KELOMPOK 1
Dosen Pengampu
Dr. Budiwirman, M.Pd
OLEH:
Regina Sundari
22161025
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum Seni
Budaya Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Mata
kuliah Kurikulum Seni Budaya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI
ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 2.
Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB. II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan
nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan
jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk
menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan tidak selalu
tertinggal bahkan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua
warga negara Indonesia.
Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber
daya alam, tetapi pada keunggulan seni budaya lokal yang tidak dimiliki bangsa lain. Agar
lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar
mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin.
Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif
berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara
seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya
terhadap kepentingan peserta didik. Segala kegiatan yang bertujuan untuk mendidik
peserta didik selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk mata pelajaran-mata pelajaran yang
keseluruhannya memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan bervariasi bagi
peserta didik. Pengalaman belajar di sekolah mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang saling menghargai, berempati, ulet untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Hal ini dikarenakan kompetensi dalam mata pelajaran ini merupakan bagian dari
pembekalan life skill kepada peserta didik. Selain itu keseluruhan kegiatan pembelajaran
seni budaya yang merupakan aplikasi dari mata pelajaran lain dalam menghasilkan suatu
produk / karya yang dibuat langsung oleh peserta didik dapat membuat peserta didik
semakin merasakan manfaat memperoleh pengalaman estetis dalam berkarya.
Seni budaya merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi
untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi
kehidupan peserta didik. Dalam mata pelajaran seni budaya, peserta didik melakukan
interaksi terhadap benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan
peserta didik, dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun
produk teknologi, secara sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual,
pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif.
Pendidikan seni dapat dijadikan sebagai upaya untuk membangun karakter anak
bangsa agar lebih mencintai budaya-budaya yang ada di Nusantara. Seperti yang tercantum
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3
tentang tujuan pendidikan, Pasal 4 ayat (4) tentang penyelenggaraan pembelajaran, Pasal
12 ayat (1b) tentang pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan. Sesuai
bunyi UU tersebut, dapat dijabarkan bahwa pendidikan memberikan pelayanan sesuai
dengan minat, bakat dan kemampuan peserta didik berdasarkan kebudayaan lokal yang ada
di lingkungan pendidikan tersebut berada.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah memiliki tekad dalam
menciptakan masing-masing individu yang memiliki potensi dalam mengembangkan
sumber daya manusianya sehingga pada akhirnya dapat berguna bagi bangsa dan negara
melalui pendidikan. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan
memperbarui kurikulum pendidikan, yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
pengembangan dari kurikulum KTSP 2006. Menurut Permendikbud No. 68 Tahun 2013,
kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Adanya kurikulum 2013 ini,
terjadi berbagai pembaharuan pada tiap mata pelajaran di kelas, termasuk mata pelajaran
Seni Budaya.
Hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mewujudkan suatu tujuan pendidikan nasional. Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki
komponen-komponen pokok, yaitu tujuan, isi/materi, organisasi dan strategi/kegiatan
pembelajaran dan evaluasi. Sehubungan dengan itu, kegiatan pembelajaran pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diarahkan untuk memberdayakan
kompetensi yang dimiliki agar dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa KTSP tidak hanya merupakan
sekumpulan mata pelajaran akan tetapi harus ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam mata pelajaran muatan
Seni Budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat
dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan.
Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi
terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan
pendidikan seni yang berbasis budaya.
Mata pelajaran Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam
rangka implementasi kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah
atas. Sebagaimana telah diatur dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tujuan kurikulum
mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa
lebih lanjut. Mata Pelajaran Seni Budaya terdiri dari seni rupa, seni musik, seni tari dan
teater. Keempat seni tersebut ini yang menjadi pokok bahasan dalam mata pe Purnomo,
dkk. (2016: 24) mengungkapkan bahwa Seni Budaya merupakan semua aktivitas berkarya
dan menampilkan karya seni yang berakar pada hasil budidaya dan sistem simbol yang
dipilih sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Pembelajaran seni budaya dirancang berbasis aktivitas dalam sejumlah ranah seni
budaya, yaitu seni rupa, seni tari, seni musik dan seni teater yang diangkat dari kekayaan
seni dan budaya sebagai warisan budaya bangsa. Pembelajaran seni budaya menekankan
pada pendekatan belajar siswa aktif. Siswa diajak dan berani untuk mencari sumber belajar
yang tersedia di lingkungan sekolah, rumah atau tempat tinggal serta masyarakat. Guru
dapat memperkaya kreasi dalam bentuk aktivitas yang digali dari kearifan lokal dan
relevan dalam kehidupan siswa yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam sekitar.
Melalui pembelajaran Seni Budaya ini akan memberi apresiasi kepada siswa tentang
makna multi kultural. Maka dari itu, mata pelajaran seni budaya masuk dalam konstelasi
Kurikulum Pendidikan Indonesia sebagai mata pelajaran wajib yang secara umum
diharapkan mampu mengembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk
sikap kritis, apresiasiatif dan kreatif pada diri setiap peserta didik secara menyeluruh dalam
pembelajaran Seni Budaya.
Berdasarkan paparan di atas, maka dianggap perlu segera dilakukan upaya untuk
membahas dan mengkaji kembali dokumen kurikulum yang ada dan berdasarkan informasi
yang berkembang bahwa kurikulum secara keseluruhan khususnya mata pelajaran seni
budaya dari jenjang SD dan MI sampai SMA dan MA. Karena berdasarkan hasil
pembahasan dan kajian lapangan terbukti bahwa revisi standar isi kurikulum perlu
dilakukan, untuk menyempurnakan berbagai kelemahan yang ada.
Bagaimanakah kurikulum Pendidikan Seni yang ideal bagi peserta didik di masa
depan?
Bagaimana Fungsi Kurikulum Pendidikan Seni dalam Satuan Pendidikan
PEMBAHASAN
Kurikulum berisi sekumpulan rencana, tujuan, dan materi pembelajaran. Termasuk cara
mengajar yang akan menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai target
dan tujuan pembelajaran dengan baik. Jika dilihat secara etimologis, Kurikulum berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “curir” yang berarti pelari, serta “curere” yang berarti tempat
berpacu. Dulu, istilah ini dipakai dalam dunia olahraga.
Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah jarak yang mesti ditempuh seorang pelari
supaya mendapat medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, istilah Kurikulum tersebut
diadaptasi dalam dunia pendidikan. Jadi pengertian Kurikulum dalam dunia pendidikan
kemudian menjadi sekumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
peserta didik supaya mendapatkan ijazah atau penghargaan.
Prof. Dr. S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pengajaran
menyatakan, kurikulum adalah serangkaian penyusunan rencana untuk melancarkan proses
belajar mengajar. Adapun rencana yang disusun tersebut berada di bawah tanggung jawab
lembaga pendidikan dan parah pengajar di sana. Sementara itu, dalam UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 butir 19 disebutkan, kurikulum merupakan
seperangkat pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan.
Kurikulum menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi
para guru. Terutama bagi sekolah-sekolah formal, di mana kurikulum akan menjadi
pedoman dan memberikan arah dalam mengajar. Sesuai dengan pengertian kurikulum,
yaitu sesuatu yang terencana, maka dalam dunia pendidikan segala kegiatan siswa dapat
diatur dengan sedemikian rupa. Sehingga tujuan adanya pendidikan dapat tercapai.
Bahkan, bisa dikatakan jika tidak ada kurikulum, maka pembelajaran di sekolah tidak bisa
berjalan dengan baik. Sebab segala sesuatu telah tertuang dalam sebuah kurikulum.
Tentunya dengan berbagai variasi dan adaptasi. Maka tak heran pula jika seorang pakar
bernama Beauchamp (1998) menyatakan bahwa kurikulum merupakan jantung dari
pendidikan.
1. Fungsi Untuk Penyelenggara
Fungsi dalam konteks kurikulum sebagai salah satu bagian dari sistem penyelenggara
pendidikan demi mewujudkan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Integrasi
Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum dapat menjadi alat yang akan membentuk pribadi-
pribadi peserta didik yang utuh dan berintegritas di masyarakat melalui dunia
pendidikan.
b. Fungsi Persiapan
Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum mampu memberikan modal atau persiapan bagi
peserta didik untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang berikutnya, termasuk siap
untuk hidup di masyarakat ketika tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
c. Fungsi Penyesuaian
Ketiga adalah fungsi penyesuaian, di mana kurikulum dapat melakukan adaptasi terhadap
berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan cenderung dinamis.
d. Fungsi diferensiasi
Keempat ada fungsi kurikulum sebagai diferensiasi, artinya kurikulum menjadi alat
pendidikan yang memperhatikan setiap pelayanan kepada peserta didiknya. Sebab setiap
peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain.
e. Fungsi Diagnostik
f. Fungsi Pemilihan
Kurikulum mempunyai fungsi bagi kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas untuk
melakukan pengelolaan pendidikan di tempatnya masing-masing, yaitu dengan cara
melakukan koordinasi dan supervisi terhadap setiap pembelajaran. Apakah kurikulum
diterapkan sesuai ketentuan atau tidak.
Bagi setiap guru mapel, kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Sebab setiap pembelajaran
tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab setiap guru mata pelajaran.
Kemudian yang ketiga, bagi peserta didik, yang menjadi target dari adanya kurikulum.
Dalam proses pendidikan, peserta didik adalah pusat perhatian dari setiap pembelajaran.
Maka dari itu, kurikulum berfungsi untuk menjadi acuan bagi para siswa mengenai apa
saja program-program pendidikan yang harus dipelajari dan dipahami, serta apa saja
target pembelajaran yang harus mereka capai di setiap jenjangnya.
Meski tidak terlibat dalam pembelajaran secara langsung, namun orang tua mempunyai
peran penting bagi keberhasilan peserta didik. Dalam hal ini mereka akan menerima
hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah. Jadi capaian siswa
terhadap setiap pembelajaran yang akan dilaporkan kepada orang tua juga tak lepas dari
adanya kurikulum.
Seperti pengertian kurikulum yang telah dijelaskan di atas, bahwa kurikulum juga
dapat disesuaikan dengan kebutuhan maupun keadaan lingkungan dan masyarakat.
Sehingga kurikulum memiliki sifat dinamis, dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Maka dari itu, tak heran apabila di Indonesia kurikulum mengalami perubahan dari
masa ke masa.
Indonesia pertama kali memakai kurikulum dengan nama Rentjana Pelajaran 1947. Di
mana penekanan di dalam pembelajaran yaitu pada pembentukan karakter masyarakat
Indonesia supaya menjadi manusia yang berdaulat dan merdeka. Kemudian pada tahun
1952, kurikulum tersebut disempurnakan kembali dengan tajuk Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Dalam periode ini ada perhatian khusus pada setiap guru supaya mengajarkan satu
mata pelajaran saja kepada peserta didik.
Selanjutnya, pada tahun 1964 kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan. Kali ini
terdapat tambahan berupa penekanan pada program Pancawardhana (yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional, ketrampilan, serta jasman).
Perubahan kurikulum di tahun berikutnya terjadi pada tahun 1968. Di mana penekanan
dititik beratkan pada pembentukan manusia Pancasila sejati yang harus dimaksimalkan di
setiap lembaga pendidikan. Perubahan selanjutnya dilakukan pada tahun 1975. Pada masa
perubahan ini dikenal yang namanya satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.
Pada dasarnya, ada banyak perubahan yang terjadi selama kurun waktu tersebut. Tak
hanya pada proses penilaian saja, namun isi dari kurikulum juga terus diperbarui. Meski
begitu, setiap perubahan tentu mempunyai harapan bahwa dunia pendidikan di Indonesia
bisa menjadi semakin maju. Para peserta didik yang menjadi perhatian utama dari
kurikulum pun bisa menjadi seseorang yang jauh lebih bernilai.
Umumnya, terdapat lima buah komponen dalam pembuatan kurikulum, yaitu sebagai
berikut:
1. Tujuan Kurikulum
Pertama adalah tujuan kurikulum. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sebuah
perencanaan, tentu harus memiliki tujuan, begitu juga dengan kurikulum. Tanpa
tujuan yang jelas, tentu apa yang telah dirumuskan tidak akan ada artinya.
Pendidikan di Indonesia tentu juga mempunyai tujuan, maka dari itu, pembentukan
kurikulum ditujukan demi mewujudkan ketercapaian pendidikan tersebut.Tak
hanya di Indonesia saja, di negara lain pun kurikulum mempunyai tujuan. Meski
setiap satu negara dengan yang lainnya sudah memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Semua itu disesuaikan dengan falsafah negara, sumber daya manusia dan alam yang
dimiliki, serta keadaan politik dan sosial warga masyarakat. Adapun tujuan dari
pendidikan di Indonesia sesuai jenjangnya adalah:
Tujuan pendidikan dasar yang menaruh perhatian penting pada aspek kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan sebagai pondasi
utama. Dengan pondasi tersebut diharapkan peserta didik mampu hidup lebih
mandiri, serta memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Komponen kedua adalah materi. Jadi, di dalam kurikulum akan dimuat materi yang
berbentuk bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun materi di dalam kurikulum tidak boleh dibuat
dengan sembarangan. Materi yang dicantumkan harus sesuai dengan perkembangan setiap
siswa dan bermakna bagi mereka, kemudian terdiri dari pengetahuan ilmiah yang dapat
diujikan kebenarannya, menjadi cerminan kenyataan nasional, serta mampu menjadi
penunjang tercapainya tujuan pendidikan.
2. Strategi Pembelajaran
Kemudian ada komponen kurikulum nomor tiga, yaitu strategi pembelajaran. Untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan, strategi menjadi sangat penting. Strategi pembelajaran
dapat berupa metode dan peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran kepada
para peserta didik. Strategi yang diterapkan oleh setiap negara tentu tidak sama antara satu
dengan lainnya. Semua itu tergantung terhadap beberapa faktor, terutama sumber daya
alam dan manusianya. Semakin kaya sumber daya alam dan semakin berkualitas sumber
daya manusia di suatu negara, strategi yang diterapkan dapat lebih maksimal dan
bervariasi.
3. Organisasi Kurikulum
Dalam hal ini, setiap ahli memiliki pandangan masing-masing terhadap kurikulum yang
perlu diterapkan. Maka dari itu, keberagaman yang ada menjadikan bekal untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan lebih baik.
4. Evaluasi
Komponen kurikulum yang terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi ini ditujukan untuk
melakukan pemeriksaan, apakah kurikulum yang telah dibuat dan diterapkan berjalan
dengan lancar, sehingga efektif dan mampu mencapai tujuan dari pendidikan.
Manfaat seni dalam pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut: (a) seni
membantuBpertumbuhan dan perkembangan anak, (b) seni membina perkembangan
estetik, (c) seni membantu menyempurnakan kehidupan (Soeharjo, 1977). Musik sebagai
bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan merupakan salah satu media yang dapat
dijadikan alternatif peningkatan kecerdasan dan pembentukan moral. Bahkan Alkindy
(2003) mengungkapkan bahwa dari zaman dahulu sampai kini banyak orang tertarik pada
musik salah satunya disebabkan mereka tengah mencari kehidupan spiritual serta
ketenangan dan kedamaian yang tersembunyi dalam substansi musik yang bersifat
spiritual. Fungsi musik yang lain adalah untuk pembentukan moral dan memperdalam rasa
kebangsaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewantara (1977: 303-304) yang
mengemukakan bahwa musik tidak hanya sekedar untuk melatih kehalusan pendengaran,
namun juga akan membawa halusnya rasa dan budi, serta memperkuat dan memperdalam
rasa kebangsaan. Menurut Steine (Dewantara, 1977: 312-313) dalam teorinya yang disebut
antroposofisch onderwijs menyebutkan bahwa musik dalam hal ini adalah irama dapat
memudahkan pekerjaan jasmani, mendukung gerak pikiran, mencerdaskan budi pekerti,
dan menghidupkan kekuatan jiwa manusia.
Khan (2002: 121) mengemukakan bahwa suara mempunyai nilai psikologis tertentu,
setiap suara yang berbeda mengekspresikan suatu nilai, seseorang yang peka dapat
merasakan kepribadian seseorang hanya mendengar dari efek suara saja. Hanna (2003:
147) berpendapat bahwa pada musik vokal terdapat syair yang berperan dalam
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, bahkan boleh dikatakan unsur ini sangat
berpengaruh terhadap moral seseorang. Dengan demikian musik mempunyai pengaruh
yang besar terhadap moral seseorang.
Standari Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jika konsep ini dijabarkan menjadi skema, akan
terlihat dengan jelas kaitan antara standar isi dan materi kurikulum untuk mencapai
kompetensi lulusan.
Materi Minimal
Standar Isi Pendidikan
Dasar dan
Menengah Kompetensi
Kompetensi Lulusan minimal
Minimal
Dari skema di atas, tampak dua komponenpenting, yakni: ditetapkannya materi ajar
(minimal)dan kompetensi dasar (minimal). Kalau skema inidijabarkan dalam konteks
pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan di tingkat pendidikan dasar, atau Seni Budaya
di tingkat pendidikan menengah, maka akan diperoleh skema kompetensi lulusan di tingkat
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas (lihat gambar2).
Kalau kita perhatikan dan simak standar isi kelompok mata pelajaran estetika, maka
seyogianya dalam standar isi mata pelajaran seni budaya, pengetahuan estetika menjadi
basis utama pembelajaran.
Namun hal itu sama sekali tidak tercantum dalam standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah. Padahal dalam standar isi mata pelajaran kita baca:
“Meningkatkan sensitivitas kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi
keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, ...” dan seterusnya. Ini berarti
struktur keilmuan keindahan (estetika), seperti perasaan estetik, pengalaman atau respons
estetik, momen estetik, jarak estetik, nilai esetetik, jelas harus muncul dalam standar isi
dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran seni budaya Pada tingkat sekolah menengah
pertama SMP / MTs kompetensi lulusan menurut Depdiknas (2006) adalah kemampuan
menghargai karya senidan budaya nasional.
Sedangkan pada tingkat sekolah menengah atas SMA/MA terdapat tiga kompetensi
lulusan, yakni (1) mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, (2)
mengapresiasi karya seni dan budaya, dan (3) menghasilkan karya kreatif baik individual
maupun kelompok. Jika ditinjau dari aspek kompetensi lulusan berdasarkan jenjang
pendidikan maka mata pelajaran Seni Budaya akan tampak seperti tabel 1.Kelompok mata
pelajaran Estetika jelas menjadi payung mata pelajaran Seni Budaya, sedangkan seni
budaya di terjemahkan menjadi empat jenis kesenian, yakni: seni rupa, seni tari, seni musik
dan seni teater, tanpa seni sastra.
Dari penjelasan ini kita kehilangan kontak dengan kata budaya,sehingga tidak jelas
peran kata budaya tercantum disana, sebab isi dan hakikat nya hanya terkait dengan
pembelajaran seni. Jika demikian maka menjadi wajar mempertanyakan penamaan mata
pelajaran seni budaya, sebab secara keilmuan dan kebahasaan menjadi tidak tepat
penerapan nya. Penggunaan nama mata pelajaran Seni Budaya (dan Ketrampilan) yang
hanya dibatasi dengan pembelajaran seni rupa, seni tari, seni musik, danseni teater, dengan
standar kompetensi mengapresiasi dan mengekspresikan diri melalui karya seni.
Standar isi tentang apresiasi seni kemungkinan besar tidak akan dikuasai oleh para guru
seni budaya, untuk itu sebaiknya disediakan buku ajar yang baik bagi mereka. Misalnya
komponen apresiasi yang terdiri dari feeling, valuing, dan emphatizing jangan sampai tidak
diberikan oleh pendidik seni budaya. Untuk itu para pendidik perlu diberi bekal mendasar
baik melalui pelatihan, maupun tersedianya buku ajar yang baik sebagai pegangan para
pendidik seni. Untuk mencapai target standar kompetensi lulusan: Menunjukkan
kegemaran membaca dan menulis karya seni, maka para pendidik seni perlu dibekali
dengan buku pegangan seni budaya yang merangkum pengetahuan estetika, seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater. Ruang lingkup isinya dapat ditentukan berdasarkan
konteks lokal, nusantara, dan mancanegara. Sedangkan untuk mencapai target ketrampilan
menulis bidang seni, membutuhkan buku standar sebagai acuan untuk penulisan, baik
keberbahasaannya maupun metode penulisan sederhana yang diperlukan.
Seni budaya di Indonesia saat diklasifikasikan menjadi dua bagian penting, yaitu :
a. Pendidikan Vokasional, yang sering disebut sebagai sekolah kejuruan seni dan
ketrampilan menitik beratkan lulusannya sebagai: Seniman, juru, tenaga ahli tingkat
dasar atau pengelola.
b. Pendidikan Avokasional, yaitu seni budaya yang menitik beratkan seni sebagai media
pendidikan, seni sebagai bagian integral dari keseluruhan pendidikan. Antara lain
sebagai pembinaan pikir, rasa, serta ketrampilan. Jenis ini yang dilaksanakan di
sekolah umum (non kejuruan).
Dengan orientasi yang berbeda ini berartI mempunyai konsekuensi tujuan serta konsep
yang berbeda pula. Agaknya yang sesuai dengan jabatan guru kesenian pada sekolah
umum adalah bukti yang ke dua. Dengan demikian selanjutnya mengacu konsep dengan
pendidikan vokasional. Seni sebagai media pendidikan memuat arti bahwa melalui seni
pendidikan (pengajaran) harkat kemanusiaan dibina. Didalamnya dipelajari makna
pembinaan individu agar lebih dewasa, mempunyai kepribadian sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan individu pada kalimat tersebut di atas,
mengandung makna ini berarti satu dan devide berarti terpecah / bagian menjadi individu
berarti satu namun terdiri dari bagian-bagian. Bagian tersebut adalah: pikir atau sebagai
substansi dari cipta, rasa dan kehendak atau karsa. Dengan demikian seni budaya yang
dimaksud di atas bertujuan untuk membina ketiga komponen individu tersebut (istilah
cipta, rasa dan karsa ini diambil dari Ki Hajar Dewantara). Seperti halnya mata pelajaran
yang lain; matematika, serumit apapun dan sesukar apapun ternyata bertujuan untuk
meningkatkan harkat kemanusiaan di atas.Kebetulan fungsi utamanya adalah melatih
pikiran. Sedangkan seni budaya tugas utamanya adalah melatih perasaan estetis.
Sebelum menguraikan lebih detail sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam
mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa:
linguistik (bahasa), matematika, visual/spasial, kinestetik / perasa, musikal, interpersonal,
intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran,
namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan
keberanian tampil mengemukakan pendapat.
Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang,
maka kesemuanya harus dilatihkan tenaga berjalan beriringan. (2) Kedudukan seni budaya
dalam keseluruhan mata pelajaran. Jika pada suatu ketika seorang guru SD mengajarkan
Matematika kepada peserta didik kelas 2, kegiatan apa saja yang dilakukan anak. Mereka
mencoba berpikir untuk dapat memecahkan persoalan hitungan. Baik itu hitungan berupa
angka ataupun hitungan dalam arti kuantitas permasalahan.
Ketika peserta didik belajar membaca dalam mata pelajar Bahasa Indonesia;peserta didik
akan menghafal dan memahamikehendak orang lain. Lalu bagaimana, ketika peserta didik
sedang belajar Berkesenian.Berkesenian bagi peserta didik adalah kegiatan berpikir ketika
sedang menghitung ukuran nyata obyek yang sedang dilihat untuk dapat dipindahkanke
dalam kertas; namun juga proses sedang memahami obyek yang sedang diamati. Dalam
proses ini peserta didik akan membayangkan kondisi yang sangat luas dan luas serta penuh
dengan keanekaan peristiwa baik bergerak maupun diam akan dikemas dalam gambar.
Maka, peristiwa yang terjadi adalah anak harus mampu menangkap obyek dengan
penelahaan secara komprehensif semua materi danide anak dapat tertuang dalam karya
gambarnya.
2.6. KONSEP PENDIDIKAN SENI DAN REALITAS KURIKULUM
Depdiknas (2007:2) secara konseptual pendidikan seni bersifat (1) multilingual, yakni
pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara kreatif dengan
berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi,
bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan di antaranya.
Kemampuan mengekspresikan diri memerlukan pemahaman tentang konsep seni, teori
ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai kreativitas. Pendidikan seni
bersifat (2) multidimensional, yakni pengembangan beragam kompetensi peserta didik
tentang konsep seni, termasuk pengetahuan,pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan
kreasi dengan cara memadukan secara har-monis unsur estetika, logika, dan etika.
Pendidikan seni bersifat (3) multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan peserta didik mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara.
Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan peserta
didik hidup secara beradab dan toleran terhadap perbedaan nilai dalam kehidupan
masyarakat yang pluralistik. Sikap ini diperlukan untuk membentuk kesadaran peserta
didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat. Pendidikan seni
berperan mengembangkan (4) multikecerdasan, yakni peran seni membentuk pribadi yang
harnonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik, termasuk kecerdasan
intrapersonal, interpersonal, visual (spasial), verbal-linguistik, musikal, matematiklogik,
jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.
Dari deskripsi konsep pendidikan seni di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
seni memiliki “multitujuan”, sifat multilingual misalnya, terfokus pada konsep pendidikan
seni sebagai aktivitas kreasi dan eksperimentasi. Sifat multidimensional terfokus pada
kepentingan filosofis harmonisasiaktivitas seni dengan aspek budaya lainnya. Sifat
multikultural terfokus pada tujuan psikologis pembentukan sikap demokratis. Akhirnya
Sifat multikecerdasan terfokus pada tujuan edukatif fungsionalis-psikologis untuk
mengembangkan potensi individual peserta didik secara optimal. Jika demikian halnya,
maka konsep pendidikan seni dalam kurikulum memang tidak mencakup konsep
pendidikan seni dalam arti yang utuh. Karena dalam kurikulum dengan jelas disebutkan:
Mengapresiasi dan mengekspresikan keartistikan karya seni rupa, seni musik, seni tari, dan
seni teater.
Jadi pendidikan Seni Budaya direduksi menjadi sangat sederhana, menjadi pragmatis
dan kontekstual. Dengan kata lain kurikulum tidak signifikan mengemban tujuan
pembelajaran seni, serta tidak mencerminkan kompetensi profesional pendidik seni, yakni:
(1) menguasai keilmuan bidang studi seni; (2) memahami langkah-langkah kajian kritis
pendalaman isi bidang studi seni; (3) paham ruang lingkup materi, struktur, dan konsep
estetika sebagai payung pembelajaran seni; (4) memahami metode pengembangan seni
rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater secara kritis, kreatif, dan inovatif.Untuk itu akan
sangat bijaksana jika suatu waktu pembenahan konsep pendidikan seni dikaji ulang oleh
pakar pendidik seni Indonesia, sehinggansegala kelemahan yang ada dapat disempurnakan
melalui revisi kurikulum di waktu mendatang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat ditarik kesimpulan umum bahwa
Standar kompetensi Lulusan Pembelajaran Seni Budaya dalam kurikulum adalah:
menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal, menghargai
karya seni dan budaya nasional, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya,
mengapresiasi karya seni danbudaya, menghasilkan karya kreatif baik individual maupun
kelompok.
Sesungguhnya tujuan ideal ini tidak terealisasikan dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sebab dalam kurikulum tujuan tersebut telah direduksi menjadi sangat
sederhana menjadi dua domain bidang seni, yakni apresiasi seni dan kreasi seni. Hal ini
jelas tertulis dalam kalimat mengapresiasi dan mengekspresikan diri melalui keartistikan
karya seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.Jadi pendidikan Seni Budaya telah di
reduksimenjadi sangat pragmatis dan kontekstual, dan hanya berisi pendidikan seni (juga
tidak utuh).Dengan demikian maka nama mata pelajaran Seni Budaya dipandang kurang
tepat. Nama mata pelajaran Seni Budaya jika tetap ingin dipakai seterusnya, memerlukan
materi pembelajaran yang signifikan tentang budaya (tidak dibatasi dengan kegiatan
apresiasi dan kreasi seni saja).
Dari berbagai faktor yang telah disimpulkan di atas, maka kurikulum perlu dilengkapi
dengan suplemen dan penulisan buku ajar yang relevan tentang (estetika, budaya, seni
rupa, seni tari, seni musik, seni teater, dan seni sastra dalam konteks lokal, Nusantara,
mancanegara, baik dalam lingkup modern maupun kontemporer), sebagai acuan bagi
pendidik seni dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya di sekolah-
sekolah tingkat dasar dan menengah di Indonesia.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru sebaiknya tidak mengesampingkan pendidikan seni yang ada di
sekolah meskipun mata pelajaran ini tidak di jadikan bahan untuk kelulusan, sebab
dalam pendidikan seni siswa dapat mengalirkan kreatifitas dan bakatnya. Sehingga guru
harus menjadi fasilitator dan sebagai penyalur bakat yang dimiliki siswa. Guru kreatif
harus dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam bidang seni budaya.
MAKALAH
KURIKULUM SECARA HARFIAH
Dosen Pengampu
Dr. BUDIWIRMAN, M.Pd
OLEH:
REGINA SUNDARI
22161025
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Kurikulum Secara Harfiah” dengan tepat waktu.
x
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB. II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................14
x
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Usaha untuk
pendidikan.
x
x
Pendidikan seni di negara kita telah mengalami berbagai
keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
kurikulum?
C. Tujuan Makalah
x
x
3. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum dan fungsi
kurikulum
x
x
BAB II
PEMBAHASAN
adalah terjemahan atau arti menurut huruf, kata demi kata. Secara
bahan pengajaran.
(gelar).
x
xi
pandapat Crow yang menyatakan bahwa kurikulum adalah rencana
istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah
x
x
terapkan (Rosyada, 2004:26).
program kegiatan, akan tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus
pencapaian tujuan.
x
x
pengembangan aspek-aspek yang digunakan sebagai
pedoman pembelajaran.
secara terencana
x
x
8. Kurikulum menurut Neagley dan Evans (1967) : Kurikulum
pihak sekolah.
pendidikan nasional.
proses pendidikan.
x
x
dalam masyarakat yang kemudian direalisasikan menjadi sebuah proses
telah direncanakan secara baik agar hasil yang diperoleh sesuai dengan
1. Filosofis
x
x
tidak hanya dikaitkan dengan budaya setempat melainkan nilai-
lebih bijaksana.
nasional (pasal 36 ayat 1). Lebih lanjut, “ Kurikulum pada semua jenjang
dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan siswa (pasal 36 ayat 2).
D. FUNGSI KURIKULUM
x
x
bahwa kurikulum adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
x
x
siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi
pendidikan disuatu negara. Hal ini terjadi karena kurikulum berisi dasar-
1962
3. Kurikulum 1968
4. Kurikulum 1975
5. Kurikulum 1984
6. Kurikulum 1994
x
x
7. Kurikulum Berbasis Kompetensi atau Kurikulum 2004
dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran
inilah yang diyakini oleh para pakar pendidikan tidak dapat diberikan
x
x
oleh mata pelajaran lain.
kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak,
kehidupan peserta didik. Dalam mata pelajaran seni budaya, peserta didik
x
x
menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, secara
mencakup antara lain; jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur, sifat,
xl
c. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya
d. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah
xl
i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ditempuh.
pendidikan disuatu negara. Hal ini terjadi karena kurikulum berisi dasar-
xl
ii
dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi
dan “belajar tentang seni.” Peran inilah yang diyakini oleh para
B. Saran
xl
iii
DAFTAR ISI
xl
iv
MAKALAH
DESAIN KURIKULUM
Oleh:
Regina Sundari
22161025
Dosen Pengampu :
Dr. Budiwirman, M.Pd
xl
v
A. Latar Belakang Masalah
kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar
komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum
diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari
lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi
kelangsungan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
xl
vi
1. Pengertian desain kurikulum
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
xl
vi
A.Pengertian Desain Kurikulum
Dari uraian diatas dapat diambil ke. simpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang
akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam
desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan
antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya
B. Prinsip-prinsip dalam Mendesain
xl
vi
Saylor (Hamalik:2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
xl
ix
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain
kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered
desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena
itu model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis
yang penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.
l
2. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu
atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat
menyampaikannya.
The Subject Curiculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah
dalam bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak
lama. Orang-orang Yunani kemudian Romaaw imengembangkan
Trivium dan Quadrivium. Trivium meliputi gramatika, logika, dan
retorika, sedangkan Quadrivium meliputi matematiks, geometri,
astonomi, dan musik. Paada saat itu pendidikan tidak diarahkan pada
mencari nafkah, tapi oada pembentuakan pribadi dan status sosial
(Liberal Art). Pendidikan hanya di peruntukan bagi anak-anak golongan
bangsawan yang tidak usah bekerja mencari nafkah.
li
kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas
dari yang lainnya.
isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-
kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat, kebuutuhan dan
pengalaman peserta didik
isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering
menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan
menggunakannya
kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakn
cara penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori
yang menyebabkan peran siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini
mempunyai beberapa kelebhankarena kelebihan-kelebihan tersebut
bentuk kurikulum ini lebih banyak dipakai.
lii
pengembangan bentuk-bentuk lain di luar subject centered, the broad
field design, areas of living design dan core design.
lii
i
pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah
menintegrasikan unsur-unsur progersifisme dari Dewey. Bentuk ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design.
Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik
dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual
pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai
serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan
dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
li
v
sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di
perguruan tinggi sedikit sekali.
2. Learner-centered design
lv
belajar-mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
Model desain berawal pada abad ke 18, atas hasil karya dari rousseau
dan Pestalozzi, yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930an pada
masa kejayaan pendidikan progresif.
lv
i
Kelemahan dari kurikulum ini:
lv
ii
Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya:
BAB III
lv
iii
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
li
x
WWW Slidesharr.net/Gestly/Desain/kurikulum
www classical.blogspot.com/2011/10/desain/kurikulum
lx