Ditinjau dari fungsinya, tulisan tentang seni musik dapat dibedakan menjadi tulisan untuk
tujuan pendidikan dan pembelajaran, sejarah musik, jurnalistik, serta kritik musik.
Buku yang sedang kamu pelajari ini merupakan contoh tulisan tentang musik untuk
tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tulisan tentang musik dapat berupa tulisan tentang
keseluruhan keilmuan seni musik atau bagian-bagian dari keseluruhan tersebut. Misalnya,
terdapat tulisan tentang teknik bermain gitar, teknik bermain piano, teknik bermain drum,
dan sebagainya. Tulisan tersebut juga merupakan tulisan tentang musik yang bertujuan untuk
pendidikan dan pembelajaran. Begitu pula tulisan tentang unsur-unsur seni musik, tentang
harmoni dalam seni musik, tempo dan dinamik, dan sebagainya juga merupakan tulisan
teoritis tentang seni musik. Jadi, sejak seni musik dianggap sebagai cabang keilmuan tersendiri,
tulisan teoritis tentang seni musik mengalir ke tengah-tengah masyarakat. Tulisan untuk pendidikan
dan pembelajaran ini sangat berguna bagi yang gemar mempelajari
seni musik tidak hanya dari sisi keterampilan berseninya. Orang yang berminat menelaah seni
musik dari sisi ilmu pengetahuannya sangat tertolong membaca tulisan tentang seni musik ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah musik diartikan sebagai pengetahuan
yang mencakupi uraian deskriptif tentang musik dalam masyarakat, riwayat seniman, riwayat
pendidikan musik, sejarah notasi, kritik, perbandingan gaya, dan perkembangan musik. Tidak
hanya dari sisi perkembangan seni musik saja, tulisan sejarah seni musik juga memuat peristiwa
pengaruh-mempengaruhi antara seni musik dari satu masyarakat dan masyarakat lainnya.
Tulisan jurnalisme musik adalah tulisan yang berisi ulasan seni musik, khususnya pertunjukan
musik atau peristiwa musik yang lain. Sebagaimana tulisan jurnalisme pada umumnya, tulisan
jurnalisme musik juga dimaksudkan untuk penyampaian informasi kepada khalayak tentang
suatu berita. Jadi, tulisan jurnalisme musik juga menonjolkan tersampaikannya informasi
Prinsip-prinsip tulisan jurnalisme musik sama dengan tulisan jurnalisme pada umumnya.
Tulisan haruslah aktual dan faktual, bukan fktif. Tulisan juga harus objektif. Tulisan dibangun
dengan gaya deduktif atau piramida terbalik. Yang penting didahulukan dan rinciannya
dikemudiankan. Isi tulisan juga harus memuat 5 W + 1 H, yakni what, who, when, where,
a. Resensi
Resensi adalah tulisan yang berisi ulasan karya seni musik yang siap dilepas ke masyarakat.
Biasanya berisi pertimbangan tentang perlunya masyarakat menikmati karya seni musik
tersebut, tetapi berbeda dengan kritik, resensi lebih kepada melontarkan ajakan kepada
b. Review
Review adalah tulisan jurnalisme yang berisi ulasan tentang unsur-unsur seni musik,
Musik merupakan seni pertunjukan. Keindahan musik dapat dinikmati baik secara langsung
maupun melalui hasil rekaman. Oleh penyajinya, diharapkan dapat memenuhi rasa keindahan
bagi pendengarnya. Oleh karena itu, sebelum pertunjukan berlangsung, mereka berlatih intensif.
Tujuannya agar musik tersajikan dengan baik dan indah. Namun demikian, tujuan tersebut
tidak dapat tercapai. Keindahan dan respon dari penonton yang diharapkan tidak didapatkan.
Hal ini tentu dapat menimbulkan kekecewaan baik bagi seniman maupun bagi pendengar
atau penonton.
Pada acara kontes pencarian bakat menyanyi yang sering tampil di media televisi, seperti
AFI, Indonesia Idol, X Factor, KDI, penampilan seorang penyanyi selalu dikomentari oleh
para juri. Komentar yang disampaikan juri ada yang bersifat pujian dan ada pula yang bersifat
celaan. Ada pula komentar yang bersifat teknis, seperti pitch control, tempo, dinamik, penghayatan
pada hakikatnya juga merupakan penilaian atas performa sang penyanyi. Tentu pengetahuan,
pengalaman dan penguasaan keterampilan, serta perasaan musikal
yang dimiliki para juri mendasari penilaian tersebut. Dengan kata lain, pernyataan-pernyataan
tersebut merupakan bagian dari kritik. Akan tetapi, sebenarnya kritik musik bukan hanya
komentar sesaat seusai pertunjukan tetapi suatu ulasan mendalam dan luas guna memberi
pemahaman atas karya. Tujuannya menjembatani karya musik dan pelakunya dengan masyarakat
Pengertian Kritik
Istilah kritik atau critism(Inggris) berasal dari bahasa Yunani yakni kritikos yang berhubungan
dengan krinein yang berarti memisahkan, mengamati, membandingkan dan menimbang.
Artinya kritik pun bisa bermakna subyektif bisa pula bermakna obyektif. Kritik akan membawa
kemajuan, jika diterima dengan akal pikiran yang sehat dan maju.Namun nilai kritik akan sangat bisa
di terima, tentunya, jika sudah melalui seleksi mayoritas atas pandangan yang obyektif.
Menurut KBBI, kritik adalah kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik atau
buruk terhadap suatu karya, pendapat, dan sebagainya. Orang yang melakukan kritik disebut dengan
kritikus.
Seorang kritikus musik harus memiliki beberapa kemampuan dan pengalaman dasar sebagai berikut :
3. Punya wawasan untuk memahami bagaimana suatu lagu sebaiknya dihasilkan oleh musisi sehingga
terdengar lebih menarik bagi pendengar. Hal itu dapat dilihat dari tingkat kesulitan lagu yang
dimainkan.
B. Fungsi dan Tujuan Kritik Musik
Menurut Sem C Bangun (2011) dalam bukunya yang berjudul Kritik Seni Rupa, ia mengemukakan
empat jenis kritik seni, antara lain :
1. Kritik Jurnalistik
Kritik ini isinya mengandung aspek pemberitaan. Tujuannya memberikan informasi tentang berbagai
peristiwa musik, baik pertunjukan maupun rekaman. Biasanya ditulis dengan ringkas karena untuk
keperluan surat kabar atau majalah. Sem C. Bangun menyatakan, bahwa “kewajiban seorang kirtikus
jurnalistik adalah memuaskan rasa ingin tahu para pembaca yang beragam dan untuk menyenangkan
perasaan mereka (2011:8).
2. Kritik Pedagodik
Kritik ini biasanya diajarkan di sekolah. Tujuan dari kritik ini adalah untuk mengembangkan bakat dan
dan potensi peserta didik. Ini dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan obyek kajian adalah
karya peserta didiknya sendiri. Melalui pemahaman tentang kritik ini, seorang siswa tidak hanya
dapat menilai hasil karya dengan mengatakan : “benar” atau “salah”, “bagus” atau “tidak bagus” saja,
tetapi harus disertai penjelasan atas penilaiannya tersebut untuk memotivasi bakat dan potensi
siswa lain.
3. Kritik Ilmiah
Kritik ini berkembang dikalangan akademisi dengan metodologi penelitian ilmiah, dilakukan dengan
pengkajian secara luas, mendalam dan sistematis, baik dalam menganalisis maupun membandingkan
dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis dan estetis. (Bangun, 2011: 11).
4. Kritik Populer
Kritik yang dilakukan secara terus menerus secara langsung atau tidak langsung dikerjakan oleh
penulis yang tidak menuntut keahlian kritis (Bangun, 2011: 12). Ini berarti kritik yang disampaikan
bukan pada tepat tidaknya analisis dan evaluasi yang disajikan tetapi pada kesetiaan atas suatu gaya
atau jenis musik yang mereka tekuni. Atau dengan kata lain, jenis kritik seni yang ditujukan untuk
konsumsi massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum
saja lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya.
Kritik musik adalah ulasan mengenai penilaian dari aspek nilai keindahan (estetis) terhadap
penyajian musik tersebut. Hal yang mewujudkan kaidah keindahan musikal dalam karya musik yaitu
sebagai berikut.
Selain nilai keindahan, juga dapat dinilai dengan mengamati keunikan penyajian musik tersebut. Hal
-hal yang harus diperhatikan untuk mengamati keunikan sebuah karya seni, yaitu sebagai berikut.
1. Apakah ide karya seni asli dari komponis dan belum pernah ada yang serupa.
2. Penggunaan alat musik memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan kelaziman cara permainan.
4. Apakah karya yang dibuat mampu membuat bahan apresiasi yang menarik bagi penonton.
Nilai yang berkaitan dengan segi nonteknis dalam penyajian musik adalah nilai kaitannya dengan
fungsi penyajian musik tersebut, seperti nilai ritual, nilai ekonomi, nilai sosial, dan lain-lain.
Berdasarkan teori kritik yang dikemukakan oleh Feldman (1967) yang dikutip oleh bangun (2001),
dalam teori kritik seni dikenal empat tahapan :
1. Tahap Deskripsi
Mengacu pada proses pengumpulan data yang secara langsung diperoleh oleh kritikus. Di dalam
tahapan ini, kritikus hanya mengemukakan hasil pengamatannya terhadap suatu objek, yaitu musik
atau pertunjukkan musik.
2. Tahap Analisis Formal
Mengacu pada suatu proses analisis yang dilakukan kritikus terhadap musik yang dimainkan. Di tahap
ini, kritikus mengemukakan hasil analisisnya tentang bunti yang dihasilkan, baik nada, ritme,
harmonisasi akor, dinamika, atau warna suara dari musik tersebut. Jadi, tahap ini lebih menekan
pada elemen-elemen musik yang dimainkan.
3. Tahap Interpretasi
Mengacu pada suatu proses ketika kritikus memaknai musik berdasarkan pemahaman dan analisis
yang telah dilakukannya dengan teliti.Menurut Bangun (2001), tahap ini bukan untuk menilai musik
yang diamati.
4. Tahap Evaluasi
Mengacu pada suatu proses ketika kritikus menyatakan pandangan atau kritiknya terhadap musik
yang dimainkan. Pada tahap ini lah kritikus memberikan penilaian subjektif yang dilatarbelakangi
oleh pemahaman mendalam terhadap musik, kemampuan menganalisis musik, dan kemampuan
memaknai musik yang dimainkan. Inti dari tahap ini adalah “baik” atau “buruk”, “benar” atau “salah”,
atau “berhasil” atau “gagal.”
Kritik musik dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Jika secara tertulis, kritik musik harus
memiliki sistematika penulisan yang mencakup : Pendahuluan, deskripsi, analisis, interpretasi, dan
evaluasi sebagai bahan kesimpulan.
1. Pendahuluan
Kemukakan latar belakang hubungan dengan pengalamanmu dalam konser musik sebagai
pendengar.
2. Deskripsi
Tuliskan seluruh informasi tentang penyelenggaraan konser atau pertunjukkan musik.
3. Analisis
Fokuslah pada musik yang dimainkan, kemudian amati bagaimana cara pemain memainkan karya
musik atau lagu mereka.
4. Interpretasi
Memaknai musik dengan pemahaman yang cukup tentang musik, pencipta, nilai estetika, dan
pemahaman budaya.
5. Evaluasi
Memberi penilaian terhadap pertunjukkan atau konser musik yang kamu saksikan yang dilandaskan
pada analisis dan interpretasi yang dilakukan pada tahap selanjutnya.
3. Kritik yang baik adalah memberikan jalan keluar mengatasi kekurangan dan kelemahan karya seni
menuju perbaikan dan kepuasan.
Tata Teknik Pentas Adalah Cara Membuat Pentas atau Tempat pertunjukan / Cara menata
panggung atau tempat pertunjukan.
Jadi tata teknik pentas adalah cara menata panggung untuk pertunjukan. Seorang
yang melakukan tata cara pentas atau penataan panggung disebut sebagai seorang
kreator. Sebelum melakukan penataan alangkah lebih lanjut bila seorang kreator memiliki
konsep untuk melandasi penataan yang akan dilakukan pada sebuah pertunjukan,
sedangkan konsep merupakan sebuah kompas yang dapat memberikan petunjuk dan
menambahkan bagi seorang penata panggung.
Apa yang akan kami tanyakan atau dipentaskan? Misal katakan saja kita akan
mementaskan sebuah pertujukan tari, tari yang diminta di sini adalah tari kontenporer
kemudian kita akan menentukan tema yang akan diangkat, misal temanya tentang
permainan rakyat, permainan rakyat yang mau apa saja yang akan dibuka dan permainan
rakyat daerah mana.
KOSTUM,
MAKE-UP,
PROFERTI,
PROFERTI TANGAN,
SET PROFERTI,
CAHAYA,
Penata Pentas: Pentas / Pertunjukan yang mau diselenggarakan sesuai kebutuhan, Pentas /
Pertunjukan diselenggarakn DI PINTU (Lingkungan / Alam) / OUT DOOR (Gedung
Pertunjukan),
B. Jenis-Jenis Panggung
1. Prokenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai bingkai foto karena penonton menyaksikan
aksi aktor dalam lakon melalui bingkai atau lengkung proscenium Kalau Di Banjarmasin
kal-sel bisa kita lihat di BALAIRUNG SARI Taman Budaya KAL-SEL.
2. Arena
Panggung arena adalah panggung yang dihadiri penontonnya melingkar atau panggung
duduk, Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat
dari setiap sisi maka gunakan setel dekor yang dibuat berlapis vertikal tidak sesuai dengan
yang bisa disetujui oleh pengunjung. Arena Panggung biasanya dibuat secara terbuka
(tanpa atap) dan tertutup.
• Bentuk segi empat, panggung pertunjukan yang perletakan panggung pertunjukan di salah
satu sisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di arena samping akan
merasa kesulitan menikmati pertunjukan kesenian.
• Bentuk kipas (melingkar), jenis panggung yang membuat ruang penonton melingkari
panggung pertunjukan.
• Bentuk tapak kuda, jenis panggung ini akan memantulkan gelombang bunyi disisi tengah
ruangan, karena permukaaan dinding yang membentuk cekung.
• Bentuk tak beraturan, jenis panggung ini tercipta untuk memenuhi aspek kenyaman visual,
pencahayaan dan akustik.dinding dibuat khusus agar dapat menyerap bunyi atau
memantulkan gelombang bunyi yang dibutuhkan dengan baik.
• Auditorium, jenis panggung ini berada di tengah, dengan auditorium yang terletak di tengah
panggung pertunjukan. Dengan begitu kemampuan Arah hadap pementas, maka ia akan
menghadap ke penonton.
• Auditorium panggung transversal, panggung pertunjukan ini memiliki bentuk yang sangat
sederhana dengan meletakan panggung pertunjukan dan tempat duduk penonton saling
berhadapan.
• Panggung terbuka, jenis panggung ini memiliki ruang utama dan ruang penonton terletak
saling berhadapan. Terkadang ruang utama juga membahas ruang penonton.
• Ruang arena / panggung arena, bentuk panggung ini berbentuk teater yang dikembangkan
dari bentuk amfiteater klasik berbentuk bentuk radial. Ruang pengunjung berada di ruang
ruang utama.
Proscenim, jenis panggung ini dapat disebut sebagai panggung pertunjukan karena
penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui bingkai foto atau lengkungan
proscenium. Dalam panggung ini disediakan drop / silokrama dan sayap yang terbuat dari
kain hitam, serta balkon
2. Semi Arena:
1) Kemudian U
2) Tapal Kuda
3) Leter L
3. Dorongan
Panggung dorong seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagiannya menjorok ke
arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan
dan kiri panggung, Panggung mendorong nampak seperti gabungan antara panggung arena
dan proscenium.
Bagian-bagian Panggung
Panggung teater, Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik pendukung yang
didukung adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsiinya sendiri. Seorang
penata panggung harus mengenal bagian-bagian panggung mendetil. Yaitu:
1. Perbatasan. Pembatas yang dibuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya
untuk memberikan batasan area permaianan yang digunakan.
2. Latar Belakang. Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan
dibuat hiasan belakang panggung.
3. Reng. Ditempatkan juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk
meletakkan atau menyimpan benda dan dapat dipindahkan dengan fleksibel.
4. Penutup / terbang. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk mengatur
dekor serta melengkapi peralatan tata cahaya.
5. Rumah panggung. Seluruh ruang panggung yang diperlihatkan latar dan area untuk
ditampilkan
6. Catwalk (jalan sempit). Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung
yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga memudahkan pekerja dalam
memasang dan menata peralatan.
7. Tirai besi. Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk dipadukan dengan panggung dan
kursi penonton. Digunakan saat terjadi kebakaran di atas panggung. Tirai ini didapat jadi api
tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
8. Latar panggung atas. Bagian latar belakang paling belakang yang biasa digunakan untuk
memperbesar area pementasan dengan melengkapi gambar perspektif.
9. Sayap (sayap samping). Bagian kanan dan kiri panggung yang tersembunyi dari penonton,
biasanya digunakan para aktor sedang menunggu sesaat sebelum tampil.
10. Layar panggung. Tirai kain yang menghibur panggung dan ruang penonton. Digunakan
(dibuka) untuk diputar. Ditutup untuk dipelajari.
11. Perangkap jungkit. Area permainan atau panggung yang bisa dibuka dan ditutup untuk
keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
12. Tangga. Dipakai untuk naik ke atas ke atas Tangga lain, biasanya ditempatkan di belakang
atau samping panggung sebelah luar.
13. Apron. Daerah yang terletak di depan layar atau di depan bingkai proscenium.
14. Bawah panggung. Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di bagian bawah
ini juga ada kamar ganti pemain.
16. Lubang Orkestra. Tempat para bermain orkestra bermain. Dalam beberapa panggung
proscenium, lubang orkestra tidak disediakan.
17. FOH (Front Of House) Bar. Baris lampu yang dipasang di atas penonton. Digunakan untuk
lampu spot.
18. Langit-langit akustik. Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan suara dan tidak
menghasilkan gema.
20. Bar. Tempat menjual makan dan minum untuk penonton selama menunggu dibuka dimulai.
21. Serambi. Ruang tunggu penonton sebelum dibuka dimulai atau saat istirahat.
22. Tangga. Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang lantai lain.
23. Auditorium (rumah). Ruang tempat duduk penonton di panggung proscenium. Istilah
auditorium sering juga digunakan sebagai panggung pertunjukan proscenium itu sendiri.
24. Ruang ganti pemain. Ruang ini bisa juga terletak di bagian bawah belakang panggung.
C. Jenis - Jenis Lampu (Pencahayaan)
A. Strip Light
1. Sistem Terbuka
Deretan lampu yang masuk dalam kotak panjang tanpa sekat, jenis ini dipasang pada
Apron, untuk lampu kaki. Di samping bekerja sebagai penerangan umum dapat digunakan
untuk menetralkan sinar dari atas.
2. Sistem Kompartemen
Lampu dalam kotak panjang yang bersekat. Di dalam kesatuannya, deret lampu ini dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok warna. Lampu ini dipasang di daerah Border sebagai
Border Light.
B. Spot Light
Sumber sinar berkekuatan besar, sinar yang dipantulkan oleh reflektor dibiaskan
oleh lensa dan biasannya sesuai dengan jenis lensanya. Ada berbagai macam lampu
khusus atau Lampu Spot
Fresnell adalah lampu spot yang menggunakan reflektor bulat dan lensa paten fresnell yang
memiliki cahaya menyatu tidak tajam (lembut).
Lampu spot ini menggunakan reflektor ellipsoidal dan lensa plano-konvex yang memiliki
cahaya menyatu tajam. Lampu lensa dengan berbagai ukuran 5-8 dengan kekuatan antara
250 watt hingga 3000 watt.
Lampu pemegang tegangan 3- 12 dengan kekuatan antara 250 watt hingga 3000 watt.
Ikuti titik adalah lampu yang memiliki intensitas atau berkekuatan besar dan voltase /
tegangan tinggi. Sinar dapat digunakan untuk mengambil pemain bergerak atau bergerak
untuk berganti posisi. Intensitas lampu ikuti minimal 1000 watt dan maksimal 2500 watt.
5. Cahaya Banjir
Cahaya banjir adalah lampu yang memiliki kekuatan yang besar tanpa koneksi. Apa yang
ditaruh di bawah dipancangkan pada suatu standar untuk menerangi jalan-jalan keluar
masuk, drop, cyclorama, dan sebagainya. Ada yang digantungkan untuk menerangi
permainan lokal, latar belakang, dan cyclorama.
D. Tata Cahaya
Pencahayaan buatan buatan melalui lampu dan muatan listrik yang diperuntukkan
untuk keperluan penerangan panggung atau untuk keperluan tujuan khusus untuk keperluan
perencanaan untuk keperluan pertunjukan.
2. Menggali rangsangan melalui Kreatifitasnya melalui tahap awal yang disebut Bekerja
dengan teks.
5. Memahami dan menguasai tata cahaya. Maka tidak perlu pengetahuan juga pengalaman.
1. Perencanaan: Rancangan.
2. Desain: Rancangan.
Macam-macam lampu:
1. Scoop adalah lampu banjir yang menggunakan reflektor elipssoial dan dapat digunakan
2. Profil termasuk titik lampu yang menggunakan plano convet sehingga lingkaran cahaya
3. Lampu efek adalah lampu yang menghadirkan cahaya khusus untuk keperluan tertentu
4. Barndorn adalah alat yang memiliki strip atau penutup yang dapat diatur atau disesuaikan
5. Gobo adalah logam plat yang dicetak membentuk pola motif tertentu m
6. Filter