Istilah kritik atau critism (Inggris) berasal dari bahasa Yunani yakni kritikos yang
berhubungan dengan krinein yang berarti memisahkan, mengamati, membandingkan
dan menimbang. Di Yunani ada kata krites yang maksudnya hakim, dengan kata kerja
krinein berarti juga menghakimi. Kritikos berarti juga hakim kesusasteraan. Istilah ini
ada semenjak abad ke IV sebelum kelahiran kristus. Menurut sejarahnya, seorang
bernama Pilatus dari pulau Kos yang pada tahun 305 Sebelum Masehi didatangkan ke
Alexandria untuk menjadi guru raja Ptolomeus II dan dianugerahi julukan penyair dan
kritikos sekaligus (Hardjana, 1981).
Pada abad pertengahan di Eropa, istilah kritik hanya muncul dalam bidang
kedokteran dengan pengertian yang menyatakan suatu keadaan penyakit yang kritis
atau sangat membahayakan jiwa penderitanya. Selanjutnya pada masa Renaissans arti
kata tersebut kembali kepada pengertian lama dan seorang yang bernama Poliziano
pada tahun 1492 mempergunakan istilah-istilah tersebut untuk membedakannya
dengan filsuf. Pada waktu itu, istilah critikus dan gramaticus dipergunakan untuk
menunjuk orang-orang yang menekuni pustaka sastra lama. Sementara itu seorang
pujangga bernama Erasmus mempergunakan istilah art critic untuk Al-Kitab sebagai
alat atau sarana dalam pelayanan hidup. Beberapa waktu kemudian di kalangan
penganut Humanisme berlaku pengertian yang terbatas pada penyuntingan dan
pembetulan teks-teks kuno. Pergeseran arti kritik sehingga mencakup pembetulan
edisi, pernyataan pengarang, sensor dan penghakiman berlaku pada sekitar tahun
1600. (Wellek, 1971).
Pada perkembangan yang lebih kemudian kritik berarti orang yang melakukan
kritik dan juga kegiatan kritiknya. Sementara itu, di Perancis dan Amerika Serikat pada
awal abad XIX berlaku kedua pengertian itu secara luas. Istilah critique menunjuk
pembicaraan tentang seniman tertentu, sedangkan criticism menunjuk teorinya.
Pengertian Kritik
Istilah kritik atau critism (Inggris) berasal dari bahasa Yunani yakni kritikosyang
berhubungan dengan krinein yang berarti memisahkan, mengamati, membandingkan
dan menimbang.
Terjadinya kritik disebabkan adanya ketidaksesuaian, penyimpangan ataupun
lepasnya batas-batas normatif dalam pandangan obyektif pelaku kritik. Tentu
pandangan masing-masing pelaku kritik didasari dari latar belakang ilmu pengetahuan
dan pengalamannya secara menyeluruh.
Artinya kritik pun bisa bermakna subyektif bisa pula bermakna obyektif. Kritik akan
membawa kemajuan, jika diterima dengan akal pikiran yang sehat dan maju.Namun
nilai kritik akan sangat bisa di terima, tentunya, jika sudah melalui seleksi mayoritas
atas pandangan yang obyektif.
Menurut KBBI, kritik adalah kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik atau buruk terhadap suatu karya, pendapat, dan sebagainya. Orang
yang melakukan kritik disebut dengan kritikus.
Pengertian Kritik Musik
Kritik musik adalah penganalisaan dan pengevaluasian suatu karya musik
dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau
membantu memperbaiki karya tersebut. Kritik musik dapat juga diartikan sebagai
pertimbangan baik buruk terhadap kemampuan seseorang atau kelompok dalam
memproduksi musik/lagu atau karya musik dalam pertunjukan seni. Dengan kata lain,
kritik musik dalam pertunjukan seni memperlihatkan objek dari kritik, yaitu musik yang
berhubungan dengan nada, ritme, harmoni, intensitas, warna suara, interpretasi, dan
ekspresi.
Seorang kritikus musik harus memiliki beberapa kemampuan dan pengalaman dasar
sebagai berikut :
1. Mengobservasi atau mengamati suatu lagu dengan teliti.
2. Punya pengetahuan tentang beragam jenis genre musik dan gaya lagu tiap genre.
Contoh genre musik : jazz, pop, klasik Barat, keroncong, dangdut, tradisi, dan lain-lain.
Gaya lagu itu dapat dilihat dari nilai-nilai estetika dalam musik.
3. Punya wawasan untuk memahami bagaimana suatu lagu sebaiknya dihasilkan oleh
musisi sehingga terdengar lebih menarik bagi pendengar. Hal itu dapat dilihat dari
tingkat kesulitan lagu yang dimainkan.
Menurut Sem C Bangun (2011) dalam bukunya yang berjudul Kritik Seni Rupa, ia
mengemukakan empat jenis kritik seni, antara lain :
1. Kritik Jurnalistik
Kritik ini isinya mengandung aspek pemberitaan. Tujuannya memberikan informasi
tentang berbagai peristiwa musik, baik pertunjukan maupun rekaman. Biasanya ditulis
dengan ringkas karena untuk keperluan surat kabar atau majalah. Sem C. Bangun
menyatakan, bahwa “kewajiban seorang kirtikus jurnalistik adalah memuaskan rasa
ingin tahu para pembaca yang beragam dan untuk menyenangkan perasaan mereka
(2011:8).
2. Kritik Pedagodik
Kritik ini biasanya diajarkan di sekolah. Tujuan dari kritik ini adalah untuk
mengembangkan bakat dan dan potensi peserta didik. Ini dilakukan dalam proses
belajar mengajar dengan obyek kajian adalah karya peserta didiknya sendiri. Melalui
pemahaman tentang kritik ini, seorang siswa tidak hanya dapat menilai hasil karya
dengan mengatakan : “benar” atau “salah”, “bagus” atau “tidak bagus” saja, tetapi harus
disertai penjelasan atas penilaiannya tersebut untuk memotivasi bakat dan potensi
siswa lain.
3. Kritik Ilmiah
Kritik ini berkembang dikalangan akademisi dengan metodologi penelitian ilmiah,
dilakukan dengan pengkajian secara luas, mendalam dan sistematis, baik dalam
menganalisis maupun membandingkan dapat dipertanggung-jawabkan secara
akademis dan estetis. (Bangun, 2011: 11).
4. Kritik Populer
Kritik yang dilakukan secara terus menerus secara langsung atau tidak langsung
dikerjakan oleh penulis yang tidak menuntut keahlian kritis (Bangun, 2011: 12). Ini
berarti kritik yang disampaikan bukan pada tepat tidaknya analisis dan evaluasi yang
disajikan tetapi pada kesetiaan atas suatu gaya atau jenis musik yang mereka tekuni.
Atau dengan kata lain, jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi massa/umum.
Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya bersifat umum saja lebih
kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya.
Kritik musik adalah ulasan mengenai penilaian dari aspek nilai keindahan
(estetis) terhadap penyajian musik tersebut. Hal yang mewujudkan kaidah keindahan
musikal dalam karya musik yaitu sebagai berikut.
Pengolahan bunyi dan berbagai parameter dasar musik lainnya.
Pengolahan waktu dan diam di dalam musik.
Aspek harmonisasi.
Kedinamisan karya.
Aspek instrumentasi dan struktur komposisi.
Selain nilai keindahan, juga dapat dinilai dengan mengamati keunikan penyajian musik
tersebut. Hal -hal yang harus diperhatikan untuk mengamati keunikan sebuah karya
seni, yaitu sebagai berikut.
1. Apakah ide karya seni asli dari komponis dan belum pernah ada yang serupa.
2. Penggunaan alat musik memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan kelaziman cara
permainan.
3. Apakah ditemukan perkembangan dan perluasan instrumentasinya.
4. Apakah karya yang dibuat mampu membuat bahan apresiasi yang menarik bagi
penonton.
Nilai yang berkaitan dengan segi nonteknis dalam penyajian musik adalah nilai
kaitannya dengan fungsi penyajian musik tersebut, seperti nilai ritual, nilai ekonomi, nilai
sosial, dan lain-lain. Berdasarkan teori kritik yang dikemukakan oleh Feldman (1967)
yang dikutip oleh bangun (2001), dalam teori kritik seni dikenal empat tahapan :
1. Tahap Deskripsi
Mengacu pada proses pengumpulan data yang secara langsung diperoleh oleh kritikus.
Di dalam tahapan ini, kritikus hanya mengemukakan hasil pengamatannya terhadap
suatu objek, yaitu musik atau pertunjukkan musik.
3. Tahap Interpretasi
Mengacu pada suatu proses ketika kritikus memaknai musik berdasarkan pemahaman
dan analisis yang telah dilakukannya dengan teliti.Menurut Bangun (2001), tahap ini
bukan untuk menilai musik yang diamati.
4. Tahap Evaluasi
Mengacu pada suatu proses ketika kritikus menyatakan pandangan atau kritiknya
terhadap musik yang dimainkan. Pada tahap ini lah kritikus memberikan penilaian
subjektif yang dilatarbelakangi oleh pemahaman mendalam terhadap musik,
kemampuan menganalisis musik, dan kemampuan memaknai musik yang dimainkan.
Inti dari tahap ini adalah “baik” atau “buruk”, “benar” atau “salah”, atau “berhasil” atau
“gagal.”
Kritik musik dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Jika secara tertulis, kritik
musik harus memiliki sistematika penulisan yang mencakup : Pendahuluan, deskripsi,
analisis, interpretasi, dan evaluasi sebagai bahan kesimpulan.
1. Pendahuluan
Kemukakan latar belakang hubungan dengan pengalamanmu dalam konser musik
sebagai pendengar.
2. Deskripsi
Tuliskan seluruh informasi tentang penyelenggaraan konser atau pertunjukkan musik.
3. Analisis
Fokuslah pada musik yang dimainkan, kemudian amati bagaimana cara pemain
memainkan karya musik atau lagu mereka.
4. Interpretasi
Memaknai musik dengan pemahaman yang cukup tentang musik, pencipta, nilai
estetika, dan pemahaman budaya.
5. Evaluasi
Memberi penilaian terhadap pertunjukkan atau konser musik yang kamu saksikan yang
dilandaskan pada analisis dan interpretasi yang dilakukan pada tahap selanjutnya.
Kelas/Semester : XI/Satu
Pertemuan Ke : 1 (pertama)
elajaran :
Materi :
Fakta:
1. Sajian permainan dokumentasi video karya seni musik Barat
Modal (https://www.youtube.com/watch?v=jUAJDrQ-GGQ&t=85s),
Atonal (https://www.youtube.com/watch?v=L5JrFaM28l4)
Konsep:
Musik Modal Adalah karya musik yang berasal dari satu jajaran nada dengan jarak
interval tertentu dan tidak ada hubungannya khusus antara masing masing not tangga
nada tersebut kecuali nada dasar yang merupakan pusat (finalis) (Dieter Mack, 1994)
Musik Tonal Adalah Sistem musik yang memandang bunyi secara vertikal dan
horizontal, adanya pusat nada yang di dengar atau dirasakan, artinya suatu rangkaian
not tidak hanya memiliki hubungan secara horizontal saja setiap not itu tidak berdiri
sendiri, memiliki Tanga Nada Diatonis Mayor dan Diatonis minor
Musik Atonal adalah garapan musik yang mengabaikan Membaikan kunci atau tonal
center (harmoni tonal),
Prinsip :
1. Musik Modal memiliki 7 Tangga nada : Ionian, Dorian, Frigia, Lydian, Mixolydian,
Aeolian, dan mode Locrian, masing-masing tujuh skala modal terdiri dari pengaturan
tertentu dari nada diatonis dari satu oktaf.
3. Musik Tonal barat menggunakan Tanga Nada Diatonis Mayor dan Diatonis minor
dengan Menggunakan akor yang terikat interval tangga nada
4. Musik atonal tidak mengikuti aturan baku atau tanpa memperhatikan Tonal nada
menggunakan tanggga nada kromatif
Prosedur:
Mengobservasi secara audio rasa musik barat dalam perspektif Modal, Tonal dan
Atonal baik dari segi melodi (horizontal) mapun harmoni (vertikal)
URAIAN MATERI
Harmoni Musik
Harmoni dalam musik Barat adalah salah satu teori musik yang mengajarkan
bagaimana menyusun suatu rangkaian akord-akord agar musik tersebut dapat enak
didengar dan selaras. Di sini dipelajari tentang penggunaan berbagai nada secara
bersama-sama dan akord-akord musik, yang terjadi dengan sesungguhnya ataupun
yang tersirat. Studi ini sering merujuk kepada studi tentang, gerakan dari satu nada
secara berbarengan ke nada yang lain, dan prinsip-prinsip struktural yang mengatur
progresi tersebut
Johann Sebastian Bach (1685-1750) adalah salah satu empu musik polifoni dengan
teknik kontrapung yang sangat tinggi, karema disusun seperti matematik. Hampir
semua komponis Era Barok (1600-1750) menyusun dengan teknik kontrapun, misalnya
George Frederic Handle (1685 – 1759) dari Inggris, Antonio Vivaldi (1678 - 1741) dari
Italia, yang lain George Philipp Telemann, Arcangelo Corelli, Henry Purcell, Domenico
Scarlatti, Jean-Philippe Rameau, dlsb.
Para komponis Era Klasik (1750-1825) adalah Carl Philipp Emmanuel Bach dan Johann
Christian Bach (anak-anak JS Bach yang tidak mengikuti sang ayah yang polifoni),
Johann Stamitz, Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, Luigi Boccherini,
Christoph von Gluck, Franz Schubert, Wolfgang Amadeus Mozart (si anak ajaib) dan
Ludwig van Beethoven (maestro yang tuli).
Musik Era Klasik didominasi dengan karya Konserto, Sonata, Symphony, Variasi, Lagu
(Lied), dlsb.
https://id.wikipedia.org/wiki/Harmoni_(musik)
KARAKTERISTIK
Setiap mode memiliki gelar skala karakteristik dan struktur harmonisa tertentu yang
saling memberi suara yang khas. Walaupun namanya asal Yunani, rangkaian nada
berbeda dari mode Yunani dengan nama yang mirip.
1. Modal Ionian adalah satu-satunya mode yang dominan ketujuh tipe chord terjadi
secara alami pada skala tingkat kelima, sebagai V7. Tanpa penjelasan lebih lanjut,
"mode utama" atau hanya "besar" mengacu pada modal Ionia.
2. Modal Dorian memiliki karakteristik yang diajukan keenam relatif ke modal Aeolian,
yang menghasilkan akord IV utama dan chord II minor. Akord dominan ketujuh dalam
modal ini terjadi pada skala derajat keempat, sebagai IV7.
3. Modal Phrygian memiliki menurunkan relatif kedua untuk Aeolian, yang menciptakan
chords karakteristik berkurang ♭ II besar dan v. Mode ini cukup umum dalam musik
flamenco. [rujukan?] The akord dominan ketujuh dalam modal ini terjadi pada skala
derajat keempat, sebagai III7.
5. Modal Mixolydian memiliki gelar 7 menurunkan relatif terhadap Ionia. Akord dominan
ketujuh dalam mode ini karena terjadi pada tonik, seperti I7. Akord karakteristik lainnya
v kecil, dan akord VII utama. Ada juga chord redup iii, tetapi tidak digunakan secara
ekstensif dalam komposisi modal.
6. Mode Aeolian memiliki ♭ ♭ ♭ 6 dan 3, 7. Akord dominan ketujuh dalam modal ini
terjadi pada tingkat skala ketujuh, sebagai VII7. Chords lainnya Its karakteristik adalah
iv minor dan akord v. Ada perbedaan halus antara komposisi modal Aeolian dan
komposisi dalam sebuah kunci minor, karena derajat keenam dan ketujuh dalam
sebuah kunci minor dapat diubah untuk menciptakan IV utama dan akord V. Mode
Aeolian juga lebih dikenal sebagai skala (Murni) Alam kecil. Dalam kasus-kasus dimana
modal Aeolian memiliki tanda kunci yang sama sebagai kunci utama tertentu namun
dengan tonik yang berbeda, ini disebut sebagai skala relatif kecil. Sebagai contoh, A
Aeolian adalah minor relatif dari skala C mayor.
7. Modal Locrian telah menurunkan derajat skala kedua dan kelima relatif terhadap
Aeolian dan memiliki chord i berkurang. Hal ini sangat tidak stabil, dan chord saya
berkurang yang membuat menetapkan nada suara dalam modal hampir mustahil.
Beberapa potong ditulis dalam mode ini biasanya digunakan suatu akord minor i diubah
(BDF ♯) untuk mendirikan pusat tonal, dan kemudian menggunakan chord V minor iii
(DFA) dan utama (FAC) untuk membentuk modalitas. Menghilangkan tingkat kelima bila
menggunakan chord i pilihan lain. Akord dominan ketujuh dalam modal ini terjadi pada
skala derajat keenam, sebagai VI7.
Mungkin cara paling sederhana untuk memahami tujuh mode modern dan hubungan
antara mereka adalah untuk melihatnya sebagai rotasi berturut-turut satu set tujuh
catatan-misalnya, dengan menggunakan catatan dari skala C Mayor: C, D, E, F, G, A,
B, dan C. Ini adalah C Ionian mode karena C adalah catatan referensial, dan pola
interval di atas diketahui bahwa sesuai dengan Ionia. (The skala besar dan skala modal
Ionia di sembarang tombol adalah identik.) Mempertahankan catatan skala C-utama
sebagai kerangka referensi:
* C modal Ionia terdiri dari catatan C, D, E, F, G, A, B, C (Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Ti,
Do)
* D modal Dorian terdiri dari catatan D, E, F, G, A, B, C, D (Re, Mi, Fa, Sol, La, Ti, Do,
Re)
* E Phrygian terdiri dari E, F, G, A, B, C, D, E (Mi, Fa, Sol, La, Ti, Do, Re, Mi)
* F Lydian terdiri dari F, G, A, B, C, D, E, F (Fa, Sol, La, Ti, Do, Re, Mi, Fa)
* G Mixolydian terdiri dari G, A, B, C, D, E, F, G (Sol, La, Ti, Do, Re, Mi, Fa, Sol)
* A Aeolian terdiri dari A, B, C, D, E, F, G, A (La, Ti, Do, Re, Mi, Fa, Sol, La)
* B Locrian terdiri dari B, C, D, E, F, G, A, B (Ti, Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Ti)
Semua contoh di atas terdiri dari catatan yang sama persis, perbedaan di antara
mereka adalah pusat nada dari setiap mode. Skala D Dorian mengasumsikan catatan D
untuk menjadi pusat. Dengan kata lain, catatan D menjadi tonik, sementara semua
catatan tetap sama dengan skala C-besar. Konsep ini dapat dialihkan chromatically
untuk setiap skala besar.
Menerapkan prinsip ini untuk dinas tetap-lakukan suku kata solfège dan angka skala
derajat dari hasil skala asli utama dalam bergerak-do solfège dan angka skala derajat
relatif terhadap satu sama tonik baru (dan dengan accidentals diterapkan sehubungan
dengan derajat seperti yang ditemukan dalam skala besar) sebagai berikut:
Ionian mode
Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Ti, Do
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 1
Dorian mode
2, 3, 4, 5, 6, 7, 1, 2
---menjadi---
Do, Re, Me, Fa, Sol, La, Te, Do
1, 2, ♭3, 4, 5, 6, ♭7, 1
Phrygian mode
3, 4, 5, 6, 7, 1, 2, 3
---menjadi---
Do, Ra, Me, Fa, Sol, Le, Te, Do
Lydian mode
4, 5, 6, 7, 1, 2, 3, 4
---menjadi---
Do, Re, Mi, Fi, Sol, La, Ti, Do
1, 2, 3, ♯4, 5, 6, 7, 1
Mixolydian mode
5, 6, 7, 1, 2, 3, 4, 5
---menjadi---
Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Te, Do
1, 2, 3, 4, 5, 6, ♭7, 1
Aeolian mode
6, 7, 1, 2, 3, 4, 5, 6
---menjadi---
Do, Re, Me, Fa, Sol, Le, Te, Do
Locrian mode
7, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
---menjadi---
Do, Ra, Me, Fa, Se, Le, Te, Do
Tujuh skala modal modern karenanya dapat dianggap sebagai pergeseran pusat ke
derajat berurutan dari skala besar. Oleh karena itu, setiap interval dalam modal akan
diberikan penunjukan interval baru sesuai dengan posisinya relatif terhadap tonik baru.
Modal berarti setiap karya musik berasal dari salah satu jajaran nada dengan jarak
interval yang tertentu dan tidak ada hubungan khusus antara masing-masing not tangga
nada tersebut, kecuali nada dasar yang merupakan "pusat" (finalis tangga nada modal).
Prinsip modal berasal dari musik "monofon", yaitu satu lagu saja atau satu melodi line
yang dinyanyikan oleh satu atau beberapa orang. Dalam hal ini prinsip modal mirip
dengan salah satu prinsip dalam musik karawitan yaitu sistem pelog/salendro, karena
tangga nada pelog/salendro lebih berhubungan dengan karakter melodi yang monofon
(horizontal) dan terdapat nada dasar juga sebagai "pusat". Perbedaan dengan prinsip
modal di Eropa dapat ditemukan dalam rangka ketentuan interval, karena di Indonesia
tidak ada standardisasi jarak interval. Kenyataan ini bukan merupakan kekurangan
melainkan perbedaan yang berdasaran estetika musik (sejarah, tradisi budaya) yang
berbeda.
Kemudian apabila kita menganalisis berbagai lagu monofon yang kuno, tampaknya
unsur-unsur pentatonis juga ada, sehingga ahli musikolog di seluruh dunia menduga :
prinsip pentatonis merupakan semacam sumber masing-masing sistem tangga nada di
dunia ini. Ternyata, terdapat beberapa budaya musik yang tetap mengembangkan
prinsip pentatonis seperti Indonesia misalnya. Sedangkan di Eropa, unsur-unsur
pentatonis diubah melalui sistem tangga nada modal. Padahal, karakter pentatonis
masih sering muncul pada beberapa karya-karya musik Barat sebagai simbol "paling
alami".
Sumber :
http://littlethinkgiet.blogspot.co.id/2011/02/tujuh-skala-modaltangga-nada-modal.html
https://brainly.co.id/tugas/7237538
Tonal merupakan sitilah musik berarti “menyatakan bunyi atau warna suara” sedang
kan tone berarti “bunyi nada” itu sendiri.
Dalam teori musik, skala diatonik adalah komponen dasar teori musik dunia Barat.
Skala diatonik memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu oktaf. Not-not ini adalah not-
not putih pada piano. Dalam notasi solmisasi, not-not tersebut adalah "Do-Re-Mi-Fa-
Sol-La-Si". (Kadang-kadang, 'Si' direpresentasikan dengan 'Ti' agar huruf pertama
setiap not berbeda).
Skala mayor dimulai dengan not pertama (Do), dan berakhir sampai not 'Do' yang ada
satu oktaf di atas Do yang pertama.
Dalam teori musik, skala diatonik mayor adalah bagian penting dalam pembangunan
tradisi musik dunia Barat. Skala ini terdiri dari tujuh not dalam satu oktaf, diwujudkan
dalam tuts putih dalam alat musik piano, diperoleh dari rangkaian enam nada kelima
(fifth) yang berurutan dalam suatu versi meantone temperament, dan menghasilkan
dua tetrakord yang dipisahkan dengan interval satu nada bernilai penuh. If our version
of meantone is the twelve tone equal temperament the pattern of intervals in semitones
will be 2-2-1-2-2-2-1. Skala besar dimulai pada catatan pertama dan dilakukan dengan
langkah-langkah untuk oktaf pertama. Dalam solfège, suku kata untuk setiap skala
adalah "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Ti-Do".
Skala minor alami dapat dicari dalam dua cara, yang pertama adalah sebagai minor
relatif dari skala mayor, yang dimulai pada tingkat keenam skala dan melanjutkan
langkah demi langkah melalui tetrachords sampai dengan oktaf pertama dari tingkat
keenam. Dalam solfège "La-Ti-Do-Re-Mi-Fa-Sol."
Alternatif, minor alami bisa di lihat sebagai gabungan dari perbedaan tetrachord dari
bagian 2-1-2-2-1-2-2. di tempat "Do-Re-Mé-Fa-Sol-Lé-Té-Do."
Harmoni musik Barat sejak Renaisans hingga akhir abad XIX berdasar pada skala
diatonik dan rangkaian-rangkaian unik yang dihasilkan oleh sistem pengorganisasian
ketujuh nada ini. Harus diingat bahwa yang paling potongan lagi dari praktik umum
kunci perubahan musik, tetapi ini mengarah ke hubungan tangga nada diatonis dalam
satu kunci dengan mereka yang lain, lihat modulasi (musik).
Tuts-tuts putih pada alat musik piano mewujudkan skala diatonik C mayor (C-D-E-F-G-
A-B-C), dengan jarak satu interval tiap-tiap nadanya, kecuali untuk E-F dan B-C, yang
memiliki interval semitone (setengah tone).
This article is about the musical system. For linguistic feature, see Tone (linguistics).
"All harmonic idioms in popular music are tonal, and none is without function" (Tagg
2003, 534).[vague] Tonality is an organized system of tones (e.g., the tones of a major
or minor scale) in which one tone (the tonic) becomes the central point for the remaining
tones. In tonality, the tonic (tonal center) is the tone of complete relaxation, the target
toward which other tones lead (Benward & Saker 2003, 36). The cadence in which the
dominant chord resolves to the tonic chord plays an important role in establishing the
tonality of a piece.
Although Fétis used it as a general term for a system of musical organization and spoke
of types de tonalités rather than a single system, today the term is most often used to
refer to major–minor tonality, the system of musical organization of the common
practice period. Major-minor tonality is also called harmonic tonality (in the title of Carl
Dahlhaus 1990, translating the German harmonische Tonalität), diatonic tonality,
common practice tonality, functional tonality, or just tonality
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Tonality
Terjemahan :
Artikel ini adalah tentang sistem musik. Untuk fitur linguistik, lihat Tone (linguistik).
Nada suara adalah sistem musik yang mengatur pitches atau akord untuk menginduksi
hirarki hubungan yang dirasakan, stabilitas, dan atraksi. Lapangan atau chord triadic
dengan stabilitas terbesar disebut tonik, dan akar akord tonik dianggap kunci dari
sepotong atau lagu. Jadi sepotong dimana chord tonik adalah C mayor dikatakan
"dalam kunci C". Penggunaan paling umum dari istilah ... "adalah untuk menunjuk
susunan fenomena musik di sekitar tonik referensial dalam musik Eropa dari sekitar
1600 sampai sekitar 1910" (Hyer 2001). Kontemporer musik klasik dari tahun 1910 ke
tahun 2000-an mungkin berlatih atau menghindari apapun nada suara-tapi harmoni
dalam hampir semua musik populer Barat tetap tonal. [Jelas] Harmony dalam musik
jazz mencakup banyak, jika tidak semua, karakteristik tonal, sementara memiliki sifat
yang berbeda dari praktek umum musik klasik.
"Semua idiom harmonik dalam musik populer adalah tonal, dan tidak ada yang tanpa
fungsi" (Tagg 2003, 534). [Jelas] Kadar Corak adalah sistem yang terorganisir dari nada
(misalnya, nada skala besar atau kecil) di mana satu tone ( tonik) menjadi titik pusat
untuk nada yang tersisa. Dalam nada suara, tonik (pusat tonal) adalah nada relaksasi
lengkap, target ke arah mana nada lain memimpin (Benward & Saker 2003, 36). Irama
di mana chord dominan memutuskan untuk akord tonik memainkan peran penting
dalam membangun nada suara dari sepotong.
"Musik Tonal adalah musik yang terpadu dan dimensi Musik disatukan jika mendalam
merujuk ke sistem precompositional dihasilkan oleh prinsip konstruktif tunggal yang
berasal dari skala tipe dasar;. Itu adalah dimensi jika dapat tetap dibedakan dari yang
memesan precompositional "(Pitt 1995, 299).
Istilah tonalit berasal Alexandre-Étienne Choron (1810) dan dipinjam oleh François-
Joseph fetis pada tahun 1840 (Reti 1958, [Halaman diperlukan]; Simms 1975, 119;
Judd 1998a, 5; Heyer 2001; Brown 2005, xiii). Menurut Carl Dahlhaus, bagaimanapun,
tonalit istilah hanya diciptakan oleh Castil-Blaze pada tahun 1821 (Dahlhaus 1967, 960;
Dahlhaus 1980, 51).
Meskipun fetis digunakan sebagai istilah umum untuk suatu sistem organisasi musik
dan berbicara dari jenis de tonalit daripada sistem tunggal, hari ini istilah yang paling
sering digunakan untuk merujuk kepada nada suara besar-kecil, sistem organisasi
musik dari praktek umum periode. nada suara mayor-minor disebut juga nada suara
harmonik (dalam judul Carl Dahlhaus 1990, menerjemahkan harmonische Jerman
Tonalität), nada suara diatonis, praktek umum nada suara, nada suara fungsional, atau
hanya nada suara
Seni musik merupakan simbolisasi pencitraan dari unsur-unsur musik dengan substansi
dasarnya suara dan nada atau notasi. Notasi sebagai salah satu elemen musik
merupakan simbol musik utama yang berupa nada-nada. Melalui notasi kita dapat
menunjukkan secara tepat tinggi rendahnya nada. Nada ditulis dengan simbol. Simbol
musik itu dinamakan not. Notasi adalah sistem penulisan lagu ataupun musik
menggunakan gambar, angka, maupun simbol-simbol tertentu yang bisa
menggambarkan urutan nada, tempo, dan birama.
Pengenalan terhadap nada-nada yang merupakan elemen dari unsur dasar melodi
pada seni musik adalah proses pembelajaran yang perlu dilakukan. Unsur-unsur musik
itu terdiri dari beberapa kelompok yang secara bersamaan membentuk sebuah lagu
atau komposisi musik. Meskipun dalam pembelajaran musik pembahasan unsur-
unsurnya kita anggap seolah-olah terpisah. Setiap kali pembahasan kita memusatkan
perhatian kepada satu unsur musik saja. Akan tetapi, semua unsur itu berkaitan erat,
maka dalam pembahasan sebuah unsur musik mungkin pula akan menyinggung unsur
yang lain.
Sistem penulisan musik dikenal ada penulisan notasi angka yang satuannya berupa
angka, sistem penulisan notasi balok yang satuannya berupa gambar, dan notasi huruf
yang satuannya berupa huruf. Melalui notasi inilah kita bisa mengenal, lebih jauh
sebuah karya musik dengan membaca, menulis dan menyanyikan sebuah lagu. Bahkan
lebih dari itu kita bisa menuliskan kembali lagu-lagu ciptaan orang lain maupun lagu
ciptaan kita sendiri. Jelasnya, “notasi” merupakan perwujudan dari
sebuah “lagu”, sedangkan “not” merupakan perwujudan dari “nada”. M. Soeharto (
2000 : 11 ). Banyak istilah dan simbol musik yang digunakan untuk sebutan nada.
Misalnya:
Tangga nada pentatonis hanya terdiri dari lima nada pokok (Penta yang berarti lima;
dan Tone yang berarti nada). Nada-nada dalam tangga nada pentatonis tidak dilihat
berdasarkan jarak nada, melainkan berdasarkan melalui urutannya dalam tangga nada.
Nada dan tangga nada pentatonis ini memiliki istilah sendiri terutama untuk seni
karawitan Jawa dan Sunda. Tangga nada pentatonis sendiri terbagi atas dua tangga
nada, yaitu pelog dan slendro. Masing-masing jenis tangga nada pentatonis ini
mempunyai susunan jarak nada yang berbeda. Selanjutnya terdapat beberapa simbol
musik terkait dengan sistem nada pentatonik (berarti lima nada pokok) yang tumbuh
dan berkembang di daerah, dilambangkan berikut.
1. Karawitan Sunda:
Notasi Daminatila, memiliki lima nada pokok disimbolkan dengan:
No. Penulisan
1. Nada 1 5 4 3 2 1
Angka
3. Dibaca da la ti na Mi da
Selain nada pokok, dalam karawitan terdapat pula nada sisipan atau nada hiasan. Nada
tersebut dengan istilah lain disebut nada uparenggaswara (Sunda). Misalnya nada
Pamiring atau nada meu (2+) Bungur atau nada ni (3-) pananggis atau nada teu (4+)
dan sorog atau nada leu (5+). Nada uparenggaswara tersebut dalam istilah musik biasa
dikenal dengan sebutan nada kromatik, misalnya f menjadi fis (4). Dalam penyajian
karawitan Sunda terdapat beberapa laras yang dapat digunakan untuk bermain musik,
baik dalam sajian lagu-lagu maupun sajian gending.
Laras yang merupakan susunan nada pentatonis dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu laras salendro dan laras pelog. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para akademisi, laras salendro di daerah Sunda melahirkan tiga laras,
yaitu laras salendro, laras degung, dan laras madenda. Sedangkan laras pelog
melahirkan tiga surupan, yaitu surupan jawar, surupan sorog, dan surupan Liwung.
Atik Soepandi (1975) menjelaskan kata salendro berasal dari kata sala dan indra. Sala
– sara – suara, dan indra adalah dewa utama di India, jadi apabila kita simpulkan
salendro dapat diartikan suara pertama dalam kata lain disebut tangga nada pertama.
1. Arti kiasan dari istilah salendro itu sendiri ungkapan nadanya memiliki karakteristik
gagah, berani, dan gembira.
2. Tangga nada untuk laras madenda memiliki karakter sedih, susah, dan bingung, sakit
hati.
5. Dalam karawitan Jawa pelog artinya nada hiasan atau nada kromatik.
2. Karawitan Jawa
Dalam musik karawitan jawa seringkali kita dengar istilah laras slendro dan laras pelog,
kedua laras tersebut dalam istilah musik modern bisa disebut sebagai ‘tangga nada’
yakni susunan nada dalam satu oktaf.
Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu
gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).
Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama singkatan angka dari bahasa jawa, ji
berarti siji (satu), ro berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem
berarti enem (enam).
No. Penulisan
1. Nada Angka 1 2 3 5 6 1
Selain menggunakan singkatan nama, dalam laras juga sering digunakan istilah
tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah tradisional tersebut diantaranya
(1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang berarti leher, (3) dada, (5) lima yang
berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.
Selain laras slendro, dalam karawitan jawa juga dikenal istilah laras pelog, yakni tangga
nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut diantaranya nada;
1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi). Jika dibandingkan dengan tangga
nada diatonis, susunan tangga nada pelog kurang lebih sama dengan susunan tangga
nada mayor (do, re, mi, fa, so, la, si, do), namun penyebutan untuk karawitan tetap
menggunakan bahasa jawa (ji, ro, lu, pat, mo, nem, pi).
Dalam memainkan laras pelog dalam gending, masih dapat dibagi lagi menjadi dua
yaitu Pelog Barang, dan Pelog Bem. Pelog Barang tidak pernah membunyikan nada 1,
sedangkan pelog Bem tidak pernah membunyikan nada 7.
No. Penulisan
1. Nada Angka 1 2 3 4 5 6 7
1. Nada Angka 1 2 3 5 6
Tangga nada diatonis terdiri dari tujuh buah nada yang berjarak satu dan setengah
nada. Tangga nada ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tangga nada diatonis mayor
dan tangga nada diatonis minor. Pada umumnya nada diatonis yang memiliki arti dua
jarak nada, yakni jarak 1 (200 Cent Hz) dan jarak ½ (100 Cent Hz) dilambangkan
dengan berikut.
No. Penulisan
1. Nada Angka 1 2 3 4 5 6 7 1
2. Nada Huruf c d e f g a B c
3. Dibaca do re mi fa sol la Ti do
4. Interval nada
Untuk menulis not atau notasi balok diperlukan garis-garis paranada, karena notasi
balok biasanya tersimpan pada paranada atau balok not yang terdiri dari lima garis
sejajar. Nada balok (not) yang tersimpan pada garis not balok disebut dengan not
garis/not balok. Adapun not yang tersimpan antara garis dan garis disebut dengan not
ruang atau not spasi. Paranada yaitu seperangkat tanda terdiri atas lima garis
mendatar. Nada-nada diletakan pada garis paranada atau diantara dua garis, yaitu
disebut spasi. Dalam menghitung paranada atau garis not balok selalu dimulai dari
bawah. Dalam praktiknya aturan penulisan notasi dalam garis para nada adalah:
1. Not-not yang tersimpan di atas garis ke tiga arah tiang not di gambar ke atas.
2. Not-not yang berada di bawah garis ketiga arah tiang not di gambar ke bawah.
3. Not-not yang terletak pada garis ketiga arah tiang not, boleh ke atas atau ke bawah
5. Notasi yang mempergunakan suara dua, gambar tiang not mengarah ke atas untuk
suara pertama, sedang untuk suara kedua mengarah ke bawah.
Jika penulisan notasi balok untuk penambahan nilai not, maka dipergunakan titik
dibelakang not, sedangkan untuk notasi angka, nilai not dari pada titik akan ditentukan
oleh garis nilai. Namun seandainya tidak ada garis nilai, maka nilai titik akan sama
nilainya dengan not yang berada di depannya. Apabila kita menemukan tiga buah not
yang mendapat nilai satu ketuk, ini disebut triol (tri nada/ tiga nada yang disatukan).
http://www.mikirbae.com/2016/03/tangga-nada-diatonis-dan-pentatonis.html
Pastinya telinga kita belum terbiasa mendengar kata musik Atonal bukan? bahkan
majalah musik saja tidak banyak yang mampu membahas salah satu genre musik ini.
Namun, menurut desas desus yang beredar mayoritas musisi tidak mengakui atonal
sebagai genre musik dan menganggapnya sebagai kebisingan acak. Atonal sendiri
adalah jenis musik tanpa nada dan disonansi yang mungkin memiliki kesamaan tetapi
sebenarnya tidak sama.
Sebenarnya, jika menganggap atonal bukan bagian dari musik agak kurang tepat.
Sebab musik tanpa nada sebenarnya sudah familiar digunakan terutama dalam sejarah
musik dan dipahami sebagai sebuah gerakan yang berbeda dimulai sekitar awal abad
20. Atonal sendiri saat itu muncul karena adanya keakraban manusia terhadap nada
namun tanpa dibumbui dengan perasaan.
Atonal mengajarkan kita untuk membuat musik berbumbu. Atonal juga ditengarai
sebagai awal munculnya musik klasik yang sudah terlihat geliatnya sejak abad 20. Saat
itu musik-musik tanpa nada banyak digunakan untuk acara peribadatan diberbagai
gereja. Musik tanpa nada menjadi fenomena besar selama awal abad 20 karena
dipandang sebagai musik alternatif yang lebih harmonis.
Musik tanpa nada sebenarnya ditandai dengan sistem dan teori yang cukup mudah,
yang nadanya hanya berupa "tonal". awalnya banyak yang mencecar musik atonal
karena dipandang tidak jelas, namun seiring dengan banyaknya musisi atonal yang
lahir lambat laun orang-orang pun mulai menyukai musik ini. Ingin mengenal lebih jauh
tentang musik ini? Pergilah ke Eropa karena di Indonesia belum banyak musisi yang
mengetahui musik ini
http://sekolahmusik.abatasa.co.id/post/detail/88915/mengenal-musik-atonal.html
Seni musik kontemporer adalah seni yang muncul sekitar abad ke-19an.
Kemunculannya dipicu oleh gerakan aliran seni lukis impresionis. Gerakan ini digagas
oleh sekelompok pelukis asal Prancis yaitu ( Monet, Renoir, Degas dan kawannya ).
Mereka menolak pandangan romantisisme yang saat itu sudah diterima orang banyak
dengan aliran baru yaitu impresionisme yang lebih menekankan pada impresi atau
kesan yang diciptakan oleh karya seni.
Pada kuartal terakhir abad ke-19, musik orkestrasi dan piano mulai membuat suara-
suara merdu baru yang sering kali materialnya berasal dari seni sastra maupun seni
lainnya. Terkadang juga muncul melodi dan ritme baru yang bukan berasal dari Barat.
Tangga nada dan kord yang baru juga digunakan pada masa ini.
Musik di abad 20 mencerminkan adanya pengaruh sastra dan seni dalam hal
mekanismenya. Eksperimen 12 nada pada musik abad ini memunculkan bunyi yang
enak didengar dan impresionismenya sangat kental. Eksperimen lainnya terhadap
musik abad 20 adalah dengan musik-musik elektronik. Pengaruhnya seperti pada jazz,
rock, alat musik elektronik serta elemen-elemen populer lainnya yang berkaitan dengan
musik ini.
Pada musik di era ini ada banyak variasi gaya dari pos-modernisme hingga
impresionisme bahkan muncul juga konsep melodi irama baru dari musik Bartok,
Stravinsky, Prokofiev, Copland, Shostakovich, Barber dan Gorecki. Berikut adalah
karakteristik umum dari musik kontemporer:
Agar dapat lebih memahami pengertian seni musik kontemporer, ada baiknya untuk
lebih mengenal langsung siapa saja musisi-musisinya. Berikut adalah beberapa musisi
musik kontemporer yang terkenal hingga saat ini.
1. Yuki Ono
2. David Byrne
3. Raymond Pettibond
4. Jean-Michell Basquiat
5. Kim Gordon
6. Throbbing Gristle
7. Lonnie Holley
8. Christian Marclay
9. Laurie Anderson
10. Lizzi Bougatsos