Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Segala puji hanya bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Rhasulullah, keluarga serta sahabat dan
mereka yang menyeru dengan seruan serta berpedoman dengan petunjuknya.

Saya haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Proposal
Penelitian yang berjudul Suwuk Simbah Dullah Sebagai Pengobatan Gangguan Jiwa,
Studi di Pondok Darul Ulum Ds.Gulunan Kaliboto Kec.Mojogedang
Kab.Karanganyar Jawa Tengah.

Proposal Penelitian ini telah saya susun dengan rujukan buku yang telah saya
pilih sehingga dapat membantu saya menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir.

Tak lepas dari itu, saya menyadari bahwa masih ada kesalahan baik dari susunan
maupun tata bahasa yang saya gunakan, oleh karena itu saya sangat membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca ataupun pendengar agar saya dapat memperbaiki
Proposal Penelitian ini.

Akhirnya, saya memohon semoga Allah memberikan kemanfaatan atas Proposal


Penelitian ini dan melimpahakan pertolongan dan kebenaran kepada kita semua.
Amin.

Kartasura, 08 Mei 2019

Penulis

1
Daftar Isi

Kata
Pengantar........................................................................................................................
.....................................................1
Daftar
Isi......................................................................................................................................
....................................................2
BAB I :
PENDAHULUAN...........................................................................................................
................................................3
A. Latar
Belakang...................................................................................................
......................................................3
B. Rumusan
Masalah....................................................................................................
.................................................7
C. Tujuan
Penelitian..................................................................................................
...................................................7
D. Manfaat
Penelitian..................................................................................................
...............................................7
E. Tinjauan
Pustaka.....................................................................................................
.................................................7
F. Kerangka
Teori.........................................................................................................
...............................................10
G. Metode
Penelitian..................................................................................................
...............................................11
1. Jenis
Penelitian............................................................................................
...............................................11
2. Lokasi
Penelitian............................................................................................
............................................11
3. Subjek Penelitian dan Sumber
Data.................................................................................................1
1

2
4. Teknik Pengumpulan
Data....................................................................................................
...................12
H. Analisis
Data..........................................................................................................
................................................14
I. Uji Keabsahan
Data..........................................................................................................
....................................14
J. Sistematika
Penulisan..................................................................................................
.....................................15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pondok Darul Ulum berada di Desa Gulunan Kaliboto Kecamatan Mojogedang


Kabupaten Karanganyar. Didalam pondok ini terdapat fenomena suwuk sebagai
pengobatan ganguan jiwa yang masih bertahan sampai sekarang ini, padahal diluar sana

3
sudah banyak pengobatan modern dan tradisional lainnya, seperti pengobatan
akupuntur, bekam dan lainnya. Suwuk identik disebut sebagai pengobatan tradisional
dengan menggunakan mantra dan rapalan doa-doa dari dukun yang diletakkan di air
putih maupun ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Namun beda halnya dengan suwuk yang
dipraktikan oleh Simbah Muhammad Abdullah (Simbah Dullah) dipondok Darul Ulum.
Suwuk yang dipraktikan oleh Simbah Dullah ini hampir sama dengan suwuk ditempat
lain, yaitu sebagian menggunakan tumbuhan atau lebih spesifiknya lagi adalah bahan-
bahan dapur, kemudian menggunakan doa. Yang membedakan suwuk simbah Dullah
dengan suwuk lainnya yaitu menggunakan bacaan ayat Al-Qur’an yang di bacakan
pada air, makanan.
Terkait penelitian ini, peneliti memberikan fokus kajian pada kegiatan yang
menjadikan ayat al-Qur’an sebagai media pengobatan suwuk, sebagaimana yang telah
dipraktikan oleh Simbah Muhammad Abdullah. Beliau bertempat tinggal di Desa
Gulunan, Kaliboto Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
Beliau mendirikan Pondok Pesantren yang bernama Darul Ulum, yang terkenal sebagai
tempat pengobatan gangguan jiwa lewat praktik suwuk. Menurut pengakuan Simbah
Dullah, didalam pondok inilah sudah lebih dari 1000 orang yang mengalami ganguan
jiwa datang untuk berobat kepada Simbah Muhammad Abdullah. Beliau mampu
berinteraksi langsung dengan ayat-ayat al-Qur’an dalam pengobatan, mulai pengobatan
langsung maupun pengobatan jarak jauh. Tentang pengobatan yang beliau lakukan,
beliau melayani pasien yang mengalami penyakit nonfisik seperti masalah kebathinan,
ganguan jin dan gangguang jiwa ringan sampai gangguan jiwa berat. Tetapi
kesembuhan dari pasien yang beliau tangani, semua itu menurut pengakuan beliau,
tidak lebih dari pertolongan Yang Maha Kuasa sehingga beliau hanya memasrahkan
kepada Allah Swt.
Kemudian Simbah Dullah memberi keterangan bahwa media yang paling
sering digunakan oleh Simbah Muhammad Abdullah adalah berdoa untuk pasien
pondok, yang dilewatkan makanan. Simbah Muhammad Abdullah akan memberikan
doa untuk makanan yang akan diberikan kepada pasien. Dalam Pondok Darul Ulum
tersebut juga terdapat santri yang bertugas memasakkan dan mencucikan pakaian para
pasien. Simbah Muhammad Abdullah mengajarkan kepada santrinya tersebut untuk
berdoa sebelum memasak makanan, dan berdoa sebelum mencuci pakaian yang akan
dipakai oleh pasien. Lalu Simbah Muhammad Abdullah sering memakai bahan-bahan
dapur yang ditaruh disekitar tempat beristirahatnya pasien dengan memberikan doa
untuk bahan yang telah disiaapkan agar dapat mengusir makhluk yang mengganggu
pasien dan penyakit yang ada ditubuh pasien. Tapi pengobatan yang pertama menurut
Simbah Muhammad Abdulah adalah lewat pengajian yang rutin dilakukan setiap
malam sehabis shalat magrib. Penganjian tersebut sering disebut sebagai siraman
ruhani untuk memberikan semangat untuk pasien. Sebelum memulai sesi siraman
ruhani, Simbah Muhammad Abdullah selalu membaca Surat Yasiin terlebih dahulu
yang diperuntukan pasien yang sedang mejalani masa penyembuhan. Untuk pasien
yang datang kepada beliau, kebanyakan karena mendapatkan informasi dari mulut ke
mulut bukan dari pengiklanan resmi sebagai pengobatan-pengobatan seperti umumnya.

4
Sebagian hasil banyak yang cocok dengan pengobatan beliau dan sembuh atas izin
Allah Swt.
Adapun keterkaitan peneliti dalam memilih kajian ini adalah pertama, adanya
beberapa ayat-ayat al-Qur’an tertentu pada doa yang dibacakan dalam kebutuhan
keseharian dan proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa yang ditampung
di pondok Darul Ulum. Kedua, peneliti tertarik dalam pemaknaan ayat-ayat al-Qur’an
tertentu pada doa yang difahami oleh Simbah Muhammad Abdullah sebagai suwuk
sebagai pengobatan ganguan jiwa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses suwuk sebagai


pengobatan pasien ganguan jiwa yang ditampung di pondok Darul Ulum?
2. Bagaimana pemaknaan penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses suwuk
sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa yang ditampung di pondok Darul Ulum?

C. Tujuan Penelitian

1. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan bacaan


ayat-ayat al-Qur’an terhadap proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan
jiwa yang ditampung di pondok Darul Ulum.
2. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan pemaknaan terhadap
penggunaan ayat-ayat al-Qur’an terhadap proses suwuk sebagai pengobatan
pasien ganguan jiwa yang ditampung di pondok Darul Ulum.

D. Manfaat Penelitian

Kajian ini digunakan sebagai kontribusi keilmuan dalam bidang Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir, khususnya dalam bidang kajian Living Qur’an dan sebagai bentuk
kajian penelitian lapangan yang mengkaji fenomena yang ada di lembaga-lembaga
nonformal, terkait dengan proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa
menggunakan ayat al-Qur’an.

E. Tinjauan Pustaka

Dari literatur yang peneliti analisis untuk memperdalam kajian ini, peneliti
menemukan beberapa literatur yang memiliki relevansi terkait tema tersebut,
diantaranya:

Dalam Skripsi “Suwuk (Etnografi tentang pengobatan Tradisional Etnis Jawa


di Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan)” yang ditulis oleh Yayuk
Yudiawati, menjelaskan pengobatan Suwuk disini memiliki berbagai metode

5
pengobatan yaitu menghusab, menjilat, menyembur, menghembus, dan meminum
dengan disertai membaca mantra atau jampi-jampi. Jampi-jampi atau mantra dalam
suwuk memiliki kaitan antara agama Hindu dan Islam, dimana menggunakan bahasa
sansekerta dan al-Qur’an. Pengobatan suwuk bukanlah bukanlah pengobatan
tradisional yang hanya dapat menyembuhkan penyakit bersifat personalistik, namun
pengobatan ini juga dapat mengobati penyakit bersifat naturalistik. Pengobatan suwuk
sudah menjadi tradisi bagi masyarakat etnis Jawa dan pengobatan ini memiliki tujuan
untuk menolong orang bukan untuk mencari uang.1 Jadi penelitian ini akan sama
membahas mengenai pengobatan suwuk, namun fokus kepada praktik suwuk yang
dilakukan oleh Simbah Dullah untuk menobati pasien gangguan jiwa.

Dalam Jurnal “Mantra Untuk Penyembuhan Dalam Tradisi Suku Osing


Banyuwangi” yang ditulis oleh Novia Luthviatin, menjelaskan bahwa dalam proses
penyembuhan masyarakat Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi, berdasarkan
wawancara yang dilakukan dengan informan dapat diketahui bahwa praktek
pengobatan yang mereka lakukan meliputi beberapa metode yaitu: penyembuhan
dengan do’a, penyembuhan dengan menggunakan pijat urat dan syaraf, penyembuhan
dengan mengkonsumsi bahan alami, serta penyembuhan penyakit dan penyambung
jodoh dengan menggunakan kekuatan sihir. Informan menyatakan bahwa keahlian
dan kemampuan yang mereka miliki di dapatkan dari orang yang dituakan diwilayah
tersebut. mantra dipraktikan dalam proses penyembuhan di masyarakat Suku Osing,
dimana dipadukan dengan pijat dan urat, rajah, herbal, dan menempelkan benda
magis. Kalimat mantra yang secara umum digunakan adalah basmalah, shalawat, dan
harapan kesembuhan yang diucapkan dalam bahasa Osing.2 Dalam penelitian ini,
praktik suwuk yang dilakukan oleh Simbah Dullah tidak dapat dilihat langsung oleh
mata, seperti halnya yang dipraktikan dalam masyarakat Suku Osing dengan
menggunakan pijat, dan penempelan benda magis, dan bisa dikatakan pengobatan ini
adalah gaib yang merupakan bagian dari mistik atau magic. Namun dari keterangan
yang diberikan oleh Simbah Dullah adalah bahwa dalam praktik nya, suwuk yang
dilakukan melalui pengobatan jarak jauh, yang sebelumnya makanan diberikan doa
dan dibacakan ayat-ayat Qur’an, sehingga pengobatan Suwuk yang dilakukan Simbah
Dullah dalam bahasa islamnya lebih kepada pengobatan Syari’at. dalam bahasa
jawanya adalah Sarono, dan bahasa kasarnya Syarat, dan hal ini bukan termasuk
dalam perdukunan.

Dalam buku “Jiwa dalam Al-Qur’an, Solusi Kritis Keruhanian Manusia


Modern” yang ditulis oleh Dr. Achmad Mubarok, menjelaskan bahwa konsep
kesehatan mental dalam perspektif psikologi dapat dipahami dari definisi-definisi
sebagai berikut: pertama, kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-
gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa; kedua, kesehatan mental

1
Yayuk Yusdiawati, “Suwuk (Etnografi tentang pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa
Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan) (Medan: Universitas Sumatera Utara)
2
Novia Luthviatin, Jurnal Ikesma “Mantra Untuk Penyembuhan Dalam Tradisi Suku Osing
Banyuwangi” (Universitas Jember, Vol. 11, No. 1, Maret 2015) hlm 38

6
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup; ketiga, kesehatan mental adalah
pengetahun dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga
membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-
gangguan dan penyakit jiwa; keempat, kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk mengahadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.3 Jadi penelitian ini akan
membahas lebih lanjut, secara khusus dan spesifik mengenai solusi yang tepat bagi
masalah keruhanian manusia bukan hanya secara psikologis saja, namun juga secara
religius-spritual.
Dalam jurnal Risalah “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental
Islam” yang ditulis oleh Suhaimi, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN
Suska Riau, menjelaskan bahwa konsep kesehatan mental Islam disini adalah
mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib. Menganai hal ini,
faktor-faktor yang berasal dari luar tubuh manusia seperti pengaruh supranatural dan
hal-hal gaib adalah faktor eksternal yang bisa menyebabkan gangguan jiwa. Namun
apabila kondisi seseorang secara psikologis dan spiritual stabil dan seimbang, maka ia
akan terhindar dari pengaruh tersebut. Jadi pengaruh supranatural dan hal-hal gaib
bukan faktor utama yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa.4
Penelitian ini akan mengambil manfaat dari kajian ‘Gangguan Jiwa Dalam Perspektif
Kesehatan Mental Islam’ tersebut, yang saya anggap relevan dapat dibahas dalam
penelitian ini, seprti halnya adalah masalah spritual yang slabil dan seimbang, lalu
saya akan membahas yang belum ada dalam kajian tersebut yang tidak hanya
terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan psikologis dan spiritual saja, namun
juga keseimbangan secara Intelektual, dan Moral.
Dalam Tesis “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan Penyakit
Jiwa, Studi Living Qur’an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah” yang
ditulis oleh Baytul Muktadin, Lc menjelaskan bahwa awal mulanya pengobatan
penyakit jiwa yang menggunakan ayat-ayat al-Qur’an muncul di daerah Kalisabuk
sejak tahun 1996, berawal dari keprihatinan KH. Himamuddin Ridwan terhadap
masyarakat setempat. Menurut KH. Himamuddin Ridwan penyakit gangguan jiwa
perlu ada penanganan khusus dalam penyembuhannya, diantaranya berbagai macam
dzikir, baik dengan al-Qur’an atau shalawat dan pemijitan meridian akupuntur yang
disertai al-Qur’an maupun pukulan yang disertai al-Qur’an dan serta meminumkan air
yang telah diberi doa.5 Penelitian ini hampir sama dengan kajian ‘Penggunaan Ayat-

3
Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur’an ‘Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern ‘
(Jakarta Selatan: Paramadina, Februari 2000) H 15
4
Suhaimi, Jurnal Risalah Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental Islam (Riau:
Vol. 26, No. 4, Desember 2015) H 203
5
Baytul Muktadin, Tesis Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan Penyakit Jiwa
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015) H 5

7
Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan Penyakit Jiwa, Studi Living Qur’an di Desa
Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah’, namun yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah dalam pengobatan K.H. Muhammad Abdullah
agak berbeda dengan pengobatan pada umunya. Dimana pada pengobatan ditempat
lain prosesi nya dapat dilihat dan disaksikan secara langsung, namun beda dengan
prosesi pengobatan oleh K.H. Muhammad Abdullah yang sistem pengobatannya tidak
dapat dilihat secara langsung oleh mata.
Dalam jurnal Al-Bayan “Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat
Penawar (Syifa’) Bagi Manusia” yang ditulis oleh Umar Latif menjelaskan bahwa
untuk memperoleh ampuhnya obat yang tersurat di dalam al-Qur’an, seseorang hamba
mesti mengabdi kepada khaliq-nya dengan setia, selalu memperhatikan kehendak-
kehendaknya apapun yang dikehendakinya dan menaati perintahnya tanpa mengeluh.
Inilah sebabnya mengapa al-Qur’an kerapkali menyeru seorang hamba untuk tetap
patuh secara mutlak dan penyerahan serta kerendahan diri di hadapan sang khaliq.
Shalat, sujud, Ikhlas, ridha, optimis, syukur dan keteguhan hati merupakan
kompleksitas terhadap perolehan penyembuhan jiwa seseorang hamba yang dilakukan
secara simultan melalui proses komunikasi dengan sang khaliq, dengan harapan
memperoleh karunia ilahi.6 Penelitian ini akan membahas lebih lanjut dan spesifik
dari kajian sebelumnya, bahwa Semua yang ada didalam al-Qur’an dan ayat-ayat atau
doa-doa yang ada didalam kitab-kitab yang lain, pada intinya, bisanya tercapai tujuan
dan mudah makbulnya doa itu dikarenakan orang yang selalu dekat kepada Allah, dan
Allah juga menakdirkan kepada kita dengan yang namanya hasab (usaha).
Dalam Jurnal “Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
Analisis Pemikiran Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an bagi
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan” yang ditulis oleh Mas’udi Stain Kudus, Jawa
Tengah, yang menjelaskan tuntutan perubahan pemikiran dalam diri seseorang untuk
menghindari gangguan kejiwaan dalam diri setiap pribadi searah dengan kajian pada
firman Allah Swt. dalam (QS. Al-Ra’d, /13: 11), “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri”. Kekuatan pola pikir dalam menjauhkan seseorang dari penyakit kejiwaan
juga diteguhkan oleh Taufik Pasiak (2007: 35). Dalam penjelasannya, Taufik Pasiak
menyatakan bahwa mengubah cara berfikir adalah kegiatan yang paling sulit, tetapi
memiliki efek yang spektakuler. Perubahan-perubahan bersejarah yang berhasil
membangun peradaban adalah perubahan-perubahan yang bertolak pada cara berfikir.
Memperhatikan dan merasakan bagaimana ketika seseorang yang semula pesimistis
kemudian menjadi optimis, perubahan yang sangat hebat yaitu ketika seseorang
berpindah agama maka ketika itu seseorang mengalami perubahan mind yang diiringi
dengan perubahan cara hidup.7 Penelitian ini akan membahas bab yang juga terdapat
dalam kajian ‘Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Analisis

6
Umar Latif, Jurnal Al-Bayan Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar
(Syifa’) Bagi Manusia” vol. 21, No. 30, Juli-Desember 2014) H 83
7
Mas’udi, Jurnal Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Analisis Pemikiran
Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan , (Jawa
Tengah: STAIN Kudus, vol. 8, No. 1, Juni 2017) H 139

8
Pemikiran Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an bagi
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan’, dimana tuntutan perubahan pemikiran dalam diri
seseorang untuk menghindari gangguan kejiwaan itu perlu direalisasikan, dan dalam
penelitian ini barulah akan dipaparkan bagaimana menerapkan sistem yang dinamai
dapat memperkuat pola pikir, yaitu lewat action dalam latihan bisnis yang diberikan
untuk pasien, yang akan dilakukan jika pasien sudah mengalami peningkatan dalam
hasil penyembuhan.

F. Kerangka Teori

Dalam kajian Living Qur’an ini, teori yang digunakan oleh penulis adalah
teori fenomenologi. Teori ini dianggap relevan dalam kajian Living Qur’an, sebab
objek kajian yang sedang penulis kaji berkaitan erat dengan realitas sosial. Fenomena
inilah yang menjadi sesuatu yang menjadi objek yang dikaji dalam studi
fenomenologi.
Fenomenologi, pada awalnya merupakan kajian filsafat dan sosiologi. Edmund
Husserl sendiri adalah penggagas utamanya, ia menginginkan fenomenologi akan
melahirkan ilmu yang lebih bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia, setelah sekian
lama ilmu pengetahuan mengalami krisis dan disfungsional. Fenomenologi kemudian
berkembang sebagai macam metode riset yang diterapkan dalam berbagai ilmu sosial,
termasuk didalamnya komunikasi, sebagai salah satu varian dalam penelitian
kualitatif.8
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phaenesthai, berarti
menunjukkan dirinya sendiri, menampilkan. Fenomenologi juga berasal dari bahasa
Yunani yaitu pahainomenon yang secara harfiyah berarti “gejala” atau apa yang telah
menampakan diri, sehingga nyata bagi si pengamat. Metode fenomenologi yang
dirintis oleh Edmund Hurssel bersemboyan: Zuruck zu den sachen selbst (kembali
kepada hal-hal itu sendiri).9 Untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi dalam
rehabilitasi dan penampungan pasien gangguan jiwa maka peneliti harus menanyakan
kepada pasien yang sudah mengalami nya, bukan kepada orang lain.
Fenomena dalam konsepsi Hurssel, adalah realitas yang tampak, tanpa
selubung atau tirai antara manusia dengan realitas itu. Fenomena adalah realitas yang
menampakkan dirinya sendiri kepada manusia. Sementara itu dalam menghadapi
fenomena ini manusia melibatkan kesadarannya, dan kesadaran selalu berarti
kesadaran akan sesuatu (realitas). Perlu dipahami bahwa fenomena menurut Brouwer
(1984) bukanlah suatu benda, bukan suatu objek diluar diri kita, dan lepas dari kita
sendiri, Ia adalah suatu aktifitas. Bila saya melihat sebuah rumah, maka terdapat
aktifitas akomodasi, konvergensi, dan cerapan dari mata saya, sehingga rumah itu
tampak terlihat, sehingga ia muncul sebagai fenomena. Secara sederhana, maka

8
O.Hasbiansyah, Jurnal Pendekatan Fenomenologi ‘Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi’. Vol. 9, No. 1, Juni 2008, H 163
9
Ibid., H 166

9
terjadilah dialektis antara subjek dan objek. Tak mungkin ada yang dilihat jika tidak
ada yang melihat.10
Jadi studi fenomenologi ini mencari jawaban tentang makna dari suatu
fenomena. Dan ada dua fokus dalam penelitian Living Qur’an dengan teori
fenomenologi ini, yaitu11:
1. Pertama, Texstural description: apa yang dialami oleh subjek penelitian
(orang yang diteliti) tentang sebuah fenomena. Apa yang dialami adalah aspek
objektif, data juga bersifat faktual (kejadian nyata), hal yang terjadi adalah
secara empiris (suatu sumber yang diperoleh dari observasi atau pengetahuan).
pengalaman subjek dalam hal ini merupakan fenomena yang menjadi subject
matter (pokok persoalan) yang diteliti. Jadi dimensi pertama ini merupakan
pengalaman faktual dari si subjek, yang bersifat objektif.
2. Kedua, Struktural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai
pengalamannya, diskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut
pendapat, penilaian, harapan, serta respon subjektif lainnya dari subjek
penelitian berkaitan dengan pengalamannya itu. Dimensi kedua ini bersifat
subjektif.

G. Metode Penelitian

Supaya peneliti dapat menyusun penelitian ini dengan baik dan terarah serta
mempunyai bobot ilmiyah, maka peneliti memilih metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti secara langsung ke lapangan yang
telah ditentukan sebagai objek penelitian. Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penulisan deskriptif-kualitatif.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini terletak di Desa Gulunan Kaliboto Kecamatan


Mojogedang Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Tepatnya di Pondok
Pesantren Putra Putri “Darul Ulum” Simbah K.H. Muhammad Abdullah.

3. Subjek Penelitian dan Sumber Data

Mengenai subjek penelitian sekaligus sumber data, peneliti membagi dua,


yaitu informan kunci dan informan non kunci. Diantara daftar yang termasuk
informan kunci adalah K.H. Muhammad Abdullah sebagai pelaku utama dalam

10
Ibid,. H 168
11
Ibid,.H 171

10
praktik pengobatan suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa dengan ayat
al-Qur’an dan pimpinan pengurus pondok yaitu putra dari K.H Muhammad
Abdullah yaitu Gus Nuri. sedangkan informan non kunci adalah masyarakat
sekitar pondok Darul Ulum.
Adapun objek material dalam penelitian ini adalah penggunaan ayat-ayat al-
Qur’an dalam proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa. Sedangkan
objek formalnya adalah pemaknaan penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses
suwuk.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana penelitian kualitatif, maka metode pengumpulan data yang akan


digunakan oleh peneliti adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berikut adalah matriksnya:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah


Observasi Partisipan yakni peneliti bertindak sebagai peserta kegiatan dan
belajar kepada Informan Kunci dalam berbekal teori maupun teknik. Unsur
inilah yang kemudian peneliti jadikan sebagai data dalam menggali informasi
secara langsung.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, sebelum peneliti melakukan wawancara, ada


beberapa hal yang perlu peneliti lakukan. Diantaranya yaitu menyeleksi
individu yang ingin di jadikan Informan, baik yang akan dijadikan informan
kunci atau informan non kunci. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik kombinasi antara purposif dan snow ball (bergulir). Teknik purposif
digunakan karena peneliti memiliki informan awal yang mempunyai informasi
dengan pemahaman yang menyeluruh terhadap fenomena di lokasi. Teknik ini
dapat dilengkapi dengan teknik snow ball, yakni penunjukan informan secara
bergulir. Sebagai informan awal adalah Simbah K.H. Muhammad Abdullah
pemilik pondok pesantren Darul Ulum sekaligus beliau lah yang
melangsungkan prosesi rehabilitasi kepada para pasiennya, dan beliau yang
lebih tahu seluk beluk yang terjadi dilokasi. Informan ini akan mengarahkan
peneliti kepada informan-informan lainnya, seperti untuk mengetahui struktur
kepengurusan pondok Darul Ulum, maka informan yang cocok memberikan
keterangan adalah ketua pengurus. Penggunaan kedua teknik tersebut
diharapkan dapat memperoleh data yang komprehensif terkait dengan
fenomena penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses suwuk.

c. Dokumentasi

11
Dokumentasi adalah pencarian data-data berupa kumpulan data-data
verbal yang berkaitan dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan terhadap data-data
yang relevan dengan penelitian, data-data tersebut meliputi buku yang
digunakan sebagai rujukan penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses
suwuk. Foto sarana-prasarana seperti tugu pondok Darul Ulum, dan masjid
pondok Darul Ulum. Juga dilengkapi dengan foto kegiatan yang dilaksanakan
dalam proses pengobatan suwuk. Hal ini di lakukan untuk menambah
informasi dan melengkapi data-data yang diperoleh dari teknik pengumpulan
data sebelumnya.

No Aspek yang Diteliti Metode Sumber

Sejarah dan Perkembangan Informan Kunci


1 Penggunaan ayat-ayat al-Qur’an Wawancara K.H. Muhammad
dalam proses suwuk sebagai Abdullah
pengobatan pasien ganguan jiwa
Tujuan, visi dan misi pondok Informan Kunci
2 Darul Ulum Wawancara Gus Nuri

Asal sumber dana yang Informan Kunci


3 digunakan untuk menampung Wawancara K.H. Muhammad
pasien gangguan jiwa Abdullah
Struktur kepengurusan Pondok Wawancara dan Informan Kunci
4 Darul Ulum Dokumentasi Gus Nuri

Kegiatan yang diagendakan di Observasi, Informan Kunci


5 Pondok Darul Ulum Wawancara dan K.H. Muhammad
Dokumentasi Abdullah
Jumlah pasien gangguan jiwa Informan Kunci
6 yang diobati dan ditampung di Wawancara K.H. Muhammad
pondok Darul Ulum Abdullah
Jumlah Pengajar pondok Darul Informan Kunci
7 Ulum Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Informan Kunci
8 Bacaan yang dibacakan saat K.H. Muhammad
proses pengobatan pasien Wawancara Abdullah dan
Informan non
Kunci
Observasi, Informan Kunci
9 Kitab rujukan dan sumber bacaan Wawancara dan K.H. Muhammad
selama proses pengobatan Dokumentasi Abdullah
Pola pembacaan ayat al-Qur’an Informan Kunci
10 dalam proses pengobatan Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah

12
Tahun diterapkannya pengobatan Informan Kunci
11 pasien dipondok Darul Ulum Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Waktu penerapan suwuk untuk Observasi, Informan Kunci
12 pasien Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Yang dapat menerapkan suwuk Informan Kunci
13 dan bacaan ayat al-Qur’an untuk Wawancara K.H. Muhammad
proses pengobatan pasien Abdullah
Informan Kunci
14 Tempat proses pengobatan pasien Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Informan Kunci
15 Pemahaman mengenai ayat yang Wawancara K.H. Muhammad
digunakan untuk suwuk Abdullah
Hasil penerapan proses Informan Kunci
16 pengobatan pasien Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Kota asal pasien datang untuk Informan Kunci
17 diobati Wawancara dan Informan non
Kunci
Informasi yang didapat dari
18 pasien tentang pondok darul ulum Wawancara Informan non
sebelum datang untuk berobat kunci
Biografi K.H. Muhammad Informan Kunci
19 Abdullah Wawancara dan Informan non
Kunci

H. Analisia Data

Setelah semua data terkumpul sebagaimana yang telah disebutkan dalam poin
sebelumnya, langkah berikutnya adalah memproses data-data tersebut, kemudian
editing untuk melihat dan memeriksa apakah data cukup lengkap dan sempurna.
Analisis data dilakukan baik ketika proses pengumpulan data maupun pra
penggumpulan data dengan metode, menelaah data yang terkumpul dari berbagai
sumber data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan
sebagiannya dengan cara dibaca, dipelajari dan ditelaah dengan seksama.

I. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data ini sangat diperlukan karena mengginggat adanya unsur
kurang teliti dan cermat dalam pengumpulan data yang dilakukan, sehingga
menjadikan perasaan was-was atau keraguan akan hasil yang telah diperoleh. Data
dalam penelitian ilmiyah, harus dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya. Untuk
menjawab hal tersebut, maka diperlukan tahapan pengecekan keabsahan data.
Untuk menentukan keabsahan data temuan dalam penelitian ini, digunakan
metode sebagai berikut:

13
1. Trianggulasi

Triagulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kebenaran
data yang diperoleh sebagai pedoman dalam analisis data yang telah dilakukan.
Adapun untuk penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik trianggulasi
sebagai berikut:

a. Trianggulasi dengan Sumber

Trianggulasi dengan sumber yaitu peneliti akan melakukan


pengecekan data dari seseorang sumber informan dengan lainnya yang
berbeda. Trianggulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa
sumber informan yaitu pimpinan/pengasuh pondok Darul Ulum, ketua
pengurus pondok Darul Ulum, dan tokoh masyarakat.

b. Trianggulasi dengan Metode

Trianggulasi metode adalah pengecekan keabsahan dari data yang


diperoleh melalui metode pengambilan data yang berbeda untuk mengkaji
ulang antar metode yang ada. Misalnya, data tentang rujukan yang digunakan
dalam proses pengobatan yang diperoleh dari teknik wawancara, kemudian
peneliti melakukan kajian ulang dengan mencari tahu isi dari kitab rujukan
tersebut.

c. Trianggulasi Data

Trianggulasi data adalah pengecekan keabsahan dari data yang


diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Jika terdapat perbedaan
antara observasi, wawancara atau dokumentasi maka dipilih yang kredibel.
Seperti jika data yang diperoleh dari wawancara dengan data yang diperoleh
saat observasi berbeda, maka data dari observasilah yang peneliti diambil.

J. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memperjelas konsep pembahasan, penelitian ini


dibagi ke dalam beberapa bab dan sub bab. Pembahasan dalam penelitian ini
mencakup pembagian sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan sebagai patokan atau poin acuan dalam


penelitian ini yang mencakup didalamnya antara lain: latar belakang, rumusan

14
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, analisis data, uji keabsahan data, dan sistematika pembahasan.

Kemudian Bab II menjelaskan profil Pondok Pesantren Darul Ulum yang akan
dilengkapi dengan sejarah berdirinya dan perkembangannya, lalu visi dan misi
pondok , daftar susunan kepengurusan pondok, serta gambaran umum santri putra dan
putri pondok, dan gambaran masyarakat yang berada di sekitar pondok tersebut.

Bab III yaitu berisi bab pembahasan inti dari permasalahan, yaitu penggunaan
ayat al-Qur’an sebagai proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa di
Pondok Darul Ulum, dimana prosesi pengobatan suwuk ditangani langsung oleh K.H.
Muhammad Abdullah.

Bab IV menjelaskan makna penggunaan ayat Al-Qur’an dalam proses suwuk


sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa di Pondok Darul Ulum

Adapun Bab V adalah bab penutup yang berisi kesimpulan sebagai jawaban
dari permasalahan yang telah diteliti.

BAB II

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Profil Pondok Pesantren Darul Ulum

15
1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya

Pondok Darul Ulum yang berada di Desa Gulunan Kaliboto Kecamatan


Mojogedang Kabupaten Karanganyar ini resmi didirikan pada tahun 1990. Namun
K.H. Muhammad Abdullah sudah mulai mengobati orang-orang sejak pada tahun
1988. Hanya saja pada saat sudah berdirinya pondok pesantren dan sudah menetap
di desa Gulunan Kaliboto mulailah menerima pasien gangguan jiwa untuk diobati
dan ditampung dipondok Darul Ulum. Jadi awal mulanya didirikan pondok Darul
Ulum ini jelas bahwa sebelum-sebelumnya K.H Muhammad Abdullah sudah
mendapat kepercayaan oleh masyarakat sekitar dalam hal mengobati orang yang
memiliki gangguan jiwa, barulah dikembangkan dengan mendirikan pondok Darul
Ulum yang nantinya dapat mempermudah proses pengobatan pasien gangguan
jiwa dan penampungannya.
Dalam perjalanan pengobatan yang telah dilakukan oleh K.H Muhammad
Abdullah, diera awal sebelum berdirinya pondok hingga berdirinya, hingga tahun-
tahun berikutnya sudah ribuan pasien yang berdatangan, baik itu pasien yang
mengidap gangguan jiwa ringan yang pengobatannya tidak harus menetap
dipondok, ataupun pasien yang mengidap gangguan jiwa berat yang harus
menetap dipondok untuk dapat diberikan penanganan yang lebih serius oleh K.H.
Muhammad Abdullah. Tidak hanya masyarakat sekitar saja, pasien-pasien
tersebut berdatangan dari berbagai kota dan daerah, seoerti Ngawi, Solo, Jakarta,
Kalimantan dan lain sebagainya.
Di dalam pondok Darul Ulum ini tidak hanya dijadikan tempat pengobatan
dan menampung pasien gangguan jiwa saja, seperti umumnya masyarakat sekitar
mengenalnya. Namun juga tentunya banyak santri putra dan putri yang ada
didalam pondok Darul Ulum baik yang menetap maupun pulang pergi.

B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Ulum

Putra pertama dari K.H. Muhammad Abdullah yaitu Gus Nuri, adalah ketua
pengurus pondok pesantren Darul Ulum. Gus Nuri mengatakan bahwa visi dari
pondok Darul Ulum adalah,
‘Terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan
Moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap
kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah’

Dalam ragka mewujudkan visi diatas, selanjutnya pondok Darul Ulum ini juga
memiliki misi seperti yang telah disampaikan oleh Gus Nuri. Gus Nuri mengatakan
terkait misi Pondok Darul Ulum adalah:

‘Menyelenggarakan proses pendidikan Islam yan berorientasi pada mutu,


berdaya saing tinggi, dan berbasis pada sikap Spiritual, Intelektual, dan
Moral guna mewujudkan pemimpin yang menjadi rahmatan lil alamin.’

16
C. Para Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum

Para penggurus dalam Pondok Darul Ulum terbentuk dalam susunan


kepengurusan yang mempunyai tugasnya masing-masing yang telah diamanatkan.
Adapun bentuk susunannya sebagai berikut:

1. K.H Muhammad Abdullah sebagai Pengasuh


2. Muhammad Zakaria Nuri S.pd sebagai Ketua I
3. Bambang Suwito Hadi sebagai Ketua II
4. Muhammad Ridwan S.pd sebagai Bendahara
5. Sarwanto dan Mujiono sebagai Perlengkapan
6. Suyatno sebagai Keamanan
7. Surahman dan Taufiq sebagai Kesehatan
8. Nur Jannah dan Ngatmini sebagai Kebersihan
9. Sukarni sebagai Tarbiyah

D. Penggunaan Ayat al-Qur’an sebagai Proses suwuk sebagai pengobatan pasien


ganguan jiwa

a. Prosesi Suwuk

Prosesi suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa di pondok Darul Ulum
ditanggani oleh K.H. Muhammad Abdullah dan rata-rata pasien dengan ganguan
jiwa berat dapat sembuh dalam waktu 3 bulan. Dalam pengobatan beliau agak
berbeda dengan pengobatan pada umunya. Dimana pada pengobatan ditempat lain
prosesi nya dapat dilihat dan disaksikan secara langsung, namun beda dengan
prosesi pengobatan oleh K.H. Muhammad Abdullah yang sistem pengobatannya
tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata.
K.H. Muhammad Abdullah menerima pasien yang datang ke pondok untuk
pengobatan tidak secara langsung baliau tahu sakit yang dialami oleh pasien.
Kalau pun jika dilihat langsung sudah ada tanda-tanda jika sakitnya parah, beliau
akan meyakinkan bahwa dengan semangat dan yakinnya dengan Allah lah pasien
akan sembuh. Jadi baliau memberikan sugesti terlebih dahulu bahwa pengobatan
akan dilakukan dari keyakinan pasien sendiri bahwa dia akan sembuh, karena jika
pasien nya sendiri tidak yakin maka akan sulit juga untuk dibati.
K.H. Muhammad Abdullah dalam pengobatannya tidak menggunakan metode
mistik tapi berbekal teori dan teknik. Beliau menggatakan bahwa pegobatan yang
beliau lakukan jika adalah penggobatan Syari’at, itulah dalam bahasa Islamnya,
jika dalam bahasa jawanya disebut Sarono, dan dalam bahasa kasarnya adalah
Syarat. Inilah pengobatan yang dimaksud oleh beliau bukan metode mistik, tapi
metode teori dan teknik, seperti contohnya beliau menyuruh untuk menyiapkan
bahan-bahan dapur seperti bungga pepaya, bawang merah, garam yang dijadikan
obat lamuk, ibaratnya obat nyamuk yang dioleskan ke seluruh tubuh pasti nyamuk
akan pergi. Dan dari bahan-bahan dapur tersebut diperintahkan lah agar ditaruh di

17
sekitar tempat pasien, maka penyakitnya akan pergi. Dan contoh pengobatan
dengan obat lamuk tersebut bukan termasuk perdukunan.
Tapi obat yang pertama yang dilakukan oleh K.H. Muhammad Abdullah
adalah langkah-langkah penggunaan al-Qur’an yaitu dengan sistem majelis
pengajian yang rutin diadakan di masjid pondok Darul Ulum setiap habis shalat
magrib berjamaah. Sebelum pengajian dimulai, K.H. Muhammad Abdullah selalu
membacakan ayat al-Qur’an salah satunya surat Yasiin yang diperuntukan untuk
kesembuhan pasien, barulah kemudian pengajian dimulai diisi dengan
menceritakan tentang penyakit-penyakit rohani, tentang asal mulanya orang
mengalami gangguan jiwa serta siraman-siraman rohani lainnya.
Dalam proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa yang ditampung
dipondok Darul Ulum, sistem pola pengobatan juga dilewatkan pada makanan,
minuman, yang telah dibacakan doa oleh K.H Muhammad Abdullah. Tidak hanya
lewat makanan dan minuman, tapi sebelum mencuci beras, memasak makanan,
dan juga mencuci pakaian pasien juga dibacakan doa terlebih dahulu, yang
didalam doa tersebut juga ada bacaan ayat al-Qur’annya.
Lalu dalam proses pengobatan juga diterapkan sistem yang dinamai dapat
memperkuat agama, yaitu lewat latihan bisnis yang diberikan untuk pasien yang
jika pasien sudah mengalami peningkatan dari hasil penyembuhan. Pasien diajak
terjun untuk melakukan aktifitas sehari-hari sampai berbisnis, yang di saat bisnis
itu berlangsung K.H Muhammad Abdullah akan memberikan doa agar dapat
beraktifitas dan berbisnis dengan aman dan nyaman.
Dalam hal lain selain bisnis adalah dengan pengobatan yang dinamai
pengobatan bil Lisan, yaitu selama pengobatan berlangsung jangan sampai
mengutarakan perkataan yang menambah sakit pasien, dan tidak memaksakan
kehendak kepada pasien. Lebih baik adalah dengan menuruti apa yang mereka
suka, yang mampu membentuk karakter pasien lewat jalan fikirannya. Jika
memang yang diinginkan kerja maka disiapkan lahan pekerjaan.

b. Pemaknaan Ayat al-Qur’an oleh K.H Muhammad Abdullah

Semua yang ada didalam al-Qur’an dan ayat-ayat atau doa-doa yang ada
didalam kitab-kitab yang lain pada intinya bisanya tercapai tujuan dan mudah
makbulnya doa itu dikarenakan orang yang selalu dekat kepada Allah, apapun
yang diminta langsung bisa dikabulkan sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al-
Baqarah/2: 152:

‫فَاذْ ُك ُرو نِى أَذْ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُروا ِلى َو ََل ت َ ْكفُ ُر ْو ِن‬

Artinya: “Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku Ingat (pula) kepadamu”

Allah menakdirkan kepada kita dengan yang namanya hasab (usaha). Seperti
contohnya Nabi, para Nabi doanya sudah jelas dijamin ma’bul, tapi para Nabi
masih tetap diberi Syari’at (Sarana) seperti halnya Nabi Musa yang diberikan

18
Syari’at tongkat untuk membuat jembatan didalam laut ketika dikejar oleh
pasukan Firaun, dan disaat itulah Allah memerintahkan agar Nabi Musa
memukulkan tongkatnya pada air laut dan langsung seketika air laut berubah
menjadi jembatan. Begitu pula Rasul yang ketika ingin dibunuh oleh musuhnya
orang kafir beliau bersembunyi di Gua, lalu kenapa beliau tidak berdoa saja?
Bukan kah dengan berdoa akan terkabul dan masalah selesai! Ini lah yang
dimaksud Syari’at yaitu agar umat-umat nya kelak tidak langsung instan,dan
lewat para Nabi dan Rasul itulah Allah memberikan contoh supaya manusia mau
untuk berusaha.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan kajian Living Qur’an terhadap penggunaan ayat-


ayat al-Qur’an dalam proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa di Desa
Gulunan Kaliboto Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah,

19
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses pengobatan, pasien harus yakin bahwa
dia bisa sembuh, karena penggobatannya harus dengan keyakinan pasien tersebut.
Dalam praktik pengobatan dengan metode suwuk yang dilakukan oleh Simbah
Dullah membuktikan bahwa tidak semua suwuk diartikan kedalam pengobatan yang
berbau mistik dan magic seperti halnya perdukunan. Namun, dalam praktik kali ini
ada suwuk yang didalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
Kemudian jika dilihat dari pelaku yang mengobati pasien dengan
menggunakan ayat-ayat al-Qur’a merupakan bentuk dari kecintaan beliau terhadap al-
Qur’an dan menyayangginya sebagai kitab suci. Dengan adanya rasa kecintaan
terhadap al-Qur’an tersebut, beliau merealisasikan rasa kecintaannya dengan
mempelajarinya, membacanya, menghafal, mengamalkan dan menggunakannya
sebagai wasilah untuk mengobati pasien gangguan jiwa.

Daftar Pustaka

Achmad Mubarok. Februari 2000. Jiwa Dalam Al-Qur’an ‘Solusi Krisis Keruhanian
Manusia Modern ‘ : Jakarta Selatan: Paramadina.

Baytul Muktadin. 2015. Tesis Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan


Penyakit Jiwa : Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Mas’udi. Juni 2017. Jurnal Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,

20
Analisis Pemikiran Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an
bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan : Jawa Tengah: STAIN Kudus, vol.
8, No. 1.

Novia Luthviatin. Maret 2015. Jurnal Ikesma “Mantra Untuk Penyembuhan Dalam
Tradisi Suku Osing Banyuwangi” : Universitas Jember: Vol. 11, No. 1

O.Hasbiansyah. Juni 2008. Jurnal Pendekatan Fenomenologi ‘Pengantar Praktik


Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi’: Vol. 9. No. 1.

Suhaimi. Desember 2015. Jurnal Risalah Gangguan Jiwa Dalam Perspektif

Kesehatan Mental Islam : Riau: Vol. 26, No. 4.

Umar Latif. Juli-Desember 2014. Jurnal Al-Bayan Al-Qur’an Sebagai Sumber

Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa’) Bagi Manusia vol. 21, No. 30.

Yayuk Yusdiawati. Suwuk (Etnografi tentang pengobatan Tradisional Etnis Jawa di

Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan) : Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Pedoman Wawancara

A. Untuk Ketua Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum

1. Apa tujuan, visi dan misi pondok pesantren Darul Ulum?


2. Bagaimana Struktur kepengurusan pondok pesantren Darul Ulum?
3. Siapa yang bertugas merehabilitasi pasien gangguan jiwa dipondok Darul Ulum?

B. Untuk Pelaku Pengobatan dengan Proses Suwuk Pasien Gangguan Jiwa

21
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan pengobatan pasien gangguan jiwa di
pondok Darul Ulum?
2. Kegiatan apa saja yang diagendakan dalam proses pengobatan pasien gangguan
jiwa?
3. Apa saja bacaan yang dibaca saat proses pengobatan suwuk pasien gangguan
jiwa?
4. Bagaimana pola pembacaan ayat al-Qur’an dalam proses suwuk pasien gangguan
jiwa?
5. Apa saja kitab rujukan dan sumber pemilihan ayat dan doa yang dibacakan dalam
proses pengobatan suwuk pasien gangguan jiwa?
6. Apa perbedaan penggobatan yang ada dipondok ini dengan pengobatan ditempat
lain?
7. Kapan waktu diterapkannya bacaan doa dan ayat al-Qur’an untuk pasien
gangguan jiwa?
8. Berapa waktu yang dibutuhkan agar pasien gangguan jiwa bisa sembuh?
9. Dimana tempat proses pengobatan untuk pasien gangguan jiwa dilakukan ?
10. Hal-hal apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat proses
pengobatan pasien gangguan jiwa?
11. Bagaimana memahami al-Qur’an dapat dijadikan pengobatan?
12. Dari daerah mana saja pasien-pasien berasal?
13. Bagaimana respon masyarakat atau pasien tentang adanya pengobatan suwuk
gangguan jiwa dipondok Darul Ulum?

C. Untuk pasien dari Mayarakat Sekitar Pondok

1. Bagaimana Metode terapi yang digunakan dalam pengobatan di pondok Darul


Ulum?
2. Apa yang anda rasakan setelah beberapa kali datang untuk diobati dipondok Darul
Ulum?
3. Apa yang anda rasakan saat pengobatan berlangsung?
4. Dari mana anda mendapat informasi tentang pengobatan pasien di pondok Darul
Ulum?

Pedoman Observasi

1. Kondisi fisik rumah K.H. Muhammad Abdullah.


2. Kondisi fisik tempat pengobatan pasien di pondok Darul Ulum.
3. Fasilitas di tempat pengobatan pasien di pondok Darul Ulum
4. Jumlah pasien yang sedang berobat di pondok Darul Ulum
5. Kondisi lingkungan sekitar yang ada di pondok Darul Ulum
6. Santri pondok Darul Ulum

22
Pedoman Dokumentasi

1. Gambaran umum pondok Darul Ulum


2. Prosesi pengobatan pasien di pondok Darul Ulum

Dokumentasi Pondok Darul Ulum

Gambar 1 Gambar 2
Tugu Depan Pondok Darul Ulum Majelis Pengajian di Masjid pondok
Sumber : dokumen pribadi Darul Ulum
Sumber : dokumen pribadi

Gambar 3 Gambar 4

Pasien yang ditampun di pondok Darul Santri putra Pondok Darul Ulum
Ulum
Sumber : dokumen sendiri
Sumber : dokumen sendiri

Gambar 5 Gambar 6

Rumah K.H Muhammad Abdullah Pondok Putra Darul Ulum


Sumber : dokumen pribadi 23 Sumber : dokumen sendiri
Gambar 7 Gambar 8

Masjid Pondok Darul Ulum Sebagian Pasien yang diajak beraktifitas


disawah
Sumber: dokumen sendiri
Sumber : dokumen sendiri

Gambar 9

Kitab rujukan untuk proses


pengobatan pasien

PROPOSAL PENELITIAN
SUWUK SIMBAH DULLAH
SEBAGAI PENGOBATAN GANGGUAN JIWA
(Studi di Pondok Darul Ulum Ds.Gulunan Kaliboto Kec.Mojogedang
Kab.Karanganyar Jawa Tengah)

Ditulis Demi Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Penulisan Akademik
Semester 6

Dosen Pengampu:

Wildan Rijal Amin, S.UD., M.Ag.


24
Disusun Oleh:

Ririn Arumndhani (161111046)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019

25

Anda mungkin juga menyukai