Anda di halaman 1dari 18

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL INDEX

(ABI) PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TERKONTROL DAN


TIDAK TERKONTROL DI RUMAH SAKIT PROVINSI NTB

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjanapadaFakultasKedokteran

UniversitasMataram

Oleh

MADE JAYAWISESA PRIYAMBHADA PUTRA

H1A014042

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018

1
PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL
INDEX (ABI) PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS
TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL DI RUMAH SAKIT
PROVINSI NTB
Made Jayawisesa Priyambhada Putra1, Joko Anggoro3, Basuki Rahmat2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
2
Departemen Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran,
Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
3
Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram,
Mataram, Indonesia

Universitas Mataram, Mataram, Indonesia

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

e-mail : jayawisesap@gmail.com

Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram

Jumlah tabel :4

2
ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL INDEX


(ABI) PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TERKONTROL DAN
TIDAK TERKONTROL DI RUMAH SAKIT PROVINSI NTB
Made Jayawisesa Priyambhada Putra, Joko Anggoro, Basuki Rahmat
Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh jumlah insulin yang diproduksi sedikit atau tidak efektif dalam penggunaan
insulin yang dihasilkan. Pasien dengan DM memilki risiko tinggi terhadap gangguan
pembuluh darah makrovaskular dan mikrovaskular. Penyakit arteri perifer (PAP)
adalah salah satu komplikasi makrovaskular yang diakibatkan oleh arterosklerosis
dan tromboemboli sehingga menyebabkan gangguan pada struktur pembuluh darah.
PAP dapat dicegah dengan deteksi awal menggunakan metode pemeriksan Ankle
Brachial Index (ABI). Ankle Brachial Index (ABI) adalah pemeriksaan yang
membandingkan tekanan darah sistolik pada kaki dengan tekanan sistolik pada
lengan. Penelitian yang membandingkan hasil nilai ABI pada pasien dengan diabetes
terkontrol dan tidak terkontrol belum pernah dilakukan sebelumnya di Provinsi NTB.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross
sectional dengan sampel penelitian sebanyak 60 sampel dan sampel diambil dengan
teknik consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditentukan. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan persetujuan dengan
responden kemudian dilakukan pemeriksaan ABI dengan teknik palpasi dibantu
dengan alat tensi meter dan status diabetes terkontrol dengan tidak terkontrol di
dapatkan dari hasil pemeriksaan gula darah puasa (GDP) terbaru dengan hasil
dikatakan terkontrol jika ≤130 mg/dL. Pengujian statistik menggunakan uji Chi
Square.
Hasil: Dari 60 responden penelitian, terdapat 7,9% dari diabetes terkontrol dengan
hasil ABI tidak normal dan terdapat 15,6% dari diabetes tidak terkontrol hasil ABI
tidak normal. Rerata nilai ABI dengan diabetes tidak terkontrol lebih rendah dari
diabetes terkontrol. Tidak terdapat perbedaan dari hasil pemeriksaan ABI pada pasien
dengan diabetes melitus terkontrol dan tidak terkontrol pada hasil uji Chi Square
dengan nilai p=1.00.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan hasil pengukuran ABI pada pasien diabetes
terkontrol dan diabetes tidak terkontrol.
Kata kunci: Diabetes Melitus, Ankle Brachial Index (ABI), Penyakit arteri perifer.

3
ABSTRACT

COMPARISON OF RESULT ON THE MEASUREMENT OF ANKLE


BRACHIAL INDEX (ABI) ON PATIENTS WITH CONTROLLED AND
UNCONTROLLED DIABETES MELITUS IN NTB PROVINCIAL
HOSPITAL

Made Jayawisesa Priyambhada Putra, Joko Anggoro, Basuki Rahmat

Background: Diabetes Mellitus is a chronic disease cause by deficiency in


production of insulin or ineffectiveness of insulin has been produced. Patients with
diabetes mellitus have a high risk of microvascular and macrovascular blood vessel
disturbance. Peripheral artery disease (PAD) is one of the macrovascular
complication caused by atherosclerosis and thromboembolic. Atherosclerosis and
thromboembolic can cause change structural disturbance on blood vessel. PAD can
be prevented with screening through Ankle Brachial Index (ABI) examination.
Brachial Index (ABI) is a screening examination that compares systolic blood
pressure on the foot with systolic blood pressure on the hand. Research that compares
ABI result on patients with controlled and uncontrolled has never been done before in
NTB province.

Method: This is an observational research with cross sectional method. The number
of research samples are 60 which are taken by consecutive sampling technique with
inclusion and exclusion criteria that has been set. The data collection is done with the
consent of the respondents. ABI screening is done through palpation technique with
the tool of sphygmomanometer and stethoscope. The controlled and uncontrolled
status is gained from the most recent fasting glucose checking, which is considered
controlled if the GDP is ≤130 mg/dL. Statistical review is done through Chi Square
testing.

Result: From 60 respondents, there were 7,9% controlled diabetes with abnormal
ABI results and 15,6% uncontrolled diabetes with abnormal ABI results. The mean of
ABI score in uncontrolled diabetes was lower than controlled diabetes.There was no
difference of ABI examination result in patients with controlled and uncontrolled
diabetes mellitus and obtained Chi Square test results with p = 1.00.

Conclusion: There is no difference on the result of ABI on patients with controlled


and uncontrolled diabetes.

4
Keywords: Diabetes Mellitus, Ankle Brachial Index (ABI), Peripheral artery disease.

Pendahuluan

Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan terhadap produksi insulin atau

sensitivitas yang berkurang sehingga terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein. Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular (PTM) dan jarang

disadari oleh penderitnya. Diabetes sendiri memiliki beberapa klasifikasi terdiri dari

Diabetes tipe 1, Diabetes tipe 2, diabetes tipe lain, dan diabetes Gestasional.8,9,20

Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh kelainan genetik dan autoimun dan diabetes

melitus tipe 2 disebabkan oleh insensitivitas sel terhadap insulin sehingga terjadi

hiperglikemi dan adanya gangguan sekresi insulin. Diabetes tipe lain disebabkan oleh

kelainan genetik, penggunaan obat-obatan dan terdapat penyakit eksokrin pancreas

dan diabetes gestasional adalah diabetes yang dapat timbul selama kehamilan.1,17, 20

Perkiraan penderita DM sekitar 382 juta jiwa yang terdiagnosis pada tahun

2013 berdasarkan data dari IDF (International Diabetes Federation) dan akan dapat

meningkat karena DM lebih sering diketahui pada saat telah timbul komplikasi.

Prevalensi DM di Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat 28.825 orang yang telah

terdiagnosis oleh dokter dan 12.811 orang yang belum terdiagnosis dan memilki

gejala khas DM sedangkan di kota mataram prevalensi DM menjadi yang tertinggi

diantara kabupaten/kota lainnya di Nusa tenggara barat.9,10 Penderita DM memiliki

risiko yang tinggi terhadap komplikasi makrovaskular sebesar 20% dan

mikrovaskular sebesar 9% berdasarkan study yang dilakukan oleh United Kingdom

5
Prospective Diabetes Study. Komplikasi makrovaskular berupa aterosklerotik

menyebabkan kematian pada pasien DM tipe 2 sebesar 75% hal tersebut berkaitan

dengan control gula darah pasien DM.11, 15, 16

Komplikasi makrovaskular dari DM salah satunya adalah Penyakit arteri

perifer (PAP). PAP disebabkan oleh proses aterosklerosis dan tromboembolik yang

menyebabkan terjadinya gangguan struktur dan fungsi aorta, cabang viseral dan arteri

yang memperdarahi ekstremitas.2, 23 Komplikasi ini dapat berhubungan dengan usia

tua, hipertensi, DM, dan merokok. Gejala PAP sendiri lebih sering asimtomatik

sehingga direkomendasikan pemeriksaan untuk deteksi dini dengan menggunakan

Ankle Brachial Index (ABI). Pemeriksaan ABI merupakan pemeriksaan yang bersifat

non invasif untuk membantu dalam mendiagnosa penyakit arteri perifer (PAP)

dengan membandingkan tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki dengan

tekanan sistolik pada lengan serta memilki sensitivitas sebesar 79-95% dan spesifitas

95-96%.2, 22, 23

Penelitian mengenai ABI dengan diabetes pernah dilakukan oleh beberapa

peneliti seperti oleh Ananda tahun 2010 menghasilkan bahwa individu dengan DM

memilki nilai ABI lebih rendah dari individu yang tidak memilki riwayat DM.3

Penelitian lain juga dilakukan oleh Rahmaningsih tahun 2016 yang menghasilkan

bahwa terdapat perbedaan nilai ABI antara pasien dengan foot ulcer dan tidak foot

ulcer.18 Penelitian lain oleh Solanki et al pada tahun 2016 menghasilkan bahwa tidak

ada perbedaan nilai ABI antara pasien DM terkontrol dan DM tidak terkontrol.19

6
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Nusa Tenggara Barat maka

peneliti bermaksud ingin melakukan penelitian mengenai perbandingan nilai hasil

pengukuran Ankle-brachial index (ABI) terhadap penderita diabetes terkontrol dan

tidak terkontrol.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pendekatan secara

metode cross sectional. Subjek dalam penelitian ini merupakan pasien dengan

Diabetes Melitus yang berobat Poli penyakit dalam RSUD Provinsi NTB.

Pengambilan data dilakukan dari bulan November hingga Desember 2017 dan sampel

diambil dengan cara non-probability sampling, dengan teknik consecutive sampling

dimana semua responden yang masuk dalam kriteria akan dimasukkan menjadi

sampel hingga jumlah sampel terpenuhi.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Responden memiliki riwayat

Diabetes Miletus, bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusi adalah

menolak dilakukan penelitian, terdapat adanya komplikasi Diabetes terutama pada

daerah ekstremitas (Ulkus Diabetes, Amputasi Kaki, dan Gangren), riwayat penyakit

Chronic Kidney Disease (CKD), pernah terdiagnosis penyakit arteri Perifer (PAP)

sebelumnya berdasarkan data Rekam medis, responden dengan nilai hasil ABI ≥1,4,

responden sudah melakukan amputasi kaki.

7
Subjek yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi kemudian akan

diterangkan mengenai penelitian kemudian dilakukan informed consent setelah itu

melakukan pengisian kuesioner. Setelah itu dilakukan pengambilan data mengenai

gula darah puasa dengan melihat rekam medis atau dengan gula darah stik. Diabetes

dikatakan terkontrol jika gula darah ≤ 130 mg/dL dan tidak terkontrol berada >130

mg/dL kemudian membagi menjadi dua kelompok terkontrol dan tidak terkontrol dari

hasil pemeriksaan gula darah. Pengukuran ABI dilakukan dengan cara mengukur

tekanan darah pada kedua tangan dan kedua kaki dan nilai ABI diambil dari nilai

terendah. Nilai ABI ≤0,9 dikatakan tidak normal dan nilai > 0,9 dikatakan ABI

Normal. Instrument penelitian yang digunakan untuk penelitian adalah

sfigmanometer dan alat pengukur gula darah stik. Data penelitian selanjutnya akan

diolah dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 dengan uji Chi Square

jika tidak terpenuhi akan dilakukan uji Fisher.

Hasil Penelitian

Sebanyak 60 subjek penelitian yang terdiri dari 26 (43,3%) laki-laki dan 34

(56,7%) perempuan dengan rata-rata usia 58 tahun. Data pada tabel 1 menunjukkan

rata-rata gula darah puasa pada kelompok terkontrol sebesar 110,1 mg/dL sedangkan

pada kelompok tidak terkontrol sebesar 204,5 mg/dL. Pada penelitian ini penderita

DM dengan rentan waktu ≥ 10 tahun terbanyak diantara sampel lainnya yaitu

sebanyak 21 (35%).

8
Tabel. 1 Karakteristik dasar sampel penelitian

Karakteristik Rata-rata ± SD Jumlah (%)

Jenis Kelamin
Laki-Laki - 26 (43.3%)
Perempuan - 34 (56.7%)

Usia (Tahun) 58± 9.96

Gula Darah Puasa (GDP)


Terkontrol (mg/dL) 110,1 ± 15,1 -
Tidak Terkontrol (mg/dL) 204,5 ± 54,2 -

Lama Menderita DM

≥ 10 Tahun - 21 (35%)

< 5 Tahun - 20 (33.3%)

5-9 Tahun - 19 (31,7%)

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sampel dengan jenis kelamin perempuan

memiliki nilai ABI yang tidak normal lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 7

(20,5%) dan 3 (11,6%). Pada rata-rata usia 54 tahun pada penelitian ini memilki nilai

ABI yang tidak normal sedangkan pada usia 58 Tahun memiliki nilai ABI normal.

Pada penelitian pasien dengan gula darah puasa terkontrol dan tidak terkontrol

memilki jumlah sampel yang tidak normal yang sama yaitu 5 sampel. Nilai ABI pada

9
penderita DM dibawah 5 tahun memilki nilai ABI tidak normal sebanyak 5 (25%)

terbanyak dari kategori umur lainnya.

Tabel. 2 Perbandingan karakteristik sampel penelitian berdasarkan kategori nilai ABI

Nilai ABI

Karakteristik Normal Tidak Normal Nilai p

n (%) n (%)

Jenis Kelamin 0,49


Laki-Laki 23 (88,4%) 3 (11,6%)
Perempuan 27 (79,5%) 7 (20,5%)

Usia (Tahun) 58,5 ± 9 54,3 ± 13,8 0,28


Gula Darah Puasa
1,00
(GDP)
Terkontrol (mg/dL) 23 (82,2%) 5 (17,8%)
Tidak Terkontrol (mg/dL) 27 (84,3%) 5 (15,7%)

Lama Menderita DM 0,42

≥ 10 Tahun 19 (90,5%) 2 (9,5%)

< 5 Tahun 15 (75%) 5 (25%)

5-9 Tahun 16 (84,2%) 3 (15,8%)

Hasil uji analitik yang dilakukan bahwa tidak ada perbedaan hasil pengukuran

ABI antara pasien dengan diabetes terkontrol dan tidak terkontrol (p= 1.00). Tetapi

pada hasil rerata terlihat bahwa rerata pasien dengan diabetes tidak terkontrol

mendapatkan nilai ABI yang lebih rendah dari pasien dengan diabetes terkontrol.

10
Tabel. 3 Nilai rata-rata nilai ABI.

Karakteristik Mean ± Standar Deviasi

Nilai ABI (DM Terkontrol) 1.00 ± 0.12


Nilai ABI (DM Tidak Terkontrol) 0.95 ± 0.83

Tabel. 4 Hasil Uji Chi Square

ABI Normal ABI Tidak Normal


Kelompok P
N % N %

DM Terkontrol 23 82.1% 5 17,9%

1.00
DM Tidak Terkontrol 27 84.4% 5 15.6%

Total 50 83.3% 10 16,7%

Pembahasan

Diabetes melitus merupakan sindrom yang terjadi karena metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein terganggu akibat berkurangnya sekresi insulin atau

penurunan dari sensitivitas jaringan terhadap insulin.8 Salah satu komplikasi dari DM

adalah PAP akibat proses arterosklerosis dan tromboemboli sehingga terjadi

11
gangguan struktur dan fungsi aorta, cabang viseral dan arteri yang memperdarahi

ekstremitas bagian bawah, gejala dari PAP sendiri lebih sering asimtomatik sehingga

deteksi dini perlu dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan ABI.2,23

Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan hasil pengukuran ABI antara

pasien dengan diabetes terkontrol dan tidak terkontrol akan tetapi rerata hasil

pengukuran ABI pada pasien dengan diabetes tidak terkontrol lebih rendah. Penelitian

sebelumnya pernah dilakukan oleh Yurekli BS, et al pada tahun 2014 menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara pemeriksaan ABI dengan tingkat pengontrolan

glikemik menggunakan hasil HbA1c dan penelitian lain dilakukan oleh Solanki et al

pada tahun 2016, menghasilkan uji komperatif, bahwa tidak ada perbedaan hasil

pengukuran ABI antara pasien dengan gula darah terkontrol dan tidak terkontrol,

tetapi pada penelitian tersebut juga membandingkan dari faktor lain seperti

penggunaan Statins, BMI, LDL, HDL, dan TGA.19,24

Pemeriksaan ABI memilki banyak faktor yang mempengaruhi hasil

pengukurannya seperti teknik pengukuran, dan keadaan pasien seperti hipertensi,

lama menderita DM, obat-obatan yang dikonsumsi untuk kebutuhan terapi, usia

pasien dan aktif dalam olahraga. Teknik pengukuran yang menjadi gold standar pada

pemeriksaan ABI pada adalah menggunakan Doppler ultra sound karena memilki

sensitivitas sebanyak 95% dan 100% .7 Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya artetosklerosis sehingga dapat terjadi perubahan struktur pembuluh darah.

Usia pasien juga berpengaruh dalam hasil pengukuran ABI dimana kejadian PAP

12
pada usia diatas 55 tahun sekitar 10-25% dan terjadi peningkatan menjadi 40% pada

usia diatas 80 tahun, hal tersebut terjadi karena berhubungan dengan proses penuaan

dan kekakuan pada pembuluh darah.6,12,13,14,23 Durasi dalam menderita DM juga

berpengaruh pada kejadian PAP dimana dalam studi yang dilakukan oleh Al-Delaimy

yang dijabarkan pada jurnal Tonny. LF et al didapatkan adanya hubungan positif

yang kuat antara durasi menderita DM dengan risiko perkembangan PAP dengan

prevalensi terjadi sekitar 18 tahun setelah terdiagnosis DM tetapi tetap hal ini

dipengaruhi faktor lain seperti obat-obatan dalam terapi salah satunya Simvastatin

yang merupakan pengobatan dasar untuk memperbaiki dislipidemia dan dapat

mengurangi kejadian kardiovaskular dan terutama pada pencegahan terjadinya PAP


4,14,19,21
kardiovaskular. Rajin dalam berolahraga juga dapat mencegah terjadinya

kejadian PAP seperti penelitian yang dilakukan oleh B. Barone Gibbs et al

menghasilkan bahwa nilai ABI normal meningkat jumlahnya serta peningkatan nilai

ABI borderline menjadi ABI Normal dengan olahraga rutin dilakukan selama 6 bulan

serta penelitian yang dilakukan oleh Zukhri pada tahun 2017 menghasilkan senam

kaki efektif dalam peningkatan sirkulasi darah kaki yang sebelumnya terjadi

insufisiensi arteri ringan menjadi sirkulasi arteri normal.5,25

Kesimpulan

Tidak ada perbedaan antara hasil pengukuran Ankle Brachial Index (ABI)

pada pasien Diabetes melitus yang terkontrol dan Diabetes melitus tidak terkontrol,

13
tetapi pada rerata hasil pengukuran ABI didapatkan bahwa hasil pada pasien dengan

DM tidak terkontrol lebih rendah.

Daftar Pustaka

1. American Diabetes Association (ADA). Diagnosis and Classification of

Diabetes Melitus. Diabetes Care. 37. 2014. Available from

http://care.diabetesjournals.org/content/37/Supplement_1/S81.full-text.pdf

2. American College of Cardiology Foundation/American Heart Association

(ACCF/AHA). Pocket guideline: management of patient with peripheral

artery disease (lower extrimity, renal, mesenteric and abdominal aortic). Am

Coll Cardiol. 2011. Available from https://www.acc.org/~/media/clinical/pdf-

files/approved-pdfs/2012/02/16/14/42/2011_pad_pktguide.pdf

3. Ananda, DP. Gambaran Ankle Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes

Miletus Tipe 2 di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. 2010.

4. Bleda, S. et al Improving total-cholesterol/HDL-cholesterol ratio results in an

endothelial dysfunction recovery in peripheral artery disease patients,

Cholesterol. 2012. Available from doi: 10.1155/2012/895326.

5. Barone, B. et al.The effect of exercise training on ankle-brachial index in type

2 diabetes, Atherosclerosis. Elsevier Ltd. 2013; 230(1), pp. 125–130.

Available from doi: 10.1016/j.atherosclerosis.2013.07.002.

14
6. Congnard, F., et al. Ankle to Brachial Systolic Pressure Index at Rest

Increases with Age in Asymptomatic Physically Active Participants. BMJ

Open Sport Exercice Medicine. 2015. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27900144

7. Gupta, A. et al. Comparison of ankle brachial pressure index to arterial

doppler USG in the diagnosis of peripheral vascular disease in diabetes

mellitus, International Journal of Advances in Medicine. 2017; 4(6), pp. 4–7.

8. Hall, G. & Guyton, A. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Setiawan, I.,

penerjemah. Terjemahan dari: Textbook of medical physiology Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2014.

9. Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Situasi dan Analisis Diabetes

Melitus. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2014 Available

from:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodati

n-diabetes.pdf

10. Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2013. Kemenkes, Jakarta. 2013.

11. Kurniawan, I. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Majalah Kedokteran

Indonesia, Volum: 60, Nomor: 12. 2010; p 576-584

15
12. Konukoglu, D., Uzun, H., Islam, S (ed). Hypertension: from basic research to

clinical practice, Volume 2. Cham: Springer. 2016; pp. 511–540. Available at:

https://books.google.co.id/books?id=pV3TDgAAQBAJ&pg=PA511&lpg=PA

511&dq=Konukoglu,+D.+%26+Uzun,+H.,+2016.+Endothelial+Dysfunction+

and+Hypertension&source=bl&ots=zCwYcaKeoo&sig=yPL4hddUVPYkdx9

6ejWqvBN3U68&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiUv8yowt3YAhUMJJQKHd

XRCNMQ6AEIODAC#v=onepage&q=Konukoglu%2C%20D.%20%26%20

Uzun%2C%20H.%2C%202016.%20Endothelial%20Dysfunction%20and%20

Hypertension&f=false

13. Krishna, SM., Moxon, JV., and Golledge, J. A Review of the Pathophysiology

and Potential Biomarkers for Peripheral Artery Disease. International Journal

of Molecular Science. 2015. Available at:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25993296

14. Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L. Buku Ajar Patologi. Edisi 7; alih

Bahasa, Brahm U, Pendt ;editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto,

Nurwany Darmaniah, Nanda Wulandari.-ed.7-Jakarta: EGC. 2007

15. Misnadiarly. Diabetes Melitus: Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenal Gejala,

Menanggulangi, dan Mencegah Kompliasi. Yayasan Obor: Jakarta. 2006.

16. Ndraha, S. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Medicinus.

2014; 27(2), 9–16. Available from :

16
http://cme.medicinus.co/file.php/1/LEADING_ARTICLE_Diabetes_Mellitus

_Tipe_2_dan_tata_laksana_terkini.pdf

17. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. PERKENI: Jakarta. 2015.

18. Rahmaningsih, B. Y. Hubungan Antara Nilai Ankle Brachial Index Dengan

Kejadian Diabetic Foot Ulcer Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di

Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah. 2016.

19. Solanki, J. D. et al. Is the peripheral arterial disease in low risk type 2 diabetic

patients influenced by body mass index , lipidemic control , and statins ?.

2016; pp. 87–92. Available from doi: 10.4103/0976-500X.184772.

20. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. & Setiati, S. Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia. 2014.

21. Toony, L. F. E. L., Thabet, A. F. and Abdel-wahid, L. Risk Factors of

Peripheral Vascular Disease in Diabetic Patients at Assiut University

Hospitals., Med J Cairo Univ. 2015; 82(1), pp. 53–60.

22. Thejaswini, K.O., Roopakala, M.S., Dayananda,G., Chandrakala, S.P., &

Kumar K.M., P. A Study of Association of Ankle Brachial Index (ABI) and

the Highly Sensitive C - Reactive Protein (hsCRP) in Type 2 Diabetic Patients

and in Normal Subjects. Journal of Clinical and Diagnostic Research : JCDR.

17
2013; 7(1), 46–50. Available from

http://doi.org/10.7860/JCDR/2012/4854.2667

23. Thendria, T., Toruan, I. L., & Natalia, D. Hubungan Antara Hipertensi Dan

Penyakit Arteri Perifer Berdasarkan Nilai Ankle-Brachial Index. 2014.

Available from:

http://Journal.Ui.Ac.Id/Index.Php/Ejki/Article/Viewfile/3188/3406

24. Yurekli, BS et al. Is The Ankle-Brachial Index Directly Associated With

Current Glycemic Control In Diabetic Patients? Preliminary Results Of Our

Study. Endocrine Abstracts. 2014. Available at: http://www.endocrine-

abstracts.org/ea/0035/ea0035p406.htm

25. Zukhri, S. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Ankle Brachial Index (Abi) Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii: Stikes Muhamamdiyah Klaten. 2017.

Available at :

http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/motor/article/view/310

18

Anda mungkin juga menyukai