Anda di halaman 1dari 73

“KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN

KEDISIPLINAN PADA MASA ANAK”

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program SI Dalam
Ilmu Tarbiyah Jurusan pendidikan Agama Islam

Oleh:

MUHAMAD NUROCHIM SODRI


NIM. 11404043

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2006
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALAT1GA
Jin. Stadion No. 03 Salatiga Telp. (0298) 323706, 323444
Kode Pos 50721

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 1 (Satu) Naskah Salatiga, 13 Agustus 2006


Hal : Pengaiuan Naskah Skripsi

Yth. Sdr. Ketua STAIN Salatiga


di Salatiga

A ss a la m u ’alaiku m Wr. Wb.

Bersama ini kami mengirimkan naskah skripsi mahasiswa :


Nama : MUHAMAD NUROCHIM SODRI
NIM : 11404043
Program Studi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul : “KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN KEDISIPLINAN
PADA MASA ANAK”.
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadikan perhatian.
W a ssa la m u ’alaiku m Wr. Wb.

Pembimbing

Drs. BADWAN. M.Ag


N I P . 150198743

li
PENGESAHAN

Skripsi saudara MUHAMAD NUROCHIM SODRI dengan Nomor

Induk Mahasiswa 11404043 yang beijudul “KONSEP ISLAM TENTANG

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN PADA MASA ANAK” tclah

dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu tanggal 3 Sya’ban 1427 H, yaitu

bertepatan dengan tanggal 27 Agustus 2006 M dan telah diterima sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

3 Sya’ban 1427 H
Salatiga,_____________
27 Agustus 2006 M

Drs/IMAM SUTOMO. M.Ag Dr. H. M. SAEROZl! titAg


/ NIP. 150216814 NIP. 150247014

Penguji I Penguji II

NIP. 150231366
MOTTO

“Mali seorang mukmin bagaikan permukaan yang bersih dilerangi pclila.


Scdangkan hati orang kafir hilam dan terhalik pennukaannya. (HR.
ahmad dan Ai-Thabrani)'

11Imam Al-Gliazali, Ihya' Ulwnuddin Juz III. Darul Iliya AI-‘Arabiyyah, hal. 12
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kami persembahkan kepada ;

1. Ayah dan Bunda serta keluarga tercinta

2. Teman-teman yang terkasih yang telah membanlu terselesaikaimya skripsi ini

3. Almamater STAIN Salatiga

V
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT.,Tuhan semesta alam yang

senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-Nya. Sholawat

dan salam semoga salalu tercurahkan ke pangkuan Nabi Muhammad saw. yang

menjadikan dunia ini penuh dengan pengetahuan dan keilmuan.

Hanya berkat rahmat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang


bcrjudul “ KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN KJEDISIPLINAN
PADA MASA ANAK”, untuk memenuhi syarat guna memperoleh geler Sarjana
Strata Satu (S.l) dalam Ilmu Pendidikan Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi
Agama Islam Ncgeri (STAIN) Salatiga, Progrom Studi Pendidikan Agama Islam
(PM).
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis lelah banyak

mendapatkan bimbingan, saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak. Suatu

keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Imam Sutomo selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Ncgeri

(STAIN) Salatiga

2. Bapak ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga

3. Bapak Drs. Badwan, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyususan skripsi ini.

4. Segenap dosen pengajar beserta seluruh karyawan dan karyawati di

lingkungan jurusan tarbiyah STAIN Salatiga.


5. Bapak dan ibu lercinla yang selalu mcmbcriku dukungan baik moril maupun

materiil dengan tulus ikhlas dan seluruh anggota keluarga yang jauh maupun

dekat selalu berdo’a untuk lerselesaikannya skripsi ini.

6. Islriku yang tercinta yang selalu memberi dukungan dan mengisi hari-hariku

7. Scmua sahabat dan rekan-rekan mahasiswa sejiwa seperjuangan yang telah

membantu dan mendukung hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

Kiranya hanya kepada Allah SWT. Penulis berdo’a, semoga amal dan jasa

budi baik mereka mendapat balasan yang berlipat ganda. Dan penulis juga

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, maka dari itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi sempurnanya

skripsi ini akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya,

terutama dalam bidang bimbingan dan konseling Islam.

Salatiga, Juli 2006

Penulis
DAFTARISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii

HALAMAN MOTTO.................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. v

HALAMAN KATA PENGANTAR........................................................... vii

HALAMAN DAFTAR IS I........................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1

B. Identifikasi Masalah........................................................ 5

C. Rumusan Masalah............................................................ 5

D. Tujuan Penelitian............................................................. 6

E. Manfaat Penelitian........................................................... 6

F. Metode Penelitian............................................................ 7

G. Penjelasan Istilah............ ................................................ 9

H. Sistematika Penulisan Skripsi......................................... 11

BAB II KEDISIPLINSAN................................................................. 13

A. Kedisiplinan.................................................................... 13

1. Pengertian Kedisiplinan............................................ 13

2. Dasar dan Tujuan Kedisiplinan................................. 15


a. Dasar Pembentukan Kedisipiinan.................... 15

b. Tujuan Kedisipiinan........................................ 16
3. Fungsi Kedisipiinan................................................ 18
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisipiinan .... 19
5. Proses Penanaman Kedisipiinan............................. 19
B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak .. 20

1. Empirisme............................................................... 21

2. Nativisme................................................................ 22

3. Konvergensi........................................................... 22

BAB III NILAI-NILAI ISLAM TENTANG KEDISIPLINAN..... 27

A. Pendidikan Kedisipiinan Dalam Islam ........................ 27

1. Pendidikan Agama............................................... 27

2. Pendidikan Akhlak................................................ 32

3. Pendidikan Jasmani............................................... 33

4. Pendidikan A kal..................................................... 35

5. Pendidikan Sosial................................................... 36

B. Pola Penanaman Kedisipiinan Terhadap A nak............ 37

1. Penanaman Kedisipiinan dengan Keteladanan........ 38

2. Penanaman Kedisipiinan dengan Pembiasaan......... 39

3. Penanaman Kedisiplina dengan Nasehat................. 41

4. Penanaman Kedisipiinan dengan Hukuman............ 43

C. Pemanfaatan Waktu dan Relevansinya......................... 44

1. Cara Mengatur W aktu............................................ 44

2. Manfaat Relevansi Waktu dengan Perbuatan......... 46

X
BAB IV KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN KEDISIPLINAN 51

A. Pendidikan Kedisiplinan di Lingkungan Keluarga...... 51

B. Pendidikan Kedisiplinan di Lingkungan Sekolah........ 54

C. Pendidikan Kedisiplinan Keagamaan............................ 55

BAB V PENUTUP............................................................................ 58
A. Kesimpulan.................................................................... 58
B. Saran............................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

- Daftar riwayat pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sctiap orang beriman mcmpunyai kewajiban mclaksanakan pendidikan

dan pengajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Karena memberikan pendidikan

Islam kcpada anak merupakan salah satu tugas dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh orang tua. Dalam hal ini orang tua sangat berperan dalam

pendidikan anak, karena dengan orang tuanyalah anak pertama kali bergaul

yaitu dalam lingkungan keluarga.

Kita ingat bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling

sempurna, karena dengan akalnya yang membuat manusia lebih unggul dari

pada makhluk Allah yang lainnya. Maka tidaklah salah bila “Allah mcmilih

manusia sebagai KholifahNya di bumi.”^ Di samping itu “manusia

mempunyai tanggung jawab terhadap amanat yang telah dibebankan

kepadanya, yaitu untuk selalu beribadah kepadaNya.”2)

Oleh sebab itu sebagai manusia harus dapat mempergunakan waktunya

atau kesempatan dalam hidupnya untuk mencapai kebahagiaan dunia sampai

akhirat. Kita tahu bahwa dalam kenyataannya seseorang itu memiliki

karakteristik khusus, yang dapat membedakan antara manusia satu dengan

yang lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki kcragaman,

kemampuan intelektual, minat dan bakat, latar belakang, ekonomi dan

'* Chabib Thoha.Kapita Selekta Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar Offset. Yokyakarta. 1996.hal. 100
2> Muhammad Zain Yusuf. Akhlak Tasawuf. Al-Husna. Semarang. 1993. Hal. 22
2 2

keadaan fisik biologis yang bcrbcda. Hal ilu lentu mcnuntut pcrlakuan yang

bcrbeda pada masing-masing manusia. Sebagai makhluk hidup manusia itu

tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhannya itu, manusia harus mampu

mengadakan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan di sekitarnya yang

scliap saat dapat mengalami perubahan. Sehingga “dengan perubahan-

perubahan itu manusia akan mampu mencari kesejahteraan hidupnya.”'

Hakekat pendidikan adalah menyiapkan generasi muda untuk dapat

menghadapi persoalan-persoalan hidup dalam kehidupan di masa yang akan

datang. Yang dimaksud genarasi masa depan itu adalah anak didik. Tetapi

dengan kemampuan yang lerbatas, anak didik tidak mampu meJihal apa yang

akan lerjadi pada masa depan. Olch sebab itu pcndidikanlah yang pcrlu

memberikan wawasan terhadap anak didik untuk mengantisipasi kebutuhan

dan persiapan hidup di masa datang.

Scdangkan tujuan pokok dan utama dari pcndidik Islam adalah

mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan sangat diperlukan adanya berbagai fasilitas yang dapat mendukung

agar tujuan tcrscbul dapat tcrcapai.

Islam selalu menghimbau kepada para pengikutnya untuk berusaha

keras dalam menuntut ilmu, kemudian mengajarkan dan mengembangkan

ilmu yang didapat tersebut kepada segenap manusia. Selain itu “Islam telah

memberikan petunjuk, pedoman dan pengharaman kepada seluruh manusia3

3) Wasty Soemanto. Psikotogi Pendidikan^ Bima Aksara. Jakarta. 1983. Hal. 97


3 3

agar mcndiclik kcpada anaknya clan dianjurkan dalam mcndidik hcndaknya

disesuaikan dengan akidah Islam”‘l)

Dalam Al-Qur’an banyak dicontohkan tenlang pendidikan yang pcrlu

dilakukan olch manusia. Salali satu firman-Nya:

Arlinya : “Dan (ingatlah) kctikn Luqman berkata kepada anaknya, waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: “I-Iai anakku, janganlah kamu
mcmpersckutukan Allah, sesungguhnya mcmpersekutukan (Allah)
adalah 45kezaliman yang besar.”(Qs. Luqman : 13)5>

Dalam ayal di alas sebenarnya mengandung suatu perinlah kepada

manusia agar sclalu berperilaku yang baik dalam hidupnya dan

mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

Manusia dalam mempcroleh pengetahuan harus dimulai belajar dari

waktu kccil atau masa kanak-kanak. Oleh karcna itu pada masa kanak-kanak

harus ada yang mendidiknya guna mempcroleh ilmu yang bermanfaat. Masa

kanak-kanak merupakan sebuah periode pembentukan watak, kepribadian dan

karakter dari scorang manusia. Agar kelak memiliki kekuatan dan kemampuan

untuk meniti kehidupannya.

Oleh karena itu seorang guru dituntul untuk mendidik anak didik

sebaik-baiknya agar mercka terpelihara serta menerapkan semua petunjuk dan

4) Abdul Kozak Muscin. Iluk dan Pendidikan Anak Dalam Islam. Fikahali Ancska. Jakarta. 1992.
Hal.84
5) Prof. R.M.A.Soenarjo.SIl.dkk,Al-Qur’an dan Terjcmahnya.Toha Putra.Semarang, 1989,1 lal. 654.
pedoman yang diberikan kepadanya. Anak mcrupakan pihak yang pcrlu

dibantu atau dibcnluk. Scbagai pihak yang dibcntuk pada diri anak terdapat

potensi-potensi yang terpcndam dan unik. Potensi-potensi ini memberikan

kemungkinan-kemungkinan suatu banluan yang datang dari luar yailu

pcndidikan. Olch karcna itu “jikalau unsur pcrlolongan tidak ada, maka

potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tidak sempat

diaktualisasikan.”6'

Anak harus belajar tata cara bergaul dengan orang lain, sopan santun,

tata krama untuk mencapai keinginan-keinginannya supaya dapat hidup rukun

dalam keluarga dan masyarakat. Anak belajar tata cara kehidupan, nilai-nilai

moral, sosial dan agama. Dengan demikian setiap anak harus memperoleh

pendidikan. Pendidikan diperoleh dari lingkungan keluarga/rumah, sekolah,

masyarakat maupun agama. Anak dididik supaya mengalami masa bahagia,

karena masa dewasa yang sukses adalah terbentuk atas dasar masa yang

bahagia.

Dalam agama Islam banyak perintah-perinlah tentang pendidikan yang

harus diilakukan manusia supaya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya

sehingga banyak asumsi yang mengatakan bahwa anak harus dididik secara

aktif dan teratur, maka nantinya akan menghasilkan manusia yang mempunyai

disiplin tinggi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat.

ft) Moll. Hasyim Cholil, Dasar-dasar Kependidikan, STAIN, Surakarta, 2000, Hal. 8
5

Berdasarkan pernyataan di alas, maka pcnulis lerdorong untuk

mcngkaji mcmgenai Konscp Islam tentang Pendidikan Kcdisiplinan pada

masa anak-anak.

B. Identifikasi Masalah

Dalam membentuk sikap terhadap anak, banyak sekali permasalahan

yang belum dipahami khususnya oleh para pendidik diantaranya ;

1. Apakah sebenarnya fungsi pembentukan pendidikan kcdisiplinan bagi

anak-anak.

2. Apakah perlu penanaman kedisiplinan diterapkan

3. Scjak kapan sikap pendidikan kedisiplinan diterapkan pada anak-anak?

4. Bagaimanakah proses penanaman kedisiplinan yang benar!

5. Bagaimanakah prinsip-prinsip Islam tentang pendidikan kedisiplinan

terhadap anak!

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tcrscbut di atas maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa urgensi kedisiplinan anak mcnurut Islam

2. Bagaimana pola penanaman pendidikan kedisiplinan di lingkungan

keluarga terhadap anak?

3. Bagaimana pola penanaman pendidikan kedisiplinan di lingkungan

sckolah terhadap anak?


6

4. Bagaimana pola penanaman pcndidikan kcdisiplinan kcagamaan tcrhadap

anak?

D. Tujuan Pcnclitian

Dengan melihat rumusan permasalahan di atas maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengungkapkan nilai-nilai Islam tentang kedisiplinan anak

2. Untuk mengetahui penerapan pendidikan kedisiplinan di lingkungan

keluarga terhadap anak.

3. Untuk mengetahui penerapan pendidikan kedisiplinan di lingkungan

sekolah terhadap anak.

4. Untuk mengetahui penerapan pendidikan kedisiplinan keagamaan terhadap

anak.

E. Manfaat Penelitian

Basil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan bagi para

pendidik agar mampu menerapkan konsep pendidikan kedisiplinan terhadap

anak, sehingga anak diharapkan memiliki nilai-nilai kedisiplinan yang tinggi

serta dapat menerapkannya baik itu di lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat maupun agama. __


7

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi pcnulis menggunakan beberapa metode

penulisan, antara lain:

1. Metode pengumpulan data

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh

melalui penelitian kepustakaan.7’ yaitu data yang didapatkan dari sumber

primer dan sumber sekunder.

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah buku pokok yang diperoleh dari buku-

buku yang membahas tentang Pendidikan Kedisiplinan anak menurut

Islam, yaitu ;

1) Bagaimana mendidik dan mendisiplinkan anak oleh Charles

Schaefer

2) Bagaimana mempengaruhi anak oleh Charles Schaefer

3) Mendambakan anak sholeh oleh Asnelly Ilyas

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan penunjang dan pembanding data

yang berhubungan dengan masalah penelitian.

7) Sutrisno Uadi. Melodologi Research. Audi offset. Yogyakaita. Jilid I. hal. i9


8

2. Melode Pengolahan data

Setelah data terkumpul dcngan baik sesuai dengan

permasalahannya, langkah selanjutnya adalah mengolah data. Adapun

dalam mengolah data penulis menggunakan metode:

a. Metode deduksi

Yaitu “Suatu pengambilan kesimpulan dari peristiwa urnum kemudian

ditarik pada fakta yang bersifat khusus.” 8)*

b. Metode Induksi

Yaitu “Cara pengambilan kesimpulan dari peristiwa khusus kemudian

ditarik fakta yang bersifat umum.”5*

3. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul dan diolah dengan baik dan sesuai dengan

permasalahan, maka langkah selanjutnya dalam menganalisa penulis

menggunakan metode inlcrpretasi yaitu: merekonstruksi teks naskah

sambil ditcrjemahkan isi naskah, kemudian disclami untuk mcnangkap arti

dan nuansa yang dimaksud secara khas.”l0)

R) Prof. Dr. Sutrisno Hadi. Metodologi Research /. YPF.Psikologi UGM. Yogyakarta. 1989. hal.42
9> Ibid. Ilal.42
l0) Dr. Anton Bakker, Drs.Alimadi Charris zubair. Metodologi Rendition Filsafal. Kanisius.
Yogyakarta. 1990. Hal.74
9

G. Pciijclasan Istilah

Untuk menghindari berbagai kesalahpahaman pada judul skripsi ini,

maka penulis memberikan batasan dan penjelasan sebagai gambaran singkat

yang berkaitan dengan judul skripsi di atas, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep

Berasal dari istilah bahasa Inggris “concept” yang berarti

rancangan. Ada yang mengartikan ide atau cita-cita, pengertian yang

diabstrakkan dari peristiwa yang konkret.n)

Yang penulis maksud adalah pemikiran atau pendapat tentang

pengertian pendidikan kedisiplinan, dasar dan tujuan pendidikan

kedisiplinan, lungsi pendidikan kedisiplinan, faktor-faktor yang

mempengaruhi kedisiplinan dan proses penanaman kedisiplinan pada anak

berdasarkan pendapat yang tclah ada sebelumnya.

2. Islam

Secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang terambil dari kata
-•
salama ( ) yang berarti selamat. Dari kata salama terbcntuk

aslama ( r \ ) yang berarti memelihara dalam keadaan selamat

sentausa.” *l2) Yaitu membahas tentang nilai-nilai Islam tentang

pendidikan kedisiplinan terahadap anak, baik dalam pendidikan

agama, akhlak, jasmani, akal maupun sosial.

M) John Echol dan hasan Sliadly. Kamus Inggris Indonesia. Gramedia. Jakarta. 1982. Hal. 135
l2) Nasarudin Rozak. Dinul Islam. Al-M a’arif. Bandung. 1989. Hal. 56
10

3. Pendidikan

Adalah “ Bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.” l3) Dcngan kata lain pendidikan berarti proses di

mana potensi-polensi yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan

supaya disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan dengan baik

menggunakan alat-alat yang diperlukan serta dipersiapkan dan dikelola

oleh seseorang untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri untuk

mencapai tujuan yang dicita-citakan.” l4) Pendidikan kedisiplinan di dalam

lingkungan keluarga, sekolah maupun kedisiplinan keagamaan.

4. Kedisiplinan

Berasal dari kata disiplin yang berarti ketaatan, kepatuhan, tata

tertib yang mendapatkan awalan ke- dan akhiran -an.”l5)16Menurut Prof.

Dr. Mar’at, disiplin adalah “sikap perseorangan atau kelompok yang

menjalin adanya kepentingan terhadap suatu tindakan yang perlu

seandainya tidak dipcrintah.”16’

I3) A.D. Marimba, Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam. Al Ma’arif, Bandung, 1989, Hal. 15
l',) A h m a d i , l l m u P e n d i d i k a n ( S u a t u P e n g a n t a r ) , S a u d a r a , S a l a t i g a , 19 8 4 , H a l . 1 4
15) Tim Penyusun Ramus Besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dep. P dan K,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, Hal. 208
16) Prof. Dr.Mar’at, Pimpinan dan Kepemimpinan, Ghalia Indah, Jakarta, 1984, Hal. 90
II

5. Anak

Anak adalah “Seseorang yang bcrada pada masa perkembangan

tertenlu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.”l7) proses

perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor (pandangan aliran

cmpirisme, nativisme, maupun konvergensi).

Jadi maksud dari judul skripsi ini adalah berusaha untuk menganalisa

seberapa penting pendidikan kedisiplinan pada anak di lingkungan keluarga,

sekolah dan kedisiplinan keagamaan dalam konsep/pandangan Islam dengan

melihat hal-hal yang berkaitan tentang pendidikan kedisiplinan, yaitu dasar

dan tujuan, fungsi, faktor-faktor yang mempengaruhi serta proses penanaman

pendidikan kedisiplinan (keteladanan, pembiasaan, naschat maupun hukuman)

pada anak tersebut. Dan diharapkan dengan pendidikan kedisiplinan yang

mencakup pendidikan agama, akhlak, jasmani, akal dan sosial tersebut, anak

dapat menerapkan norma-norma yang sesuai dengan ajaran Islam baik itu di

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun lingkungan agama.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memberikan gambaran secara jelas tentang pokok-pokok

pembahasan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika yang terdiri dari

lima bab, yaitu scbagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

Wasty Soemanto, Op.cil. Hal. 166


I
12

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penclitian,

manfaat penclitian, metode penulisan, dan sistematika skripsi

Bab II Tinjauan Umum tentang kedisiplinan

Berisis tentang pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat serta

faktor-faklor yang mempcngaruhi kedisiplinan

Bab III Nilai-Nilai Islam Tentang Kedisiplinan

Berisi tentang hal-hal yang memuat tentang nilai-nilai ajaran

Islam yang mengajarkan tentang kedisiplinan pada seseorang

Bab IV : Konsep Islam tentang Pendidikan Kedisiplinan

Berisis tentang pendidikan kedisiplinan terhadap anak

Bab V : Penutup

N Berisi tentang kesimpulan yang ditarik dari bab-bab

sebelumnya yang juga merupakan jawaban dari pokok

permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, dan saran-saran


BAB II
KEDISIPLINAN

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Sebelum membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan

kedisiplinan, maka akan dikemukakan beberapa definisi tentang

kedisiplinan yang diungkapkan oleh para ahli pendidikan yang antara lain

adalah sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar bahwa Disiplin

yang berarti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan.11

James Drewer dalam A Dictionary of psychology mendefinisikan

kedisiplinan sebagai berikut:

“Disipline originally synonymous with education, in modern usage


the root nation is control o f conduct, either by an external autority,
or by the individual himself... ”2>

Artinya : Disiplin semula sinonim dengan pendidikan; dalam penggunaan


modem pengertian dasamya adalah kontrol terhadap kelakuan
(tabiat) baik oleh suatu kekuasaan luar maupun oleh diri
sendiri.”

Sedangkan kata kedisiplinan dalam kamus bahasa Arab berarti

annidhomu ( ) yang berarti tata tertib/disiplin. Dari kata

annidhomu terbentuk annidomiyyu ( ) yang berarti yang

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Balai
Pustaka. Hal
5

2> James Drewer. A.Dictionary o f Psychology. Penguin Books. Australia. 1952. hal. 69
leratur. Sehingga kedisiplinan bcrarti tala tertib yang akan menimbulkan

sesuatu menjadi teratur.’1

Drs. Ahmad Munib, MA mengemukakan bahwa kedisiplinan

adalah:

a. Disiplin adalah kepatnhan terhadap peraturan atau tunduk pada


pengawasan atau pendidikan.
b. Adalah latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat
mengendalikan diri sehingga dapat berperilaku tertib dan efisien
c. Suatu cara atau berperilaku
d. Berarti hukuman atau koreksi terhadap seseorang yang melanggar
ketentuan. 41

Dalam A1 Qur’an sural An Nisa ayat 103 mengungkapkan ;

Artinya : “Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan

waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An Nisa :

Dalam ayat di atas dan dari beberapa pengertian di atas

menjelaskan bahwa orang muslim harus senantiasa memenuhi peraturan

yang telah ditetapkan sehelumnya, baik berupa tata tertib, norma-norma,

baik yang dibuat sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintah, organisasi

maupun agama guna mencapai target yang diinginkan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah control terhadap peraturan yang

dibuat s e n d ir i maupun dibuat b e rs a m a -s a m a dengan t u ju a n u n tu k 5


*

” A.W Munawar, Keimus At Munawir Arab-lndonesia. Pustaka Progresif. Yogyakarta.


1997.hal.l435
J) Drs. A. Munib,MA. Edukasi Fakultas llmu Pendidikan. 1KIP. Semarang. 1995. Hal. 38
5) Prof. R.H.A. Soenarjo, SH,dkk. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Toha Putra. Semarang. Hal 138
15

mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri sehingga dapat

berperilaku tertib dan efisien dan akhimya tercipta kerukunan dalam

kehidupan di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.

2. Dasar dan Tujuan Kedisiplinan

a. Dasar pembentukan kedisiplinan

Sebagaimana kita ketahui bahwa keseluruhan sistem pada alam

semesta ini adalah tersusun sedemikian rupa, tidak terlepas pula

dengan sistem kemasyarakatan, sebagaimana sistem pendidikan yang

juga memiliki aturan dan tata tertib atau norma yang telah ditetapkan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana dikatakan

oleh Prof. Dr Hasan Langgulung sebagai berikut:

“Pendidikan adalah pengakuan dan penerimaan yang


berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia terhadap tempat
yang sesuai bagi sesuatu dalam aturan atau tata tertib yang
sudah wujud ini.”6)

Dari pendapat tersebut, dapatlah dipahami bahwa tugas

pendidikan adalah menciptakan tata tertib pada diri manusia yang

selanjutnya akan berimbas pada masyarakat dan alam sekitamya di

jagat raya ini.

Ketertiban dalam suatu masyarakat akan dapat terwujud jikalau

setiap individu yang ada dalam masyarakat tersebut menyadari serta

memenuhi segala aturan yang telah ada. Demikian juga dalam

6) Prof. Dr. Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologis Filsafat dan
Pendidikan. Pustaka Al-Husna. Jakarta. 1986. Hal. 92
16

kehidupan berbangsa dan bemegara akan dapat mencapai suatu kondisi

masyarakat yang aman dan tentram tatkala seluruh rakyat yang

menghuni negara tersebut mengikuti dan mematuhi aturan serta

undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu

perilaku seseorang dalam kehidupan ini akan banyak dipengaruhi oleh

lingkungan yang membesarkannya dengan melalui peraturan yang ada.

Meskipun demikian perkembangan perilaku suatu individu

adalah juga dipengaruhi oleh pembawaan pada dirinya. Dengan

demikian pendidikan yang ada pada lingkungannya adalah bukan yang

mutlak dapat mempengaruhi watak dan karakteristik seseorang, dalam

hal ini termasuk kedisiplinan, tetapi juga faktor pembawaan atau

genetika. Pendidikan hanya akan berpengaruh pada individu sesuai

dengan kemampuan dan kodratnya serta lingkungannya.

Atas dasar ini adalah tidak beralasan jika seorang pendidik

melakukan pemaksaan pada diri seseorang, namun tidak pula

membiarkannya tanpa ada pengawasan, akan tetapi pendidik sebatas

mengarahkan dan membimbing. Tugas seorang guru atau pendidik

adalah membimbing, mengarahkan dan bukan membiarkan atau

memaksakan perkembangan anak didik sesuai dengan keinginannya

tanpa mempertimbangkan faktor pembawaannya.


17

b. Tujuan kedisiplinan

Sebelum diuraikan tentang tujuan kedisiplinan pada anak perlu

kiranya diketahui terlebih dahulu kriteria yang harus dipenuhi dalam

menanamkan kedisiplinan pada anak yang antara lain :

1. Membuat perubahan dan pertumbuhan anak

2. Memelihara harga diri anak

3. Menjaga hubungan erat antara orang tua dan anak.7)*

Dari kriteria di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari

pada pendidikan adalah:

“Pertama : Membuat anak didik terlatih dan terkontrol dengan


mengajar mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan
yang tidak pantas atau yang asing bagi mereka.
Kedua : “Yang merupakan tujuan jangka panjang dari
pendidikan kedisiplinan adalah perkembangan dari
pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self
control and self direction), yaitu dalam hal mana anak-anak
dapat mengarahkan diri sendiri tanpa dipengaruhi dan
dikendalikan dari luar. Pengendalian diri berarti menguasai
tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman norma-norma
yang jelas, standart-standar yang sudah menjadi milik diri
sendiri”8*

Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa tujuan dari

segala bentuk pendidikan kedisiplinan adalah bantuan kepada seseorang

atau kelompok orang agar mereka dapat menguasai tingkah laku diri

sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas, standart-standar

7) Charles Schaefer, Ph.D..Bagaimana Mempengaruhi Anak.Dahara Prize,Semarang, 1994, Hal. 12


8> Charles Schaefer, Ph.D..Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Restu Agung, Jakarta,
1987, Hal. 9
18

yang ada sehingga dapat memelihara harga diri dan dapat menjaga

hubungan erat seseorang dengan orang lain dan pada akhimya dapat

memperoleh ketenangan dalam tingkah laku untuk mencapai tujuan

kehidupan yang tentram dan damai sesuai tuntunan sunnatullah.

3. Fungsi Kedisiplinan

Anak sebenamya berangkat dari ketidaktahuan tentang norma-

norma yang ada. Oleh karena itu sebagai pendidik harus mengarahkan agar

anak bisa disiplin. Kedisiplinan sangat diperlukan dalam proses

pendidikan anak agar mereka dapat:

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenal


hak milik orang lain
b. Mengerti dan menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara
langsung mengerti larangan-larangan
c. Mengerti mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa
terancam oleh hukuman
d. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan orang lain.9)

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi kedisiplinan adalah agar

seseorang dapat meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial yaitu

mengenal hak milik orang lain, menjalankan kewajiban dan menjauhi

larangan-larangan secara langsung, mengendalikan keinginan dan berbuat

sesuatu dengan batasan hokum yang ada. Sehingga dengan adanya fungsi

kedisiplinan sebagaimana di atas, diharapkan anak yang sedang belajar

9) Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Dr. Singgih D. Gunarsa. Psikologi Untuk membimbing. BPK
Gunung Mulia. Jakarta. 1992. Hal. 137
19

dapat untuk berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang

telah ditetapkan dengan rasa tanggung jawa yang tinggi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Jika dilihat dengan seksama, kedisiplinan akan tampak pada

kemampuan seseorang dalam menyesuaikan tingkah laku yang sesuai

dengan peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan. Kemampuan untuk

menyesuaikan diri ini menurut Lester D. Crow and Alice Crow, ditentukan

oleh dua faktor yang saling berkaitan. Kedua faktor tersebut adalah:

a. Intheried potential in : physical constitution, mental ability, emosional


status, strenght of inner drives.
b. Kinnd if life experiences in : the home, the school, the neighborhood,
or the community.10'

Artinya : a. Pembawaan dasar dalam diri anak berupa keadaan fisik,


kemmpuan mental, keadaan emosi, keadaan dorongan-
dorongan dari dalam
b. Macam-macam pengalaman hidup di rumah, sekolah, dalam
bertetangga maupun dalam masyarakat.

5. Proses Penanaman Kedisiplinan

Secara garis besar, proses penanaman kedisiplinan ada tiga macam

yaitu secara otoriter, secara permissive dan secara demokrasi. Berikut ini

akan dijelaskan tentang proses penanaman kedisiplinan satu persatu.

Sikap otoriter yang terlalu mengatur perbuatan anak dengan

paksaan dan hukuman akan menghalangi kreatifitasnya, dan akan

menimbulkan ketergantungan anak didik kepada seorang pendidik,

l0> Lester D. Crow Ph.D., & Alice Crow, Ph.D.. Human Development and Learning, Hal. 203
20

sehingga akan bersikap pasif. Demikian halnya dengan sikap permissive

yang memberikan kebebasan secara berlebihan, tidak membentuk anak

pada tokoh panutan yang dijadikan model dalam pembentukan pribadinya.

Oleh karena itu sikap pendidik hendaknya jangan terlalu otoriter atau

permissive, akan tetapi haras bersifat realistis terhadap seseorang (anak

didik). Pendidikan tidak hanya memerlukan kebebasan saja, akan tetapi

juga memerlukan pengendalian dan pengawasan, sehingga tercipta suatu

kondisi yang demokratis

Sedangkan metode yang paling efektif untuk menanamkan


kedisiplinan adalah dengan menggunakan pendekatan yang positif,
misalnya dengan memberikan contoh, bersikap ramah, memberi
semangat dan lain-lain. tipe ini lebih berhasil dari pada
menggunakan pendekatan negatif, mislnya dengan menakut-nakuti,
memberi hukuman, memberikan sanksi dan sebagainya....’ ii)

Selanjutnya penanaman atau metode yang efektif untuk

menanamkan kedisiplinan yang dilakukan tersebut di atas yaitu dengan

cara memberikan nasehat, latihan-latihan atau pembiasaan, sugesti, hadiah,

koreksi atau pengawasan dan sebagainya, mempunyai maksud dan harapan

agar lebih mendorong anak untuk lebih disiplin dalam bertingkah laku.

Nabi Muhammad sangat mengharapkan umatnya untuk selalu

bersikap disiplin dalam berbagai hal. Seperti halnya kisah yang

menggambarkan sikap disiplin yang dicontohkan oleh nabi saw dan juga

dipeijelas oleh Allah dalam surat A1 Asr. Adapun hadist yang

u) Charles Schaefer, Ph.D ,,Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Restu Agung, Jakarta,
1987, Hal. 11
21

menggambarkan sikap kedisiplinan yang dicontohkan oleh Allah adalah

sebagai berikut:

Yang artinya : “Dari An Nas bin Malik r.a. rosulullah bersabda: Luruskan
shaf kamu, karena shaf yang lurus termasuk sholat yang
sempuma”(H.R Muslim)I2)

B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak

Yang dimaksud pengaruh lingkungan di sini adalah pengaruh yang

berasal dari segala sesuatu yang ada di sekitar pada masyarakat yang dapat

memberikan pengaruh pada anak, juga lingkungan di mana anak-anak bergaul

dan bermain.

Ada banyak berkembang beragam aliran dalam dunia pendidikan yang

muncul dari barat yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan terhadap

perkkembangan anak, yang antara lain adalah :

1. Empirisme

Dalam teori ini diungkapkan bahwa perkembangan anak sangat,

bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh atau dialami

secara selama hidupnya.13)

12 *Makmur Daud. Terjemahan Shohih Muslim 1-4. Wijaya, Jakarta 2003. hal 222
13) Ngalim Purwanto, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, Hal. 14

f
22

Sebagai pelopor teori ini adalah John Lock (1632-1704), dimana ia

punya kesimpulan bahwa tiap-tiap individu lahir bagaikan kertas putih

tanpa noda atau gambaran yang mana lingkunganlah yang akan

memberikan wama, ukiran, tulisan atau lukisan pada kertas itu.

Uraian di atas sesuai dengan kata Empiris yang berasal dan kata

Empere yang berarti pengalaman. Aliran ini juga disebut aliran positifisme

karena kemampuan anak bergantung pada pengalaman, maka usaha

pendidikan hasilnya adalah positif, karena lingkungan dapat dikuasai

manusia. Maka teori ini bersifat optimistis terhadap perkembangan

pribadi.

2. Nativisme

Menurut aliran ini “Segala perkembangan manusia ditentukan oleh

faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.I4) juga ditentukan oleh pembawaan

anak sejak lahir sebagai indikasi dari teori itu ada kecenderungan pada

anak untuk terpengaruh pada orang tuanya. Kalau orang tua si anak adalah

pemain musik, maka si anak biasanya juga punya bakat dan keterampilan

bermain musik. Demikian juga dalam hal lainnya. Salah satu tokohnya

adalah “ Schopenhauer (1788-1860), “Kaum aliran nativisme disebut

sebagai kaum pesimitif dalam pendidikan. Kaum pesimitif ini mengatakan

bahwa bakat atau pembawaan itu menentukan nasib seseorang”.15)

,4) Ibid., Hal. 14


l5) Drs. H. Moh. Hasyim Cholil, MBA, Dasar-dasar Kependidikan, STAIN Surakarta, 2000, Hal
11
23

Dengan kata lain lingkungan bagi aliran ini, tidak punya pengaruh

dalam individu, karena jika seorang anak punya bakat jahat, maka ia akan

cenderung melakukan kejahatan, tetapi jika ia punya bakat baik, maka

dalam kondisi apapun ia tidak akan terpengaruh untuk berbuat kejelekan.

3. Konvergensi

Aliran ini adalah merupakan analisa dari aliran-aliran yang

dijelaskan sebelumnya, di mana masing-masing aliran temyata memiliki

kelemahan-kelemahan yang utama, sehingga masing-masing aliran tampak

yang diuangkapkan demikian subyektif dan berat sebelah. Hasil proses

keija sama kedua faktor, baik faktor pembawaan (Potensi hereditas)

maupun lingkungan atau pendidikan”.16)7Teori dikemukakan oleh William

Stem (1871-1938) seorang filosof dan psikologi Jerman.

Sebelum dikemukakan filosof barat tersebut Islam telah memiliki

prinsip-prinsip dasar yang dapat ditelaah dalam A1 Qur’an dan A1 Hadist

dengan nilai yang telah diungkapkan dalam teori Konvergensi.

Sebagaimana sabda Rosulullah:

Artinya : Tidaklah anak itu dilahirkan kecuali atas dasar fitrah, maka orang
tuanya yang dapat menjadikannya beragama, Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.” (HR. Bukhari)l7)

,6) Loc. Cit. hal. 14


l7) Drs. HM. Chabib Thoha, MA, Kapita Selekta Pendidikan Islam^ Pustaka Pelajar, 1996, Hal.
104
24

Hadist ini memberikan pegangan akan saling berhubungan antara

faktor pembawan dengan faktor lingkungan.

Di samping itu juga mangandung prinsip pentingnya lingkungan

dalam mempengaruhi atau rnembentuk pribadi. Oleh karenanya

pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Meski demikian hadist di atas juga terkait dengan firman Allah

yang menjelaskan pengaruh pembawaan (fitrah) terhadap pendidikan dan

perkembangan anak, sebagaimana firmannya :

Artinya : “.....tetaplah pada fitrah Allah yang telah menetapkan manusia


menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah itu,....” (QS.
Ar Ruum : 30)l8)

Apa yang diungkapkan teori konvergensi tentang begitu

pentingnya pengaruh lingkungan dalam perkembangan anak banyak

diisyaratkan dalam A1 Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT :


r

H) Prof. K.H.a. Soenarjo,SI I. Dkk., Op.Cit. hal. 645


25

Artinya: “Berilah terlebih dahulu keluargamu yang dekat-dekat”. (QS.Asy


Syu’aro; 214),9>

Ayat di atas menunjukkan bahwa peringatan, petunjuk dan petuah

seseorang terhadap keluarga adalah sangat penting dan dianjurkan oleh

Allah SWT. Hal itu berarti bahwa pengaruh keluarga atau orang tua pada

keluarga yang lain atau anaknya adalah suatu hal yang diperintahkan.

Bahkan diungkapkan dalam sebuah hadist:

s* j

Artinya : “Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan


dimintai pertanggungjawubannya dari apa yang dipimpinnya”.
(HR.Bukhari)9202'

Dalam memberikan pendidikan dan pengaruh kebaikan dan

menjaga anak dari tindakan kemaksiatan adalah kewajiban orang tua.

Sebagaimana dianjurkan oleh Al Ghazali dalam Ihya’Ulumuddin :

“Bahwa karena anak adalah merupakan amanat Allah, maka


melatih anak adalah suatu hal yang penting. Hati anak adalah suci
bersih bagai mutiara, bersih dari segala ukiran dan mutiara, bersih
dari segala ukiran dan gambaran. Ia memiliki potensi untuk
menerima segala yang diberikan kepadarya. Anak harus
dibiasakan untuk berbuat kebaikan dan dihindarkan dari pengaruh
jahat.,,2l)

l9) Ibid. Hal. 589


20> Muhammad Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf Al l lusna, semarang, 1993, Hal. 60
2 I) A l G h a z a l i , Ihyo Ulumuddin JilidII , M a s y h a d A i - H u s a i n i , K a i r o , t . t h , Hal 57
26

Untuk dapat menilai antara pengaruh lingkungan dengan

pembawaan, A1 Qusi berdasarkan penelitiannya mengungkapkan :

1. Berlakunya faktor keturunan dan bakat dimulai dari sejak ia lahir,


sejalan dengan dengan berpengaruhnya lingkungan pada diri anak.
Dengan demikian maka pengaruh lingkungan itu akan terlihat dengan
dipengaruhi oleh faktor pembawaan.
2. Untuk dapat menilai pengaruh pembawaan dalam kenyataan hidup
adalah sangat sulit, dan justru yang lebih nampak mendominasi adalah
pengaruh pergaulan dengan lingkungan.
3. Pengaruh lingkungan adalah sangat luas, oleh karenanya antara satu
orang dengan yang lain adalah tidak sama, karena kemajemikan
pengaruh lingkungan itu sendiri. 22)

Dari apa yang telah diuraikan di atas jelas bahwa menurut

pandangan Islam keturunan dan lingkungan sama-sama berpengaruh

terhadap anak di dalam arti bahwa konsep Islam tentang tentang pengaruh

kedisiplinan terhadap anak lebih dekat kepada teori konvergensi.

Perbedaannya adalah dalam Islam seorang anak dilahirkan dalam fitrah,

atrtinya “Anak mempunyai kecenderungan-kecenderungan yang mumi

bagi individu.”23)

Kecenderungan-kecenderungan tersebut lahir dalam bentuk yang sangat

sederhana dan terbatas tumbuh dan kembang menjadi baik atau sebaliknya. Jadi di mana

anak mengalami proses pendidikan itu, maka pendidikan mengarahkan akal pada jalan

yang baik dan benar, bukan kepada jalan yang jelek lagi sesat.

22) Abdul Aziz Al-qusi, Pokok-pokok Kesehatan Mental terjemah Zakiyah daradjat, Bulan
Bintang, Jakarta, 1974, Hal. 36
23) Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamly, Filsafat Pendidikan Al-Qur’an, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
1986, Hal
BAB III
NILAI-NILAI ISLAM TENTANG KEDISIPLINAN

A. Pendidikan Kcdisiplinan Dalam Islam

Dalam Islam tcrdapat berbagai ajaran kedisiplinan kepada umatnya.

Sebagai pendidik atau orang tua sudah selayaknya mendidik anak-anaknya

sesuai dengan prinsip dasar pendidikan kedisiplinan anak, yailu:

1. Pendidikan Agama

Membekali anak dengan ilmu keagamaan adalah snatu hal yang

prinsip. Namun tentu saja pembekalan tersebut harus discsuaikan dengan

tingkat perkembangan anak itu sendiri. Pertama yang harus ditanamkan

pada anak adalah keimanan dan ketakwaannya. Sehingga anak akan

menjadi sadar bahwa seluruh perbuatannya adalah ada di bahwa

pengawasan Allah SWT. Sehingga dengan demikian diharapkan akan

dapat menggunakan dan menguatkan pribadinya, sekaligus kesediaan

spiritualnya yang bersifat fitrah atau nalurinya dengan bimbingan agama

tersebut.

Abdullah Nasikh Ulwan mengatakan bahwa Rasulullah memberi

petunjuk tentang pendidikan agama kepada anak-anak antara lain:

a. Pendidikan anak harus diawali dengan ajaran mengucapkan kalimat

syahadat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Mulailah

mendidik bayi-bayimu dengan kalimat La ilaha illallah,,l)

^Abdullah N asikh‘Ulwan, Tarbiyatu Al-Auladfi Al-Islam, Berut Darus-Islam,1971 hal 156-157


Perinlah untuk mengajarkan kalimat tauhid ini dimaksudkan

agar yang didengar olch bayi yang pcrtama-lama adalah kalimat

Thayyibah yang dalam hal ini adalah tauhid. Scbcnarnya kalimat-

kalimat Thayyibah itu banyak jenisnya misalnya MasyaAllah,

Innalillahi wa innaillaihi roji'un, Aslaghfirullah, SubhanAllah dan lain

sebagainya. Dipilihnya kata La ilaha illallah sebagai awal mendidik

bayi yang baru lahir karena kata La illaha illallah itu hanya pada satu

titik yaitu kata Allala atau peng-Esaan terhadap Allala SWT. Di

sanaping itu dengan didengarkannya kalimat tauhid pertama bayi lahir

adalah merupakan takdir demi perjanjian dengan Tuhan, dan

merupakan fitrala naanusia untuk beriman kepada Allah SWT. Bukan

hanya itu, dengan diajarkan kalimat tauhid yang pertama adalah untuk

mengucapkan kalimat tauhid. Oleh karenanya di dalam ajaran Islam

dianjurkan untuk mengadzani anak di telinga kanan dan iqarnah di

telinga kiri, dimaksudkan agar anak peka dengan pendengaran-

pendengaran yang berwujud kalimat-kalimat thayyibah .

Penciptaan situasi melalui alat indera pendcgarannya

merupakan kunci pertama masuknya ajaran keimanan kepada bayi

Allah telah memberikan isyarat bahwa bayi dilahirkan melalui rahirn

ibunya tanpa mengetahui apa-apa. Secara berurutan Allah

menyebutkan pendengaran, penglihatan dan nurani sebagai pintu

gerbang masuknya pendidikan Pendidikan keimanan bagi anak

bcrtujuan agar anak dapat membiasakan mengucapkan kata-kata yang


29

mengagungkan asma Allah misalnya lasbih, islighfar, sholawal dan

do’a-do’a pcndck.

b. Mengenalkan Hukum I-Ialal dan Haram

Mengenalkan pada anak tentang hukum halal dan haram

menjadi hal yang wajib, dikarcnakan unluk mcnjaga keluarga dari

lindakan dosa dan api neraka , serta merupakan kewajibansebagaimana

firman Allah SWT:

Artinya : “........ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka...,”(Qs. At-Tahrim : 6)2)

Upaya dalam penanaman disiplin untuk menjaga dari

melakukan sesuatu yang dilarang atau memakan sesuatu yang

diharamkan sejak dini dan dcngan penuh disiplin. Scbab jika lidak

demikian anak bisa dengan rnudah tergelincir untuk memalukan hal

yang tidak baik meniru orang lain.

2)Prof. R .II.A . Soenarjo, S.H. dkk. Al-Qur’an dan Terjemahnyax C V . Toha Putra, Scmarang,
I989,halam an 9 5 1
c. M c n y u r u h anak berib adah sejak u sia lujuh tahun

Arlinya: “Perinlahkanlah anak-anak kamu melakukan shalat sejak


mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka bila enggan
melakukannya bila urnur 10 tahun dan pisahkan tempat
tidur mereka”(l 1R. Abu Dawud )3)

d. Mendidik untuk membaca Al-Quran

Rasulullah saw . Bersabda ;

mmm

Artinya : “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari Al-


Qur’an dan mengajarkan”. (HR. Bukhori)*
4*

Mcngajarkan Al-Qur’an merupakan dasar pengajaran dalam

semua sistem pengajaran di berbagai negara Islam. Karena hal itu

merupakan sajian agama yang akan berpengaruh terhadap keimanan

dan kcTuhanan kepada Allah SWT.

1) Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar As Suyuti, iami'ash Shoghir, Darul Ilya’ Kutub,
Indonesia, 1th, hal. 155.
4) Imam An Nawawi, Riyadhushalihin, A1 Ma’arif, Bandung hal. 304.
31

Prof. Zakiah Drajat mengatakan, bahwa :

“Pada umumnya agama seseorang ditcntukan olch pcndidikan,


pcngalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya.
Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan
pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan
merasakan pentingnya agama dalam hidupnya’V*

Demikian “Pendidikan agama menempali posisi

amat strategis dalam pendidikan anak. Sekaligus merupakan pintu

berbagai wawasan keislaman pada anak. Dengan pendidikan agama, ia

akan dapat mewujudkan makna kemanusiaan yang utama, ideal dan

mulia”.6)

2. Pendidikan Akhlak

Ahklak merupakan amalan yang tidak dapat dipisahkan dari

agama, karena akhlak itu sendiri merupakan salali satu dari aspek dari

ajaran agama yang prinsip. Oleh karenanya pendidikan akhlak tidak bisa

lepas dari pendidikan agama. Apa yang baik menurut akhlak adalah apa

yang baik menurut pandangan agama. Demikian juga yang buruk dalam

pandangan akhlak juga buruk menurut agama.

Dalam hal ini Prof. Dr. Hasan Langgulung mengatakan: “Hampir

akhlak semua filosof pendidika sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah

,| Prof. Dr. Zakiyah Darajat,JlmuJiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hal. 35
A)Drs. Asnclly Iliyas, MA, Mendambakan Anak Sholeh,A\ Bayan, Bandung, 1995,hal. 72
32

jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah

mcndidik jiwa dan akhlak”.7)

Dengan demikian maka tidak dapal diraguan lagi, bahwa akhlak

dan perilaku adalah merupakan hal yang utama dalam pendidikan Islam.

Keduanya adalah merupakan implikasi dari rasa kcimanan dari anak.

Maka seorang anak yang memiliki hasil keimanan yang tinggi ia akan

menjadi seorang anak yang senantiasa memiliki keutamaan dan kemuliaan.

Dengan iman, seorang anak secara otomatis akan memiliki kedisiplinan

yang tinggi dalam menuaikan tugas dan kewajibannya.

Ada sebuah pepatah yang dapat kita jadikan bahan renungan di sini

yaitu “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di alas batu, dan belajar

di waklu besar ibaral melukis di alas air”8) Dengan demikian tidak dapat

diragukan lagi bahwa kedisiplinan dalam belajar dan perilaku menjadikan

hal yang prinsip, karena tanpa kedisiplinan seorang anak tidak akan dapat

menangkap dengan cepat apa yang ia lihat, dengan atau ragukan, mereka

membutuhkan pendidikan kedisiplinan.

Dalam hal ini Al-Ghazali menyatakan bahwa, anak adalah amanah


di tangan ibu bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal
harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik,
maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik dan akan bahagia di dunia dan
akhirat, sebaliknya jika terbiasa dengan adat-adat yang buruk, tidak
dipedulikan seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa.9)

7 ) P r o f . D r . H a s a n L a n g g u l u n g , M a n u s i a d a n P e n d i d i k a n . S u a t u A n a l i s a P s ik o lo g i d a n P e n d i d i k a n ,
Pustaka al Hasan, Jakarta, 1989, hal. 373
S)Dikutip dari Asnelly Ilyas, Mendambakun Anak Sholeh, Al Bayan, Bandung, 1995, hal 74.
9) Al-Ghozali, Ihya ’ Ulumudin,\\\, Masyhad Al-Husaini, Kairo, t.th, Hal. 286
33

Apa yang dikemukakan olch AI-Ghazali di alas mcnunjukkan

bctapa pcnlingnya kcdisiplinan dalarn mcndidik anak. Tanpa

kedisiplinan dalam pendidikan anak baik dalam belajar maupun

berperilaku yang baik, mustahil pendidikan yang ia berikan berhasil

karcna mcndidik anak mcmbutuhkan kcsabaran dan kctelatenan,

sehingga dengan demikian seorang anak akan terbiasa dalam

melakukan tindakan sebagaimana pepatah di atas mendidik anak

bagaikan mengukir di atas batu, maka butuh kesabaran dan ketelatenan

dari pendidik dalam melaksanakan tugasnya.

3. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani menjadi yanlg penting dan lidak dapal

dipisahkan dengan aspek pendidikan yang lain. Karena pendidikan jasmani

adalah cermin dari pendidikan rohani. Yang dimaksud dengan pendidikan

jasmani di sini terkait dengan perilaku seorang anak dalam menjaga

kesehatan dan kebersihan,baik diri sendiri maupun lingkungan.

Sebagian dengan yang lain, perilaku seorang anak dalam menjaga

kesehatan dan kebersihan juga diperlukan kedisiplinan yang tinggi. Untuk

itu Islam mengajarkan kedisiplinan dalam kegiatan yang bersifat

jasmani, yang menyentuh keseluruhan aspek yang terkait dengan perilaku

dalam rangka manjaga kesehatan dan kebersihan.

Islam mengatur bagaimana seseorang berdisiplin dalam makan,

minum, bermain, bergaul dan lain sebagainya, yang semuanya itu

dibutuhkan kebiasaan yang melekat pada diri anak.


34

Berkailan dengan disiplin dalam menjaga kcbcrsihan dalam Al-

Artinya : “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan,


dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu
bersihkanlah” .(QS.Al-Muddatstsir: 1-4 ) l0)

Ayat di alas mcnjclaskan bctapa bcsar nilai kcbcrsihan dalam

Islam, karena kcbersihan merupakan inti dari keindahan dan kebaikan.

Kescbalan dan kcbcrsihan yang ditampilkan manusia dan dianggap

sebagai inti wahyu Tuhan. Karena seseorang lidak akan dianggap muslim

yang sejati apabila tidak membersihkan dirinya, tcrutama bila ia lidak

menghindari koloran dan najis, baik makanan, minuman alau pakaian.

Pendidikan jasmani disamping unluk membentuk kepribadian, juga

mempunyai tujuan lain yailu :

a. Unluk menjaga dan mcmelihara kescbalan badan, sepcrli alal-alat

pernapasan, peredaran darali, pencernaan makanan, mclalih olot dan

urat saraf, dan melatih kecckatan dan ketangkasan.

b. Memuuk perasaan social seperti tolong menolong dan selia kawan,

yang umumnya dapat dicapai dengan permainan-permainan,

rombongan dan bekerja kelompok.

10 )
Prof. K.M.A. Socnarjo S.H.dkk., Op. Cil. Ha la man 992
35

c. Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa sepcrti keccrdasan,

ingatan, kcmauan, dan lain-lain. M)

4. Pendidikan Akal

Pendidikan akal tidak kalah pentingnya dari aspek pendidikan yang

lain. “Pendidikan agama mcrupakan pcmbcnlukan dasar, pendidikan

jasmani sebagai persiapan, pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan

perilaku, sedangkan pendidikan akal untuk penyadaran pembudayaan” 121

Yang dimaksud pendidikan akal ini adalah membentuk pemikiran

anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu pengetahuan.

Pendidikan akal terdapatkesatuan terhadap pendidikan yang scbelumnya.

Yailu keterkaitan antara aspek-aspek pendidikan untuk membentuk

kepribadian yang utuh dan dapal mengemban kewajiban dan tanggung

jawab sebagai manusia dan kolifah Allah di rnuka bumi ini.

Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab tersebut Islam telah

memberikan petunjuk, diantaranya hendaklah mempunyai ilmu<

pengetahuan. Sesuai dengan firman Allah :

Artinya : “ ...Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-


orang yang berilmu di antara kamu beberapa derajat.’YQS.: A1
Mujadalah 11)*123)

n) Asnclly ilyas, Op.Cit., Malaman 79


12) Ibid., Malaman 80
13) Prof. R.H.A. Soenarjo S.H. dkk., Op.Cit., Malaman 911
36

Dari ayat tersebul nyatalah bahwa betapa pcnlingnya ilnui

pengetahuan dalam kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Mcncari ilmu juga harus dilakukan secara disiplin dan dimulai waklu

anak-anak. Karena itu kewajiban para pendidik, terutama orang lua untuk

mcmcrintahkan anak-anaknya untuk mcncari ilmu lcbih khusus lagi pada

masa akhir kanak-kanak.

5. Pendidikan sosial

Yang dimaksud pendidikan adalah pendidikan anak sejak dini agar

terbiasa melakukan tata krama social yang utama, yang bersumber dari

akhidah Islamiyah yang abadi dan emosi keimanan yang mendalam di

masyarakal. Pendidikan social merupakan salah satu aspek pendidikan

anak dan merupakan aplikasi dari aspck-aspek pendidikan yang telah

terdahulu, karena pendidikan social merupakan fenomena tingkah laku

atau perilaku yang dapat mendidik anak guna melakukan kewajiban sopan

santun dalam berinteraksi dengan orang secara baik.

Artinya : “ ...dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu


dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara
hatimu, maka jadilah kamu karena nikmat Aloh orang-orang
yang bersaudara...”.( QS Ali Imron : 103)M)

M> Prof. R.M.A. Socnarjo S.l I. dkk. Op.Cit. l-lalaman 93


37

Ayat di alas menyalakan ukhuwah Islamiyah adalah ikatan

kejiwaan yang melahirkan pcrasaan cinta kasih antara scsama umat Islam,

serta melahirkan perasaan mulia dan sikap positif untuk menolong satu

sama lain, tidak mementingkan diri sendiri dan menjadi sikap negatif

lainnya.

Dari uraian di alas nyatalah bahwa pendidikan sosial penting untuk

ditanamkan pada anak didik sejak dini secara disiplin.di antara pendidikan

sosial terdapat rasa persaudaraan, saling mencintai, hormat menghormati,

kerja sama dan saling membantu dan sebagainya. Yang akhirnya anak

dapat membangun masyarakat yang selamat, yang adil, yaitu sualu

masyarakat yang dapat menjamin ketinggian derajat seseorang dengan

hak-hak dan kebebasannya.

B. Pola Penanaman Kedisiplinan Terhadap Anak

Sebagai orang tua atau pendidik seharusnya memberikan nilai-nilai

yang harus ditanamkan pada anak sesuai dengan konsep pendidikan Islam.

Selanjutnya bagaiman nilai-nilai tersebut ditanamkan pada anak. Untuk

menjawab pertanyaan tersebut kita harus kembali pada kondisi psikologi anak.

Dibawah ini kami mencoba menyajikan pola penerapan kedisiplinan dari

pendidikan Islam.
38

1. Penanaman kediplinan dcngan kclcladanan.

Kila mungkin saja dapal menyusun sislcm pendidikan yang

Icngkap, tctapi setnua ilu masih memcrlukan rcalisasi dan rcalisasi itu

dilaksanakan oleh pendidik. Pelaksanaan realisasi ilu memerlukan

scpcrangkat mclodc yang mcrupakan pcdoman unluk bertindak dalam

merealisasikan tujuan pendidikan. Pedoman itu diperlukan karena

pendidikan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Di sini keteladanan

mcrupakan salah salu pedoman bertindak dan apabila pendidikan ini kita

terapkan pada masa kanak-kanak, maka dapat segera membantu. Pada

masa ini anak mengalami di mana segala periiaku orang-orang babkan

bcnda mati yang ada di sekitarnya menjadi obyck yang dilirunya. Bclajar

meniru tergambar dalam kisah membunuh Qobil terliadap saudaranya

I Iabil yang meniru periiaku burung gagak, sebagaimana ayat berikut:

Arlinya : “ Kemudian Allah menyurub seekor burung gagak menggali-gali


di bumi untuk memperlihalkan kepadanya (Qobil) bagaimana dia
seharusnya menguburkan saudaranya. Bcrkata Qobil : “Aduhai
cclaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat sepcrti burung ,
gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?
Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang
menyesal”.(Al Maidah : 31)l5)

15) Prof. R.H.A. Soenarjo, S.h. dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Tolia Putra, Semarang, halaman
163-164
39

Unluk mencegah hal-hal yang lidak kita inginkan pada anak,

pcndidik dalam hal ini orang tua harus mcmbcrikan tauladan yang baik

pula. Seorang ahli psikologi pcndidikan Laster D. Crow dan Alice Crow

menyatakan

“Children are agret imitators o f attitudes. They learn many o f


their attitudes indire kly from their parents, teacher an peer associates,
this is the basis for the development o f attitudes o f wich they unwore”u,)

Artinya: “Sikap orang dewasa biasanya ditiru oleh kebanyakan anak, tanpa
berpikir terlebih dahulu. Mereka banyak belajar tentang sikap
orang dewasa secara tidak langsung dari kedua orang tuanya,
guru mereka atau teman sebayanya ini merupakan perkembangan
yang tidak mereka sadari.

Dari sini terlihat belapa anak-anak mudah terjerumus dalam hal-hal

yang tidak kita inginkan. Apabila mereka berada pada lingkungan yang

kurang baik. Jelas bahwa penanaman tanpa adanya suri tauladan dari orang

tua, semuanya akan sia-sia. Maka sebagai orang tua selain memberikan

contoh perilaku yang baik, juga harus memperhatikan lingkungan sebagai

tempa tinggal mereka menuju perkembangan selanjutnya.

2. Penanaman kedisiplinan dengan pembiasaan N

Anak-anak sejak kecil harus dibiasakan untuk berbuat dan

bertindak ataupun bertingkah laku sesuai dengan peraturan-peraturan yang

ada. Pembiasaan perbuatan-perbuatan yang baik dan positif ini akan

menguatkan anak terhadap hal-hal yang dipelajarinya. Jelaslah pembiasaan6

l6) Lester.D. crow, Ph. D., And Alice, Ph,D., Human Development and Learning, 1995, hal 81
40

ini tclah dipraklckkan olch Lukmanul Hakim. Scorang yang diangkal olch

Allah sebagaimana contoh dalam pendidikan anak. Hal ini terlihat dalam

ayat 17 surat Lugman, menggambarkan lugman menyuruh anaknya sholat.

Artinya: “I-Iai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia)


mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah tcrhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang dcmikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)”. (Lugman: 17)17)

Dari ayat di atas terlihat bahwa pelaksanaan perintah tersebut bagi

anak-anak adalah dengan pcrsuasi, mcngajak dan mcmbimbing untuk

melakukan sholat. Jika anak-anak lelah terbiasa sholat dalam keluarga,

maka kebiasaan-kebiasaan tersebut akan terbawa ia dewasa, bahan tua di

kemudian hari.

Anak-anak yang dibiasakan beribadah pada Allah ia tidak akan

lupa asalkan sctiap saat memori itu dibangkitkan kembali tentukan dalam

perkembangan pendidikan yang menguatkan kebiasaan yang tclah

diterimanya. Hal itu sejalan dengan pendapat Elisabeth B. Hurlock yang

menyatakan.

,7) Prof. R.H.A. Socnarjo, S.H.dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Toha Putra
41

“Interest in religion is fostered by the training children reive in the


home. Sunday school syragagua and by amphesis plased on religious
observances in their daily lives. Children who are brought up to say grace
before meals, who are expected to read or tell them stories for bible, tent
to have a greather interest in religion is a weekly visit to Sunday
school ”.18

Artinya : “Kecenderungan keberagaman anak-anak perlu dibantu


perkembangannya pula aktivitasnya dalam kehidupan sehari-
hari, anak-anak yang dididik membaca atau membacakan
padanya kisah-kisah dalam kitab suci, cenderun memiliki
pandangan keagamaan yang tinggi dari pada yang hanya
mengikuti acara-acara pokok keagamaan (mingguan).

Dari pendapat di alas bagaimana sikap anak diluntun melalui

kcbiasaan. Hal ini disebabkan melalui pembiasaan lambat laun akan

terbentuk yang diharapkan pendidik. Pada akhimya perilaku yang

dipelajari akan menjadi bagian dari dirinya.

3. Penanaman kedisiplinan dengan nasehat

Kalau dengan keteladanan anak dapat melihat. Maka, dalam

nasehat anak mendengr apa yang harus dilakukan sebagaimana diketahui,

bahwa dalam pendidikan yang ditanamkan pada anak adalah nilai-nilai.

Sedang nilai-nilai itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak karena itu

scsuatu yang abstrak itu ialah dengan nasehat dari pendidik.

Dalam A1 Qur’an sendiripun nesehat terhadap individu mcnuju

perbaikan kehidupan tersaji dengan rapi, terkadang dalam bentuk

peringatan. Hal tersebut disebabkan jiwa yang mumi, hati yang terbuka

l8) Elizabeth B. Hurlock, Child Development, International Student Edition Singapura, 1978, Hal.
435
42

clan akal yang berfikir dimasuki kata-kata yang lerbekas, nasehal yang

berpcngaruh, pcringatan yang tulus maka dengan ccpat akan membcri

tanggapan.

Dari pengalaman di atas sudah seharusnya pendidik menggunakan

A1 Qur’an scbagai pctunjuk unluk mcndidik anak-anak dengan nasehal

anak-anak akan terbuka matanya dalam melihat yang benar dan yang

salah, yang boleh dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan. Karena hal

itu pula A1 Qur’an banyak mencontoh ayat yang berupa nasehal seperti

ucapan Nabi Ibrahim as.

Artinya : “Ibrahim berkata : “hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah


memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mali keeuali
dalam memeluk agama Islam”. ( A1 baqarah: 132)19)

Masih banyak lagi ayat-ayat A1 Qur’an tentang nasehat, akan tetapi

penulis tidak menyajikan semuanya dan mengambil salah satu di atas

sebagai contohnya. Tanpa nasehat dan arahan anak-anak hanya akan


vN.
menuruli nafsu dan emosi yang cenderung negative. Dari sinilah sangal

tepat apabila pendidikan dilanamkan melalui nasehat, baik berupa arahan

alaupun larangan.

19)
Prof. R.M.A. Soenarjo, S.H.dkk., At-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Scmarang, 1989.
hal. 165
43

4. Penanaman kedisiplinan dengan hukuman

Apabila kita mengkaji kembali, bagaimana A1 Qur’an mendidik

umat manusia, akan terlihat ayat-ayat yang berisi tentang ancaman dan

hukuman bagi orang-orang yang melakukan hal terscbul lercermin dalam

Firman-Nya:

•"tf' 'r">" ' ' \•n


/
Arlinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah dan Allah maha
perkasa lagi Maha Bijaksana”. (A1 Maidah : 38)20)

Dari contoh di alas, A1 Qur’an menggunakan hukuman sebagai

tindakan untuk mendidik manusia menuju kebaikan. Bagi kila hal tersebut

merupakan pengetahuan yang harus direnungkan sehubungan dengan

pendidikan Islam pada masa kanak-kanak. Apakah hukuman merupakan

metode posilif dalam upaya menanamkan pendidikan Islam pada kondisi

Psikologi anak masa itu. Seorang ahli psikologi bernama Pieget

menyatakan: “bahwa anak-anak menilai suatu perbuatan sebagai benar dan

salah akibal hukuman yang diterimanya. Begitu pula Kohl Berg yang

menyatakan “anak-anak merasa benar dan salah dari akibal fisik dari

perbuatan itu”.

20 )
Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit. Halaman 123
44

Dari pendapal di alas lerlihat bahwa metode hukuman panlas

digunakan dalam penanaman kebaikan pada anak. Hal terpenting yang

harus diperhatikan dalam mcnggunakan metode hukuman pada anak ialah

bahwa anak-anak mempunyai keadaan psikologis yang berlainan. Ada

yang bcrupa pcmbawaan tenang, emosional, sentimental dan scbagainya

tergantung pada keturunan, faktor lingkungan dan faktor lain yang

berpengaruh. Oleh karena itu, pendidikan harus sangat berhati-hati dalam

memberikan pada masing-masing anak. Kadang ada yang hanya dengan

isyarat anak sudah mengerti, akan tetapi kadang ada yang harus dengan

kekerasan. Oleh karena itu pengambilan lindakan yang bijaksana,

mcrupakan bentuk kearifan pendidikan. Pendidikan dengan hukuman

merupakan alternative terakhir, setelah semua upaya yang ditempuh

memenuhi kegagalan.

C. Pemanfaatan Waktu dan Relevansinya

1. Cara mengatur waktu

Disiplin adalah merupakan salah satu tema yang menjadi

perhatian A1 Qur’an dan Hadist. Hal ini diwujudkan dengan banyaknya

ungkapan dari ayat-ayat A1 Qur’an maupun hadist yang menunjukkan

perhatiannya terhadap betapa pentingnya waktu dengan segala

bentuknya. Dalam hal ini Yusuf Qardhawi mengatakan, bahwa:


“Seorang mukmin harus harus dapal mernbagi dan mcngatur waklunya

dan pekerjaan yang beragam, antara keagamaan dan kcduniaan”2l)

Dengan mcgalur dan membagi waktu dengan baik, diharapkan

tidak terjadilumpang tindih anlara berbagai kepentingan sehingga kita

dapat mclaksanakan scmua tugas dan kcwajiban sccara vertical

maupun horizontal.

Waktu yang berialu terus menerus, temyata telah terbagi-

terbagi untuk berbagai kegiatan baik untuk diri sendiri maupun waktu

untuk Allah. Dengan demikian kita dapat dibenarkan mempergunakan

seluruh waktu hanya untuk bcribadah kcpada Allah saja. Begitu juga

scbaliknya kita juga tidak boleh menggunakan scmua waktu hanya

intuk kcsibukan dunia saja, namun kedua-duanya harus dapat berjalan

sccara seimbang. Sebab apabila tidak demikian nafsu manusia akan

merasa bosan lantaran amal perbuatan yang berakibat mclemahkan

kekuatannya. Sabda nabi ;

Artinya : “Kerjakanlah amal perbuatan yang kalian mampu


mengerjakannya, sebab Allah tiada jernu, sehingga kalian
sendiri merasa jcmu. Scsungguhnya amal perbuatan yang

2l)Yusuf Al Qardliawi, Waktu dalam Kehidraan A/u.v//«;,Tcrjcmahan,Ma’mun Abdul Aziz.Firdaus,


Jakarta, 1992, Hal. 37
46

paling disukai oleh Allah adalah yang dikerjakan sccara


kontinyu walaupun sedikit.” (HR. Bukhari Muslim)22*

Dari hadist di atas, dapal dilarik kesimpulan bahwa dengan

kcdisiplinan yang baik daripada perbuatan yang tidak teratur yang

dapat melcmahkan jiwanya.

2. Manfaat, Relevansi Waklu dengan perbuatan

Kewajiban yang utama bagi seorang muslim terhadap waktu

adalah menjaganya sebagaimana ia menjaga hartanya, bahkan harus

lebih dari itu. Kemudian ia harus dapat mengambil manfaat dari

waktunya untuk kcpcnlingan diri dan dunianya serla untuk kcbaikan


(
dan kebahagiaan umatnya dalam mencapai pembangunan seutuhnya,

baik moril maupun materiil”.23*

Sebagai orang muslim, kita harus benar-benar dapat

memanfaatkan waktu dan mengisinya dengan berbagai aktivitas yang

positif. Karena bila tidak, maka kita sendiri yag akan tergilas oleh

waktu dan kita akan semakin jauh ditinggalkan olchnya.

22) Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar As Suyuti, Jam i’ash Shoghir, /I Darul Ilya’ Kutub,
Indonesia, tth, hal.3.
23) Yusuf Ai Qardhawi, O p .C i l hal 21
47

Arlinya : “Waktu adalah pcdang, bila kanui lidak mcmakainya dengan

baik dan bcnar ia akan mcmotong dirimu.”24)

Sungguh ironis dan mcnycdihkan sekali bila kita lidak pandai-

pandai mcngisi waktu, karcna scgala angan dan cila-cita lidak akan

pcrnah tcrwujud bila waktu kita biarkan sia-sia, semenlara waklupun

terns berlari meninggalkan kita. Scbagaiinana kita kelahui bahwa itu*

berjalan dengan cepat dan tidak akan pernah kembali lagi serta bahkan

lidak dapat diganti dengan apapun, sedang penyesalan di kemudian

hari apalah arlinya.

Dalam A1 Qur’an Allah SWT menerangkan bahwa manusia

yang tidak dapal menggunakan dan tidak dapat mcngisi waktunya

dengan pcrbualan-pcrbuatan yang baik, maka akan masuk dalam

golongan yang mcrugi. Allah SWT bcrfirman dalam surat Al Ashr: 1-3

/' /
u
Arlinya : “ 1. Demi masa, 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan naschat
mcnaschati supaya mcnlaati kcbenaran.”25>

2,,)Yusuf Al Qnrdhawi, Waktu dalam Kehidupan A/i/.v//ff/,Tcrjcmahan,Ma’mun Abdul Aziz.Firdmis,


Jakarta, 1992, llal. 22
25> Prof. R.II.A. Socnarjo, S.H.dkk., Al-Qur'an dan Tcrjemahnya, Toha Pulra, Scrnarang, 1989,
hal. 1099
48

Ayat di atas menerangkan bahwasannya semua manusia akan

merugi, kecuali bagi mereka yang bcriman dan mau mempergunakan

waktunya untuk berbuat baik, saling menasehati dalam hal kebenaran

dan kesabaran. Mereka itu yang kelak akan berunlung dan akan

menerima rahmat dari Allah.

Seorang muslim sejati akan senantiasa berupaya

memperhatikan bagaimana waktu-waktu yang dilalui itu dapat

bermanfaat, dan mau mempergunakan waktunya semaksimal mungkin

untuk menuju kebaikan dan cita-cita yang luhur.

Apabila manusia dapat mempergunakan waktunya dengan

efektif dan efisien, maka ia harus selalu mengikuti kehidupan sehari-

hari baik aluran masyarakat maupun aturan againa, karena waktu

merupakan modal terbaik dan paling berharga bagi manusia.

Beberapa cendekiawan berkata, ada empat waktu bagi seorang


hamba Allah, yaitu kenikmatan, kesengsaraan, ketaatan daan
kemaksiatan. Pada masing-masing dari keempat keadaan tersebut
ada kewajiban yang hars dilaksanakan untuk Allah, tentunya
dengan cara yang berbcda-beda.

Perlama, bagi mereka yang berada dalam kenikmatan harus


melaksanakan kewajiban terhadap Allah yaitu dengan jalan
bersyukur kepada-Nya dengan hati yang bersih dan lapang.

Kedua, bagi mereka yang dalam keadaan sengsara, harus rela dan
sabar terhadap ujian Allah tersebut dan harus tetap tegak berdiri di
hadapan-Nya.

Ketiga, bagi mereka yang berada dalam ketaatan berkewajiban


untuk memohon kebajikan, hiayah dn taufiq dari Allah agar dengan
demikian dapat selalu taat kepada-Nya.
49

Keempat, bagi mereka yang berbuat maksiat, berkewajiban untuk


bertaubat kepada Allah dan memohon ampunanNya dengan catatan
tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.2627’

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam keadaan yang

bagaimanapun seseorang dituntut untuk tetap melaksanakan kewajiban-

kewajiban kepada Allah. Dengan demikian tidak akan ada waktu

sesaatpun untuk melepaskan diri dari Allah. Adapun segala aktivitas dalam

rangka menggunakan waktu ini, segala perbuatan harus sesuai dengan

tuntutan di atas, sehingga dengan begitu kita akan dapat berperilaku dan

berbuat yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Dari kenyalaan dan semua uraian yang lelah dipaparkan di atas jelaslah

bahwa agama Islam sangat menganjurkan agar seseorang itu selalu disiplin,

contoh nyata misalnya dalam menjalankan sholat harus tepat waktu. Mai

inimerupakan contoh disiplin waktu dan masih banyak lagi contoh-contoh untuk

tindakan disiplin yang diajarkan oleh agama Islam.

Sedangkan Para ahli pendidikan telah scpakat bahwa maksud dari

pendidikan Islam bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam

ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya adalah “Moral training is the

essence o f Islam ic e d u c a tio n 27 Artinya bahwa hakekat pendidikan Islam

adalah pendidikan budi pekerti. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan

Nasional yaitu :

26) Yusuf at Qardhawi, Op.Cit., Hal. 45


27) Muhammad Athiya Al-Abrashy, (t.th). Education in Islam. Kairo. hal.
50

’’Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia


Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan berlaqwa lerhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pcngetahuan
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”2

Untuk mecapai tujuan pendidikan nasional tersebut, tidak bisa

mengabaikan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Salah

satunya adalah faktor lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sangat berperan

dalam membentuk suatu generasi, membentuk kepribadian seseorang. Sedagkan

untuk menanamkan budi pekerti yang luhur dan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain

dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi, antara waktu dan perbuatan harus relevan

sehingga dapat efektif dan efisien.

28
•, (1992). UUSPN Tahun. 1989. Semarang : Ancka Urnu. Hal.
BAB IV

KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN KEDISIPLINAN

Berpijak dari uraian dari bab-bab yang lalu penulis akan mencoba

menganalisa tentang dasar pembinaan dan pendidikan kcdisiplinan berdasarkan

konsep Islam, yang antara lain:

A. Pendidikan Kedisiplinan di Lingkungan Keluarga

Di dalam Islam dikenal adanya Long Life Education atau pendidikan

seumur hidup ini tercermin dalam berbagai ajaran mengenai pentingnya peran

keluarga dalam pembinaan anak Karena pembinaan dan pendidikan anak

dalam keluarga merupakan awal dari upaya untuk membentuk anak manusia

yang bertaqwa, cerdas dan terampil. Dan pendidikan keluarga adalah

merupakan pondasi yang mendasari upaya pembinaan kepribadian dan watak

anak pada masa yang akan datang.

Dalam hal ini crow and crow berpendapat:

Bahwa pendidian pertama anak di terima dalam lingkungan rumah.


Keadaan ekonomi serta tingkat kehidupan di rumah, kestabilan emosi
orang tua dan keluarga serta cita-cita dan ambisi yang tampak dari
tingkah laku anggota keluarga yang lebih tua, semuanya akan dapat
mempengaruhi tingkah laku anak, baik langsung maupun tidak
langsung.l)

Dalam ajaran Islam, masalah keluarga menjadi perhatian yang serius

terutama dalam hal pembinaan kedislipinan dan perilaku anak. Dengan1

11 Lester D.Crow, Ph.d & Alice Crow, Ph.D., Introduction o f Education, American Book
Compani, New York, I960, Hal. 454
52

demikian peran keluarga menjadi periling dalam mendidik anak, baik dalam

sudut tinjauan agama, linjauan sosial kcmasyarakatan maupun tinjauan

individu. Pcndidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik apabila dapat

mernirnbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa

yang memiliki sikap posilif lerhadap agama, kepribadian yang kuat dan

mandiri, berpotensi jasmani dan rohani yang kuat serta intelektual yang

berkembang secara optimal.

Kesempurnaan agama Islam dapat dilihat pada kecermatan dan

kclclitian dalam mengatur scgala sesualu secara tcratur dan terperinci.

Masalah keluarga yang menjadi pondasi pcndidikan dan diperhatikan secara

serius dimaksudkan agar kchidupan rumah tangga manusia musiim dapat

selalu tenang, tenleram dan bahagia, serta penuh kasih sayang, saling

menghargai dalam rangka mewujudkan cita-cila bersama yaitu membenluk

Artinya : “Dan di anlara landa-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciplakan


istri-istri dari jerjismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa teniram kepadanya dan dijadikan di antara kamu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdopal tanda-landa bagi kaum yang berfikir”.
(QS. Ar-Rum:21)Z)

71 Prof. R.II.A. Soenarjo, S.H., dkk, Al- Qur'an dan TerjemalmyaQYoha Pulra, Semarang, hal. 6.VI
53

Karena pendidikan anak dalam keluarga adalah bersifat kodrati, maka

hal ini harus menjadi fondamen pendidikan di luar rumah. Karena anak harus

terus mengembangkan kualitas dirinya secara terns menerus. Sehingga

pendidikan keluarga harus tetap menjadi dasar yang melandasi perkembangan

anak secara kuat.

Kedisiplinan belajar dan berperilaku anak dapat dipengaruhi oleh

kondisi kehidupan di dalam rumah tangga, di antaranya perilaku keluarganya,

keteraturan yang tampak pada perabot rumah tangga serta kerapian dalam

penempatannya. Semua ini dapat mencerminkan kedisiplinan seseorang,

karena kedisiplinan tidak apat dilihat secara spontan, tetapi harus dilihat secara

berkelanjutan pada kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam diajarkan bagaimana orang tua mendidik anak dalam

shalat, sebagaimana sabda Rosul: “Perintahkanlah anak-anakmu untuk

mengerjakan shalat, jika anak itu telah berumur tujuh tahun dan pukullah jika

umurnya telah mecapai sepuluh tahun (jika tidak mau mengerjakan shalat),

dan pisahkanlah tempat tidur di antara anak-anakmu itu”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, keluarga dalam pendidikan

anak menempati posisi yang penting dalam pembinaan pendidikan

kedisiplinan belajar dan perilaku anak, karena keluarga mcrupakan lingkungan

terdekat di sekitar anak didik yang dapat dirasakan pertama kali.


54

B. Pcndidikan Kcdisiplinan di Lingkungan Sckolah

Lembaga lain yang menjadi sumber pembinaan anak adalah sekolah,

yang dalain banyak hal memiliki kelebihan yang dibandingkan dengan

pendidikan keluarga. Hanya saja kcduanya memiliki tujuan yang sama, untuk

itu masing-masing harus sejalan, selaras dan serasi.

Sekolah adalah lembaga pendidikan pelengkap yang merupakan

pengembangan dari pendidikan keluarga. Oleh karena itu sekolah hams

mempersiapkan rencana hubungan dengan orang tua supaya dapat mengetahui

segala persoalan anak dalam keluarganya yang perlu dibetulkan. Dalam hal ini

perlu adanya kerja sama antara keluarga dan lembaga pendidikan, saling

memperbaiki antara keadaan rumah dan sekolah untuk menghilangkan apa

yang menjadi problem anak agar tidak menjadi pertentangan antara sistem di

rumah dan di sekolah.

Dalam kaitannya dengan kurikulum sekolah Ibnu Sina dalam bukunya

As-Siyah tclah membentangkan pendapat yang berharga tentang pendidikan

anak, yaitu sebagai berikut:

Beliau menasehatkan pendidikan anak dimulai dengan pendidikan Al-


Qur’an, yaitu setelah anak siap secara fisik dan mental untuk belajar.
Pada waktu yang sama ia belajar baca tulis dan mempelajari dasar-
dasar agama dan setelah itu belajar syair-syair dan dimulai dengan
yang singkat, karena menghafal syair yang pendek itu lebih mudah.
Kemudian dipilihkan syair-syair tentang kesopanan yang tinggi, pujian
terhadap ilmu, dan kecelaan terhadap kejahilan. Juga dianjurkan
menghafal syair-syair untuk berbakti pada ibu bapak, melakukan amal
shaleh dan lain-lain. Setelah anak mampu menghafal A1 Qur’an dan
55

mengerti tata bahasa Arab, barulah dilihat, diarahkan dan diberikan


petunjuk kepada ilmu yang sesuai dengan bakat dan kesediaannya.1’

Metodc pcndidikan akhlak, sebagaimana yang diuangkapkan Ibnu Sina

di atas, yaitu suatu cara pengajaran dengan melalui syair-syair, temyata

banyak diterapkan di Indonesia, seperti halnya yang banyak diajarkan di

sekolah-sekolah dasar Islam, mushola-mushola, pesantren-pesantren dan

lembaga Islam lainnya. Karena dengan melalui syair-syair anak akan mudah

menerima pesan yang disampaikan oleh pendidik.

Metode yang diterapkan di atas ternyata sangat efektif dalam rangka

pembinaan perilaku anak, karena cara seperti itu sangat diminati dan mudah

dipahami serta diingat oleh anak.

C. Pendidikan Kedisiplinan Kcagamaan

Ditinjau dari sudut ajaran Islam, kita berkeyakinan bahwa tabiat

manusia sangat ditentukan sikap dan perilakunya. Sedangkan perilaku

seseorang sangat ditentukan oleh nilai yang diyakininya. Dalam Islam telah

mengajarkan bahwa nilai suatu amal ditentukan oleh kadar niat atau motif

manusia dalam melakukan amal lersebut. Sehingga seseorang dalam

melakukan kegiatan/amal perbuatan harus disertai dengan niat yang baik.

Sedangkan nilai yang terpenting yang harus dipegang oleh setiap

muslirn ialah bertauhid kepada Allah SWT.

1) Hasan abdul Ali, Af-Tarbiyah Al-lslamiyahJi Al-Qarni, ar-Rabi, Al-I lijri, Dar a!-Fikri al-Arabi
al-Qahirah, 1978, hal. 13 3 -134
56

Sikap tauhid yang utuh akan mempengaruhi keseluruhan perilaku dan


sikap hidupnya, dan sangat menenlukan tabiat dan budi pekertinya.
Seluruh tabiat manusia ditentukan olch penghayatan tauhid pribadi
tersebut. Sikap seita pandangannya terhadap manusia lainnya
ditentukan oleh penghayatan dan penalaran tauhidnya kepada Allah
SWT. Secara konsisten akan melihat orang lain sarna dengan dirinya,
oleh karena itu ia akan memperlakukan orang lain sebagaimana ia
diperlakukan orang.4)

Dari uraian di atas jelaslah bahwa agama sangat berpengaruh dalam

pendidikan perilaku seseorang, terutama bagi anak. Dengan dasar pendidikan

tauhid yang mapan, ia akan senantiasa berperilaku dan berakhlak mulia

dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi. Karena standar penilaian

perilakunya tidak hanya pada keluarga atau gurunya saja, tetapi dengan

standar agama, yang mana Tuhan sebagai Dzat yang menilai segenap

perilakunya tanpa terkecuali.

Kalau kita telaah lebih jauh lagi, dapat kita temukan bahwa syariat

Islam mempunyai sasaran yang sama, yaitu pengembangan akhlak yang mulia.

Keimanan dan peribadahan akan menuju kepada ihsan (sikap dan tingkah laku

yang baik), yang merupakan puncak pribadi yang diidam-idamkan.

Demikian halnya shalat yang harus dikerjakan pada waktu yang telah

ditentukan tanpa dilunda-tunda, karena dapat mengurangi pahala seseorang.

Orang yang menjalankan sholat secara kontinyu berarti tidak bisa terlepas dari

masalah waktu. Perhatian terhadap waktu atau masa adalah sangat ditekankan

dalam agama Islam. Terbukti dengan seringnya Allah bersumpah atas nama

waktu, seperti wal'ashari (demi waktu ashar), wadhdhuha (demi waktu

4) Muhammaddudin Abdurahim M.Sc. Sikap Tauhid dan Molivasi Kerja, Jurnal Ulumul Qur’an,
Vol.2, 1990
dhuha). Salah satu ciri orang yang sukses ialah orang yang disiplin dan

mcmperhatikan waktu. Sukses dalam belajar harus mengisi waktu unluk

menekuni pelajaran itu.

Dengan demikian dapat diambil pengerlian bahwa pendidikan agama

sangat berpengaruh dalam upaya pembinaan kedisiplinan umat manusia.

Begitu juga dalam agama Islam yang mengutamakan dan menekankan agar

umat pengikutnya selalu berperilaku disiplin dalam berbagai hal.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, dapat diambil bcbcrapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam ajaran agama Islam pendidikan kedisiplinan terhadap anak

merupakan pendidikan yang sangat sangat utama dan terpenting, sehingga

anak harus dididik secara aktif dan teratur dan akhirnya akan

menghasilkan manusia yang mempunyai disiplin tinggi yang patuh kepada

peraturan-peraturan. Hal ini dilakukan karena karena anak merupakan

amanat dari Allah SWT. Tanpa adanya pendidikan manusia akan

cenderung berbuat yang negative.

2. Pola-pola penanaman pendidikan kedisiplinan anak

Dalam konsep Islam telah diajarkan dan dicontohkan beberapa cara

menanamkan kedisiplinan kepada seseorang (anak didik), yang antara lain;

a. Penanaman dengan keteladanan; pada masa kanak-kanak, anak

mengalami masa peniruan lingkah laku daripada yang dilihatnya,baik

itu tingkah laku orang tuanya maupun orang lain.

b. Penanaman dengan pembiasaan ; anak sejak kecil harus dibiasakan

berlingkah laku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.

c. Penanaman dengan nasehat ; nasehat bisa berupa arahan ataupun

larangan.
59

d. Penanaman dengan hukuman ; jika penanaman kcdisiplinan dengan

cara lunak tidak mencapai hasil yang maksimal, maka dapat

menggunakan alternative terakhir yailu hukuman. Dengan Catalan

hukuman tidak menciderai fisik anak.

3. Prinsip-prinsip dasar pendidikan kedisiplnan terhadap anak tcrumuskan

dalam konsep;

a. Pendidikan agama; yang terwujud dalam perintah untuk mengawali

anak dengan mengajarkan kalimat syahadat, mengenalkan hokum halal

dan haram, menyuruh anak beribadah sejak umur tujuh tahun dan

mendidik anak membaca Al-Qur’an.

b. Pendidikan akhlak ; yang merupakan amalan yang tidak dapat

dipisahkan dari agama dan haras diajarkan pada anak sejak dini.

c. Pendidikan jasmani ; dalam hal ini dapat diwujudkan dengan

pendidikan kesehatan dan kebersihan, baik pada pribadi anak maupun

pada lingkungannya.

d. Pendidikan akal ; yang bertujuan untuk melakukan penyadaran dan

pembudayaan pada kedisiplinan, perilaku moral dan ilmu pcngetahuan.

4. Untuk pembinaan kedisiplinan dan perilaku anak, orang tua mempunyai

peranan sangat menentukan, karena orang tua merupakan orang pertama

dan terdekat setelah anak lahir di dunia ini. Sehingga peranan keluarga

dalam hal ini orang tua sangatlah penting terutama untuk mengajarkan

agama, akhlaq, akidah, ilmu pcngetahuan umungdan masih banyak lagi.

Setelah itu baru lembaga pendidikan alau sekolah yang ditcmpatinya


60

kemudian pcmuka agama dan masyarakat di sekitar,tempat tinggalnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan pola pikir dan kepribadian

seseorang.

B. Saran-saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, diharapkan akan dapat

menggugah perhatian orang tua akan penlingnya melakukan pendidikan

kedisiplnan terhadap anak.

Dengan mengkaji prinsip-prinsip yang mulia yang terkandung dalam

ajaran agama Islam diharapkan kita dapat berperilaku disiplin baik pada diri

pribadi kita maupun pada generasi yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak I-Iusein. (1992). Tlak dan Pendidikan Anak dalam Islam.
Jakarta:Fikahati Aneska

AD. Marimba. (1989). Penganlar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al


Ma’arif

Ahmadi. ( 1984). Ilmu Pendidikan. Salatiga: Saudara

Al Ghozali. (tlh). lhya Ulumuddin Jilid II. Kairo : Masyad Al Husaini.

Al Ghozali. (tth). Ihya Ulumuddin Jilid III. Kairo : Masyad Al Husaini.

A. Munib. (1995). Fakultas Ilmu Pendidikan. Semarang : IK1P Semarang

Asnelly Ilyas. (1995). Mendambakan Anak Sholeh. Bandung : Al Bayan

At Tarmidzii. (tlh). Sunan Tirmidzi IV. Semarang : Toha Putra

Chabib Thoha. (1996). Kapiia Selekla Pendidikan Islam. Yogyakarla: Pustaka


Pel ajar
V.

Charles Schaefer. (1991). Bagaimana Mempengaruhi Anak. Semarang : Dahara


Prize

Charles Schaefer. (1987). Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta:


Restu Agung

Elizabeth B. Murlock. (1978). Child Development. Singapura : International


Student Edition.

Elizabeth B. Ilurlock. (1990). Psikologi Perkembangan Terjemahan


Jtiwiyanli,dkk. Jakarta : Erlangga

Hasan Abdul Ali. (1978). Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Fi Al-Qarni Ar-Rabi Al-Hijri.


Qahiroh :.Dar Al Fileri Al-Grabi

Ilasan langgulung. (1986). Manusia dan Pendidikan. Jakarta; pustaka Al Husna

Hasan Langgulung. (1992). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta : Al Husna

Jalaludin Abdurrohman bin Abu Bakar Asy Syuyuti. (tth). Aljami’ Ash shoghir II.
Dar Ihya : Indonesia
James Drewer. 91952). A. Dictionary Psychologyk Australia : Penguin Book

John Echol, Hasan Shadly. (1982). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta ; Gramedia
Lester D. Crow and Alice Crow. (1960). Introduction o f Education o f Education.
New York: American Book Company

Mar’at. (1984). Pimpinan dan Kepemimpinan. Jakarta : Ghalia Indah

Muhammaduddin Abdurohim. (1990). Akhlak Tasawuf. Semarang: A1 Husna

Nasarudin Rozak. (1982) Dinul Islam. Bandung: al ma’arif

Muhyidin Abi ZAkaria Yahya bin Syarif An NAwawi. (tth) Riyadhus Sholihin.
Bandung : Ma’arif

Ngalim Purwanto. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ny. Singgih D. Gunarsa, Singgih D. Gunarsa. (19920 Psikologi Untuk


Membimbing. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Soenarjo. (1989). Al- Qur’an dan Terjemahnya. Semarang ; toha Putra

Sutrisno Hadi, Metodologi Research. Yogyakarta: Andi offset

Wasty soemanto.(1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

Yusuf Al Qardhawi. Terjemahan MAkmun Abdul Aziz. (1992). Waktu Dalam


Kehidupan Muslim. Jakarta : Firdaus

Zakariah daradjat. (1987). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bina Aksara

Zakariah daradjat. (1987). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang

I
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

Nama : Muhamad Nurochim Sodri

Tempat tanggal lahir : Grobogan, 15 Juni 1982

Alamat : Desa Genengadal 01/08 Kecamatan Toroh Kab.

Grobogan Prop. Jawa Tengah

Jenjang pendidikan : 1. SDN Genengadal IV lulus 1994

2. MTs A1 Hidayah Genengadal lulus 1997

3. MA YAFALAH Ginggang, Gubug lulus 2000

4. DII PGSD /MI STAIN SURAKARTA lulus 2002

Demikian daftar riwayat pendidikan penulis yang dibuat dengan sebenar-

benamya.

Purwodadi,, September 2006

Penulis

Muhamad Nurochim Sodri

Anda mungkin juga menyukai