Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH

KELOMPOK 1

KURIKULUM SENI BUDAYA

Dosen Pengampu
Dr. Budiwirman, M.Pd

OLEH:
Regina Sundari
22161025

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ( SENI BUDAYA)


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan Hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " KURIKULUM
SENI BUDAYA ” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum Seni
Budaya Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Mata
kuliah Kurikulum Seni Budaya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah  ini.

Pekanbaru , 11  februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI
ii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang 2.
Rumusan Masalah

3. Tujuan Penulisan

BAB. II PEMBAHASAN

2.1. KONSEP KURIKULUM

2.2 Fungsi Pendidikan Kesenian

2.3 Manfaat Seni dalam Pendidikan

2.4 Tujuan Pendidikan Kesenian

2.5 Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan


yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahanperubahan yang terjadi.
Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan
prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam
menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan merupakan sesuatu yang
sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang
sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Usaha untuk
mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai tantangan di dalam
kehidupan harus dimulai sedini mungkin melalui pendidikan.

Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan
nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan
jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk
menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan tidak selalu
tertinggal bahkan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua
warga negara Indonesia.

Kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan bukan lagi bersumber pada sumber
daya alam, tetapi pada keunggulan seni budaya lokal yang tidak dimiliki bangsa lain. Agar
lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar
mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin.
Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif
berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan cara
seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya
terhadap kepentingan peserta didik. Segala kegiatan yang bertujuan untuk mendidik
peserta didik selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk mata pelajaran-mata pelajaran yang
keseluruhannya memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan bervariasi bagi
peserta didik. Pengalaman belajar di sekolah mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang saling menghargai, berempati, ulet untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

Peserta didik dikondisikan untuk melakukan aktivitas mengapresiasi, berkreasi dan


mengaplikasikan seluruh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperolehnya
untuk memecahkan masalah dan membuat terobosan-terobosan model baru dengan
gagasan yang baik di sekolahnya. Seni budaya memberikan sumbangan kepada peserta
didik agar berani dan siap bangga akan budaya bangsa sendiri dan menyokong dalam
menghadapi tantangan masa depan adalah mata pelajaran seni budaya.

Hal ini dikarenakan kompetensi dalam mata pelajaran ini merupakan bagian dari
pembekalan life skill kepada peserta didik. Selain itu keseluruhan kegiatan pembelajaran
seni budaya yang merupakan aplikasi dari mata pelajaran lain dalam menghasilkan suatu
produk / karya yang dibuat langsung oleh peserta didik dapat membuat peserta didik
semakin merasakan manfaat memperoleh pengalaman estetis dalam berkarya.

Seni budaya merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi
untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi
kehidupan peserta didik. Dalam mata pelajaran seni budaya, peserta didik melakukan
interaksi terhadap benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan
peserta didik, dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun
produk teknologi, secara sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual,
pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif.

Pendidikan seni dapat dijadikan sebagai upaya untuk membangun karakter anak
bangsa agar lebih mencintai budaya-budaya yang ada di Nusantara. Seperti yang tercantum
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3
tentang tujuan pendidikan, Pasal 4 ayat (4) tentang penyelenggaraan pembelajaran, Pasal
12 ayat (1b) tentang pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan. Sesuai
bunyi UU tersebut, dapat dijabarkan bahwa pendidikan memberikan pelayanan sesuai
dengan minat, bakat dan kemampuan peserta didik berdasarkan kebudayaan lokal yang ada
di lingkungan pendidikan tersebut berada.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah memiliki tekad dalam
menciptakan masing-masing individu yang memiliki potensi dalam mengembangkan
sumber daya manusianya sehingga pada akhirnya dapat berguna bagi bangsa dan negara
melalui pendidikan. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan
memperbarui kurikulum pendidikan, yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
pengembangan dari kurikulum KTSP 2006. Menurut Permendikbud No. 68 Tahun 2013,
kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Adanya kurikulum 2013 ini,
terjadi berbagai pembaharuan pada tiap mata pelajaran di kelas, termasuk mata pelajaran
Seni Budaya.
Hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mewujudkan suatu tujuan pendidikan nasional. Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki
komponen-komponen pokok, yaitu tujuan, isi/materi, organisasi dan strategi/kegiatan
pembelajaran dan evaluasi. Sehubungan dengan itu, kegiatan pembelajaran pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diarahkan untuk memberdayakan
kompetensi yang dimiliki agar dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa KTSP tidak hanya merupakan
sekumpulan mata pelajaran akan tetapi harus ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam mata pelajaran muatan
Seni Budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat
dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan.
Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi
terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan
pendidikan seni yang berbasis budaya.

Mata pelajaran Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam
rangka implementasi kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah
atas. Sebagaimana telah diatur dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tujuan kurikulum
mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa
lebih lanjut. Mata Pelajaran Seni Budaya terdiri dari seni rupa, seni musik, seni tari dan
teater. Keempat seni tersebut ini yang menjadi pokok bahasan dalam mata pe Purnomo,
dkk. (2016: 24) mengungkapkan bahwa Seni Budaya merupakan semua aktivitas berkarya
dan menampilkan karya seni yang berakar pada hasil budidaya dan sistem simbol yang
dipilih sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Pembelajaran seni budaya dirancang berbasis aktivitas dalam sejumlah ranah seni
budaya, yaitu seni rupa, seni tari, seni musik dan seni teater yang diangkat dari kekayaan
seni dan budaya sebagai warisan budaya bangsa. Pembelajaran seni budaya menekankan
pada pendekatan belajar siswa aktif. Siswa diajak dan berani untuk mencari sumber belajar
yang tersedia di lingkungan sekolah, rumah atau tempat tinggal serta masyarakat. Guru
dapat memperkaya kreasi dalam bentuk aktivitas yang digali dari kearifan lokal dan
relevan dalam kehidupan siswa yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam sekitar.
Melalui pembelajaran Seni Budaya ini akan memberi apresiasi kepada siswa tentang
makna multi kultural. Maka dari itu, mata pelajaran seni budaya masuk dalam konstelasi
Kurikulum Pendidikan Indonesia sebagai mata pelajaran wajib yang secara umum
diharapkan mampu mengembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk
sikap kritis, apresiasiatif dan kreatif pada diri setiap peserta didik secara menyeluruh dalam
pembelajaran Seni Budaya.

Berdasarkan paparan di atas, maka dianggap perlu segera dilakukan upaya untuk
membahas dan mengkaji kembali dokumen kurikulum yang ada dan berdasarkan informasi
yang berkembang bahwa kurikulum secara keseluruhan khususnya mata pelajaran seni
budaya dari jenjang SD dan MI sampai SMA dan MA. Karena berdasarkan hasil
pembahasan dan kajian lapangan terbukti bahwa revisi standar isi kurikulum perlu
dilakukan, untuk menyempurnakan berbagai kelemahan yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka dirumuskanlah masalah yaitu,

 Bagaimanakah kurikulum Pendidikan Seni yang ideal bagi peserta didik di masa
depan?
 Bagaimana Fungsi Kurikulum Pendidikan Seni dalam Satuan Pendidikan

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengetahui pengertian kurikulum pendidikan seni


2. Untuk mengetahui fungsi kurikulum dalam pendidikan seni
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum di indonesia
4. Mengetahui tujuan kurikulum dalam pendidikan seni
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KONSEP KURIKULUM

Kurikulum berisi sekumpulan rencana, tujuan, dan materi pembelajaran. Termasuk cara
mengajar yang akan menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai target
dan tujuan pembelajaran dengan baik. Jika dilihat secara etimologis, Kurikulum berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “curir” yang berarti pelari, serta “curere” yang berarti tempat
berpacu. Dulu, istilah ini dipakai dalam dunia olahraga.

Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah jarak yang mesti ditempuh seorang pelari
supaya mendapat medali atau penghargaan lainnya. Kemudian, istilah Kurikulum tersebut
diadaptasi dalam dunia pendidikan. Jadi pengertian Kurikulum dalam dunia pendidikan
kemudian menjadi sekumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
peserta didik supaya mendapatkan ijazah atau penghargaan.

Prof. Dr. S. Nasution dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pengajaran
menyatakan, kurikulum adalah serangkaian penyusunan rencana untuk melancarkan proses
belajar mengajar. Adapun rencana yang disusun tersebut berada di bawah tanggung jawab
lembaga pendidikan dan parah pengajar di sana. Sementara itu, dalam UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 butir 19 disebutkan, kurikulum merupakan
seperangkat pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan.

Kurikulum menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi
para guru. Terutama bagi sekolah-sekolah formal, di mana kurikulum akan menjadi
pedoman dan memberikan arah dalam mengajar. Sesuai dengan pengertian kurikulum,
yaitu sesuatu yang terencana, maka dalam dunia pendidikan segala kegiatan siswa dapat
diatur dengan sedemikian rupa. Sehingga tujuan adanya pendidikan dapat tercapai.

Bahkan, bisa dikatakan jika tidak ada kurikulum, maka pembelajaran di sekolah tidak bisa
berjalan dengan baik. Sebab segala sesuatu telah tertuang dalam sebuah kurikulum.
Tentunya dengan berbagai variasi dan adaptasi. Maka tak heran pula jika seorang pakar
bernama Beauchamp (1998) menyatakan bahwa kurikulum merupakan jantung dari
pendidikan.
1. Fungsi Untuk Penyelenggara

Fungsi dalam konteks kurikulum sebagai salah satu bagian dari sistem penyelenggara
pendidikan demi mewujudkan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Integrasi

Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum dapat menjadi alat yang akan membentuk pribadi-
pribadi peserta didik yang utuh dan berintegritas di masyarakat melalui dunia
pendidikan.

b. Fungsi Persiapan

Fungsi ini diartikan bahwa kurikulum mampu memberikan modal atau persiapan bagi
peserta didik untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang berikutnya, termasuk siap
untuk hidup di masyarakat ketika tidak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.

c. Fungsi Penyesuaian

Ketiga adalah fungsi penyesuaian, di mana kurikulum dapat melakukan adaptasi terhadap
berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan cenderung dinamis.

d. Fungsi diferensiasi

Keempat ada fungsi kurikulum sebagai diferensiasi, artinya kurikulum menjadi alat
pendidikan yang memperhatikan setiap pelayanan kepada peserta didiknya. Sebab setiap
peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain.

e. Fungsi Diagnostik

Kelima adalah fungsi diagnostik, yaitu menyatakan bahwa kurikulum berfungsi


untuk memahami dan mengarahkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik
supaya dapat terus menggali dan mengasah potensi tersebut, termasuk memperbaiki
kelemahan yang dimiliki.

f. Fungsi Pemilihan

Terakhir ada fungsi pemilihan, yaitu menyatakan bahwa kurikulum memberikan


fasilitas kepada peserta didik dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka
dalam memilih program pembelajaran sesuai minat dan bakat masing-masing anak.
2. Fungsi Bagi Pihak Terlibat/Terkait

a. Bagi Kepala Sekolah

Kurikulum mempunyai fungsi bagi kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas untuk
melakukan pengelolaan pendidikan di tempatnya masing-masing, yaitu dengan cara
melakukan koordinasi dan supervisi terhadap setiap pembelajaran. Apakah kurikulum
diterapkan sesuai ketentuan atau tidak.

b. Bagi Guru Mata Pelajaran

Bagi setiap guru mapel, kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Sebab setiap pembelajaran
tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab setiap guru mata pelajaran.

c. Bagi Peserta Didik

Kemudian yang ketiga, bagi peserta didik, yang menjadi target dari adanya kurikulum.
Dalam proses pendidikan, peserta didik adalah pusat perhatian dari setiap pembelajaran.
Maka dari itu, kurikulum berfungsi untuk menjadi acuan bagi para siswa mengenai apa
saja program-program pendidikan yang harus dipelajari dan dipahami, serta apa saja
target pembelajaran yang harus mereka capai di setiap jenjangnya.

d. Bagi orang tua atau masyarakat

Meski tidak terlibat dalam pembelajaran secara langsung, namun orang tua mempunyai
peran penting bagi keberhasilan peserta didik. Dalam hal ini mereka akan menerima
hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah. Jadi capaian siswa
terhadap setiap pembelajaran yang akan dilaporkan kepada orang tua juga tak lepas dari
adanya kurikulum.

3.Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Seperti pengertian kurikulum yang telah dijelaskan di atas, bahwa kurikulum juga
dapat disesuaikan dengan kebutuhan maupun keadaan lingkungan dan masyarakat.
Sehingga kurikulum memiliki sifat dinamis, dapat disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Maka dari itu, tak heran apabila di Indonesia kurikulum mengalami perubahan dari
masa ke masa.

Indonesia pertama kali memakai kurikulum dengan nama Rentjana Pelajaran 1947. Di
mana penekanan di dalam pembelajaran yaitu pada pembentukan karakter masyarakat
Indonesia supaya menjadi manusia yang berdaulat dan merdeka. Kemudian pada tahun
1952, kurikulum tersebut disempurnakan kembali dengan tajuk Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Dalam periode ini ada perhatian khusus pada setiap guru supaya mengajarkan satu
mata pelajaran saja kepada peserta didik.

Selanjutnya, pada tahun 1964 kurikulum di Indonesia kembali disempurnakan. Kali ini
terdapat tambahan berupa penekanan pada program Pancawardhana (yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional, ketrampilan, serta jasman).

Perubahan kurikulum di tahun berikutnya terjadi pada tahun 1968. Di mana penekanan
dititik beratkan pada pembentukan manusia Pancasila sejati yang harus dimaksimalkan di
setiap lembaga pendidikan. Perubahan selanjutnya dilakukan pada tahun 1975. Pada masa
perubahan ini dikenal yang namanya satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan.

Setelah perubahan tersebut di tahun-tahun berikutnya kurikulum juga banyak


mengalami perubahan. Tentu saja iji terjadi karena gejolak dan berbagai hal di tengah
masyarakat. Pembaharuan kurikulum selanjutnya dilakukan pada tahun 1984, 1994, 1999,
2004, 2006, dan yang terakhir adalah tahun 2013. Kurikulum 2013 yang lebih dikenal
dengan istilah K13, dititikberatkan pada tiga aspek perubahan, yakni pengetahuan,
ketrampilan, serta perilaku.

Pada dasarnya, ada banyak perubahan yang terjadi selama kurun waktu tersebut. Tak
hanya pada proses penilaian saja, namun isi dari kurikulum juga terus diperbarui. Meski
begitu, setiap perubahan tentu mempunyai harapan bahwa dunia pendidikan di Indonesia
bisa menjadi semakin maju. Para peserta didik yang menjadi perhatian utama dari
kurikulum pun bisa menjadi seseorang yang jauh lebih bernilai.

4. Komponen yang Ada Dalam Kurikulum

Umumnya, terdapat lima buah komponen dalam pembuatan kurikulum, yaitu sebagai
berikut:

1. Tujuan Kurikulum

 Pertama adalah tujuan kurikulum. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sebuah
perencanaan, tentu harus memiliki tujuan, begitu juga dengan kurikulum. Tanpa
tujuan yang jelas, tentu apa yang telah dirumuskan tidak akan ada artinya.
Pendidikan di Indonesia tentu juga mempunyai tujuan, maka dari itu, pembentukan
kurikulum ditujukan demi mewujudkan ketercapaian pendidikan tersebut.Tak
hanya di Indonesia saja, di negara lain pun kurikulum mempunyai tujuan. Meski
setiap satu negara dengan yang lainnya sudah memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Semua itu disesuaikan dengan falsafah negara, sumber daya manusia dan alam yang
dimiliki, serta keadaan politik dan sosial warga masyarakat. Adapun tujuan dari
pendidikan di Indonesia sesuai jenjangnya adalah:
 Tujuan pendidikan dasar yang menaruh perhatian penting pada aspek kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan sebagai pondasi
utama. Dengan pondasi tersebut diharapkan peserta didik mampu hidup lebih
mandiri, serta memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

 Tujuan pendidikan menengah, yakni untuk meningkatkan kecerdasaan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan juga keterampilan guna menjadi bekal
bagi kehidupan remaja yang penuh tantangan.

 Tujuan pendidikan menengah kejuruan, yang bertujuan untuk meningkatkan


kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang jauh
lebih baik dari sebelumnya. Dengan begitu, peserta didik siap untuk hidup mandiri
di masyarakat dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Materi dalam Kurikulum

Komponen kedua adalah materi. Jadi, di dalam kurikulum akan dimuat materi yang
berbentuk bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun materi di dalam kurikulum tidak boleh dibuat
dengan sembarangan. Materi yang dicantumkan harus sesuai dengan perkembangan setiap
siswa dan bermakna bagi mereka, kemudian terdiri dari pengetahuan ilmiah yang dapat
diujikan kebenarannya, menjadi cerminan kenyataan nasional, serta mampu menjadi
penunjang tercapainya tujuan pendidikan.

2. Strategi Pembelajaran

Kemudian ada komponen kurikulum nomor tiga, yaitu strategi pembelajaran. Untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan, strategi menjadi sangat penting. Strategi pembelajaran
dapat berupa metode dan peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran kepada
para peserta didik. Strategi yang diterapkan oleh setiap negara tentu tidak sama antara satu
dengan lainnya. Semua itu tergantung terhadap beberapa faktor, terutama sumber daya
alam dan manusianya. Semakin kaya sumber daya alam dan semakin berkualitas sumber
daya manusia di suatu negara, strategi yang diterapkan dapat lebih maksimal dan
bervariasi.

3. Organisasi Kurikulum
Dalam hal ini, setiap ahli memiliki pandangan masing-masing terhadap kurikulum yang
perlu diterapkan. Maka dari itu, keberagaman yang ada menjadikan bekal untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan lebih baik.

4. Evaluasi

Komponen kurikulum yang terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi ini ditujukan untuk
melakukan pemeriksaan, apakah kurikulum yang telah dibuat dan diterapkan berjalan
dengan lancar, sehingga efektif dan mampu mencapai tujuan dari pendidikan.

Dalam konteks pendidikan seni penjabaran konsep DBAE (Discipline-Based Art


Education) akan menjadi pencapaian kompetensi kemampuan merasakan estetika tari,
estetika rupa (termasuk disain dan kria), estetika musik, estetika teater, estetika
sinema/multimedia. Fondasi produksi seni akan berkaitan dengan proses kreasi (tari,
rupa,musik, teater, dan sinema). Fondasi sejarah senimerupakan kompetensi pengetahuan
umun seniyang harus dikuasai peserta didik di sekolah umum. Fondasi kritik seni akan
merupakan kompetensi kemampuan mengapresiasi dankemampuan menilai karya seni
yang harus di kuasai oleh peserta didik di tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Prinsip Pendidikan Kesenian Untuk menerangkan prinsip seni budaya dapat dimulai
dengan menarik garis substansi seni dan seni budaya. Substansi seni, sebagai berikut:

a. Substansi ekspresi, bidang latihnya: melukis,mematung menysusun benda-benda


limbah,menyanyi, dan bermain musik yang bebas sesuai dengan kaidah seni.
Substansi kreasi,diartikan penciptaan adalah membuat rancangan reklame atau
slogan bergambar,menerjemahkan wacana, mendaya gunakan limbah menjadi benda
pakai (kursi, meja danseterusnya) yang banyak menuntut ide dan kelayakan
tampilnya, sama halnya denganbidang penciptaan dan aransemen lagu.

b. Keterampilan, yang menitik beratkan kemampuan teknis dan kerajinannya sehinaga


bersifat reproduktif atau kemampuan melipatgandakan karya dengan tepat dan cepat
sertaorang lain dapat dan mampu mencontoh hasil karyanya, misalnya: kerajinan
tangan,menganyam, mengukir. Dalam bidang musik adalah teknik menyanyi atau
teknik bermain musik sehingga mampu menampilkan karyakarya musik secara
berkualitas dan indah.

2.2. Fungsi Pendidikan Kesenian

Biasanya hasil mata pelajaran lain seperti:mata pelajaran bahasa Indonesia,


matematika,sejarah, atau jenis ilmu pasti setelah berakhir nya pelajaran dapat dinilai
tingkat pencapaian kompetensinya. Hasilnya tampak nyata dengan segera dan dapat
dibuktikan. Misalnya: dengan pokok bahasan perkalian apabila anak dites kembali segera
dapat mengerjakan. Tidak seperti matapelajaran pendidikan kesenian hampir dapat
dikatakan sifatnya sangat individual karena pemahaman, penikmatan dan penghayatannya
juga bersifat individual pula. Maka karya seni,seperti lukisan, desain, kria, musik, tari dan
teater memerlukan penginderaan, penikmatan,penghayatan yang berlangsung secara
individual juga. Namun jika dilihat secara seksama hasil tersebut bersifat kumulatif,
artinya baru dapat di rasakan setelah semuanya berakhir.Mata pelajaran kesenian lebih
bersifat membantu secara tidak langsung terhadap kebutuhan hidup manusia. Secara tidak
sadar telah ditemukan tingkat apresiasi terhadap segala hasil tingkah laku manusia. Dalam
Art and Everyday Life diungkapkan bahwa pelajaran kesenian mempunyai korelasi dengan
mata pelajaran lain. Tetapi dari kepustakaan yang lain dapat diungkap bahwa pelajaran
kesenian berfungsi sebagai transfer oflearning dan transfer of value dari disiplin ilmu yang
lain.

2.3. Manfaat Seni dalam Pendidikan

Manfaat seni dalam pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut: (a) seni
membantuBpertumbuhan dan perkembangan anak, (b) seni membina perkembangan
estetik, (c) seni membantu menyempurnakan kehidupan (Soeharjo, 1977). Musik sebagai
bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan merupakan salah satu media yang dapat
dijadikan alternatif peningkatan kecerdasan dan pembentukan moral. Bahkan Alkindy
(2003) mengungkapkan bahwa dari zaman dahulu sampai kini banyak orang tertarik pada
musik salah satunya disebabkan mereka tengah mencari kehidupan spiritual serta
ketenangan dan kedamaian yang tersembunyi dalam substansi musik yang bersifat
spiritual. Fungsi musik yang lain adalah untuk pembentukan moral dan memperdalam rasa
kebangsaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewantara (1977: 303-304) yang
mengemukakan bahwa musik tidak hanya sekedar untuk melatih kehalusan pendengaran,
namun juga akan membawa halusnya rasa dan budi, serta memperkuat dan memperdalam
rasa kebangsaan. Menurut Steine (Dewantara, 1977: 312-313) dalam teorinya yang disebut
antroposofisch onderwijs menyebutkan bahwa musik dalam hal ini adalah irama dapat
memudahkan pekerjaan jasmani, mendukung gerak pikiran, mencerdaskan budi pekerti,
dan menghidupkan kekuatan jiwa manusia.

Khan (2002: 121) mengemukakan bahwa suara mempunyai nilai psikologis tertentu,
setiap suara yang berbeda mengekspresikan suatu nilai, seseorang yang peka dapat
merasakan kepribadian seseorang hanya mendengar dari efek suara saja. Hanna (2003:
147) berpendapat bahwa pada musik vokal terdapat syair yang berperan dalam
mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, bahkan boleh dikatakan unsur ini sangat
berpengaruh terhadap moral seseorang. Dengan demikian musik mempunyai pengaruh
yang besar terhadap moral seseorang.

Mahmud (2003:4) mengemukakan bahwa musik dapat berperan untuk: a) mendorong


gerak pikiran dan perasaan (aspek inteligensi, sosial,emosi, psikomotorik), b)
Membangkitkan kekuatan dalam jiwa manusia, c) membentuk akhlak. Dari sekian manfaat
ini dapat pula ditarik kesimpulan bahwa kehadiran seni budaya di sekolah karena pada
hakekatnya untuk membantu mewujudkan harkat manusia.

Standari Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jika konsep ini dijabarkan menjadi skema, akan
terlihat dengan jelas kaitan antara standar isi dan materi kurikulum untuk mencapai
kompetensi lulusan.

Materi Minimal
Standar Isi Pendidikan
Dasar dan
Menengah Kompetensi
Kompetensi Lulusan minimal
Minimal

Gambar 1 Skema pencapaian

Dari skema di atas, tampak dua komponenpenting, yakni: ditetapkannya materi ajar
(minimal)dan kompetensi dasar (minimal). Kalau skema inidijabarkan dalam konteks
pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan di tingkat pendidikan dasar, atau Seni Budaya
di tingkat pendidikan menengah, maka akan diperoleh skema kompetensi lulusan di tingkat
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas (lihat gambar2).
Kalau kita perhatikan dan simak standar isi kelompok mata pelajaran estetika, maka
seyogianya dalam standar isi mata pelajaran seni budaya, pengetahuan estetika menjadi
basis utama pembelajaran.

Namun hal itu sama sekali tidak tercantum dalam standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah. Padahal dalam standar isi mata pelajaran kita baca:
“Meningkatkan sensitivitas kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi
keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, ...” dan seterusnya. Ini berarti
struktur keilmuan keindahan (estetika), seperti perasaan estetik, pengalaman atau respons
estetik, momen estetik, jarak estetik, nilai esetetik, jelas harus muncul dalam standar isi
dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran seni budaya Pada tingkat sekolah menengah
pertama SMP / MTs kompetensi lulusan menurut Depdiknas (2006) adalah kemampuan
menghargai karya senidan budaya nasional.

Sedangkan pada tingkat sekolah menengah atas SMA/MA terdapat tiga kompetensi
lulusan, yakni (1) mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, (2)
mengapresiasi karya seni dan budaya, dan (3) menghasilkan karya kreatif baik individual
maupun kelompok. Jika ditinjau dari aspek kompetensi lulusan berdasarkan jenjang
pendidikan maka mata pelajaran Seni Budaya akan tampak seperti tabel 1.Kelompok mata
pelajaran Estetika jelas menjadi payung mata pelajaran Seni Budaya, sedangkan seni
budaya di terjemahkan menjadi empat jenis kesenian, yakni: seni rupa, seni tari, seni musik
dan seni teater, tanpa seni sastra.

Dari penjelasan ini kita kehilangan kontak dengan kata budaya,sehingga tidak jelas
peran kata budaya tercantum disana, sebab isi dan hakikat nya hanya terkait dengan
pembelajaran seni. Jika demikian maka menjadi wajar mempertanyakan penamaan mata
pelajaran seni budaya, sebab secara keilmuan dan kebahasaan menjadi tidak tepat
penerapan nya. Penggunaan nama mata pelajaran Seni Budaya (dan Ketrampilan) yang
hanya dibatasi dengan pembelajaran seni rupa, seni tari, seni musik, danseni teater, dengan
standar kompetensi mengapresiasi dan mengekspresikan diri melalui karya seni.

Standar isi tentang apresiasi seni kemungkinan besar tidak akan dikuasai oleh para guru
seni budaya, untuk itu sebaiknya disediakan buku ajar yang baik bagi mereka. Misalnya
komponen apresiasi yang terdiri dari feeling, valuing, dan emphatizing jangan sampai tidak
diberikan oleh pendidik seni budaya. Untuk itu para pendidik perlu diberi bekal mendasar
baik melalui pelatihan, maupun tersedianya buku ajar yang baik sebagai pegangan para
pendidik seni. Untuk mencapai target standar kompetensi lulusan: Menunjukkan
kegemaran membaca dan menulis karya seni, maka para pendidik seni perlu dibekali
dengan buku pegangan seni budaya yang merangkum pengetahuan estetika, seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater. Ruang lingkup isinya dapat ditentukan berdasarkan
konteks lokal, nusantara, dan mancanegara. Sedangkan untuk mencapai target ketrampilan
menulis bidang seni, membutuhkan buku standar sebagai acuan untuk penulisan, baik
keberbahasaannya maupun metode penulisan sederhana yang diperlukan.

2.4. Tujuan Pendidikan Kesenian

Seni budaya di Indonesia saat diklasifikasikan menjadi dua bagian penting, yaitu :

a. Pendidikan Vokasional, yang sering disebut sebagai sekolah kejuruan seni dan
ketrampilan menitik beratkan lulusannya sebagai: Seniman, juru, tenaga ahli tingkat
dasar atau pengelola.

b. Pendidikan Avokasional, yaitu seni budaya yang menitik beratkan seni sebagai media
pendidikan, seni sebagai bagian integral dari keseluruhan pendidikan. Antara lain
sebagai pembinaan pikir, rasa, serta ketrampilan. Jenis ini yang dilaksanakan di
sekolah umum (non kejuruan).

Dengan orientasi yang berbeda ini berartI mempunyai konsekuensi tujuan serta konsep
yang berbeda pula. Agaknya yang sesuai dengan jabatan guru kesenian pada sekolah
umum adalah bukti yang ke dua. Dengan demikian selanjutnya mengacu konsep dengan
pendidikan vokasional. Seni sebagai media pendidikan memuat arti bahwa melalui seni
pendidikan (pengajaran) harkat kemanusiaan dibina. Didalamnya dipelajari makna
pembinaan individu agar lebih dewasa, mempunyai kepribadian sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan individu pada kalimat tersebut di atas,
mengandung makna ini berarti satu dan devide berarti terpecah / bagian menjadi individu
berarti satu namun terdiri dari bagian-bagian. Bagian tersebut adalah: pikir atau sebagai
substansi dari cipta, rasa dan kehendak atau karsa. Dengan demikian seni budaya yang
dimaksud di atas bertujuan untuk membina ketiga komponen individu tersebut (istilah
cipta, rasa dan karsa ini diambil dari Ki Hajar Dewantara). Seperti halnya mata pelajaran
yang lain; matematika, serumit apapun dan sesukar apapun ternyata bertujuan untuk
meningkatkan harkat kemanusiaan di atas.Kebetulan fungsi utamanya adalah melatih
pikiran. Sedangkan seni budaya tugas utamanya adalah melatih perasaan estetis.

2.5. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain

Sebelum menguraikan lebih detail sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam
mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa:
linguistik (bahasa), matematika, visual/spasial, kinestetik / perasa, musikal, interpersonal,
intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran,
namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan
keberanian tampil mengemukakan pendapat.

Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang,
maka kesemuanya harus dilatihkan tenaga berjalan beriringan. (2) Kedudukan seni budaya
dalam keseluruhan mata pelajaran. Jika pada suatu ketika seorang guru SD mengajarkan
Matematika kepada peserta didik kelas 2, kegiatan apa saja yang dilakukan anak. Mereka
mencoba berpikir untuk dapat memecahkan persoalan hitungan. Baik itu hitungan berupa
angka ataupun hitungan dalam arti kuantitas permasalahan.

Ketika peserta didik belajar membaca dalam mata pelajar Bahasa Indonesia;peserta didik
akan menghafal dan memahamikehendak orang lain. Lalu bagaimana, ketika peserta didik
sedang belajar Berkesenian.Berkesenian bagi peserta didik adalah kegiatan berpikir ketika
sedang menghitung ukuran nyata obyek yang sedang dilihat untuk dapat dipindahkanke
dalam kertas; namun juga proses sedang memahami obyek yang sedang diamati. Dalam
proses ini peserta didik akan membayangkan kondisi yang sangat luas dan luas serta penuh
dengan keanekaan peristiwa baik bergerak maupun diam akan dikemas dalam gambar.
Maka, peristiwa yang terjadi adalah anak harus mampu menangkap obyek dengan
penelahaan secara komprehensif semua materi danide anak dapat tertuang dalam karya
gambarnya.
2.6. KONSEP PENDIDIKAN SENI DAN REALITAS KURIKULUM

Mata Pelajaran Seni Budaya (dan Ketrampilan) bertujuan mengem-bangkan


kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ipteks (ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni), sebagai tritunggal pembentuk perkembangan sejarah peradaban dan
kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Pembelajaran
seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam domain konsepsi, apresiasi,
kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan psikologis-edukatif pengembangan kepribadian
peserta didik secara positif. Yang jelas pendidikan seni di sekolah umum sama sekali tidak
dimaksudkan untuk mendidik seniman.

Depdiknas (2007:2) secara konseptual pendidikan seni bersifat (1) multilingual, yakni
pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri secara kreatif dengan
berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi,
bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai perpaduan di antaranya.
Kemampuan mengekspresikan diri memerlukan pemahaman tentang konsep seni, teori
ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai kreativitas. Pendidikan seni
bersifat (2) multidimensional, yakni pengembangan beragam kompetensi peserta didik
tentang konsep seni, termasuk pengetahuan,pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan
kreasi dengan cara memadukan secara har-monis unsur estetika, logika, dan etika.
Pendidikan seni bersifat (3) multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan peserta didik mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara.

Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan peserta
didik hidup secara beradab dan toleran terhadap perbedaan nilai dalam kehidupan
masyarakat yang pluralistik. Sikap ini diperlukan untuk membentuk kesadaran peserta
didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat. Pendidikan seni
berperan mengembangkan (4) multikecerdasan, yakni peran seni membentuk pribadi yang
harnonis sesuai dengan perkembangan psikologis peserta didik, termasuk kecerdasan
intrapersonal, interpersonal, visual (spasial), verbal-linguistik, musikal, matematiklogik,
jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.

Dari deskripsi konsep pendidikan seni di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
seni memiliki “multitujuan”, sifat multilingual misalnya, terfokus pada konsep pendidikan
seni sebagai aktivitas kreasi dan eksperimentasi. Sifat multidimensional terfokus pada
kepentingan filosofis harmonisasiaktivitas seni dengan aspek budaya lainnya. Sifat
multikultural terfokus pada tujuan psikologis pembentukan sikap demokratis. Akhirnya
Sifat multikecerdasan terfokus pada tujuan edukatif fungsionalis-psikologis untuk
mengembangkan potensi individual peserta didik secara optimal. Jika demikian halnya,
maka konsep pendidikan seni dalam kurikulum memang tidak mencakup konsep
pendidikan seni dalam arti yang utuh. Karena dalam kurikulum dengan jelas disebutkan:
Mengapresiasi dan mengekspresikan keartistikan karya seni rupa, seni musik, seni tari, dan
seni teater.

Jadi pendidikan Seni Budaya direduksi menjadi sangat sederhana, menjadi pragmatis
dan kontekstual. Dengan kata lain kurikulum tidak signifikan mengemban tujuan
pembelajaran seni, serta tidak mencerminkan kompetensi profesional pendidik seni, yakni:
(1) menguasai keilmuan bidang studi seni; (2) memahami langkah-langkah kajian kritis
pendalaman isi bidang studi seni; (3) paham ruang lingkup materi, struktur, dan konsep
estetika sebagai payung pembelajaran seni; (4) memahami metode pengembangan seni
rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater secara kritis, kreatif, dan inovatif.Untuk itu akan
sangat bijaksana jika suatu waktu pembenahan konsep pendidikan seni dikaji ulang oleh
pakar pendidik seni Indonesia, sehinggansegala kelemahan yang ada dapat disempurnakan
melalui revisi kurikulum di waktu mendatang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat ditarik kesimpulan umum bahwa
Standar kompetensi Lulusan Pembelajaran Seni Budaya dalam kurikulum adalah:
menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal, menghargai
karya seni dan budaya nasional, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya,
mengapresiasi karya seni danbudaya, menghasilkan karya kreatif baik individual maupun
kelompok.

Sesungguhnya tujuan ideal ini tidak terealisasikan dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sebab dalam kurikulum tujuan tersebut telah direduksi menjadi sangat
sederhana menjadi dua domain bidang seni, yakni apresiasi seni dan kreasi seni. Hal ini
jelas tertulis dalam kalimat mengapresiasi dan mengekspresikan diri melalui keartistikan
karya seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.Jadi pendidikan Seni Budaya telah di
reduksimenjadi sangat pragmatis dan kontekstual, dan hanya berisi pendidikan seni (juga
tidak utuh).Dengan demikian maka nama mata pelajaran Seni Budaya dipandang kurang
tepat. Nama mata pelajaran Seni Budaya jika tetap ingin dipakai seterusnya, memerlukan
materi pembelajaran yang signifikan tentang budaya (tidak dibatasi dengan kegiatan
apresiasi dan kreasi seni saja).

Dari berbagai faktor yang telah disimpulkan di atas, maka kurikulum perlu dilengkapi
dengan suplemen dan penulisan buku ajar yang relevan tentang (estetika, budaya, seni
rupa, seni tari, seni musik, seni teater, dan seni sastra dalam konteks lokal, Nusantara,
mancanegara, baik dalam lingkup modern maupun kontemporer), sebagai acuan bagi
pendidik seni dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya di sekolah-
sekolah tingkat dasar dan menengah di Indonesia.

3.2 Saran
Kita sebagai calon guru sebaiknya tidak mengesampingkan pendidikan seni yang ada di
sekolah meskipun mata pelajaran ini tidak di jadikan bahan untuk kelulusan, sebab
dalam pendidikan seni siswa dapat mengalirkan kreatifitas dan bakatnya. Sehingga guru
harus menjadi fasilitator dan sebagai penyalur bakat yang dimiliki siswa. Guru kreatif
harus dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam bidang seni budaya.
MAKALAH
KURIKULUM SECARA HARFIAH

Disajikan pada Mata Kuliah

KURIKULUM SENI BUDAYA

Dosen Pengampu
Dr. BUDIWIRMAN, M.Pd

OLEH:

REGINA SUNDARI
22161025

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ( SENI BUDAYA )


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Kurikulum Secara Harfiah” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum Seni


Budaya. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
apresiasi dan kritik seni bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 17 Februari 2023


Penulis

x
xi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB. II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Kurikulum Secara Harfiah..........................................................................................3


B. Kurikulum Menurut Para Ahli ....................................................................................4
C. Fungsi Kurikulum……… .......................................................................................... 7
D. Kurikulum Seni dan Budaya ………………………………………………………. 8

BAB III. PENUTUP.......................................................................................................14

A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................14

x
x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang

sistem pendidikan yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap

perubahanperubahan yang terjadi. Sistem pendidikan yang dibangun

tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah, pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan,

pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan.

Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang sangat fundamental

di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Usaha untuk

mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai

tantangan di dalam kehidupan harus dimulai sedini mungkin melalui

pendidikan.

Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan

dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai

kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk

itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan untuk

meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu

sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan

untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis,

dan tidak selalu tertinggal bahkan mampu bersaing sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia.

x
x
Pendidikan seni di negara kita telah mengalami berbagai

pembaharuan dari waktu ke waktu. Pembaharuan dilakukan guna

meningkatkan kualitas pendidikan seni. Salah satu usaha pemerintah

yang secara sentral memperbaharui sistem pelaksanaan pendidikan seni

dengan penyempurnaan kurikulum. Kurikulum Pendidikan Seni telah

beberapa kali mengalami perubahan dan penyempurnaan. Kurikulum

yang sedang dilaksanakan senantiasa dievaluasi dan disempurnakan

setiap periode tertentu untuk menghadapi perkembangan masyarakat,

ilmu pengetahuan, teknologi, dan dinamika kebudayaan secara

keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

makalah berikut adalah :

1. Apa pengertian kurikulum secara harfiah ?

2. Bagaimana pengertian kurikulum menurut para ahli?

3. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum dan fungsi

kurikulum?

4. Bagaimana kurikulum pendidikan seni budaya?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dalam makalah berikut adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum secara harfiah

2. Untuk mengetahui pengertian kurikulum menurut para ahli

x
x
3. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum dan fungsi

kurikulum

4. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan seni budaya

x
x
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulm Secara Harfiah

Kata “Harfiah” memiliki makna yang sama dengan makna

“Literal”. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), harfiah

adalah terjemahan atau arti menurut huruf, kata demi kata. Secara

harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang berarti

bahan pengajaran.

Kurikulum secara harfiah dibagi menjadi dua :

1. Kurikulum (curre atau bertanding)

Kurikulum merupakan tempat peserta didik bertanding untuk

menguasai suatu materi pembelajaran guna mencapai “garis finish”

(gelar).

2. Kurikulum (curere atau berlari)

Kurikulum memiliki dua arti, yang pertama berkaitan dengan

curier (kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai

tujuan. Kedua, diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh.

Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan

untuk menunjukan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh

untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian tersebut sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pengertian ini sejalan dengan

x
xi
pandapat Crow yang menyatakan bahwa kurikulum adalah rencana

pengajaran yang disusun secara sistimatis diperlukan untuk menjadi

syarat suatu program pendidikan tertentu dan pendapat Saylor,

Alexander, dan Lewis dalam buku Wina Sanjaya menyatakan bahwa

kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta

didik (Sanjaya, 2005:2).

Pandangan tersebut lebih menekankan kurikulum sebagai sejumlah

mata pelajaran yang sering dihubungkan dengan usaha untuk

memperoleh ijazah, sedangkan ijazah tersebut menggambarkan

kemampuan. Oleh karena itu, hanya orang yang memperoleh

kemampuan sesuai standar tertentu yang akan memperoleh ijazah.

Dalam bahasa Arab, kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti

jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam

pengertian kurikulum pendidikan bahasa Arab yang dikenal dengan

istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah

adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan

lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

B. KURIKULUM MENURUT PARA AHLI

1. Menurut Dede Rosyada, kurikulum merupakan inti dari

sebuah penyelenggaraan pendidikan. Murray Print

mendefinisikan Kurikulum sebagai semua ruang pembelajaran

terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan

dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu

x
x
terapkan (Rosyada, 2004:26).

2. Wina Sanjaya menjelaskan bahwa kurikulum dapat dimaknai

dalam tiga konsep, yaitu :

a) Kurikulum sejumlah mata pelajaran

Kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai

oleh anak didik, dalam proses perencanaan biasanya menggunakan

judgement ahli bidang studi untuk menentukan mata pelajaran apa

yang harus diajarkan pada siswa, tingkat kesulitan, minat siswa,

urutan bahan pelajaran, dan strategi pembelajaran yang

memungkinkan anak didik dapat menguasai materi pelajaran.

b) Kurikulum sebagai pengalaman belajar

Kurikulum sebagai pengalaman belajar, mengandung makna bahwa

seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik didalam maupun diluar

sekolah merupakan kegiatan dari kurikulum.

c) Kurikulum sebagai program belajar

Kurikulum sebagai program belajar tidak hanya berisi tentang

program kegiatan, akan tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus

ditempuh beserta alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan.

3. Kurikulum menurut Beane dibagi menjadi :

a) Kurikulum sebagai produk Kurikulum merupakan hasil

x
x
pengembangan aspek-aspek yang digunakan sebagai

pedoman pembelajaran.

b) Kurikulum sebagai program Kurikulum terbentuk melalui

ide-ide yang akan membentuk suatu system.

c) Kurikulum sebagai tujuan Kurikulum merupakan

implementasi dari cita-cita atau harapan yang tersusun

secara terencana

4. Menurut Sukmadinata, kurikulum mencakup semua pengalaman yang

dilakukan siswa, dirancang, diarahkan, diberikan bimbingan dan

dipertanggung jawabkan oleh sekolah (Sukmadinata, 2003:18).

5. Menurut Oemar Hamalik (2010:10) bahwa kurikulum adalah

program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan

(sekolah) bagi siswa. Bersasarkan program pendidikan tersebut siswa

melakukan kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan

pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan (Zaenuddin, 2016:2).

6. Kurikulum menurut Kerr J.F (1968) : Kurikulum adalah semua

pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu atau

kelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah.

7. Kurikulum menurut Inlow (1966) : Kurikulum adalah usaha

menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing

murid untuk memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.

x
x
8. Kurikulum menurut Neagley dan Evans (1967) : Kurikulum

adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh

pihak sekolah.

9. Kurikulum menurut Beauchamp (1968) : Kurikulum adalah

dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar

kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin

ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

10. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional.

Berdasarkan pengertian kurikulum secara umum dan pengertian

kurikulum menurut definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kurikulum adalah rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem yang

merupakan bagian dari persekolahan dan berisi ; Tujuan yang ingin

dicapai, bahan yang akan diajarkan, alat-alat pengajaran dan jadwal

waktu pengajaran. Pengertian kurikulum sangatlah fundamental yang

menggambarkan fungsi kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah

proses pendidikan.

C. KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Gambaran umum mengenai konsep pengembangan kurikulum

yaitu, kurikulum merupakan cerminan dari system pendidikan yang ada

x
x
dalam masyarakat yang kemudian direalisasikan menjadi sebuah proses

pembelajaran di lembaga-lembaga formal, informal dan non formal.

Istilah pengembangan dapat diartikan sebagai perubahan, pembaharuan,

perluasan dan sebagainya. Dalam pengertian yang lazim, pengembangan

berarti suatu kegiatan ang menghasilkan cara baru setelah diadakan

penilaian serta penyempurnaan-penyempurnaan seperlunya.

Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas.

Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama

sekali baru (curriculum construktion), bisa juga menyempurnakan

kurikulum yang telah ada (curriculum improvement).

Istilah Pengembangan selalu dikaitkan dengan peningkatan yang

telah direncanakan secara baik agar hasil yang diperoleh sesuai dengan

tujuan. kata pengembangan dapat juga diartikan sebagai pelaksanaan

rencana meningkatkan hasil sebuah lembaga atau sistem. Setiap

Perencanaan dan Pelaksanaan Proses pencapaian tujuan bidang

kependidikan termasuk pengembangan kurikulum. Proses pengembangan

Kurikulum dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor Politik, Sosial

budaya, Ekonomi, Ilmu pengetahuan serta Teknologi. Berikut

pengembangan Kurikulum dalam perspektif :

1. Filosofis

Kurikulum sebagi instrument untuk mencapai tujuan dan sebagai

pedoman dalam pembelajaran.

2. Sosiologi berupa Sosialisasi dan pembudayaan peserta didik. Hal ini

x
x
tidak hanya dikaitkan dengan budaya setempat melainkan nilai-

nilai luhur dari budaya tersebut dapat menjadikan peserta didik

lebih bijaksana.

3. Psikologi berupa pengembangan segenap potensi peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda atau lebih

sering disebut bakat. Kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang

mendukung bakat-bakat dari peserta didik.

Menurut Nasution (1980: 3) pengembangan kurkulum dilakukan

dengan mempertimbangkan komponen (a) tujuan (b) bahan pelajaran (c)

proses belajar mengajar (d) penilaian. Undang-Undang No.20 tahun 2003

menggariskan “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu

pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional (pasal 36 ayat 1). Lebih lanjut, “ Kurikulum pada semua jenjang

dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverifikasi sesuai

dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan siswa (pasal 36 ayat 2).

D. FUNGSI KURIKULUM

Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai

macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam

kegunaannya. Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa, dalam

literatur lain, Alexander Inglis (dalam Hamalik, 1990) mengemukakan

enam fungsi kurikulum sebagai berikut :

a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) :

Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain mengandung makna

x
x
bahwa kurikulum adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya karena

lingkungan bersifat dinamis.

b. Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi

sebagai integrasi mengandung makna bahwa kurikulum merupakan

alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang

utuh yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.

c. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function): Kurikulum

berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang

memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa

yang harus dihargai dan dilayani.

d. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum

berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa

kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa

kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat

hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.

e. Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi

sebagai pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa

untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan

minat dan bakatnya.

f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai

diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat

pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi

x
x
siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi

dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat

mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya

E. KURIKULUM SENI BUDAYA

Kurikulum merupakan jantungnya segala proses kegiatan

pendidikan disuatu negara. Hal ini terjadi karena kurikulum berisi dasar-

dasar system pendidikan yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran yang melibatkan Pendidik (guru) dan Peserta Didik

(murid). Dasar-dasar system pendidikan tersebut direalisasikan dalam

proses pembelajaran guna evaluasi untuk mencapai tujuan pendidikan

yang ideal bagi suatu negara.

Perubahan kurikulum pendidikan seni di Indonesia secara umum

mengalami perubahan dengan periodisasi sebagai berikut:

1. Kurikulum sebelum kemerdekaan, antara tahun 1930-1945, masa

penjajahan Belandan dan masa Penjajahan Jepang.

2. Kurikulum setelah kemerdekaan pada periode pertumbuhan 1945-

1962

3. Kurikulum 1968

4. Kurikulum 1975

5. Kurikulum 1984

6. Kurikulum 1994

x
x
7. Kurikulum Berbasis Kompetensi atau Kurikulum 2004

8. Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

9. Kurikulum Merdeka Belajar

Dapat disimpulkan bahwa perubahan nama sub-sub bidang studi

pada setiap kurikulum yang disempurnakan, ternyata tidak hanya sekedar

penggantian nama, akan tetapi mengubah pula ruang lingkup

pengajarannya. Perubahan itu dilandasi oleh konsep dasar pendidikan

yang berubah dan berkembang pada setiap kurikulum. Perubahan konsep

tentu membawa konsekuensi didaktis dan metodis yang menuntut

berbagai persyaratan yang harus dipenuhi jika kita ingin melaksanakan

pendidikan seni dengan memadai.

Berkenaan dengan mata pelajaran Kesenian yang berubah nama

menjadi mata pelajaran Seni Budaya, dalam Permendiknas no 22 tahun

2006 tentang Standar Isi Kurikulum 2006 dijelaskan bahwa mata

pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang

berbasis budaya. Dalam naskah yang sama disebutkan juga bahwa

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena

keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan

perkembangan peserta didik. Kebermaknaan dan kebermanfaatan ini

terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan

berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar

dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran

inilah yang diyakini oleh para pakar pendidikan tidak dapat diberikan

x
x
oleh mata pelajaran lain.

Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat multilingual,

multidimensional, multikultural dan multi kecerdasan. Multilingual

bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara

kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak,

peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna

pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan,

pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara

memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan

etika. Pendidikan seni bersifat multikultural mengandung makna

pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan

apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara.

Pendidikan seni berperan mengembangkan multikecerdasan, yakni peran

seni membentuk pribadi yang harmonissesuai dengan perkembangan

psikologis peserta didik, termasukkecerdasan intrapersonal,

interpersonal, visual-spasial, verbal-linguistik,musikal, matematik-logik,

jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.

Seni budaya merupakan mata pelajaran yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam berbagai

pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan

suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi

kehidupan peserta didik. Dalam mata pelajaran seni budaya, peserta didik

melakukan interaksi terhadap benda-benda produk kerajinan dan

teknologi yang ada di lingkungan peserta didik, dan kemudian berkreasi

x
x
menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, secara

sistematis, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman

apresiatif dan pengalaman kreatif. Orientasi mata pelajaran seni budaya

adalah memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, konsepsi,

sosial, estetis, artistik dan kreativitas kepada peserta didik dengan

melakukan aktivitas apreasiasi dan kreasi terhadap berbagai produk

benda di sekitar peserta didik yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,

mencakup antara lain; jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur, sifat,

komposisi, bahan baku, bahan pembantu, peralatan, teknik kelebihan dan

keterbatasannya. Selain itu peserta didik juga melakukan aktivitas

memproduksi berbagai produk benda kerajinan maupun produk teknologi

misalnya dengan cara meniru, mengembangkan dari benda yang sudah

ada atau membuat benda yang baru.

1. Tujuan Mata Pelajaran Seni Budaya

Mata Pelajaran Seni Budaya bertujuan untuk

menumbuhkembangkankepekaan rasa estetik dan artistik, sikap kritis,

apresiatif, dan kreatif padadiri setiap peserta pendidik secara menyeluruh.

Sikap ini hanya mungkintumbuh jika dilakukan serangkaian proses

aktivitas berkesenian padapeserta didik. Mata pelajaran Seni Budaya

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya

b. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya

xl
c. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya

d. Menampilkan peran serta dalam seni budaya pada tingkat lokal,

regional, maupun global.

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Seni Budaya

Mata pelajaran Seni Budaya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-

mencetak, dan sebagainya

b. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,

memainkan alat musik, apresiasi karya musik

c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh

dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari

d. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah

suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari

dan seni peran.

xl
i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang

berarti bahan pengajaran. Kurikulum secara harfiah dibagi menjadi

dua : yaitu Kurikulum (curre atau bertanding) merupakan tempat

peserta didik bertanding untuk menguasai suatu materi

pembelajaran guna mencapai “garis finish” (gelar), dan Kurikulum

(curere atau berlari) berarti harus menempuh suatu perjalanan

untuk mencapai tujuan. Kedua, diartikan sebagai jarak yang harus

ditempuh.

2. Salah satu usaha pemerintah yang secara sentral memperbaharui

sistem pelaksanaan pendidikan seni adalah penyempurnaan

kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya segala proses kegiatan

pendidikan disuatu negara. Hal ini terjadi karena kurikulum berisi dasar-

dasar system pendidikan yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran yang melibatkan Pendidik dan Peserta Didik.

3. Dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Kurikulum 2006 dijelaskan bahwa mata pelajaran Seni Budaya

pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah

karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap

kebutuhan perkembangan peserta didik. Kebermaknaan dan

kebermanfaatan ini terletak pada pemberian pengalaman estetik

xl
ii
dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi

melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni”

dan “belajar tentang seni.” Peran inilah yang diyakini oleh para

pakar pendidikan tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

B. Saran

Melalui kegiatan apresiasi dan kritik seni tidak hanya

mengapresiasi dan mengkritisi karya seni, tetapi juga belajar

mengkritisi berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari dengan tetap mengedepankan sikap apresiatif.

xl
iii
DAFTAR ISI

Dede Rosyada, 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model


Pelibatan Masyaraat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media

Nana Syaodih Sukmadinata, 2003. Pengendalian Mutu Sekolah


Menengah, Bandung: Refika Aditama

Oemar Hamalik, 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung:


PT. REMAJA ROSDAKARYA, Cet. IV

Sukmadinata, N.S. 2004 Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.


Bandung: Kesuma Karya.

Sukmadinata, N.S 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan


Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Depdikbud. 2003. Undang-Undang Sisdiknas no 20 tahun 2003

Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikilum


Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group

Zaenuddin, http:// www.artikelsiana.com / 2015 /02/pengertian -


kurikulum- fungsikomponen.html. Diakses Tanggal 10 Februari 2016.

xl
iv
MAKALAH
DESAIN KURIKULUM

TUGAS MATA KULIAH


KURIKULUM SENI BUDAYA

Oleh:
Regina Sundari
22161025

Dosen Pengampu :
Dr. Budiwirman, M.Pd

KONSENTRASI PENDIDIKAN SENI DAN BUDAYA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

xl
v
A. Latar Belakang Masalah

Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau

komponen kurikulum . Penyusunan desain  kurikulum dapat dilihat dari

dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal

berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan

lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya.

Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasrkan

urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah,

kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar

diteruskan dengan yang lanjutan.

Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang

komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum

yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut

menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen,

diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari

kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media

mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran.

Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang

lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi

kelangsungan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

xl
vi
1. Pengertian desain kurikulum

2. Prinsip-prinsip dalam mendesain

3. Macam-macam desain kurikulum

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Desain Kurikulum

2. Mengetahui Prinsip-Prinsip dalam mendesain

3. Mengetahui macam-macam desain kurikulum

BAB II

PEMBAHASAN

xl
vi
A.Pengertian Desain Kurikulum

Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli,


diantaranya adalah : 

 1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu


petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh
dalam memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry
Ellington (1984)

2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah


menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan
dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi
vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan
tingkat kesukaran.

3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain


kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered
design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena
itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis
yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa. 

Dari uraian diatas dapat diambil ke. simpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang
akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam
desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan
antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian,
serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya

B. Prinsip-prinsip dalam Mendesain

xl
vi
Saylor (Hamalik:2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta


pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi
pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.

2) Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam


rangka merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi
kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru;

3) Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru


untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih,
membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;

4) Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman


dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa

5) Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai


pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan
mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.

6) Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang


berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan
dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman
berikutnya.

7) Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa


mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai
demokrasi yang menjiwai kultur.

8) Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.

C. Model-Model Desain Kurikulum

xl
ix
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain
kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered
desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena
itu model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis
yang penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.

Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin


ilmu, yaitu: subject centered desain, learned centered desain, problem
centered desain. Setiap desain kurikukum memberikan teknik atau cara
yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan
efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum dapat dijadikan pedoman
dalam melaksanakn proses pembelajaran, karena setiap desain kurikulum
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.

1. Subject Centered Design      

Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling


populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered
design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.
Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata
pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-
pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject
curiculum.

Subject centered design  berkembang dari konsep pendidikan klasik yang


menenkankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan
berupaya untuk  mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena
mengutamakan isi atau bahan ajar atau  subject matter tersebut, maka
desain kurikulum ini disebut juga  subject academic curriculum.

Model design curriculum  ini mempunyai beberapa kelebihan dan


kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini adalah:

1. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan

l
2. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu
atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat
menyampaikannya.

Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini


adalah

1. karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu


bertentangan dengan kenyataan, sebab adalam kenyataan
pengetahuan itumerupakan suatu kesatuan,

2. karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat


pasif

3. Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu,


dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas dan kurang
praktis.

Atas dasar tersebut, para pengkririk menyarankan perbaikan ke arah yang


lebih terintegrasi, praktis, dan bermakna serta memberikan peranyang
lebih aktif kepada siswa.

1).The Subject Design

The Subject Curiculum merupakan bentuk desain yang paling  murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah
dalam bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak
lama. Orang-orang Yunani kemudian Romaaw imengembangkan
Trivium dan Quadrivium. Trivium meliputi gramatika, logika, dan
retorika, sedangkan Quadrivium meliputi matematiks, geometri,
astonomi, dan musik. Paada saat itu pendidikan tidak diarahkan  pada
mencari nafkah, tapi oada pembentuakan pribadi dan status sosial
(Liberal Art). Pendidikan hanya di peruntukan bagi anak-anak golongan
bangsawan yang tidak usah bekerja mencari nafkah.

Adapun  kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :

li
 kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas
dari yang lainnya.
 isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-
kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat, kebuutuhan dan
pengalaman peserta didik
  isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering
menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan
menggunakannya
 kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakn
cara penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori
yang menyebabkan peran siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini
mempunyai beberapa kelebhankarena kelebihan-kelebihan tersebut 
bentuk kurikulum ini lebih banyak dipakai.

 karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun


secara  sitematis logis, maka penyusunnya cukup mudah.
 bentuk ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh guru-guru maupun
orang tua, sehingga lebih mudah  untuk dilaksanakan.
 Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi
umumnya menggunakan bentuk ini
 Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode
utamanya adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat
efisiennya cukup tinggi
 Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan
mewariskan warisan budaya masa lalu.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan di atas pengembang kurikulum
subject design  tidak tinggal diam,  mereka berusaha untuk
memperbaikinya. Dalam rumpun  subject centered, the broad field
designmerupakan pengembangan dari bentuk ini. Begitu juga

lii
pengembangan bentuk-bentuk lain di luar subject centered, the broad
field design, areas of living design dan core design.

2).The Disciplines Design

Bentuk ini merupakan pengembangan dari  subject design keduanya


masih menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak
belakang dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan.
Pada  subject design belum ada kriteria  yang tegas tentang apa yang
disebut subject  (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika,
psikologi dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject.
Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan
apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang
tubuh ke ilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu
bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan, Untuk menegaskan hal itu
mereka menggunakan istilah disiplin.

Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah dusiplin-disiplin ilmu.


Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek,
batu pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang
kurikulum dari aliran ini berpegang   teguh pada disiplin-disiplin ilmu
seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.

Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design


tidak seperti  subject design yang menekankan penguasaab fakta-fakta
dan informasi tetapi pada pemahaman (understing). Para peserta didik
didorong untuk memahami logika  atau struktur dasar  suatu disiplin,
memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting juga
didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of
inquiry and discovery). Hanya dengan meguasai hal-hal itu, kata mereka,
peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan
berbagai fenomena baru.

Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang


menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan

lii
i
pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah
menintegrasikan unsur-unsur progersifisme dari Dewey. Bentuk ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design.
Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik
dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual
pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai
serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan
dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.

Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk, desain ini


maasih memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat
memberikan pengetahuan yang berintegrasi. Kedua, belum mampu
mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga,
belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik.
Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar
maupun untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih luas 
dibandingkan dengan  subject design tetapi secara akademis dan
intelektual masih cukup sempit.

3).The Broad Fields Design

Baik subject design maupun  disciplines design masih menunjukan


adanya pemisahan antar mata pelajaran. Salah satu usaha untuk
menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan The broad
field design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata
pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi
seperti sejarah, Geografi, dan Ekonomi digabung menjadi ilmu
Pengetahuan sosial, Aljabar, Ilmu ukur, dan Berhitung menjadi
matematika, dan sebagainya.

Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan para


siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya
spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk
kurikulum ini banyak digunakan di sekolah menengah pertama, di

li
v
sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di
perguruan tinggi sedikit sekali.

Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya


bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa
mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya
secara sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa
mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara
beberapa hal.

Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model


kurikulum ini. Pertama, kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar
guru mampu menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih
tinggi, apalagi di perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang
yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail,
yang diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan
ajar terbatas sekali,tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan
pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang
membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih
rendah di bandingkan dengan subject design,  tetapi model ini tetap
menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif
tingkat tinggi.

2. Learner-centered design

Sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan


subject centered design  berkembang learner centered design. Desai ini
berbeda dengan subject centered, yang  bertolak dari cita-cita untuk
melestarikan dan mewariskan budaya, dan karena itu mereka
mengutamakan peranan isi dari kurikulum.

Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam


pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang  adalah peserta
didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi

lv
belajar-mengajar, mendorong  dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.

1).The Activity atau Experience Design

Model  desain berawal pada abad ke 18, atas hasil karya dari rousseau
dan Pestalozzi, yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930an pada
masa kejayaan pendidikan progresif.

Beberapa ciri utama activity atau experience design:

Pertama,struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta


didik. Dalam implementasinya guru hendaknya:Menemukan minat dan
kebutuhan peserta didik, Membantu para siswa memilih mana yang
paling penting dan urgen .

Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan


peserta didik, maka kurikulum tidak dapat di susun jadi sebelumnya,
tetapi disusun bersama oleh siswa.

Ketiga, Desain kurikulum menekankan prosedur pemecahan masalah,


maksudnya dalam pembelajaran tentu akan di dapatkan masalah dan
dalam activity design perlu mempunyai cara memecahkan masalah
tersebut,.

Beberapa kelebihan dari design kurikulum :

 karena program pendidikan berasal dari peserta didik,maka tidak


banyak mengalami kesulitan merangsang peserta didik dalam
motivasi belajar.
 pengajaran memperhatikan individual,meskipun di bentuk
kelompok sekalipun karena mereka juga harus berperan aktif
dalm kelompok.
 kegiatan- kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal
kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di
luar sekolah.

lv
i
Kelemahan dari kurikulum ini:

 perbedaan pada minat dan kebutuhan peserta didik yang kerap


terjadi.
 kurikulumtidakmempunyai polakarena sumber pemikiran
berasaldari peserta didik.
 activity design curriculum sangat lemah dalam kontinuitas dan
sekuens. Dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan
yang kuat.
 kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa karena
membutuhkan ahli general education plus ahli psikologi
perkembangan fan human relation.
3. Problem centered design

Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan


peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan
manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat.
Problem cebtered design menekankan pada isi maupun perkembangan
peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini,
yaitu the areas of living design, dan The core design.

1).The Area of Living Design

Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process


objectives) dan yang bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan.
Penguasaan informasi- unformasi yang bersifat pasiftetap dirangsang.
Cirri lai yaiti menggunakan pengalaman dan situasi – situasi dari peserta
didik sebagai pembuka jalan  dalam mempelajari bidang-bidang
kehidupan.

Dalam the areas of living hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan


sehingga dapat dikatakan suatu desain bidang-bidang kehidupan yang
dirumuskan dengan baikakan merangkumkan pengalaman-pengalaman
peserta didik.

lv
ii
Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya:

 the areas of living desaign merupakan the subject matter


design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara
subject dihilangkan oleh problema- problema kehidupan sosial.
 karena kurikulum diorganisasikan di sekitar  problema- problema
peserta didik maka kurikulum ini menggunakan  prosedur
pemecahan masalah.
 menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan.
 menyajikan bahan ajar dalam bentuk yyang professional.
 motivasi berasal dari peserta didik.
Beberapa kekurangan tentang desain ini:

 penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan


yang sngat esensial sangat sukar.
 lemahnya integrasi kurikulum
 desain ini megabaikan warisan budaya.
 para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan masa
depan dan mengabaikan masa lalu.
2).The Core Design

The cores design timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject


design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan
ajar , mereka memilih mta mata pelajaran tertentu sebagai inti (core).
Pelajaran lainnya dikembangkan kan disekitar core tersebut. Menurut
konsep ini inti-initi bahn ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan
sosial. The core design biasa juga disebut the core curriculum.

BAB III

lv
iii
PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang


komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum
yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut
menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen,
diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari
kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media
mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran.
Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi
kelangsungan kurikulum.

Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus


dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain
kurikulum yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered
design, learned centered design, problem centered design. Setiap design
kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses
pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setian
design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design kurikulum memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya

B.Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak


kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan demi perbaikan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

li
x
WWW Slidesharr.net/Gestly/Desain/kurikulum

Widiya-biologi dan kurikulum.blogspot

www classical.blogspot.com/2011/10/desain/kurikulum

lx

Anda mungkin juga menyukai