Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH PARADIGMA PENDIDIKAN SENI

ARTIKEL : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SENI DALAM KURIKULUM 2013

Nama : Oktafian Harys Saputra


NIM : 0204518030

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
ABSTRAK

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini sedang digunakan oleh sebagian esar sekolah
umum yang ada di Indonesia. Pendidikan Seni merupakan salah satu mata ajar yang ada dalam pendidikan
umum di sekolah, khususnya dalam kurikulum 2013 yang menyebut pendidikan seni ke dalam mata pelajaran
seni budaya. Konsep pendidikan seni senidri terbagi menjadi 2, yaitu konsep education in art dan education
through art. Pada kurikulum 2013, konsep pendidikan seni cenderung lebih kepada konsep education in art
yang kurang sesuai apabila diterapkan dalam sekolah umum. Perlu adanya kesadaran bagi para pendidik seni
mengenai dua konsep pendidikan seni ini, supaya dapat mengambil langkah yang tepat untuk pembelajaran
pendidikan seni di sekolah.

I. PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini sedang dilaksanakan oleh satuan
pendidikan di seluruh Indonesia. Saya pernah menonton sebuah kuliah umum yang diadakan
oleh Salihara pada tanggal 7 Mei 2013, yang salah satu sumbernya adalah staff ahli Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam kuliah umum tersebut, Bp. Alkaff memaparkan dasar
serta tujuan digunakannya kurikulum 2013 pada pendidikan di Indonesia.
Salah satu yang menjadi dasar penyusunan kurikulum 2013 adalah adanya sebuah
paper studi, yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 2 hal/kemampuan yang
dimiliki yaitu intelegensi dan kreativitas. Dalam tulisan ini ada hasil kesimpulan yang
menunjukkan bahwa kemampuan intelegensia manusia 2/3 nya dipengaruhi oleh faktor
gen/turunan dari orang tua, sementara 1/3 nya dipengaruhi oleh pendidikan. Ini bersifat
terbalik dengan kreativitas, yang 2/3 nya dipengaruhi oleh pendidikan, dan hanya 1/3 yang
dipengaruhi oleh faktor gen. Dari salah satu dasar itulah pada akhirnya muncul sebuah
pertanyaan : Bagaimana kurikulum dapat meningkatkan kreativitas? Hingga akhirnya
terbentuklah kurikulum 2013 yang memiliki tujuan untuk menumbuhkan kreativitas pada
peserta didik.
Upaya dalam menumbuhkan kreativitas pada peserta didik menurut studi tersebut di
atas adalah dengan cara : (1) mengamati, (2) mempertanyakan/bertanya, (3) mencoba, (4)
menalar, dan (5) mengkomunikasikan. Ini merupakan sebuah pendekatan yang digunakan
dalam kurikulum 2013 dan bernama pendekatan scientific. Kurikulum ini disusun dan
disesuaikan dengan Pasal 3 UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang tertulis:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

serta pasal 4, point ke 4 yang tertulis:


(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Melihat dari penjelasan di atas, maka hal utama yang ingin dicapai dalam kurikulum
ini adalah menumbuhkan kreativitas peserta didik, sehingga peran guru yang menjadi
fasilitator dalam kegiatan belajar belajar mengajar hendaknya dapat benar-benar dilaksanakan
secara optimal. Apabila guru masih bersifat konvensional dalam cara mengajar, maka
kreativitas siswa akan sulit untuk bisa dimunculkan, sementara apabila guru memberi banyak
ruang untuk siswa dapat mengumpulkan informasi dan guru mendampingi siswa dalam
memperoleh informasi tersebut, maka harapannya siswa akan menjadi lebih kreatif, berani
mencoba dan berpendapat.

II. PEMBAHASAN
Pendidikan seni merupakan salah satu dari berbagai jenis mata pelajaran yang
diberikan di oleh, khususnya untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk dapat
memahami pengertian dari pendidikan seni, perlu diketahui mengenai pengertian pendidikan
dan pengertian seni. Berdasarkan rujukan resmi Undang-undang republik Indonesia Nomor 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang (Soehardjo, 2012).
Konsep masyarakat mengenai seni ada 5, yaitu seni sebagai keindahan, seni sebagai
media komunikasi, seni sebagai hiburan, seni sebagai imitasi, dan seni sebagai ekspresi
(Wickiser, 1974 dalam Soehardjo, 2012), dan hakekat dari kelima hal ini adalah seni sebagai
suatu kegiatan artistik. Melihat dari konsep tersebut, dapat dijelaskan secara singkat bahwa
pengertian seni adalah sebuah kegiatan yang bersifat artistik, dengan memiliki tujuan tertentu
di dalamnya. Tujuan tersebut bisa untuk seni itu sendiri, maupun untuk hal lain di luar seni.
Dengan memadukan kedua pengertian pendidikan dan seni tersebut, maka pengertian
hakiki Pendidikan Seni adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan agar menguasai kemampuan berkesenian sesuai
dengan peran yang harus dimainkannya. Ada dua peran yang dapat dimainkan. Pertama,
menularkan ketrampilan seni, dan yang kedua, memfungsikan pendidikan seni (Read, 1945
dan Wickiser, 1974, dalam Soehardjo, 2012). Kedua peran ini secara sederhana dapat
dijelaskan ke dalam dua konsep pendidikan seni, yaitu konsep education in art, dan
education through art. Education in art merupakan sebuah konsep pendidikan seni, untuk
mengajarkan seni-nya itu sendiri/sifatnya menularkan keterampilan berkesenian. Konsep ini
dilaksanakan khususnya pada sanggar maupun tempat les musik misalnya. Kemampuan/Skill
berkesenian merupakan tujuan utama dari konsep ini, sehingga seorang murid dikatakan
berhasil apabila ia mampu menguasai keterampilan berkesenian yang diajarkan oleh gurunya
lalu kemudian dikembangkannya. Berbeda dengan konsep education through art, yang
menggunakan/memfungsikan seni untuk dapat mencapai tujuan lain di luar seni, misalnya:
seorang guru ingin mengajarkan tentang kerjasama tim, dan menggunakan ansambel musik
sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep kedua ini adalah konsep yang
seharusnya diberlakukan di sekolah umum/formal. Kondisi peserta didik yang majemuk dan
beragam, mulai dari latar belakang keluarga/lingkungan yang berbeda, kemampuan dan minat
siswa yang berbeda, sehingga sulit rasanya untuk “menyeragamkan” peserta didik dan
menggunakan konsep yang pertama untuk sekolah formal. Seni hendaknya menjadi
media/sarana untuk membelajarkan anak mengenai sikap tanggung jawab, menghargai,
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyesuaikan diri, ataupun kemampuan lain, yang
nantinya akan menjadi bekal bagi mereka untuk hidup di lingkungan masyarakat.
Namun, kita akan menemukan kesenjangan/masalah disini, terutama ketika
mengaitkan konsep pendidikan seni sebagai education through art, dengan konsep
pendidikan seni pada kurikulum 2013, yang mana pendidikan seni termasuk/memiliki nama
mata pelajaran “seni budaya”. Dalam salah satu kompetensi dasar pelajaran seni budaya SMP
tertulis :
3.2. Memahami dasar bernyanyi dengan dua suara atau lebih secara berkelompok
Kata memahami di sini memiliki arti bahwa peserta didik harus mampu mengerti dan
memahami (secara kognitif) materi seni yang diajarkan di sekolah, sementara itu kompetensi
dasar lain yang melengkapi kompetensi dasar di atas tertulis:
4.2. Menyanyikan lagu dengan dua suara atau lebih dalam bentuk kelompok vokal
Kompetensi dasar tersebut mewajibkan peserta didik untuk mampu menampilkan
kemampuan untuk menyanyikan sebuah lagu menggunakan dua suara secara berkelompok.
Ini tentunya tidak sesuai dengan konsep education through art, dan cenderung lebih kepada
konsep education in art. Peserta didik harus mampu memahami secara teoretis tentang dasar-
dasar bernyanyi dua suara, serta mereka juga harus mampu mempraktikan sebuah lagu yang
dinyanyikan dengan dua suara. Apabila mereka tidak mampu maka mereka tidak lulus pada
kompetensi dasar terkait, dan untuk bahan evaluasi aspek kognitif, dilaksanakan ujian tertulis
pilihan ganda dan uraian, yang apabila peserta didik tidak menguasai materi, maka juga tidak
lulus pada kompetensi dasar terkait. Dari hal ini dapat dilihat bahwa ada hal yang perlu dikaji
ulang, terutama untuk penyusunan konsep pendidikan seni (atau mata pelajaran seni budaya)
dalam kurikulum 2013.
Saya akan membandingkan antara kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum
2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan
menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan
Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan atau
disingkat BSNP (sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan ). Konsep pendidikan
seni sebagai education through art justru terkonsep dengan lebih baik pada KTSP.
Di bawah ini adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Seni dalam

KTSP.
(sumber : https://www.slideshare.net/mhharismansur/skkd-seni-budaya-smpmts)
Dalam Standar Kompetensi, dapat dilihat dua aspek pendidikan seni yang digunakan dalam
KTSP, yaitu: (1) Apresiasi, dan (2) Kreasi, dan ini lebih cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran seni di sekolah umum. Siswa diajak untuk mampu mengapresiasi aktivitas seni
yang ada di sekitar mereka, khususnya adalah kesenian-kesenian tradisi. Setelah itu, siswa
diajak untuk bisa melakukan kegiatan kreasi dengan menampilkan pertunjukan musik sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing. Siswa tidak dituntut untuk mampu mahir
melakukan, hanya sifatnya didorong untuk mampu menampilkan kreativitas mereka dalam
berkesenian. Tentunya, kegiatan tersebut juga mampu menolong siswa dalam hidup bersosial,
karena tentunya dalam berkelompok mereka akan menemukan banyak pendapat, dan banyak
karakter dari masing-masing individu, disanalah peserta didik dilatih untuk mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitar mereka.

III. PENUTUP
Pendidikan merupakan sebuah proses yang penting, terutama bagi peserta didik untuk
menghadapi masa depan mereka, dan sekolah umum masih menjadi salah satu pilihan utama
peserta didik. Perlu diingat bahwa dalam sekolah umum, terdapat bermacam-macam karakter
peserta didik yang dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan, serta latar belakang
kemampuan yang berbeda. Menyikapi hal tersebut, hendaknya perlu ada pengkajian ulang
terhadap kurikulum 2013, atau minimal kita sebagai pendidik seni paham mengenai konsep
pendidikan seni, sehingga kita tidak salah dalam mengambil kebijakan khususnya untuk
pembelajaran seni di sekolah.

IV. DAFTAR PUSTAKA :


Soehardjo, A.J.. 2012. Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Malang: Bayumedia
Publishing
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan
https://www.slideshare.net/mhharismansur/skkd-seni-budaya-smpmts

Anda mungkin juga menyukai