E-mail: fikriharish@hotmail.com
Abstrak
Pada penelitian ini, dilakukan sebuah evaluasi dari jaringan serat optik di sebuah institusi perguruan tinggi yang
berlokasi di Depok dan metode peningkatannya. Jaringan serat optik tersebut merupakan sebuah jaringan serat optik
yang secara keseluruhan terletak di bawah tanah yang dirancang berdasarkan topologi star yang berpusat pada
gedung Pusat Ilmu Komputer dari institusi tersebut. Jaringan serat optik ini termasuk kedalam tipe active optical
network (AON) yang mengandalkan peralatan elektronik aktif untuk melakukan operasi switching yang dilakukan di
layer 3 dari model OSI Layer. Jaringan serat optik ini terdiri dari gabungan antara single-mode fiber dan multi-mode
fiber yang digunakan secara berkesinambungan dengan menggunakan cahaya dengan panjang gelombang 850 nm
untuk multi-mode dan 1350 nm untuk single-mode. Kapasitas total dari jaringan serat optik ini untuk saat ini adalah
2.6 Gbps dengan 1.6 Gbps untuk penggunaan internet internasional dan 1 Gbps untuk penggunaan internet domestik.
Kapasitas internet internasional tersebut dibagi lagi menjadi dua, 0.8 Gbps diarahkan menuju Telkom dan 0.8 Gbps
sisanya menuju Indosat. Jaringan tersebut juga tersambung dengan area kampus Salemba yang letaknya terpisah
melalui Metro Ethernet Indosat dengan kecepatan 270 mbps. Pada penelitian ini, dikemukakan sebuah ide bahwa
sambungan tersebut dapat dikembangkan lagi menuju institusi perguruan tinggi lainnya untuk meningkatkan
kesinambungan antara perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.
Abstract
This paper presents an evaluation of a fiber optic network of a higher education institution that is located in Depok
and its improvement methods. The fiber optic network in question is a wholly underground network with designs
based on the star topology centered in said institution’s Center for Computer Science. The fiber optic network is an
active optical network (AON) which relies on a set of electrically powered switches to perform switching or routing
operations which is conducted in the layer 3 of the OSI Layer model. The fiber optic network utilizes a combination
of both single-mode fiber and multi-mode fiber concurrently with the 850 nm wavelength reserved for the multi-
mode fiber and 1350 nm wavelength for the single-mode fiber. The current total capacity of the network is 2.6 Gbps
with 1.6 Gbps allocated for international connections and the remaining 1 Gbps for domestic internet connections.
The 1.6 Gbps bandwidth for international connection is further divided into two halves, 0.8 Gbps is routed through
Telkom and the other half is routed through Indosat. This network is also connected to an off-site campus located at
Keywords : Fiber Optic Network, Active Optical Network, Network Bandwidth Capacity
Pendahuluan
Tinjauan Teoritis
1. Konsep FTTH
FTTH atau fiber to the home adalah format transmisi sinyal optik dari provider ke
pelanggan dengan menggunakan serat optik sebagai media transmisi. Perkembangan teknologi
ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat menggantikan
penggunaan kabel konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan
yang dikenal dengan istilah layanan Triple Play Services.
Biasanya jarak antara pusat layanan dengan pelanggan dapat berkisar maksimum 20 km.
Dimana pusat service provider yang berada di kantor utama disebut juga dengan central office
dimana terdapat perangkat yang disebut dengan OLT (Optical Line Terminal). Dari OLT ini
dihubungkan kepada ONU/ONT (Optical Network Unit/Terminal) yang ditempatkan di rumah-
rumah pelanggan melalui jaringan distribusi serat optik (Optical Distribution Network, ODN).
Ilustrasi dasar untuk FTTH dapat dilihat pada Gambar 1.
Implementasi dari AON lebih dikenal sebagai Active Node, Penggunaan teknologi ini
terbatas karena biayanya yang sangat tinggi. Peralatan-peralatan aktif yang digunakan dalam
Metodologi yang digunakan dalam proses penelitian dan penulisan laporan adalah:
1. Studi literatur
Penulis membaca buku, jurnal, dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan konsep
jaringan serat optik beserta arsitektur dan topologinya.
2. Konsultasi dengan dosen pembimbing
Konsultasi dengan dosen pembimbing dilakukan agar penyusunan laporan bisa
menjadi laporan yang koheren dan terarah.
3. Konsultasi dengan pihak pengurus jaringan
Penulis berkonsultasi mengenai hal-hal dasar tentang jaringan yang ada di institusi
untuk mendapat gambaran umum tentang jaringan tersebut
4. Pengambilan data di lapangan
Data didapat oleh penulis dengan melakukan kunjungan langsung ke pihak pengurus
jaringan untuk mengetahui penggunaan bandwidth di institusi secara keseluruhan.
5. Analisa data yang sudah didapat
Penulis menganalisa data arsitektur dan topologi jaringan untuk mengenali kelemahan
maupun kelebihan yang dimiliki oleh jaringan serta mengemukakan beberapa ide yang
dapat digunakan untuk pengembangan jaringan.
Hasil Penelitian
Kedua jenis serat optik menggunakan satu panjang gelombang untuk uplink dan downlink
di kanal yang berbeda. Berikut adalah daftar sambungan yang sudah menggunakan singlemode
fiber:
Penggunaan bandwidth untuk layanan internet domestik, baik untuk data masuk dan
keluar tidak menunjukkan adanya kenaikan meskipun telah diberikan peningkatan kapasitas total
dan dihilangkannya batas bandwidth individu. Periode peak hour yang diobservasi berada pada
rentang waktu dari pukul 11.00 – 14.00.
Penggunaan bandwidth untuk layanan internet internasional untuk kedua penyedia jasa
langganan menunjukkan peningkatan yang jelas dan konsisten, terutama pada penggunaan data
masuk. Sama seperti dengan penggunaan layanan domestik, periode peak hour yang diobservasi
berada pada rentang waktu antara pukul 11.00 – 14.00.
Pembahasan
1. Penggunaan bandwidth jaringan
Untuk layanan domestik, bandwidth untuk data incoming lebih sedikit terpakai
dibandingkan untuk data outgoing yang di tahun 2013 sempat melebihi kapasitas yang ada.
Tingginya bandwidth yang terpakai untuk data outgoing kemungkinan disebabkan oleh kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh unit Pelayanan & Pengembangan Sistem Pembelajaran (PPSP)
institusi yang bersangkutan. Unit tersebut secara reguler menyelenggarakan video conferencing
dan live streaming untuk acara-acara maupun seminar yang ada di lingkungan kampus.
Bandwidth yang tersedia saat ini mungkin agak terlalu sedikit, terutama jika proses perpindahan
kampus Salemba sudah terselesaikan dan gedung rumah sakit yang baru sudah mulai beroperasi.
Jalan paling mudah adalah dengan menambah kapasitas dari bandwidth yang ada, namun sebagai
alternatif, tidak masalah jika batas bandwidth individu diberlakukan kembali. Reliabilitas
jaringan masih lebih penting dibandingkan dengan kecepatan akses.
Dapat dilihat bahwa seluruh data untuk layanan internasional mengikuti tren yang sesuai
dengan hipotesis awal. Penambahan kapasitas total dan pencabutan bandwidth individu
Berdasarkan data dari SCOPUS pada tahun 2009 seperti yang dapat dilihat pada Gambar
8, jumlah jurnal dari civitas akademika Indonesia yang terpublikasi di badan-badan ilmiah
internasional seperti IEEE masih sedikit nilainya dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya yang jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dibandingkan Indonesia seperti Malaysia,
Daftar Referensi
[1]. Agrawal, Govind P. (2010). Fiber-Optic Communication Systems Fourth Edition. Rochester,
New York. John Wiley & Sons.
[2]. Anon. (2005). Broadband Technology Overview: White Paper. Corning.
[3]. Anon. (2012). FTTH Handbook. FTTH Council Europe.
[4]. Dwiputro, Tegar Satrio. (2012). Analisa Penggunaan Teknologi DWDM Pada Jaringan
Backbone Jawa Barat Depok. Depok. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
[5]. Maulana, Angga Julian. (2012). Perencanaan Desain Jaringan Metro FTTH di Universitas
Indonesia. Depok. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Universitas Indonesia
[6]. Mitschke. Fedor. (2009). Fiber Optics: Physics and Technology. New York. Springer.
[7]. Wati, Siti Zahara. (2009). Analisa Perluasan Jaringan Serat Optik Di Universitas Indonesia.
Depok. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.