Segala puji hanya bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Rhasulullah, keluarga serta sahabat dan
mereka yang menyeru dengan seruan serta berpedoman dengan petunjuknya.
Saya haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Proposal
Penelitian yang berjudul Suwuk Simbah Dullah Sebagai Pengobatan Gangguan Jiwa,
Studi di Pondok Darul Ulum Ds.Gulunan Kaliboto Kec.Mojogedang
Kab.Karanganyar Jawa Tengah.
Proposal Penelitian ini telah saya susun dengan rujukan buku yang telah saya
pilih sehingga dapat membantu saya menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir.
Tak lepas dari itu, saya menyadari bahwa masih ada kesalahan baik dari susunan
maupun tata bahasa yang saya gunakan, oleh karena itu saya sangat membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca ataupun pendengar agar saya dapat memperbaiki
Proposal Penelitian ini.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata
Pengantar........................................................................................................................
.....................................................1
Daftar
Isi......................................................................................................................................
....................................................2
BAB I :
PENDAHULUAN...........................................................................................................
................................................3
A. Latar
Belakang...................................................................................................
......................................................3
B. Rumusan
Masalah....................................................................................................
.................................................7
C. Tujuan
Penelitian..................................................................................................
...................................................7
D. Manfaat
Penelitian..................................................................................................
...............................................7
E. Tinjauan
Pustaka.....................................................................................................
.................................................7
F. Kerangka
Teori.........................................................................................................
...............................................10
G. Metode
Penelitian..................................................................................................
...............................................11
1. Jenis
Penelitian............................................................................................
...............................................11
2. Lokasi
Penelitian............................................................................................
............................................11
3. Subjek Penelitian dan Sumber
Data.................................................................................................1
1
2
4. Teknik Pengumpulan
Data....................................................................................................
...................12
H. Analisis
Data..........................................................................................................
................................................14
I. Uji Keabsahan
Data..........................................................................................................
....................................14
J. Sistematika
Penulisan..................................................................................................
.....................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
sudah banyak pengobatan modern dan tradisional lainnya, seperti pengobatan
akupuntur, bekam dan lainnya. Suwuk identik disebut sebagai pengobatan tradisional
dengan menggunakan mantra dan rapalan doa-doa dari dukun yang diletakkan di air
putih maupun ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Namun beda halnya dengan suwuk yang
dipraktikan oleh Simbah Muhammad Abdullah (Simbah Dullah) dipondok Darul Ulum.
Suwuk yang dipraktikan oleh Simbah Dullah ini hampir sama dengan suwuk ditempat
lain, yaitu sebagian menggunakan tumbuhan atau lebih spesifiknya lagi adalah bahan-
bahan dapur, kemudian menggunakan doa. Yang membedakan suwuk simbah Dullah
dengan suwuk lainnya yaitu menggunakan bacaan ayat Al-Qur’an yang di bacakan
pada air, makanan.
Terkait penelitian ini, peneliti memberikan fokus kajian pada kegiatan yang
menjadikan ayat al-Qur’an sebagai media pengobatan suwuk, sebagaimana yang telah
dipraktikan oleh Simbah Muhammad Abdullah. Beliau bertempat tinggal di Desa
Gulunan, Kaliboto Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
Beliau mendirikan Pondok Pesantren yang bernama Darul Ulum, yang terkenal sebagai
tempat pengobatan gangguan jiwa lewat praktik suwuk. Menurut pengakuan Simbah
Dullah, didalam pondok inilah sudah lebih dari 1000 orang yang mengalami ganguan
jiwa datang untuk berobat kepada Simbah Muhammad Abdullah. Beliau mampu
berinteraksi langsung dengan ayat-ayat al-Qur’an dalam pengobatan, mulai pengobatan
langsung maupun pengobatan jarak jauh. Tentang pengobatan yang beliau lakukan,
beliau melayani pasien yang mengalami penyakit nonfisik seperti masalah kebathinan,
ganguan jin dan gangguang jiwa ringan sampai gangguan jiwa berat. Tetapi
kesembuhan dari pasien yang beliau tangani, semua itu menurut pengakuan beliau,
tidak lebih dari pertolongan Yang Maha Kuasa sehingga beliau hanya memasrahkan
kepada Allah Swt.
Kemudian Simbah Dullah memberi keterangan bahwa media yang paling
sering digunakan oleh Simbah Muhammad Abdullah adalah berdoa untuk pasien
pondok, yang dilewatkan makanan. Simbah Muhammad Abdullah akan memberikan
doa untuk makanan yang akan diberikan kepada pasien. Dalam Pondok Darul Ulum
tersebut juga terdapat santri yang bertugas memasakkan dan mencucikan pakaian para
pasien. Simbah Muhammad Abdullah mengajarkan kepada santrinya tersebut untuk
berdoa sebelum memasak makanan, dan berdoa sebelum mencuci pakaian yang akan
dipakai oleh pasien. Lalu Simbah Muhammad Abdullah sering memakai bahan-bahan
dapur yang ditaruh disekitar tempat beristirahatnya pasien dengan memberikan doa
untuk bahan yang telah disiaapkan agar dapat mengusir makhluk yang mengganggu
pasien dan penyakit yang ada ditubuh pasien. Tapi pengobatan yang pertama menurut
Simbah Muhammad Abdulah adalah lewat pengajian yang rutin dilakukan setiap
malam sehabis shalat magrib. Penganjian tersebut sering disebut sebagai siraman
ruhani untuk memberikan semangat untuk pasien. Sebelum memulai sesi siraman
ruhani, Simbah Muhammad Abdullah selalu membaca Surat Yasiin terlebih dahulu
yang diperuntukan pasien yang sedang mejalani masa penyembuhan. Untuk pasien
yang datang kepada beliau, kebanyakan karena mendapatkan informasi dari mulut ke
mulut bukan dari pengiklanan resmi sebagai pengobatan-pengobatan seperti umumnya.
4
Sebagian hasil banyak yang cocok dengan pengobatan beliau dan sembuh atas izin
Allah Swt.
Adapun keterkaitan peneliti dalam memilih kajian ini adalah pertama, adanya
beberapa ayat-ayat al-Qur’an tertentu pada doa yang dibacakan dalam kebutuhan
keseharian dan proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa yang ditampung
di pondok Darul Ulum. Kedua, peneliti tertarik dalam pemaknaan ayat-ayat al-Qur’an
tertentu pada doa yang difahami oleh Simbah Muhammad Abdullah sebagai suwuk
sebagai pengobatan ganguan jiwa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Kajian ini digunakan sebagai kontribusi keilmuan dalam bidang Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir, khususnya dalam bidang kajian Living Qur’an dan sebagai bentuk
kajian penelitian lapangan yang mengkaji fenomena yang ada di lembaga-lembaga
nonformal, terkait dengan proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa
menggunakan ayat al-Qur’an.
E. Tinjauan Pustaka
Dari literatur yang peneliti analisis untuk memperdalam kajian ini, peneliti
menemukan beberapa literatur yang memiliki relevansi terkait tema tersebut,
diantaranya:
5
pengobatan yaitu menghusab, menjilat, menyembur, menghembus, dan meminum
dengan disertai membaca mantra atau jampi-jampi. Jampi-jampi atau mantra dalam
suwuk memiliki kaitan antara agama Hindu dan Islam, dimana menggunakan bahasa
sansekerta dan al-Qur’an. Pengobatan suwuk bukanlah bukanlah pengobatan
tradisional yang hanya dapat menyembuhkan penyakit bersifat personalistik, namun
pengobatan ini juga dapat mengobati penyakit bersifat naturalistik. Pengobatan suwuk
sudah menjadi tradisi bagi masyarakat etnis Jawa dan pengobatan ini memiliki tujuan
untuk menolong orang bukan untuk mencari uang.1 Jadi penelitian ini akan sama
membahas mengenai pengobatan suwuk, namun fokus kepada praktik suwuk yang
dilakukan oleh Simbah Dullah untuk menobati pasien gangguan jiwa.
1
Yayuk Yusdiawati, “Suwuk (Etnografi tentang pengobatan Tradisional Etnis Jawa di Desa
Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan) (Medan: Universitas Sumatera Utara)
2
Novia Luthviatin, Jurnal Ikesma “Mantra Untuk Penyembuhan Dalam Tradisi Suku Osing
Banyuwangi” (Universitas Jember, Vol. 11, No. 1, Maret 2015) hlm 38
6
adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup; ketiga, kesehatan mental adalah
pengetahun dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga
membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-
gangguan dan penyakit jiwa; keempat, kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk mengahadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.3 Jadi penelitian ini akan
membahas lebih lanjut, secara khusus dan spesifik mengenai solusi yang tepat bagi
masalah keruhanian manusia bukan hanya secara psikologis saja, namun juga secara
religius-spritual.
Dalam jurnal Risalah “Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental
Islam” yang ditulis oleh Suhaimi, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN
Suska Riau, menjelaskan bahwa konsep kesehatan mental Islam disini adalah
mengenai stigma gangguan jiwa yang timbul oleh asumsi bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh pengaruh kekuatan supranatural dan hal-hal gaib. Menganai hal ini,
faktor-faktor yang berasal dari luar tubuh manusia seperti pengaruh supranatural dan
hal-hal gaib adalah faktor eksternal yang bisa menyebabkan gangguan jiwa. Namun
apabila kondisi seseorang secara psikologis dan spiritual stabil dan seimbang, maka ia
akan terhindar dari pengaruh tersebut. Jadi pengaruh supranatural dan hal-hal gaib
bukan faktor utama yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa.4
Penelitian ini akan mengambil manfaat dari kajian ‘Gangguan Jiwa Dalam Perspektif
Kesehatan Mental Islam’ tersebut, yang saya anggap relevan dapat dibahas dalam
penelitian ini, seprti halnya adalah masalah spritual yang slabil dan seimbang, lalu
saya akan membahas yang belum ada dalam kajian tersebut yang tidak hanya
terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan psikologis dan spiritual saja, namun
juga keseimbangan secara Intelektual, dan Moral.
Dalam Tesis “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan Penyakit
Jiwa, Studi Living Qur’an di Desa Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah” yang
ditulis oleh Baytul Muktadin, Lc menjelaskan bahwa awal mulanya pengobatan
penyakit jiwa yang menggunakan ayat-ayat al-Qur’an muncul di daerah Kalisabuk
sejak tahun 1996, berawal dari keprihatinan KH. Himamuddin Ridwan terhadap
masyarakat setempat. Menurut KH. Himamuddin Ridwan penyakit gangguan jiwa
perlu ada penanganan khusus dalam penyembuhannya, diantaranya berbagai macam
dzikir, baik dengan al-Qur’an atau shalawat dan pemijitan meridian akupuntur yang
disertai al-Qur’an maupun pukulan yang disertai al-Qur’an dan serta meminumkan air
yang telah diberi doa.5 Penelitian ini hampir sama dengan kajian ‘Penggunaan Ayat-
3
Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur’an ‘Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern ‘
(Jakarta Selatan: Paramadina, Februari 2000) H 15
4
Suhaimi, Jurnal Risalah Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental Islam (Riau:
Vol. 26, No. 4, Desember 2015) H 203
5
Baytul Muktadin, Tesis Penggunaan Ayat-Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan Penyakit Jiwa
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015) H 5
7
Ayat Al-Qur’an Untuk Pengobatan Penyakit Jiwa, Studi Living Qur’an di Desa
Kalisabuk Kesugihan Cilacap Jawa Tengah’, namun yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah dalam pengobatan K.H. Muhammad Abdullah
agak berbeda dengan pengobatan pada umunya. Dimana pada pengobatan ditempat
lain prosesi nya dapat dilihat dan disaksikan secara langsung, namun beda dengan
prosesi pengobatan oleh K.H. Muhammad Abdullah yang sistem pengobatannya tidak
dapat dilihat secara langsung oleh mata.
Dalam jurnal Al-Bayan “Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat
Penawar (Syifa’) Bagi Manusia” yang ditulis oleh Umar Latif menjelaskan bahwa
untuk memperoleh ampuhnya obat yang tersurat di dalam al-Qur’an, seseorang hamba
mesti mengabdi kepada khaliq-nya dengan setia, selalu memperhatikan kehendak-
kehendaknya apapun yang dikehendakinya dan menaati perintahnya tanpa mengeluh.
Inilah sebabnya mengapa al-Qur’an kerapkali menyeru seorang hamba untuk tetap
patuh secara mutlak dan penyerahan serta kerendahan diri di hadapan sang khaliq.
Shalat, sujud, Ikhlas, ridha, optimis, syukur dan keteguhan hati merupakan
kompleksitas terhadap perolehan penyembuhan jiwa seseorang hamba yang dilakukan
secara simultan melalui proses komunikasi dengan sang khaliq, dengan harapan
memperoleh karunia ilahi.6 Penelitian ini akan membahas lebih lanjut dan spesifik
dari kajian sebelumnya, bahwa Semua yang ada didalam al-Qur’an dan ayat-ayat atau
doa-doa yang ada didalam kitab-kitab yang lain, pada intinya, bisanya tercapai tujuan
dan mudah makbulnya doa itu dikarenakan orang yang selalu dekat kepada Allah, dan
Allah juga menakdirkan kepada kita dengan yang namanya hasab (usaha).
Dalam Jurnal “Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
Analisis Pemikiran Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an bagi
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan” yang ditulis oleh Mas’udi Stain Kudus, Jawa
Tengah, yang menjelaskan tuntutan perubahan pemikiran dalam diri seseorang untuk
menghindari gangguan kejiwaan dalam diri setiap pribadi searah dengan kajian pada
firman Allah Swt. dalam (QS. Al-Ra’d, /13: 11), “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri”. Kekuatan pola pikir dalam menjauhkan seseorang dari penyakit kejiwaan
juga diteguhkan oleh Taufik Pasiak (2007: 35). Dalam penjelasannya, Taufik Pasiak
menyatakan bahwa mengubah cara berfikir adalah kegiatan yang paling sulit, tetapi
memiliki efek yang spektakuler. Perubahan-perubahan bersejarah yang berhasil
membangun peradaban adalah perubahan-perubahan yang bertolak pada cara berfikir.
Memperhatikan dan merasakan bagaimana ketika seseorang yang semula pesimistis
kemudian menjadi optimis, perubahan yang sangat hebat yaitu ketika seseorang
berpindah agama maka ketika itu seseorang mengalami perubahan mind yang diiringi
dengan perubahan cara hidup.7 Penelitian ini akan membahas bab yang juga terdapat
dalam kajian ‘Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Analisis
6
Umar Latif, Jurnal Al-Bayan Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar
(Syifa’) Bagi Manusia” vol. 21, No. 30, Juli-Desember 2014) H 83
7
Mas’udi, Jurnal Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Analisis Pemikiran
Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan , (Jawa
Tengah: STAIN Kudus, vol. 8, No. 1, Juni 2017) H 139
8
Pemikiran Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an bagi
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan’, dimana tuntutan perubahan pemikiran dalam diri
seseorang untuk menghindari gangguan kejiwaan itu perlu direalisasikan, dan dalam
penelitian ini barulah akan dipaparkan bagaimana menerapkan sistem yang dinamai
dapat memperkuat pola pikir, yaitu lewat action dalam latihan bisnis yang diberikan
untuk pasien, yang akan dilakukan jika pasien sudah mengalami peningkatan dalam
hasil penyembuhan.
F. Kerangka Teori
Dalam kajian Living Qur’an ini, teori yang digunakan oleh penulis adalah
teori fenomenologi. Teori ini dianggap relevan dalam kajian Living Qur’an, sebab
objek kajian yang sedang penulis kaji berkaitan erat dengan realitas sosial. Fenomena
inilah yang menjadi sesuatu yang menjadi objek yang dikaji dalam studi
fenomenologi.
Fenomenologi, pada awalnya merupakan kajian filsafat dan sosiologi. Edmund
Husserl sendiri adalah penggagas utamanya, ia menginginkan fenomenologi akan
melahirkan ilmu yang lebih bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia, setelah sekian
lama ilmu pengetahuan mengalami krisis dan disfungsional. Fenomenologi kemudian
berkembang sebagai macam metode riset yang diterapkan dalam berbagai ilmu sosial,
termasuk didalamnya komunikasi, sebagai salah satu varian dalam penelitian
kualitatif.8
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phaenesthai, berarti
menunjukkan dirinya sendiri, menampilkan. Fenomenologi juga berasal dari bahasa
Yunani yaitu pahainomenon yang secara harfiyah berarti “gejala” atau apa yang telah
menampakan diri, sehingga nyata bagi si pengamat. Metode fenomenologi yang
dirintis oleh Edmund Hurssel bersemboyan: Zuruck zu den sachen selbst (kembali
kepada hal-hal itu sendiri).9 Untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi dalam
rehabilitasi dan penampungan pasien gangguan jiwa maka peneliti harus menanyakan
kepada pasien yang sudah mengalami nya, bukan kepada orang lain.
Fenomena dalam konsepsi Hurssel, adalah realitas yang tampak, tanpa
selubung atau tirai antara manusia dengan realitas itu. Fenomena adalah realitas yang
menampakkan dirinya sendiri kepada manusia. Sementara itu dalam menghadapi
fenomena ini manusia melibatkan kesadarannya, dan kesadaran selalu berarti
kesadaran akan sesuatu (realitas). Perlu dipahami bahwa fenomena menurut Brouwer
(1984) bukanlah suatu benda, bukan suatu objek diluar diri kita, dan lepas dari kita
sendiri, Ia adalah suatu aktifitas. Bila saya melihat sebuah rumah, maka terdapat
aktifitas akomodasi, konvergensi, dan cerapan dari mata saya, sehingga rumah itu
tampak terlihat, sehingga ia muncul sebagai fenomena. Secara sederhana, maka
8
O.Hasbiansyah, Jurnal Pendekatan Fenomenologi ‘Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi’. Vol. 9, No. 1, Juni 2008, H 163
9
Ibid., H 166
9
terjadilah dialektis antara subjek dan objek. Tak mungkin ada yang dilihat jika tidak
ada yang melihat.10
Jadi studi fenomenologi ini mencari jawaban tentang makna dari suatu
fenomena. Dan ada dua fokus dalam penelitian Living Qur’an dengan teori
fenomenologi ini, yaitu11:
1. Pertama, Texstural description: apa yang dialami oleh subjek penelitian
(orang yang diteliti) tentang sebuah fenomena. Apa yang dialami adalah aspek
objektif, data juga bersifat faktual (kejadian nyata), hal yang terjadi adalah
secara empiris (suatu sumber yang diperoleh dari observasi atau pengetahuan).
pengalaman subjek dalam hal ini merupakan fenomena yang menjadi subject
matter (pokok persoalan) yang diteliti. Jadi dimensi pertama ini merupakan
pengalaman faktual dari si subjek, yang bersifat objektif.
2. Kedua, Struktural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai
pengalamannya, diskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut
pendapat, penilaian, harapan, serta respon subjektif lainnya dari subjek
penelitian berkaitan dengan pengalamannya itu. Dimensi kedua ini bersifat
subjektif.
G. Metode Penelitian
Supaya peneliti dapat menyusun penelitian ini dengan baik dan terarah serta
mempunyai bobot ilmiyah, maka peneliti memilih metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti secara langsung ke lapangan yang
telah ditentukan sebagai objek penelitian. Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penulisan deskriptif-kualitatif.
2. Lokasi Penelitian
10
Ibid,. H 168
11
Ibid,.H 171
10
praktik pengobatan suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa dengan ayat
al-Qur’an dan pimpinan pengurus pondok yaitu putra dari K.H Muhammad
Abdullah yaitu Gus Nuri. sedangkan informan non kunci adalah masyarakat
sekitar pondok Darul Ulum.
Adapun objek material dalam penelitian ini adalah penggunaan ayat-ayat al-
Qur’an dalam proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa. Sedangkan
objek formalnya adalah pemaknaan penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses
suwuk.
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
11
Dokumentasi adalah pencarian data-data berupa kumpulan data-data
verbal yang berkaitan dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan terhadap data-data
yang relevan dengan penelitian, data-data tersebut meliputi buku yang
digunakan sebagai rujukan penggunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam proses
suwuk. Foto sarana-prasarana seperti tugu pondok Darul Ulum, dan masjid
pondok Darul Ulum. Juga dilengkapi dengan foto kegiatan yang dilaksanakan
dalam proses pengobatan suwuk. Hal ini di lakukan untuk menambah
informasi dan melengkapi data-data yang diperoleh dari teknik pengumpulan
data sebelumnya.
12
Tahun diterapkannya pengobatan Informan Kunci
11 pasien dipondok Darul Ulum Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Waktu penerapan suwuk untuk Observasi, Informan Kunci
12 pasien Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Yang dapat menerapkan suwuk Informan Kunci
13 dan bacaan ayat al-Qur’an untuk Wawancara K.H. Muhammad
proses pengobatan pasien Abdullah
Informan Kunci
14 Tempat proses pengobatan pasien Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Informan Kunci
15 Pemahaman mengenai ayat yang Wawancara K.H. Muhammad
digunakan untuk suwuk Abdullah
Hasil penerapan proses Informan Kunci
16 pengobatan pasien Wawancara K.H. Muhammad
Abdullah
Kota asal pasien datang untuk Informan Kunci
17 diobati Wawancara dan Informan non
Kunci
Informasi yang didapat dari
18 pasien tentang pondok darul ulum Wawancara Informan non
sebelum datang untuk berobat kunci
Biografi K.H. Muhammad Informan Kunci
19 Abdullah Wawancara dan Informan non
Kunci
H. Analisia Data
Setelah semua data terkumpul sebagaimana yang telah disebutkan dalam poin
sebelumnya, langkah berikutnya adalah memproses data-data tersebut, kemudian
editing untuk melihat dan memeriksa apakah data cukup lengkap dan sempurna.
Analisis data dilakukan baik ketika proses pengumpulan data maupun pra
penggumpulan data dengan metode, menelaah data yang terkumpul dari berbagai
sumber data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan
sebagiannya dengan cara dibaca, dipelajari dan ditelaah dengan seksama.
Uji keabsahan data ini sangat diperlukan karena mengginggat adanya unsur
kurang teliti dan cermat dalam pengumpulan data yang dilakukan, sehingga
menjadikan perasaan was-was atau keraguan akan hasil yang telah diperoleh. Data
dalam penelitian ilmiyah, harus dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya. Untuk
menjawab hal tersebut, maka diperlukan tahapan pengecekan keabsahan data.
Untuk menentukan keabsahan data temuan dalam penelitian ini, digunakan
metode sebagai berikut:
13
1. Trianggulasi
Triagulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kebenaran
data yang diperoleh sebagai pedoman dalam analisis data yang telah dilakukan.
Adapun untuk penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik trianggulasi
sebagai berikut:
c. Trianggulasi Data
J. Sistematika Penulisan
14
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, analisis data, uji keabsahan data, dan sistematika pembahasan.
Kemudian Bab II menjelaskan profil Pondok Pesantren Darul Ulum yang akan
dilengkapi dengan sejarah berdirinya dan perkembangannya, lalu visi dan misi
pondok , daftar susunan kepengurusan pondok, serta gambaran umum santri putra dan
putri pondok, dan gambaran masyarakat yang berada di sekitar pondok tersebut.
Bab III yaitu berisi bab pembahasan inti dari permasalahan, yaitu penggunaan
ayat al-Qur’an sebagai proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa di
Pondok Darul Ulum, dimana prosesi pengobatan suwuk ditangani langsung oleh K.H.
Muhammad Abdullah.
Adapun Bab V adalah bab penutup yang berisi kesimpulan sebagai jawaban
dari permasalahan yang telah diteliti.
BAB II
15
1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya
Putra pertama dari K.H. Muhammad Abdullah yaitu Gus Nuri, adalah ketua
pengurus pondok pesantren Darul Ulum. Gus Nuri mengatakan bahwa visi dari
pondok Darul Ulum adalah,
‘Terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan Spiritual, Intelektual, dan
Moral menuju generasi ulul albab yang berkomitmen tinggi terhadap
kemaslahatan Umat dengan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah’
Dalam ragka mewujudkan visi diatas, selanjutnya pondok Darul Ulum ini juga
memiliki misi seperti yang telah disampaikan oleh Gus Nuri. Gus Nuri mengatakan
terkait misi Pondok Darul Ulum adalah:
16
C. Para Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum
a. Prosesi Suwuk
Prosesi suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa di pondok Darul Ulum
ditanggani oleh K.H. Muhammad Abdullah dan rata-rata pasien dengan ganguan
jiwa berat dapat sembuh dalam waktu 3 bulan. Dalam pengobatan beliau agak
berbeda dengan pengobatan pada umunya. Dimana pada pengobatan ditempat lain
prosesi nya dapat dilihat dan disaksikan secara langsung, namun beda dengan
prosesi pengobatan oleh K.H. Muhammad Abdullah yang sistem pengobatannya
tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata.
K.H. Muhammad Abdullah menerima pasien yang datang ke pondok untuk
pengobatan tidak secara langsung baliau tahu sakit yang dialami oleh pasien.
Kalau pun jika dilihat langsung sudah ada tanda-tanda jika sakitnya parah, beliau
akan meyakinkan bahwa dengan semangat dan yakinnya dengan Allah lah pasien
akan sembuh. Jadi baliau memberikan sugesti terlebih dahulu bahwa pengobatan
akan dilakukan dari keyakinan pasien sendiri bahwa dia akan sembuh, karena jika
pasien nya sendiri tidak yakin maka akan sulit juga untuk dibati.
K.H. Muhammad Abdullah dalam pengobatannya tidak menggunakan metode
mistik tapi berbekal teori dan teknik. Beliau menggatakan bahwa pegobatan yang
beliau lakukan jika adalah penggobatan Syari’at, itulah dalam bahasa Islamnya,
jika dalam bahasa jawanya disebut Sarono, dan dalam bahasa kasarnya adalah
Syarat. Inilah pengobatan yang dimaksud oleh beliau bukan metode mistik, tapi
metode teori dan teknik, seperti contohnya beliau menyuruh untuk menyiapkan
bahan-bahan dapur seperti bungga pepaya, bawang merah, garam yang dijadikan
obat lamuk, ibaratnya obat nyamuk yang dioleskan ke seluruh tubuh pasti nyamuk
akan pergi. Dan dari bahan-bahan dapur tersebut diperintahkan lah agar ditaruh di
17
sekitar tempat pasien, maka penyakitnya akan pergi. Dan contoh pengobatan
dengan obat lamuk tersebut bukan termasuk perdukunan.
Tapi obat yang pertama yang dilakukan oleh K.H. Muhammad Abdullah
adalah langkah-langkah penggunaan al-Qur’an yaitu dengan sistem majelis
pengajian yang rutin diadakan di masjid pondok Darul Ulum setiap habis shalat
magrib berjamaah. Sebelum pengajian dimulai, K.H. Muhammad Abdullah selalu
membacakan ayat al-Qur’an salah satunya surat Yasiin yang diperuntukan untuk
kesembuhan pasien, barulah kemudian pengajian dimulai diisi dengan
menceritakan tentang penyakit-penyakit rohani, tentang asal mulanya orang
mengalami gangguan jiwa serta siraman-siraman rohani lainnya.
Dalam proses suwuk sebagai pengobatan pasien ganguan jiwa yang ditampung
dipondok Darul Ulum, sistem pola pengobatan juga dilewatkan pada makanan,
minuman, yang telah dibacakan doa oleh K.H Muhammad Abdullah. Tidak hanya
lewat makanan dan minuman, tapi sebelum mencuci beras, memasak makanan,
dan juga mencuci pakaian pasien juga dibacakan doa terlebih dahulu, yang
didalam doa tersebut juga ada bacaan ayat al-Qur’annya.
Lalu dalam proses pengobatan juga diterapkan sistem yang dinamai dapat
memperkuat agama, yaitu lewat latihan bisnis yang diberikan untuk pasien yang
jika pasien sudah mengalami peningkatan dari hasil penyembuhan. Pasien diajak
terjun untuk melakukan aktifitas sehari-hari sampai berbisnis, yang di saat bisnis
itu berlangsung K.H Muhammad Abdullah akan memberikan doa agar dapat
beraktifitas dan berbisnis dengan aman dan nyaman.
Dalam hal lain selain bisnis adalah dengan pengobatan yang dinamai
pengobatan bil Lisan, yaitu selama pengobatan berlangsung jangan sampai
mengutarakan perkataan yang menambah sakit pasien, dan tidak memaksakan
kehendak kepada pasien. Lebih baik adalah dengan menuruti apa yang mereka
suka, yang mampu membentuk karakter pasien lewat jalan fikirannya. Jika
memang yang diinginkan kerja maka disiapkan lahan pekerjaan.
Semua yang ada didalam al-Qur’an dan ayat-ayat atau doa-doa yang ada
didalam kitab-kitab yang lain pada intinya bisanya tercapai tujuan dan mudah
makbulnya doa itu dikarenakan orang yang selalu dekat kepada Allah, apapun
yang diminta langsung bisa dikabulkan sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al-
Baqarah/2: 152:
فَاذْ ُك ُرو نِى أَذْ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُروا ِلى َو ََل ت َ ْكفُ ُر ْو ِن
Allah menakdirkan kepada kita dengan yang namanya hasab (usaha). Seperti
contohnya Nabi, para Nabi doanya sudah jelas dijamin ma’bul, tapi para Nabi
masih tetap diberi Syari’at (Sarana) seperti halnya Nabi Musa yang diberikan
18
Syari’at tongkat untuk membuat jembatan didalam laut ketika dikejar oleh
pasukan Firaun, dan disaat itulah Allah memerintahkan agar Nabi Musa
memukulkan tongkatnya pada air laut dan langsung seketika air laut berubah
menjadi jembatan. Begitu pula Rasul yang ketika ingin dibunuh oleh musuhnya
orang kafir beliau bersembunyi di Gua, lalu kenapa beliau tidak berdoa saja?
Bukan kah dengan berdoa akan terkabul dan masalah selesai! Ini lah yang
dimaksud Syari’at yaitu agar umat-umat nya kelak tidak langsung instan,dan
lewat para Nabi dan Rasul itulah Allah memberikan contoh supaya manusia mau
untuk berusaha.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses pengobatan, pasien harus yakin bahwa
dia bisa sembuh, karena penggobatannya harus dengan keyakinan pasien tersebut.
Dalam praktik pengobatan dengan metode suwuk yang dilakukan oleh Simbah
Dullah membuktikan bahwa tidak semua suwuk diartikan kedalam pengobatan yang
berbau mistik dan magic seperti halnya perdukunan. Namun, dalam praktik kali ini
ada suwuk yang didalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an.
Kemudian jika dilihat dari pelaku yang mengobati pasien dengan
menggunakan ayat-ayat al-Qur’a merupakan bentuk dari kecintaan beliau terhadap al-
Qur’an dan menyayangginya sebagai kitab suci. Dengan adanya rasa kecintaan
terhadap al-Qur’an tersebut, beliau merealisasikan rasa kecintaannya dengan
mempelajarinya, membacanya, menghafal, mengamalkan dan menggunakannya
sebagai wasilah untuk mengobati pasien gangguan jiwa.
Daftar Pustaka
Achmad Mubarok. Februari 2000. Jiwa Dalam Al-Qur’an ‘Solusi Krisis Keruhanian
Manusia Modern ‘ : Jakarta Selatan: Paramadina.
Mas’udi. Juni 2017. Jurnal Terapi Qur’an Bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
20
Analisis Pemikiran Muhammad Utsman Najati tentang Spritualitas al-Qur’an
bagi Penyembuhan Gangguan Kejiwaan : Jawa Tengah: STAIN Kudus, vol.
8, No. 1.
Novia Luthviatin. Maret 2015. Jurnal Ikesma “Mantra Untuk Penyembuhan Dalam
Tradisi Suku Osing Banyuwangi” : Universitas Jember: Vol. 11, No. 1
Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa’) Bagi Manusia vol. 21, No. 30.
Desa Aek Loba Pekan Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan) : Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Pedoman Wawancara
21
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan pengobatan pasien gangguan jiwa di
pondok Darul Ulum?
2. Kegiatan apa saja yang diagendakan dalam proses pengobatan pasien gangguan
jiwa?
3. Apa saja bacaan yang dibaca saat proses pengobatan suwuk pasien gangguan
jiwa?
4. Bagaimana pola pembacaan ayat al-Qur’an dalam proses suwuk pasien gangguan
jiwa?
5. Apa saja kitab rujukan dan sumber pemilihan ayat dan doa yang dibacakan dalam
proses pengobatan suwuk pasien gangguan jiwa?
6. Apa perbedaan penggobatan yang ada dipondok ini dengan pengobatan ditempat
lain?
7. Kapan waktu diterapkannya bacaan doa dan ayat al-Qur’an untuk pasien
gangguan jiwa?
8. Berapa waktu yang dibutuhkan agar pasien gangguan jiwa bisa sembuh?
9. Dimana tempat proses pengobatan untuk pasien gangguan jiwa dilakukan ?
10. Hal-hal apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat proses
pengobatan pasien gangguan jiwa?
11. Bagaimana memahami al-Qur’an dapat dijadikan pengobatan?
12. Dari daerah mana saja pasien-pasien berasal?
13. Bagaimana respon masyarakat atau pasien tentang adanya pengobatan suwuk
gangguan jiwa dipondok Darul Ulum?
Pedoman Observasi
22
Pedoman Dokumentasi
Gambar 1 Gambar 2
Tugu Depan Pondok Darul Ulum Majelis Pengajian di Masjid pondok
Sumber : dokumen pribadi Darul Ulum
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 3 Gambar 4
Pasien yang ditampun di pondok Darul Santri putra Pondok Darul Ulum
Ulum
Sumber : dokumen sendiri
Sumber : dokumen sendiri
Gambar 5 Gambar 6
Gambar 9
PROPOSAL PENELITIAN
SUWUK SIMBAH DULLAH
SEBAGAI PENGOBATAN GANGGUAN JIWA
(Studi di Pondok Darul Ulum Ds.Gulunan Kaliboto Kec.Mojogedang
Kab.Karanganyar Jawa Tengah)
Ditulis Demi Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Penulisan Akademik
Semester 6
Dosen Pengampu:
25