondisi Fraktur) = 0.75 . An . Fu
= 0.9 . 29130. 490 = 10705275 N
Syarat Pn1 > Pu
12987675 N > 6180000 N
SyaratPn2 > Pu
10705275 N > 6180000 N
Karena Pn1 > Pu dan Pn2 > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.

5.1.2.5 Kontrol Batang BSA 1, 2, 9, 10


Batang yang dikontrol merupakan batang tekan BSA 1, 2, 9, 10, yang
merupakan profil WF 400.450.13.26 dan menerima gaya sebesar 8470000 N
berdasarkan beban kombinasi Kuat I.

Gambar 5.20 Batang BSA 1, 2, 9, 10

Pu = 8470000 N Fy = 355 Mpa


L = 5000 mm k =1
2
Ag = ((450.35).2)+((400-(2.35)).15) = 36450 mm
Iy = (2.(1/12.35.4503))+(1/12.(400-(2.35)).153) = 531655312.5 mm4
56

𝐼𝑦 531655312.5
Imin = ry = √𝐴𝑔 = √ = 120.7720 mm
36450

𝑘.𝐿 𝐹𝑦 1.5000 355


λ = 𝑟.𝜋 √ 𝐸 = √ = 0,555
120,7720 .𝜋 200000

Karena 0,25 < λ < 1,2 maka


1.43
ω = = 1.164
1.6  0.67.
𝐹𝑦 355
ф.Pn = ф. Ag. = 0,85.36450 . 1.164 = 9445212.36 N
ω

ф.Pn > Pu
9445212.36 N > 8470000 N
Karena ф.Pn > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.

5.1.2.6 Kontrol Batang BSA 3 - 8


Batang yang dikontrol merupakan batang tekan BSA 3 - 8, yang
merupakan profil WF 400.450.21.65 dan menerima gaya sebesar 15400000 N
berdasarkan beban kombinasi Kuat I.

Gambar 5.21 Batang BSA 3 - 8

Pu = 15400000 N Fy = 355 Mpa


L = 5000 mm k =1
Ag = ((450.65).2)+((400-(2.65)).21)= 64170 mm2
Iy = (2.(1/12.65.450))+(1/12.(400-(2.65)).213)= 987395872.5 mm4
𝐼𝑦 987395872.5
Imin = ry = √𝐴𝑔 = √ = 124.0451 mm
64170
57

𝑘.𝐿 𝐹𝑦 1.5000 355


λ = 𝑟.𝜋 √ 𝐸 = √ = 0.541 mm
124.0451 .𝜋 200000

Karena 0,25 < λ < 1,2 maka


1.43
ω = = 1.155
1.6  0.67.
𝐹𝑦 355
ф.Pn = ф. Ag. = 0,85.64170. 1,155 = 16761145.6 N
ω

ф.Pn > Pu
16761145.6 N > 15400000 N
Karena ф.Pn > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.

5.1.2.7 Kontrol Batang BSB 1-12


Batang yang dikontrol merupakan batang tarik BSB 1-12 yang merupakan
profil WF 400.400.13.21 dan menerima gaya sebesar 2930000 N berdasarkan kuat
I.

Gambar 5.22 Batang BSB 1 - 12

Pu = 2930000 kg фbaut = 29 mm
Fu = 490 Mpa
Fy = 355 MPa
Toleransi lubang = 3 mm
Diameter lubang (d) = 32 mm
Ag = ((400.21).2) + ((400 – 2.21).13) = 21454 mm2
An1 = Ag – n.d.t = 21454 – (8.(32 . 21)) = 16078 mm2
58

𝑠2 . 𝑡
An2 = Ag – n.d.t + Σ 4 𝑢
902 . 21
= 21454 – (8.(32 . 21)) + 2 . = 17023 mm2
4 . 90

Syarat An < 0.85 Ag


0.85Ag = 0.85 . 21454 = 18235.9 mm2
Karena An1 < 0.85 Ag maka An yang dipakai = 16078 mm2
𝑥 0
U = 1– = 1–
𝐿 500

Ae = U . An = 1 . 16078 = 16078 mm2


Pn1 (Kondisi Leleh) = 0.9 . Ag . Fy
= 0.9 . 21454. 355 = 6854553 N
Pn2 (Kondisi Fraktur) = 0.75 . An . Fu
= 0.9 . 16078. 490 = 5908665 N
Syarat Pn1 > Pu
6854553 N > 2930000 N
SyaratPn2 > Pu
5908665 N > 2930000 N
Karena Pn1 > Pu dan Pn2 > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.

5.1.2.8 Kontrol Batang BST 1 - 11


Batang yang dikontrol merupakan batang tarik BST 1 - 11 yang
merupakan profil WF 400.200.11.13 dan menerima gaya sebesar 885420 N
berdasarkan kuat I.

Gambar 5.23 Batang BST 1 - 11


59

Pu = 885420 N фbaut = 29 mm
Fu = 490 Mpa
Fy = 355 MPa
Toleransi lubang = 3 mm
Diameter lubang (d) = 32 mm
Ag = ((200.13).2) + ((400 – 2.13).11) = 9314 mm2
An1 = Ag – n.d.t = 9314 – (4.(32 . 13)) = 7650 mm2
𝑠2 . 𝑡
An2 = Ag – n.d.t + Σ 4 𝑢
902 . 13
= 9314 – (4.(32 . 13)) + 2 . = 8235 mm2
4 . 90

Syarat An < 0.85 Ag


0.85Ag = 0.85 . 9314 = 7916.9 mm2
Karena An1 < 0.85 Ag maka An yang dipakai = 7650 mm2
𝑥 0
U = 1– = 1–
𝐿 500

Ae = U . An = 1 . 7650 = 7650 mm2


Pn1 (Kondisi Leleh) = 0.9 . Ag . Fy
= 0.9 . 9314. 355 = 2975823 N
Pn2 (Kondisi Fraktur) = 0.75 . An . Fu
= 0.9 . 7650. 490 = 2811375 N
Syarat Pn1 > Pu
2975823 N > 885420 N
SyaratPn2 > Pu
2811375 N > 885,420 N
Karena Pn1 > Pu dan Pn2 > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.
60

5.1.2.9 Kontrol Batang BIA


Batang yang dikontrol merupakan batang tekan BIA, yang merupakan
profil WF 300.250.7.11 dan menerima gaya sebesar 749020 N berdasarkan beban
kombinasi Kuat I.

Gambar 5.24 Batang BIA

Pu = 749020 N Fy = 355 Mpa


L = 7000 mm k =1
Ag = ((300.11).2)+((250-(2.11)).7)= 7446 mm2
Iy = (2.(1/12.11.300))+(1/12.(250-(2.11)).73)= 286753779.5 mm4
𝐼𝑦 286753779.5
Imin = ry = √𝐴𝑔 = √ = 62.034 mm
7446

𝑘.𝐿 𝐹𝑦 1.7000 355


λ = 𝑟.𝜋 √ 𝐸 = √ = 1.24 mm
62,034 .𝜋 200000

Karena λ > 1,2 maka


ω = 1.25 . λ2 = 1.935
𝐹𝑦 355
ф.Pn = ф. Ag. = 0,85.7446. 1,935 = 784918,4 N
ω

ф.Pn > Pu
784918,4 N > 749020 N
Karena ф.Pn > Pu maka profil aman untuk diaplikasikan.
61

5.1.2.10 Kontrol Batang GMT


Batang yang dikontrol merupakan batang lentur GMT yang merupakan
profil WF 800.500.13.24 dan menerima momen arah z sebesar 2187 kNm serta
momen arah y sebesar 3.578 kNm berdasarkan kombinasi beban Kuat I.

Gambar 5.25 Batang GMT

Muz = 2187 kNm = 2187000000 Nmm


Muy = 3.578 kNm = 3578000 Nmm
Vu = 150200 kg = 1502000 N
Fy = 355 Mpa
Lb = 1800 mm
Ag = ((300.24).2) + ((800 – 2.24).15) = 25680 mm2
ix = ((300.8003)+(300-15).(800-2.24)3)/12
= 22899901440 mm4
1 1
iy = (2.(12.300.243) + (12.(750 - (2.24)).153) = 108211500 mm4
𝐼𝑥 22899901440
Sx = Wx = = = 57249753,6 mm3
0.5 h 0.5 . 800
𝐼𝑦 108211500
Sy = W y = = = 721410 mm3
0.5 b 0.5 . 300
2 2
𝐼 22899901440
rx = (𝐴𝑥 ) = ( ) = 944.323 mm
𝑔 25680

2 2
𝐼𝑦 108211500
ry = (𝐴 ) = ( ) = 64.91 mm
𝑔 25680

1
Zx = (300.24.(800 – 15) + (4.15.(800 – (2.24))2) = 7772640 mm3
24.3002 (800−2.24).152
Zy = ( )+( ) = 1122300 mm3
2 4
62

2.bf.tf2 + ((h−2tf).tw2
J1 = ( ) = 171600 mm4
3

J2 = 1
3
(𝑡𝑓 2 . 𝑏𝑓. 2 + 𝑡𝑤 3 (ℎ − 2𝑡𝑓)) = 961200 mm4
J dipilih yang terbesar yaitu J2 sebesar 629298 mm4
𝐼𝑥 ℎ2
Cw1 = = 3,67 . 1015 mm6
4
(h−2tf)2 .bf3 .tf
Cw2 = = 1,53 . 1013 mm6
24

Cw dipilih yang terbesar yaitu Cw1 sebesar 3,67 . 1015 mm6


𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴 𝜋 200000 .80000.629298.25680
X1 = 𝑆𝑥 . √ = 557249753,6 . √ = 770.74 mm
2 2

𝐶 𝑆𝑥 2 3,67 . 1015 557249753,6 2


X2 = 4. 𝐼𝑤 . (𝐺𝐽) = 4. 108128524 . (80000 .629298 ) = 75.1 mm
𝑦

1. Kontrol Kekompakan Penampang


a. Sayap (Flens)
170 170
λp = = = 9,1
√Fy √290
370 370
λr = = = 19,64
√Fy √355

bf 300
λ = = = 6,2
2.tf 2.24

Karena λ < λp maka merupakan penampang kompak.


b. Badan (Web)
1680 1680
λp = = = 89,2
√Fy √355
2550 2550
λr = = = 135.34
√Fy √290

h 750
λ = = = 57,7
tw 13

Karena λ < λp maka merupakan penampang kompak.

2. Kontrol Panjang Penampang


Lb = 1800 mm
𝐸 200000
Lp = 1.76 . 𝑟𝑦 . √𝐹𝑦 = 1.76 . 64.91 . √ = 2712 mm
355
63

𝑋1
Lr = 𝑟𝑦 𝑓 . √1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑦 . 𝑓𝑟) 2
𝑦 − 𝑓𝑟

770.74
= 64,91. . √1 + √1 + 75.1 (355 − 115)2
355 − 115

= 96731 mm
Karena Lb < Lp, maka termasuk bentang pendek.

3. Momen Nominal (Mn)


Karena λ < λp dan Lb < Lp, maka Mn dapat dianalisis dengan metode plastis.
Momen nominal arah x (Mnx)
Mnx = Zx.Fy = 7772640. 355 = 2759287200 Nmm
Mnx = 0.9 . 2759287200 = 2483358480 Nmm
Syarat Mnx > Mu
2483358480 Nmm > 2187000000 Nmm
Karena Mnx > Mu maka profil “OK”.
Momen nominal arah (Mny)
Mny = Zy.Fy = 1122300,5 . 355 = 398416500 Nmm
Mny = 0.9 . 398416500 = 358574850 Nmm
Syarat Mny > Mu
358574850 Nmm > 3578000 Nmm
Karena Mny > Mu maka profil “OK”.

4. Kontrol Pelat Badan


(ℎ−2𝑡𝑓) 𝐸
≤ 6.36√𝐹𝑦
𝑡𝑤

(800−2.24) 200000
≤ 6.36√
15 355

50.1 ≤ 150,96
Jadi pelat badan “OK”
64

5. Kontrol Kapasitas Geser


5 5
kn = 5 + 𝑎 2 = 5+ 1800 2 = 5.872
( ) ( )
ℎ−2.𝑡𝑓 800−2.24

(ℎ−2𝑡𝑓) 𝑛 𝑘 𝐸
≤ 1.10√ 𝐹𝑦
𝑡𝑤

(800−2.24) 5.872 . 200000


≤ 1.10√
15 355

54 < 63.272
Maka dihitung menggunakan
Vn = 0.6 . Fy . Aw = 0.6 . 355 . (800-2.24) . 15
= 2402640 N
Vn = 0.9 . 2402640 = 2162376 N
Syarat Vn > Vu
2162376 N > 1502000 N
Jadi kapasitas geser “OK”

6. Kontrol Interaksi Geser dan Lentur


𝑀𝑢 𝑉
+ 0.625.ɸ𝑉𝑢 ≤ 1.375
ɸ𝑀𝑛 𝑛

2187000000 1502000
+ 0.625.2162376 ≤ 1.375
2483358480

1,32 ≤ 1.375
Jadi interaksi geser lentur “OK”.
7. Kontrol Struktur Berpenampang I dengan Rasio bf/d ≤ 1.0 dan Bagian Rangka
dengan Ikatan
𝑀 𝑀𝑢𝑦
(ɸ𝑀𝑢𝑥 ) + (ɸ𝑀 ) ≤ 1.0
𝑛𝑥 𝑛𝑦

2187000000 3578000
( 2483358480 ) + ( 358574850 ) = 0,89

Karena jumlah dari Mu dibagi Mn kurang dari 1.0 maka profil “OK”.
65

5.1.2.11 Kontrol Batang GMP


Batang yang dikontrol merupakan batang Lentur GMP yang merupakan
profil WF 400.200.8.13 dan menerima momen arah z sebesar 126,03 kNm serta
momen arah y sebesar 11,9 kNm berdasarkan kombinasi beban Kuat I.

Gambar 5.26 Batang GMP

Muz = 126.03 kNm = 126030000 Nmm


Muy = 11,9 kNm = 11900000 Nmm
Vu = 9359 kg = 93590 N
Fy = 355 Mpa
Lb = 5000 mm
Ag = ((200.13).2) + ((400 – 2.13).8) = 8192 mm2
ix = ((200.4003)+(400-8).(400-2.13)3)/12
= 1903684650.67 mm4
1 1
iy = (2.(12.13.2003) + (12.(400 - (2.13)).83) = 17349290.67 mm4
𝐼𝑥 1903684650,67
Sx = Wx = = = 9518423 mm3
0.5 h 0.5 . 400
𝐼𝑦 17349290.67
Sy = W y = = = 173492,91 mm3
0.5 b 0.5 . 200
2
𝐼 1903684650.67 2
rx = (𝐴𝑥 ) = ( ) = 482,06 mm
𝑔 8192

2
𝐼𝑦 17349290.67 2
ry = (𝐴 ) = ( ) = 46,02 mm
𝑔 8192

1
Zx = (200.13.(400 – 8) + (4.8.(400 – (2.13))2) = 1298352 mm3
13.2002 (400−2.13).82
Zy = ( )+( ) = 265984 mm3
2 4
66

2.bf.tf2 + ((h−2tf).tw2
J1 = ( ) = 30512 mm4
3

J2 = 1
3
(𝑡𝑓 2 . 𝑏𝑓. 2 + 𝑡𝑤 3 (ℎ − 2𝑡𝑓)) = 86362,67 mm4
J dipilih yang terbesar yaitu J1 sebesar 86362,67 mm4
𝐼𝑥 ℎ2
Cw1 = = 7,615 . 1013 mm6
4
(h−2tf)2 .bf3 .tf
Cw2 = = 6,06 . 1011 mm6
24

Cw dipilih yang terbesar yaitu Cw1 sebesar = 7,615 . 1013 mm6


𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴 𝜋 200000 .80000.86362,67.8192
X1 = 𝑆𝑥 . √ = 9518423 . √ = 784.82 mm
2 2

𝐶 𝑆𝑥 2 7,615 . 1013 9518423 2


X2 = 4. 𝐼𝑤 . (𝐺𝐽) = 4. 17349290.67 . (80000 .86362,67) = 33,32 mm
𝑦

1. Kontrol Kekompakan Penampang


a. Sayap (Flens)
170 170
λp = = = 9.1
√Fy √355
370 370
λr = = = 19.64
√Fy √355

bf 417
λ = = = 7.692
2.tf 2.70

Karena λ < λp maka merupakan penampang kompak.


b. Badan (Web)
1680 1680
λp = = = 89.17
√Fy √355
2550 2550
λr = = = 135.34
√Fy √290

h 1068
λ = = = 50
tw 39

Karena λ < λp maka merupakan penampang kompak.

2. Kontrol Panjang Penampang


Lb = 5000 mm
𝐸 200000
Lp = 1.76 . 𝑟𝑦 . √𝐹𝑦 = 1.76 . 46,02 . √ = 1922,45 mm
355
67

𝑋1
Lr = 𝑟𝑦 𝑓 . √1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑦 . 𝑓𝑟) 2
𝑦 − 𝑓𝑟

784.82
= 46,02. . √1 + √1 + 33,32 (355 − 115)2
355 − 115

= 59996,71 mm
Karena Lp < Lb < Lr, maka termasuk bentang Menengah.

3. Momen Nominal (Mn)


Myx = fy . Sx = 355 . 9518423 = 3379040254,93 Nmm
Myy = fy . Sy = 355 . 173492,91 = 61589981,87 Nmm
Mp diambil yang terkecil dari fy . Z dengan 1.5My
Mpx = fy . Zx = 355 . 1298352 = 461127960 Nmm
= 1.5Myx = 1.5 . 3379040254= 5068560382 Nmm
Mpx yang dipakai 461127960 Nmm
Mpy = fy . Zy = 355 . 265984 = 94424320 Nmm
= 1.5Myy = 1.5 . 61589981,87 = 92384972,8 Nmm
Mpy yang dipakai 92384972,8 Nmm
Mrx = Sx (fy – fr) = 9518423 (355 – 115) = 2284421581 Nmm
Mry = Sy (fy – fr) = 173492,91 (355 – 15) = 41638297,6 Nmm
12.5𝑀𝑚𝑎𝑥
Cb = ≤ 2.3
2.5𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶
12.5 . 126.03
Cbx = = 1.083
2.5 . 126.03 + 3 . 106.9 + 4 . 114 + 3 .121
12.5 . 11.9
Cby = = 2.092
2.5 . 11.9 + 3 . 7.238 + 4 . 1.041 + 3 . 5.156

Momen nominal arah x (Mnx)


Berdasarkan tekuk lateral (Lp < Lb < Lr)
𝐿 −𝐿
Mnx = 𝐶𝑏 (𝑀𝑟𝑥 + (𝑀𝑝𝑥 − 𝑀𝑟𝑥 ) 𝐿 𝑟− 𝐿 ) ≤ 𝑀𝑝𝑥
𝑟 𝑝

1922.5 − 5000
= 1.083 (2284421581 + (461127960 – 2284421581 ) )
1922.5 − 56996

= 606686471.79 Nmm
Maka Mnx yang dipakai berdasarkan tekuk lokal sebesar 461127960 Nmm.
68

Mnx = 0.9 . 461127960 = 415015164 Nmm


Syarat Mnx > Mux
415015164 Nmm > 126030000 Nmm
Karena Mnx > Mux maka profil “OK”.

Momen nominal arah y (Mny)


Berdasarkan tekuk lateral (Lp < Lb < Lr)
𝐿 −𝐿
Mny = 𝐶𝑏 (𝑀𝑟𝑦 + (𝑀𝑝𝑦 − 𝑀𝑟𝑦 ) 𝐿 𝑟− 𝐿 ) ≤ 𝑀𝑝𝑦
𝑟 𝑝

1922.5 − 5000
= 2.1 (41638297,6 + (92384972,8– 41638297,6) )
1922.5 − 56996

= 187358686,26 Nmm > 𝑀𝑝𝑥


Maka Mny yang digunakan berdasarkan tekuk lokal sebesar 92384972,8 Nmm.
Mny = 0.9 . 92384972,8 = 83146475.52 Nmm
Syarat Mny > Muy
83146475.52 Nmm > 11900000 Nmm
Karena Mnx > Mux maka profil “OK”.

4. Kontrol Pelat Badan


(ℎ−2𝑡𝑓) 𝐸
≤ 6.36√𝐹𝑦
𝑡𝑤

(400−2.13) 200000
≤ 6.36√
8 355

45,23 ≤ 150,96
Jadi pelat badan “OK”

5. Kontrol Kapasitas Geser


5 5
kn = 5+ 𝑎 2 = 5+ 5000 2 = 5.03
( ) ( )
ℎ−2.𝑡𝑓 400−2.13

(ℎ−2𝑡𝑓) 𝑘 𝐸
𝑛
≤ 1.10√ 𝐹𝑦
𝑡𝑤
69

(400−2.13) 5.03 . 200000


≤ 1.10√
8 355

45,23 < 58.55


Maka dihitung menggunakan
Vn = 0.6 . Fy . Aw = 0.6 . 355 . (400-2.13) . 8 = 637296 N
Vn = 0.9 . 637296 = 573566 N
Syarat Vn > Vu
573566 N > 93590 N
Jadi kapasitas geser “OK”

6. Kontrol Interaksi Geser dan Lentur


𝑀𝑢 𝑉
+ 0.625.ɸ𝑉𝑢 ≤ 1.375
ɸ𝑀𝑛 𝑛

126030000 93590
+ 0.625.573566 ≤ 1.375
415015164

0,41 ≤ 1.375
Jadi interaksi geser lentur “OK”.

7. Kontrol Struktur Berpenampang I dengan Rasio bf/d ≤ 1.0 dan Bagian


Rangka dengan Ikatan
𝑀 𝑀𝑢𝑦
(ɸ𝑀𝑢𝑥 ) + (ɸ𝑀 ) ≤ 1.0
𝑛𝑥 𝑛𝑦

126030000 11900000
( 415015164) + ( 83146475.52 ) = 0.45

Karena jumlah dari Mu dibagi Mn kurang dari 1.0 maka profil “OK”.
70

5.1.3 Perhitungan Sambungan


Sambungan yang digunakan sebagai alat pengencang pada struktur
jembatan adalah sambungan baut.
5.1.3.1 Sambungan Gelagar Melintang Terhadap Rangka
Vu = 1502000 N Db = 32 mm (M – 32)
Mu = 2187000000 Nmm Ab = 804,25 mm2
Fub = 825 Mpa n = 8 buah
r = 0.5 (drat tidak mengenai bidang geser)

1. Kuat nominal baut terhadap geser


Rn = r2 . fub . m . Ab = 0.75 . 0.5 . 825 . 1 . (804.25) = 248814.14 N
Vn–total = Rn . n = 248814.14 . 24 = 5971539.32 N > 1502000 N
2. Gaya tarik terbesar yang diterima satu baut
∑ 𝑦2 = 4 (1002 + 2002 + 3002 + 4002 + 5002 + 6002 + 7002)
= 5600000 mm
𝑀𝑢 𝑦 2187000000 . 825
Tu = ∑ 𝑦2
= = 273375 N
5600000

3. Interaksi geser dan tarik


𝑉𝑢 1502000
fuv = = = 77.82 Mpa
𝑛 . 𝐴𝑏 24 . 804.25

ft = (807 – 1.5 fuv) < 621 Mpa


= 807 – 1.5 . 77.82 = 690.3 Mpa > 621 Mpa
Tn-1 baut = 0.75 . 621 . 804.25 = 374578 N > 273375 N
Jadi jumlah baut yang dibutuhkan adalah 16 buah.
71

5.1.3.2 Sambungan Rangka Batang Tegak dan Bracing Atas


Pu = 442710 N
Diameter baut (D) = 29 mm
fub = 825 MPa
tebal pelat tp = 50 mm

Menghitung Luas (A)


Luas baut (Ab) = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 272 = 660.52 mm2
Meninjau tahanan baut :
Geser ϕRn = ϕ x r1 x fub x m x Ab
= 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 660.52
= 204348 N
Tumpu ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x fup
= 0,75 x 2,4 x 29 x 50 x 490
= 1278900 N
Jumlah baut ditentukan berdasarkan gaya terkecil = 204348 N
Tn-baut = Rn . n = 204348 . 4 = 817392.32 N > 442710 N

5.1.3.3 Sambungan Rangka Batang Diagonal 1


Pu = 3755000 N
Diameter baut (D) = 29 mm
fub = 825 MPa
tebal pelat tp = 50 mm

Menghitung Luas (A)


Luas baut (Ab) = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 272 = 660.52 mm2
Meninjau tahanan baut :
Geser ϕRn = ϕ x r1 x fub x m x Ab
= 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 660.52
= 204348 N
72

Tumpu ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x fup


= 0,75 x 2,4 x 29 x 50 x 490
= 1278900 N
Jumlah baut ditentukan berdasarkan gaya terkecil = 204348 N
 Tn-baut = Rn . n = 204348. 20 = 4086966.61 N > 3755000 N

5.1.3.4 Sambungan Rangka Batang Diagonal 2


Pu = 1855000 N
Diameter baut (D) = 29 mm
fub = 825 MPa
tebal pelat tp = 50 mm

Menghitung Luas (A)


Luas baut (Ab) = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 272 = 660.52 mm2
Meninjau tahanan baut :
Geser ϕRn = ϕ x r1 x fub x m x Ab
= 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 660.52
= 204348 N
Tumpu ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x fup
= 0,75 x 2,4 x 29 x 50 x 490
= 1278900 N
Jumlah baut ditentukan berdasarkan gaya terkecil = 204348 N
 Tn-baut = Rn . n = 204348. 12 = 2452179.96 N > 1855000 N

5.1.3.5 Sambungan Rangka Batang Atas 1


Pu = 7700000 N
Diameter baut (D) = 32 mm
fub = 825 MPa
tebal pelat tp = 50 mm
73

Menghitung Luas (A)


Luas baut (Ab) = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 322 = 804.25 mm2
Meninjau tahanan baut :
Geser ϕRn = ϕ x r1 x fub x m x Ab
= 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 804.25
= 248814 N
Tumpu ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x fup
= 0,75 x 2,4 x 32 x 50 x 490
= 1411200 N
Jumlah baut ditentukan berdasarkan gaya terkecil = 248814 N
 Tn-baut = Rn . n = 248814. 32 = 796052 N > 7700000 N

5.1.3.6 Sambungan Rangka Batang Atas 2


Pu = 4235000 N
Diameter baut (D) = 32 mm
fub = 825 MPa
tebal pelat tp = 50 mm

Menghitung Luas (A)


Luas baut (Ab) = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 322 = 804.25 mm2
Meninjau tahanan baut :
Geser ϕRn = ϕ x r1 x fub x m x Ab
= 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 804.25
= 248814 N
Tumpu ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x fup
= 0,75 x 2,4 x 32 x 50 x 490
= 1411200 N
Jumlah baut ditentukan berdasarkan gaya terkecil = 248814 N
 Tn-baut = Rn . n = 248814. 20 = 497628276 N > 4235000 N
74

5.1.3.7 Sambungan Rangka Batang Bawah


Pu = 1465000 N
Diameter baut (D) = 29 mm
fub = 825 MPa
tebal pelat tp = 50 mm

Menghitung Luas (A)


Luas baut (Ab) = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 272 = 660.52 mm2
Meninjau tahanan baut :
Geser ϕRn = ϕ x r1 x fub x m x Ab
= 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 660.52
= 204348 N
Tumpu ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x fup
= 0,75 x 2,4 x 29 x 50 x 490
= 1278900 N
Jumlah baut ditentukan berdasarkan gaya terkecil = 204348 N
 Tn-baut = Rn . n = 204348. 20 = 4086966 N > 1465000 N
75

5.1.4 Perencanaan Pelat Lantai


Pada perencanaan penulangan pelat lantai kendaraan ini memakai simulasi
TT 1 – TT 4 untuk pembebanan. Pembebanan pada pelat berdasarkan SNI
1725:2016. Adapun data perencanaan Pelat Lantai sebagai berikut :
1. Data Perencanaan
Spesifikasi teknis :
 Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
 Mutu Beton = K-250
= fc’ = 0.83*K/10 = 21 MPa
 Mutu Baja 12 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa
 Modulus elastisitas beton Ec = 4700√fc’ = 30459 MPa
 Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
 Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
 Faktor reduksi kekuatan lentur  = 0.8
 Bentang Jembatan L = 60 m
 Lebar Total jembatan B = 9,6 m
 Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
 Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.06 m
 Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
 Tebal selimut beton d’ = 30 mm
 Tinggi efektif dplate = t – d’ = 170 mm
76

5.1.4.1 Penulangan Lentur Searah Sumbu My


Momen maksimum yang terjadi pada arah My pelat (penulangan
melintang) sebesar 66 kNm akibat Pelat II.

Gambar 5.27 Momen yang Terjadi pada Pelat Lantai Arah Mx Akibat Pelat II

Mu = 66 kNm = 66000000 Nmm


Fy = 240 Mpa Fc’ = 25 Mpa
b = 1000 mm h = 200 mm
d’ = 30 mm d = 170 mm

1. Nilai Faktor Tahanan (Rn)


𝑀𝑢 66000000
Rn = = = 2,855
∅𝑏𝑑2 0.8 . 1000 . 1702

2. Rasio Tulangan (ρ)


𝐹𝑦 240
m = = = 11.294
0.85 𝐹𝑐 ′ 0.85 . 25

1 2.𝑚.𝑅𝑛 1 2 . 11.294 . 2,855


ρ = . (1 − √1 − ) = . (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦 11.294 240

= 0,0128
77

3. Perencanaan Tulangan
Tulangan utama:
As = ρ . b . d = 0.0182 . 1000 . 170 = 2179.9 mm2
As yang dipakai, As = 2370 mm2
Jadi As pakai > As (OK)
𝐴𝑠 𝐹𝑦 2370 . 240
a = = = 26,8
0.85 𝐹𝑐′ .𝑏 0.85 . 24 . 1000

𝑎 26,8
Mn = As . Fy . (𝑑 − 2)= 2179,9 . 240 . (170 − ) = 89083448,47 Nmm
2

Mn = 0.8 . 89083448,47 = 71266758,78 Nmm


Mn > Mu
71266758,78 Nmm > 90763000 Nmm (OK)
Diasumsikan menggunakan tulangan D22
𝑏 1000
s = = = 160 mm
4 𝐴𝑠 .𝜋.𝐷 2 4 . 2370. π . 222

Jadi tulangan pokok arah melintang dipakai D22 – 160 mm.


Tulangan bagi:
Tulangan bagi / susut arah melintang diambil 50% dari tulangan pokok.
As’ = 50% . 2370 = 1089,96 mm2
As’ yang dipakai, As’ = 1250 mm2
Diasumsikan menggunakan tulangan D16,
𝑏 1000
s = = = 160 mm
4 𝐴𝑠 .𝜋.𝐷 2 4 . 1250 . π . 162

Jadi tulangan bagi arah melintang dipakai D16 – 160 mm.


78

5.1.4.2 Penulangan Lentur Searah Sumbu Mx

Momen maksimum yang terjadi pada arah Mx pelat (penulangan


memanjang) sebesar 43 kNm akibat Pelat II.

Gambar 5.28 Momen yang Terjadi pada Pelat Lantai Arah Mx Akibat Pelat II

Mu = 43 kNm = 43000000 Nmm


Fy = 240 Mpa Fc’ = 25 Mpa
b = 1000 mm h = 200 mm
d’ = 30 mm d = 170 mm

1. Nilai Faktor Tahanan (Rn)


𝑀𝑢 43000000
Rn = = = 1,86
∅𝑏𝑑2 0.8 . 1000 . 1702

2. Rasio Tulangan (ρ)


𝐹𝑦 240
m = = = 11.294
0.85 𝐹𝑐 ′ 0.85 . 25

1 2.𝑚.𝑅𝑛 1 2 . 11.294 . 1,86


ρ = . (1 − √1 − ) = . (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦 11.294 240

= 0,0081
3. Perencanaan Tulangan
Tulangan utama:
As = ρ . b . d = 0.0081 . 1000 . 170 = 1380,73 mm2
As yang dipakai, As = 1770 mm2
Jadi As pakai > As (OK)
79

𝐴𝑠 𝐹𝑦 1770 . 240
a = = = 19,99
0.85 𝐹𝑐′ .𝑏 0.85 . 24 . 1000

𝑎 19,99
Mn = As . Fy . (𝑑 − 2) = 1770 . 240 . (170 − ) = 67969999,06 Nmm
2

Mn = 0.8 . 67969999,06 = 54375999,25 Nmm


Mn > Mu
54375999,25 Nmm > 43000000 Nmm (OK)
Diasumsikan menggunakan tulangan D19
𝑏 1000
s = = = 160 mm
4 𝐴𝑠 .𝜋.𝐷 2 4 . 1770 . π . 192

Jadi tulangan pokok arah melintang dipakai D16 – 160 mm.


Tulangan bagi:
Tulangan bagi / susut arah melintang diambil 50% dari tulangan pokok.
As’ = 50% . 1380,73 = 690,36 mm2
As’ yang dipakai, As’ = 825 mm2
Diasumsikan menggunakan tulangan D13
𝑏 1000
s = = = 160 mm
4 𝐴𝑠 .𝜋.𝐷 2 4 . 895 . π . 132

Jadi tulangan bagi arah melintang dipakai D13 – 160 mm.

5.1.4.3 Perencanaan Shear Connector


Pada konstruksi komposit antara baja dan beton, memiliki gaya geser yang
sangat besar. Hal ini dapat diatasi dengan pemasangan penyambung geser.

1. Shear Connector Arah Memanjang

Mutu beton Fc’ = 25 Mpa Fystud = 340 mm


Mutu baja Fy = 355 Mpa Fustud = 450 mm
L memanjang = 40 m ts = 200 mm
a. Menghitung gaya geser
Karena gelagar diasumsikan berperilaku komposit penuh, maka diambil nilai
terkecil antara:
Vh1 = As . Fy = 23526 . 355
= 8351,73 kN
80

Vh2 = 0.85 . Fc’ . Ac = 0.85 . 25 . (1800 . 200)


= 7650000 kN
Maka digunakan berdasarkan Vh1 = 8351,73 kN

b. Diameter minimum stud yang diizinkan


2.5 . tf = 2.5 . 24 = 60 mm > 22 mm
Jadi stud diameter 22 dapat digunakan.

c. Luas satu buah stud connector


Asc = ¼ . . D2 = ¼ . . 222 = 379.94 mm2
d. Modulus elastisitas beton
Ec = 0.041 . w1.5 . √𝑓′𝑐 = 0.041 . (2500)1.5 . √25 = 25625 Mpa
e. Kuat geser satu buah stud
Qn = 0.5 . Asc . √𝑓′𝑐 . 𝐸𝑐
= 0.5 . 379,94 . √25 . 25625 = 152,05 kN
Asc . Fu = 379.94 . 450 = 170.973 kN
Maka dipakai yang terkecil yaitu 152,05 kN
f. Jumlah stud yang diperlukan dan jarak antar stud
Vh 8351,73
N = = = 50,312 = 52 buah
Qn 152,05

Jarak minimum = 6d = 6 (22) = 132 mm


Jarak maksimum = 8t = 8 (200) = 1600 mm
L 60000
S = = = 1153 mm = 1150 mm
N 52

Jadi untuk jembatan bentang 60 m arah memanjang dibutuhkan shear


connector sebanyak 52 buah dengan jarak 800 mm.

2. Shear Connector Arah Melintang

Mutu beton Fc’ = 25 Mpa Fystud = 340 mm


Mutu baja Fy = 355 Mpa Fustud = 450 mm
L melintang = 9,6 m ts = 200 mm
81

a. Menghitung gaya geser


Karena gelagar diasumsikan berperilaku komposit penuh, maka diambil nilai
terkecil antara:
Vh1 = As . Fy = 8192 . 355
= 2908,16 kN
Vh2 = 0.85 . Fc’ . Ac = 0.85 . 25 . (1800 . 200)
= 7650000 kN
Maka digunakan berdasarkan Vh1 = 2908,16 kN

b. Diameter minimum stud yang diizinkan


2.5 . tf = 2.5 . 13 = 97,5 mm > 22 mm
Jadi stud diameter 22 dapat digunakan.

c. Luas satu buah stud connector


Asc = ¼ . . D2 = ¼ . . 222 = 379.94 mm2
d. Modulus elastisitas beton
Ec = 0.041 . w1.5 . √𝑓′𝑐 = 0.041 . (2500)1.5 . √25 = 25625 Mpa
e. Kuat geser satu buah stud
Qn = 0.5 . Asc . √𝑓′𝑐 . 𝐸𝑐
= 0.5 . 379,94 . √25 . 25625 = 152,05 kN
Asc . Fu = 379.94 . 450 = 170.973 kN
Maka dipakai yang terkecil yaitu 152,05 kN
g. Jumlah stud yang diperlukan dan jarak antar stud
Vh 2908,16
N = = = 19,126 = 20 buah
Qn 152,05

Jarak minimum = 6d = 6 (22) = 132 mm


Jarak maksimum = 8t = 8 (200) = 1600 mm
L 9600
S = = = 480 mm
N 20

Jadi untuk jembatan bentang 60 m arah melintang dibutuhkan shear


connector sebanyak 20 buah dengan jarak 480 mm.
82

5.1.5 Kontrol Lendutan


Perhitungan lendutan dalam perencanaan ini terhitung secara otomatis
menggunakan software STAAD Pro v8i. Berdasarkan surat edaran Direktorat
Jenderal Bina Marga nomor 05/SE/Db/2017 tentang Penyampaian Ketentuan
Desain Dan Revisi Desain Jalan Dan Jembatan, lendutan akibat beban lalu lintas
tidak boleh melebihi L/800 untuk struktur sederhana di atas dua tumpuan.
Lendutan yang terjadi pada jembatan adalah sebesar 66,123 mm.
Besar lendutan yang diizinkan adalah :
𝐿
> 66,123 mm
800
60000
> 66,123 mm
800

75 > 66,123 mm
Maka lendutan yang terjadi pada jembatan memenuhi kriteria desain
jembatan.

5.1.6 Perencanaan Sandaran


Sandaran untuk pejalan kaki harus direncanakan untuk dua pembebanan
rencana daya layan yaitu 0.75 kNm. Beban-beban ini bekerja secara bersamaan
dalam arah horizontal dan vertikal pada masing-masing sandaran pada ketinggian
90 cm dari lantai trotoar. Tidak ada ketentuan beban ultimate untuk sandaran.
(SNI-T-02-2005).

Gambar 5.29 Penampang Pipa Sandaran


83

Jenis Pipa = Baja Tuang BJ 37 Ø 3” DL = 76.2 mm


Fy = 240 Mpa DD = 66.2 mm
L = 5000 mm t = 10 mm
1
MMaks = . q . L2
8
1
= . 0.75 . 50002
8

= 2,343750 kNm = 2343750 Nmm


1
A = . 𝜋 . (𝐷𝐿 2 − 𝐷𝐷 2 )
4
1
= . 𝜋 . (76.22 – 66.22) = 1117.840 mm2
4
1 𝐷𝐿
Zx = .𝐴 . .2
2 2
1 76.2
= 2 . 1117.840 . . 2 = 42589.704 mm3
2

Momen nominal (Mn) penampang kompak


Mn = Zx . fy = 42589.704 . 240 = 10221529 Nmm
Mn = 0.9 . 10221529 = 9199376 Nmm
Syarat Mn > MMaks
9199376 Nmm > 2343750 Nmm
Karena Mnx > Mux maka profil “OK”.
84

5.2 Metode Pelaksanaan


Urutan metode pelaksanaan pekerjaan Jembatan Sukoharjo adalah :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Struktur Bawah
4. Pekerjaan Struktur Atas

5.2.1 Pekerjaan Persiapan


Tahapan pekerjaan persiapan bore pile untuk footing abutmen A1
Jembatan Sukoharjo adalah sebagai berikut:
1) Pekerjaan Pembersihan
2) Pekerjaan Pengukuran
3) Pembuatan Bedeng Pekerja, Direksi Keet dan Gudang
4) Pembuatan Papan Nama Proyek

5.2.2 Pekerjaan Pondasi Bored Pile


Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang mempunyai bentuk
seperti tabung memanjang yang terdiri dari campuran beton dengan besi bertulang
dengan dimensi diameter tertentu yang dipasang didalam tanah dengan
menggunakan metode pengeboran dengan instalasi pemasangan besi setempat
serta pengecoran beton setempat. Panjang tiang pondasi bore pile harus sampai
pada kedalaman dengan tingkat kekerasan daya dukung tanah yang disyaratkan
untuk pondasi dasar konstruksi bangunan.

5.2.2.1 Pengeboran Pondasi Bored Pile


Tahapan setelah galian struktur yaitu pengeboran pondasi bored pile.
Pengeboran pondasi bored pile menggunakan alat bor. Dalam pelaksanaannya
pengerjaan pengeboran pondasi bored pile diarahkan oleh pelaksana lapangan dan
diawasi oleh konsultan pengawas.
85

Gambar 5.30 Proses Pelaksanaan Pengeboran Pondasi


Sebelum dilakukan pengeboran, tim surveyor menentukan titik koordinat
dan titik patok as pondasi yang harus dibor oleh operator alat bor menggunakan
total stasion dan waterpass.
Pengeboran pondasi pada pembangunan menggunakan metode dry drilling
yaitu tanah dibor menggunakan mata bor spiral dengan cara memutar mata bor
dan diangkat setiap interval 0,5 m. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai
kedalaman yang diinginkan.
Ada 2 mata bor dalam proses pengeboran pondasi bored pile. Pengeboran
pertama pada masing-masing titik menggunakan mata bor Tipe 1 yaitu mata bor
berbentuk spiral, yang berfungsi membuat lubang dan membuka jalan pada
permukaan tanah datar untuk mempermudah pengeboran pada kedalaman
selanjutnya.
86

Gambar 5.31 Mata Bor


Setelah dilubangi menggunakan mata bor Tipe 1 sebelum dilanjutkan
kembali dengan proses pengeboran dilakukan pemasangan casing (pipa selubung
baja) untuk menahan tanah pada dinding bored pile agar tidak longsor. Casing
yang digunakan berdiameter 120 cm dengan tinggi 150 cm. Pemasangan casing
pada lubang bor dilakukan dengan cara menekan pipa baja sampai kedalaman
yang ditentukan yaitu disisakan 20 cm untuk mengait tulangan bored pile.

Gambar 5.32 Pipa Selubung Baja (Casing)


Pengeboran kembali dilanjutkan menggunakan mata bor Tipe 2, fungsinya
adalah untuk mengebor sesuai dengan kedalaman yang ditentukan sekaligus
membersihkan tanah yang ada di dalam lubang bor untuk dibuang ke luar lubang
bor sampai dengan finishing pengeboran.
Mata bor Tipe 2 berbentuk tabung/ cleaning bucket atau biasa disebut
bucket, ketika mata bor penuh maka akan ada pemberitahuan di ruang operator
untuk membuang material yang tersangkut di mata bor. Setelah material dibuang,
87

kemudian mata bor kembali dimasukkan ke lubang untuk melanjutkan pengeboran


sesuai dengan kedalaman yang direncanakan.

Gambar 5.33 Proses Pelaksanaan Pengeboran Pondasi

5.2.2.2 Pemasangan Tulangan Pondasi Bored Pile


Tulangan pondasi bored pile menggunakan baja tulangan ulir dengan
diameter 25 mm untuk tulangan pokok dan 13 mm untuk tulangan sengkang.
Panjang tulangan pondasi bored pile dilebihkan 1 m di bagian atas untuk tulangan
pada kepala pondasi yang nantinya akan dites dan kemudian dibobok. Tulangan
pada kepala pondasi berfungsi sebagai overlap dengan tulangan footing.
Pada tulangan bagian atas, dipasang pengait yang dilas dengan besi
tulangan untuk menggantung tulangan bored pile pada casing agar posisi tulangan
terhadap tanah dasar pengeboran ada jarak 25 cm sehingga besi tidak langsung
menempel pada tanah dan berfungsi untuk tebal selimut beton. Pada samping-
samping tulangan dipasang beton decking dengan ketebalan 10 cm sebagai
selimut beton.
Pembuatan tulangan pondasi dilakukan di gudang yang berada di base
camp untuk selanjutnya dibawa menggunakan truck loader crane/ truck foco ke
lokasi bored pile.
88

Gambar 5.34 Plan dan Potongan Melintang Tulangan Bored Pile


Kerangka baja tulangan yang telah di-install diangkat dengan bantuan
crane dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-
hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. Tulangan pondasi
yang telah dimasukkan dalam lubang bor ditahan dengan menggantungkan
tulangan bored pile pada casing.

Gambar 5.35 Peletakan Tulangan Pondasi pada Lubang Bor

5.2.2.3 Pengecoran Pondasi Bored Pile


Pengecoran pondasi bored pile dilakukan setelah tulangan pondasi
terpasang di dalam lubang bor. Pengecoran pondasi tidak dapat dilakukan dengan
langsung menuangkan beton ready mix ke dalam lubang bor, karena jarak antara
89

mulut truck mixer atau pipa concrete pump jauh dari dasar lubang bor. Pengecoran
pondasi dibantu oleh pipa tremi dan bucket cor.

Gambar 5.36 Proses Pelaksanaan Pengecoran Pondasi


Pipa tremi yang digunakan mempunyai panjang yang sama atau lebih
besar dari kedalaman lubang yang dibor. Pipa tremi tersebut dimasukkan ke dalam
lubang bor, jarak pipa tremi paling bawah berjarak minimal + 30 cm dari tanah
dasar lubang bor. Bucket cor dipasang di bagian paling atas pipa tremi. Bucket cor
diangkat dengan bantuan crane.

Gambar 5.37 Peletakan Pipa Tremi dan Bucket Cor

Setelah pipa tremi dan bucket cor terpasang, beton ready mix dapat
dimasukkan ke dalam lubang bor. Beton ready mix diangkut menggunakan truck
90

mixer dari batching plant. Beton ready mix dapat dituangkan langsung dari mulut
truck mixer ke bucket cor atau dengan bantuan concrete pump jika kondisi
lapangan tidak memungkinkan untuk truck mixer sampai ke lokasi pengecoran
pondasi bored pile.

Gambar 5.38 Beton Ready Mix Dituang ke dalam Lubang Bor


Beton ready mix dituang ke dalam lubang bor, tiap 3 meter bucket cor dan
pipa tremi diangkat, tetapi ujung pipa tremi tetap harus tertutup oleh beton. Beton
dituangkan sampai beton keluar/ tumpah dari casing karena beton yang berada di
bagian paling atas tercampur dengan batuan maupun tanah yang ada di dalam
lubang bor. Beton tersebut harus dibuang karena beton yang tidak bersih dapat
mempengaruhi kekuatan mutu beton. Pengecoran dihentikan ketika beton yang
berada di bagian atas sudah bersih dari lumpur ataupun material yang ada di
dalam lubang bor. Setelah pengecoran selesai casing dilepas dengan bantuan
crane.
91

Gambar 5.39 Tahap Akhir Pengecoran Pondasi Bored Pile

4.5.2.4 Galian Footing dan Pengecoran Lean Concrete


Setelah semua titik bored pile selesai dicor, semua benda yang ada di
lokasi bored pile dibersihkan dari lokasi misalnya alat bor, crane, casing, dan
bucket cor. Setelah lokasi bored pile steril, kemudian dilakukan galian footing.
Proses pelaksanaan galian footing sama dengan pelaksanaan galian
struktur. Tujuannya untuk mendapatkan elevasi tanah sesuai dengan elevasi
rencana gambar yaitu elevasi lantai kerja/ lean concrete. Proses pelaksanaan
galian footing dibantu dengan excavator dan dump truck. Tanah digali
menggunakan excavator dan diangkut menggunakan dump truck ke area disposal
atau station lain yang membutuhkan tanah untuk timbunan.
92

Gambar 5.40 Proses Galian Footing


Tanah digali seluas area footing di masing-masing pier. Jika galian footing
sudah selesai dan semua kepala bored pile sudah muncul maka kepala bored pile
akan dibobok dan disisakan 2 titik untuk nantinya dilakukan tes PDA.

Gambar 5.41 Pelaksanaan Galian Footing

Setelah selesai, lokasi footing kembali disterilisasi dari pecahan-pecahan


beton setelah bobok untuk selanjutnya dilakukan persiapan pengecoran lean
concrete/ lantai kerja. Pada lokasi footing dipasang bekisting mengelilingi luas
footing sesuai dengan dimensi footing pada masing-masing pier dengan tinggi
10 cm menggunakan kayu atau baja kanal U. Beton ready mix yang digunakan
adalah mutu beton kelas E atau K125 yang diangkut menggunakan truck mixer
93

dari batching plant dengan volume sesuai dengan volume yang dibutuhkan di
lapangan.
Pengecoran lean concrete dilakukan dengan menggunakan talang untuk
menuangkan beton ke area yang sudah dibatasi bekisting. Beton dituangkan dari
truck mixer dengan bantuan talang ke area footing untuk kemudian diratakan
dengan bantuan pekerja yang diarahkan oleh pelaksana dan diawasi oleh
konsultan pengawas. Beton dibiarkan mengeras dalam waktu 24 jam untuk
selanjutnya bekisting lantai kerja dapat dibongkar.

Gambar 5.42 Pengecoran Lean Concrete

5.2.2.5 Pemasangan Tulangan Footing


Pekerjaan penulangan pada footing dikerjakan setelah umur beton pada
Lean Concrete (LC) sudah kering. Pemasangan tulangan dilakukan oleh ahli besi.
Penulangan dikerjakan sesuai dengan gambar kerja yang sudah disetujui oleh
konsultan. Pemasangan tulangan-tulangan pada footing yang meliputi tulangan
utama atas dan bawah, pemasangan kaki ayam, beton decking dan pemasangan
stek footing sebagai penghubung menuju kolom. Pemasangan besi dirangkai
menggunakan kawat bendrat sekuat mungkin. Ujung pada ikatan kawat bendrat
harus dirapikan, tidak boleh sampai keluar dari permukaan beton. Untuk jumlah
besi, panjang besi, jarak penulangan, selimut beton semuanya harus mengacu pada
gambar kerja yang sudah direncanakan.
94

Gambar 5.43 Pemasangan Tulangan Footing


Setelah pekerjaan penulangan pada footing selesai, pihak dari konsultan
pengawas melakukan checklist struktur. Pengecekan tulangan yang meliputi
dimensi tulangan, jumlah tulangan, jarak antar tulangan, jarak sengkang,
sambungan lewatan antar tulangan, dimensi sengkang, dan ketebalan beton
decking yang nantinya sebagai selimut beton. Jarak antar tulangan harus sesuai
dengan gambar kerja, apabila jarak antar tulangan terlalu sempit maka butir
kerikil pada beton tidak dapat melewati celah sempit antar tulangan yang
mengakibatkan berkurangnya mutu beton tersebut. Pengecekan juga dilakukan
terhadap pengikatan antar tulangan dengan kawat bendrat, jika ada salah satu yang
belum diikat maka pihak dari konsultan pengawas akan menandai bagian yang
perlu diikat. Jika sudah diperbaiki oleh pekerja dan di check oleh konsultan
pengawas maka selanjutnya yaitu pemasangan bekisting.

5.2.2.6 Pemasangan Bekisting Footing


Bekisting footing terbuat dari papan multiplex dengan tebal 15 mm yang
dilapisi dengan hollow 5 x 5 x 0.9 mm. Kayu yang digunakan untuk bekisting ini
adalah jenis kayu plywood, pekerjaan bekisting ini dikerjakan setelah pekerjaan
penulangan footing dan pemasangan beton decking selesai. Berikut ini adalah
langkah-langkah pekerjaan pemasangan bekisting footing:
95

1. Langkah pertama pabrikasi bahan-bahan bekisting kolom, yaitu papan


multiplex tebal 15 mm dan hollow 5 x 5 x 0,9 mm.
2. Perakitan panel bekisting kolom yang sebelumnya dilakukan
pembersihan panel dan pemberian minyak bekisting (solar).
Pembersihan dan pemberian minyak ini bertujuan untuk mempermudah
proses pengecoran, agar beton tidak tersangkut pada panel bekisitng.
Perakitan bekisitng dilakukan didekat areal pekerjaan agar memudahkan
saat untuk digunakan.
3. Sebelum pemasangan bekisting, pastikan footing telah dibersihkan dari
sampah-sampah seperti sisa-sisa kawat baja/bendrat atau sampah
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pengecoran, beton tidak
tercampur dengan sampah-sampah tersebut, sehingga akan didapatkan
footing dengan mutu sesuai rencana.
4. Kemudian pekerja memasang bekisting perlembar pada sisi footing yang
akan dicor dan dikuatkan dengan tierod.
5. Setelah bekisting footing berdiri, dilakukan pemasangan pipa support di
sisi bekisting yang membungkus footing untuk menjaga agar bekisting
tetap tegak lurus terhadap lantai kerja dan perancah untuk menahan
bekisting agar tidak berubah posisi saat pengecoran (perkuatan).
6. Cek ketegakan/kelurusan bekisting, namun jika posisi bekesting belum
tepat maka dilakukan penyetelan pada pipa support dengan cara
memutar lengan penyetel di bagian bawah pipa support.
96

Gambar 5.44 Pemasangan Bekisting

5.2.2.7 Pengecoran Footing


Pengecoran footing menggunakan beton ready mix dengan mutu beton K-
250. Beton dikirim dari batching plant menggunakan truck mixer ke lokasi
pengecoran footing. Pengecoran dilakukan dengan bantuan concrete pump
mengingat lokasi pengecoran yang sulit dijangkau langsung oleh truck mixer dan
volume pengecoran yang besar guna untuk mempersingkat waktu. Pengecoran
dilakukan oleh pekerja yang diarahkan oleh pelaksana dan diawasi oleh konsultan
pengawas. Sebelum melakukan pengecoran, titik-titik bored pile disiram
menggunakan lem beton agar beton pada bored pile dan beton footing saling
mengikat.
Beton ready mix dari truck mixer dituangkan ke hopper (peloncat) pada
concrete pump. Kemudian beton dipompa menggunakan hopper dan dikeluarkan
melalui boom yang sudah disambung pipa. Pipa ini dapat dipasang menyesuaikan
dengan kondisi di lokasi cor dengan kombinasi vertikal, horisontal, maupun
miring. Pergerakan lengan boom diatur melalui remote control yang dioperasikan
97

oleh seorang operator. Beton disemprotkan keluar melalui pipa ke sela-sela


tulangan footing dan digetarkan menggunakan concrete vibrator agar merata dan
mengisi sela-sela tulangan footing oleh pekerja.

Gambar 5.45 Pengecoran Footing


Setelah semua bagian tercor, bagian atas diratakan oleh pekerja.
Selanjutnya, digunakan geotextile non woven untuk proses perawatan beton.
Geotextile non woven digelar/ dihamparkan menutupi seluruh permukaan atas
footing kemudian disiran menggunakan air, tujuannya agar beton tidak cepat
mengeras dan tidak pecah/ retak karena terkena sinar matahari langsung dan dapat
mengeras rata dengan bagian di dalamnya.

Gambar 5.45 Perawatan Beton Footing

5.2.2.7 Pembongkaran Bekisting Footing


Setelah beton mengeras sesuai dengan umur beton, selanjutnya dilakukan
pembongkaran bekisting footing. Pembongkaran dilakukan dengan melepaskan
tumpuan scaffolding. Kemudian mengendorkan dan melepaskan tierod dari
jepitan dengan besi hollow. Selanjutnya, semua bagian dilepas satu per satu.
Besi-besi ulir yang masih muncul di dinding footing yang digunakan
sebagai jepitan antara tulangan footing dengan tierod, dilas potong. Selanjutnya
98

dilakukan finishing oleh pekerja bada seluruh bagian footing, termasuk pada
bagian dinding yang terdapat besi ulir dengan menggunakan semen grouting.

Gambar 5.46 Pembongkaran Bekisting Footing

5.2.3 Pekerjaan Abutment


Pada pekerjaan abutment diuraikan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan abutment diawali dengan pekerjaan pengukuran, yaitu
menentukan titik abutment dengan menggunakan theodolit dan
waterpass berdasarkan shop drawing.
2. Pekerjaan Pembesian
Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan
dibawa ke lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai dengan gambar
pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan
tulangan antara lain :
a. Pemeriksaan diameter, panjang dan bentuk tulangan sebelum
baja tulangan tersebut terpasang
b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan
lentur maupun tulangan geser
c. Sengkang dipasang secara manual. Pemasangan sengkang
dilakukan dengan kawat beton
99

d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran,


sambungan lewatan dan panjang penjangkaran sesuai yang
direncanakan
e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang tahu beton
sebagai acuan sesuai tebal tebal selimut beton yang akan di cor

Gambar 5.47 Pembesian Pada Abutment


3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting pondasi dibuat sebagai acuan pembentukan dimensi beton
pondasi yang diinginkan sesuai gambar.
Hal yang diperhatikan dalam pemasangan beskisting adalah :
a. Bekisting harus dibuat dan dipasang sesuai dengan bentuk,
ukuran dan posisi seperti yang disyratkan pada gambar
b. Bekisting harus cukup kuat untuk memikul tekanan atau beban
yang diakibatkan oleh beton basah, beban pelaksanaan dan
beban-beban lainnya
c. Bekisting harus cukup kaku (stabil) artinya harus dapat
menghasilkan bentuk yang tetap bag struktur beton sesuai yang
direncanakan
d. Perencanaan bekisting harus didasarkan oleh kemudahan
pemasangan, kemudahan pembongkaran, kecepatan
pemasangan dan biaya yang efisien.
e. Sambungan bekisting harus baik sehingga tidak rusk/bocor
pada saat pelaksanaan pengecoran dan juga tidak merusak
beton
100

f. Bahan bekisting harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap


air semen dan juga tidak merusak beton
g. Pemasangan bekisting harus benar-benar sesuai dengan gambar
rencana baik secara vertical maupun horizontal

Gambar 5.48 Bekisting Pada Abutment


4. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu membuat Job
Mix Formula untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan
sehingga didapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan.
Job Mix Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada
direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui. Pada proyek ini
untuk pekerjaan struktur menggunakan beton readymix. Pengecoran
beton dimulai setelah konsultan menyetujui untuk pengecoran beton
yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja. Bersihkan
seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.
Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat
pengecoran adukan beton diratakan dan dipadatkan dengan vibrator
101

Gambar 5.49 Pengecoran Pada Abutment


5. Perawatan Beton
Beton dirawat (curing) dan dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap panas matahari, angin, hujan atau aliran air dan
pengeringan sebelum waktunya. Semua permukaan beton yang terbuka
dijaga tetap basah selama minimal 14 hari, dengan cara
menyemprotkan air atau menggenangkan air pada permukaan beton
tersebut. Untuk pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton diperhatikan.

Gambar 5.50 Perawatan Pada Abutment


102

5.2.4 Pekerjaan Rangka Baja


Dalam pemasangan Jembatan Sukoharjo direncanakan dengan
menggunakan sistem cantilever dari dua arah. Alasannya adalah sistem tersebut
dapat mengurangi momen cantilever yang timbul, selain itu juga dapat
mengurangi ukuran dan berat jembatan pengimbang yang diperlukan, karena
masing-masing jembatan pengimbang hanya akan menahan separuh berat
jembatan utamanya.
Tahapan pelaksanaan pekerjaan struktur atas jembatan adalah sebagai
berikut :
1. Pemasangan Gelagar
Gelagar melintang dan gelagar memanjang di pasang sesuai dengan
gambar perencanaan kemudian sambung dengan baut.
2. Pemasangan Rangka
Setelah pemasangan gelagar selesai dilanjutkan dengan pemasangan
rangka jembatan kemudian di sambung dengan baut.
3. Pemasangan Ikatan Angin
Ikatan angin dipasang pada atas rangka jembatan dengan sambungan
baut.
4. Pemasangan Jembatan Dua Arah
Komponen jembatan dipasang pada dua arah pada masing-masing
abutment hingga sampai bertemu pada ujung jembatan pada tengah
bentang.
103

Gambar 5.51 Pemasangan jembatan utama dari dua arah

5. Pertemuan Jembatan Di Tengah Bentang


Pemasangan jembatan dari dua arah bertemu pada bentang tengah
kemudian sambung dengan baut.
6. Pemasangan Shear Connector
Setelah profil tersambung, permukaan atas profil dipasang shear
connector dengan jarak sesuai dengan gambar perencanaan.
7. Pemasangan Deck Plate
Pemasangan deck plate sesuai dengan gambar perencanaan. Deck
plate digunakan dalam struktur jembatan untuk pengganti bekesting
yang terbuat dari beton dengan mutu K-250.
8. Pekerjaan Pelat Lantai
Pekerjaan plat lantai jembatan terdiri dari pembesian, bekisting dan
pengecoran. Pekerjaan dimulai dari penyiapan material besi di
stockyard untuk selanjutnya potongan besi dibawa ke lokasi
pembesian. Kemudian pemasangan bekisting. Pengecoran dilakukan
dengan menggunakan beton K-350. Kemudian beton tersebut dirawat
yang bertujuan untuk menghindarkan terjadi keretakan (cracked)
sampai dengan umur beton 28 hari.
104

9. Pemasangan Pipa Sandaran


Pipa sandaran terbuat dari baja yang berfungsi sebagai pembatas dari
kedua sisi samping jembatan. Pemasangan pipa sandaran harus sesuai
dengan gambar perencanaan. Pemasangan pipa sandaran
menggunakan las.

Anda mungkin juga menyukai