Anda di halaman 1dari 60

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG

RANTING POHON

TUGAS AKHIR

Oleh :
MUHAMMAD ZAKARIALLAH
361421401016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2017
RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG
RANTING POHON

TUGAS AKHIR

Oleh :
MUHAMMAD ZAKARIALLAH
NIM. 361421401016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2017

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk :


1) Bapak Dr. Ir H. Titon Dutono, M.Eng selaku Direktur Politeknik Negeri
Banyuwangi.
2) Ibu Nuraini Lusi, S.Pd.,M.T selaku Kaprodi Program Studi DIII Teknik
Mesin Politeknik Negeri Banyuwangi.
3) Bapak Abdul Rohman,S.T.,M.T selaku dosen pembimbing 1 tugas akhir.
4) Ibu Anggra Fiveriati,S.T.,M.T selaku dosen pembimbing 2 tugas akhir.
5) Bapak I Gusti Ngurah Bagus Catrawedarma, S.T, M.Eng selaku dosen
penguji 1 tugas akhir.
6) Bapak Dian Ridlo Pamuji,S.T.,M.T selaku dosen penguji 2 tugas akhir.
7) Dosen dan seluruh civitas akademika Politeknik Negeri Banyuwangi,
terutama Program Studi DIII Teknik Mesin.
8) Almamater tercinta Politeknik Negeri Banyuwangi.
9) Ibunda Rufiati dan Ayahanda Santoso Hardjo tercinta, Serta Adikku
Syafiqah Nailah Maghfirah dan Yulia Agustin yang telah menasehati dan
mendukung penulis dalam kegiatan pembuatan tugas akhir ini.
10) Mahasiswa Penggiat Alam Politeknik Negeri Banyuwangi, Badan
Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Mesin dan teman-teman
mahasiswa terutama angkatan 2014 Program Studi DIII Teknik Mesin
yang telah memberikan dukungan, baik semangat maupun hal lain dan
berbagi ilmu selama penyusunan tugas akhir.
11) Semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu – persatu.

ii
MOTTO

“Kejujuran Di Atas Segalanya”

“Sebaik apapun kondisi seseorang pasti membutuhkan


bantuan. Karena tanpa sebuah bantuan semua
tidak akan berjalan”

(Muhammad Zakariallah)

“Maka nikmat mana lagi yang kamu dustakan”

(Q.S Ar – Rahman)

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Muhammad Zakariallah
NIM : 361421401016
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul :
“Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon” adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali jika disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan / plagiat. Saya bertanggung jawab
atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan tugas akhir yang harus
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Banyuwangi, 31 Agustus 2017


Yang menyatakan,

Muhammad Zakariallah
NIM. 361421401016

iv
RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG
RANTING POHON

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat untuk


Menyelesaikan Program Studi Diploma III (D-3) Teknik Mesin dan Mencapai
Gelar Ahli Madya (A.Md)

Oleh :
Muhammad Zakariallah
361421401016

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh dosen pembimbing


pada tanggal 31 Agustus 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Rohman, S.T., M.T. Anggra Fiveriati, S.T., M.T


NIK. 2008.36.014 NIK. 2015.36.153

v
RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG
RANTING POHON

Tugas Akhir Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Ahli Madya (A.Md)
Politeknik Negeri Banyuwangi

Oleh :
Muhammad Zakariallah
NIM. 361421401016

Tanggal Ujian : 31 Agustus 2017

Menyetujui,

Pembimbing 1 : Abdul Rohman, S.T., M.T. (..................................)

Pembimbing 2 : Anggra Fiveriati, S.T., M.T (..................................)

Penguji 1 : I.G.N.B Catrawedarma, S.T., M.Eng. (..................................)

Penguji 2 : Dian Ridlo Pamuji, S.T., M.T. (..................................)

Mengesahkan, Mengetahui,
Direktur Ketua
Politeknik Negeri Banyuwangi Program Studi Teknik Mesin

Dr. Ir. H. Titon Dutono, M.Eng Nuraini Lusi, S.Pd.,M.T


NIP. 196011301987011001 NIP. 198902172015042004

vi
RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG
RANTING POHON

Nama Mahasiswa : Muhammad Zakariallah


NIM : 361421401016
Pembimbing : 1. Abdul Rohman,S.T.,M.T
: 2. Anggra Fiveriati,S.T.,M.T

ABSTRAK

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan
teknologi berjalan erat dengan dunia manufaktur, baik dari skala rumah tangga hingga skala
industri. Penulis akan merancang mesin perajangan dengan berpedoman pada desain yang ada dan
pisau dapat mengatur ketebalan hasil dengan judul “Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting
Pohon”.
Tujuan penulis yang utama dalam menciptakan inovasi teknologi supaya dapat lebih
efektif, efisien dan berkualitas. Pembuatan alat ini melalui beberapa proses perhitungan secara
teoritis gaya-gaya yang terjadi pada saat mesin bekerja, pemilihan material komponen, dan proses
pengerjaan kemudian merakit komponen-komponen mesin, menguji kinerja mesin sesuai
perancangan dengan kebutuhannya.
Perencanaan dalam pembuatan alat tersebut dapat di simpulkan bahwa dengan
menggunakan motor bensin 6,5 HP, pulley penggerak 65mm dan pulley yang digerakkan 156mm,
V-belt didapat 1 buah serta Momen terbesar pada poros yaitu 2688 kg.mm. Momen terbesar pada
rangka yaitu 13260 N.mm. Tegangan geser pengelasan 0,065 N/mm². Alat ini mampu merajang
ranting pohon secara masal dan baik, dengan waktu yang relatif lebih cepat.

Kata kunci : Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon, Statis, Dinamis.

vii
DESIGNING MACHINE
CHOPSTICK

Student Name : Muhammad Zakariallah


Student Id Number : 361421401016
Advisor : 1. Abdul Rohman,S.T.,M.T
: 2. Anggra Fiveriati,S.T.,M.T

ABSTRACT

Today science and technology are progressing rapidly. Technological advancements


work closely with the manufacturing world, from household to industrial scale. The author will
design a chopping machine based on the existing design and the knife can set the yield thickness
with the title "Designing Machine Chopstick".
The main purpose of the author in creating technological innovation in order to be more
effective, efficient and quality. Making this tool through several theoretical calculation of the
forces that occur when the machine is working, the selection of material components, and the
process work and assemble engine components, test the engine performance according to the
design with the needs.
Planning in the manufacture of the tool can be concluded that by using 6,5 HP gasoline
motor, 65mm drive pulley and 156mm driven pulley, V-belt obtained 1 fruit and the largest
moment on the shaft is 2688 N.mm. The greatest moment on the order is 13260 N.mm. Welding
shear welding 0,065 N / mm². This tool is able to chop tree branches in a mass and good, with a
relatively faster time.

Keywords: Designing Machine Chopstick, Static, Dynamic.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya,
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat
untuk kelulusan program studi teknik mesin dan mencapai gelar Ahli Madya
(A.Md).
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang
telah membantu dan memberi jalan dalam menyelesaikan laporan ini. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan dengan tepat waktu.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, apabila terdapat kesalahan sumber atau pengetikan, penyusun mohon
maaf, atas perhatiannya mengucapkan terimakasih.

Banyuwangi, 31 Agustus 2017

Muhammad Zakariallah
NIM. 361421401016

ix
DAFTAR ISI

Sampul Dalam ......................................................................................................... i


Halaman Persembahan ........................................................................................... ii
Motto ........................................................................................................................ iii
Pernyataan ............................................................................................................... iv
Persetujuan .............................................................................................................. v
Pengesahan .............................................................................................................. vi
Abstrak ..................................................................................................................... vii
Abstract ..................................................................................................................... viii
Kata Pengantar........................................................................................................ ix
Daftar Isi .................................................................................................................. x
Daftar Gambar ........................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ............................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
11.1 ....................................................................................................... Latar
Belakang ................................................................................................... 1
11.2 ....................................................................................................... Rumu
san Masalah .............................................................................................. 2
11.3 ....................................................................................................... Tujua
n ................................................................................................................ 2
11.4 ....................................................................................................... Manf
aat ............................................................................................................. 2
11.5 ....................................................................................................... Batas
an Masalah ................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ranting Pohon ........................................................................................... 5
2.2 Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon ..................................... 5
2.2.1 Mesin Perajang Ranting Pohon .......................................................... 5
2.3 Komponen Mesin ...................................................................................... 6
2.3.1 Motor Bakar ....................................................................................... 6
2.3.2 Sabuk V dan Pulley ............................................................................ 9
2.3.3 Poros .................................................................................................. 12
2.3.4 Bantalan ............................................................................................. 21
2.4 Proses Perancangan ................................................................................... 24
2.5 Plat Baja ......................................................................................................... 24
x
2.5.1 Perencanaan Rangka .......................................................................... 25
2.6 Uji Tarik..................................................................................................... 29
2.7 Sambungan Las.......................................................................................... 31
2.8 Sambungan Mur Baut ................................................................................ 33
2.9 Perawatan Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon ................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Gambar Alat Dan Bagian-Bagiannya ........................................................ 37
3.2 Alat Dan Bahan.......................................................................................... 37
3.3 Waktu Dan Tempat .................................................................................... 38
3.4 Prinsip Kerja Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon ............... 38
3.5 Diagram Alur Proses Pengerjaan Tugas Akhir............................................ 39
3.6 Perencanaan Dan Perancangan .................................................................. 40
3.7 Jadwal Kegiatan ......................................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Menghitung Daya Rencana Motor ............................................................ 43
4.2 Perhitungan Sabuk-V dan Pulley ............................................................... 44
4.3 Perhitungan Poros ...................................................................................... 47
4.3.1 Menghitung Momen Poros (Sumbu y) ................................................... 48
4.3.2 Menghitung Momen Poros (Sumbu z) ............................................... 52
4.3.3 Momen Gabungan .............................................................................. 54
4.3.4 Menguji Material Poros ..................................................................... 54
4.3.5 Menentukan Diameter Poros.............................................................. 55
4.4 Perhitungan Bantalan ................................................................................. 56
4.4.1 Analisa Pada Tumpuan A .................................................................. 56
4.4.2 Analisa Pada Tumpuan B................................................................... 58
4.5 Menghitung Bidang Geser dan Momen Rangka ....................................... 59
4.6 Menghitung Tegangan Tarik ..................................................................... 66
4.7 Perhitungan Kekuatan Sambungan Las ..................................................... 67
4.8 Menentukan Mur dan Baut Yang Digunakan ............................................ 67
4.9 Hasil Proses Perajangan ............................................................................. 68
4.10 Perawatan dan Perbaikan Mesin Perajang Ranting Pohon ...................... 68

xi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 71
5.2 Saran.................................................................................................................... 71
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 73
Lampiran ................................................................................................................. 75

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ranting Pohon ..................................................................................... 5


Gambar 2.2 Motor Bensin ....................................................................................... 7
Gambar 2.3 Ukuran Penampang Sabuk-V .............................................................. 9
Gambar 2.4 Diagram Pemilihan Sabuk-V ............................................................... 10
Gambar 2.5 Transmisi Pulley .................................................................................. 10
Gambar 2.6 Poros .................................................................................................... 13
Gambar 2.7 Analisis Gaya Poros ............................................................................. 14
Gambar 2.8 Analisis Beban Sumbu Y ..................................................................... 15
Gambar 2.9 Bidang Geser Pada Potongan I ............................................................ 15
Gambar 2.10 Bidang Geser Pada Potongan II ......................................................... 16
Gambar 2.11 Bidang Geser Pada Potongan III ........................................................ 17
Gambar 2.12 Bidang Geser Pada Potongan IV........................................................ 17
Gambar 2.13 Diagram Bidang Geser Dan Bidang Momen ..................................... 18
Gambar 2.14 Analisis Beban Sumbu Z ................................................................... 18
Gambar 2.15 Bidang Geser Pada Potongan I .......................................................... 18
Gambar 2.16 Bidang Geser Pada Potongan II ......................................................... 19
Gambar 2.17 Diagram Bidang Geser Dan Bidang Momen ..................................... 19
Gambar 2.18 Macam-Macam Bantalan Luncur ...................................................... 22
Gambar 2.19 Macam-Macam Bantalan Gelinding .................................................. 23
Gambar 2.20 Plat Baja ................................................................................................. 25
Gambar 2.21 Diagram Benda Bebas Pada Rangka ................................................. 25
Gambar 2.22 Momen Dan Bidang Geser Potongan 1 Pada Rangka ....................... 26
Gambar 2.23 Momen Dan Bidang Geser Potongan 2 Pada Rangka ....................... 27
Gambar 2.24 Momen Dan Bidang Geser Potongan 3 Pada Rangka ....................... 27
Gambar 2.25 Momen Dan Bidang Geser Potongan 4 Pada Rangka ....................... 28
Gambar 2.26 Momen Dan Bidang Geser Potongan 5 Pada Rangka ....................... 28
Gambar 2.27 Diagram Momen Dan Bidang Geser Pada Rangka ........................... 29
Gambar 2.28 Grafik Uji Tarik ................................................................................. 30
Gambar 2.29 Skema Proses Pengelasan .................................................................. 31

xiii
Gambar 2.30 Sambungan Las Butt Joint .................................................................... 31
Gambar 2.31 Jarak Profil Ulir ................................................................................. 33
Gambar 3.1 Rancangan Mesin Perajang Ranting Pohon ......................................... 37
Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Pengerjaan Tugas Akhir .................................... 40
Gambar 4.1 Analisis Gaya Poros ............................................................................. 47
Gambar 4.2 Analisis Beban Sumbu Y ..................................................................... 48
Gambar 4.3 Analisis Beban Terpusat ...................................................................... 48
Gambar 4.4 Bidang Geser Pada Potongan I ............................................................ 49
Gambar 4.5 Bidang Geser Pada Potongan II ........................................................... 50
Gambar 4.6 Bidang Geser Pada Potongan III .......................................................... 51
Gambar 4.7 Bidang Geser Pada Potongan IV.......................................................... 51
Gambar 4.8 Diagram Bidang Geser Dan Bidang Momen ....................................... 52
Gambar 4.9 Analisis Beban Sumbu Z ..................................................................... 52
Gambar 4.10 Bidang Geser Pada Potongan I .......................................................... 52
Gambar 4.11 Bidang Geser Pada Potongan II ......................................................... 53
Gambar 4.12 Diagram Bidang Geser Dan Bidang Momen ..................................... 54
Gambar 4.13 Diagram Benda Bebas Pada Rangka ................................................. 59
Gambar 4.14 Momen Dan Bidang Geser Potongan 1 Pada Rangka ....................... 61
Gambar 4.15 Momen Dan Bidang Geser Potongan 2 Pada Rangka ....................... 62
Gambar 4.16 Momen Dan Bidang Geser Potongan 3 Pada Rangka ....................... 63
Gambar 4.17 Momen Dan Bidang Geser Potongan 4 Pada Rangka ....................... 64
Gambar 4.18 Momen Dan Bidang Geser Potongan 5 Pada Rangka ....................... 65
Gambar 4.19 Diagram Momen Dan Bidang Geser Pada Rangka ........................... 66
Gambar 4.20 Hasil Perajangan ................................................................................ 68
Gambar L.1 Grafik Uji Tarik Poros ........................................................................ 76
Gambar L.2 Grafik Uji Tarik Plat ........................................................................... 77
Gambar L.3 Tampak Depan .................................................................................... 83
Gambar L.4 Tampak Sisi Kanan ............................................................................. 83

xiv
Gambar L.5 Tampak Sisi Kiri ................................................................................. 84
Gambar L.6 Tampak Atas ....................................................................................... 84
Gambar L.7 Tampak Belakang ............................................................................... 84
Gambar L.8 Mesin Perajang Ranting Pohon ........................................................... 85
Gambar L.9 Grafik Potongan II Poros .................................................................... 85
Gambar L.10 Grafik Potongan II Rangka ............................................................... 86
Gambar L.11 Grafik Potongan IV Rangka .............................................................. 86

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Koreksi Daya Pembebanan Dan Lama Operasi ............................ 8
Tabel 2.2 Diameter Pulley Yang Diijinkan Dan Diajukan ....................................... 10
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir ..................................................................... 41
Tabel L.1 Kapasitas Daya Yang Ditransmisikan Untuk Sabuk Tunggal ................. 75
Tabel L.2 Faktor koreksi Kɵ..................................................................................... 75
Tabel L.3 Type Bearing Seri 6300 ........................................................................... 78
Tabel L.4 Ulir Whitworth ........................................................................................ 79
Tabel L.5 Ukuran Sabuk-V ...................................................................................... 80
Tabel L.6 Daerah Penyetelan Jarak Sumbu Poros ................................................... 81
Tabel L.7 Ukuran Pulley-V ...................................................................................... 81
Tabel L.8 Faktor – Faktor V,X,Y Pada Bantalan ..................................................... 82
Tabel L.9 Kekuatan Bahan Mur dan Baut ................................................................ 82

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi perkembangan manufaktur semakin berkembang.
Perkembangan yang pesat dalam mengiringi perkembangan manufaktur yaitu
dalam aspek ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi yang menjadikan manusia harus
bersaing dalam pendidikan tinggi supaya kemampuannya dapat menguasai atau
setidaknya mengimbangi perkembangan yang terjadi. Teknologi tepat guna
menjadi teknologi yang banyak dimanfaatkan oleh seluruh kalangan masyarakat,
baik dari kalangan masyarakat bawah, masyarakat menengah maupun masyarakat
atas. Pemanfaatan teknologi tepat guna juga menjadi andalan industri – industri,
terutama industri rumahan.
Di daerah Banyuwangi banyak dijumpai para peternak dan tukang kebun
besar sebagai usaha mereka. Para peternak dan tukang kebun besar tersebut dapat
dikaitkan erat dengan teknologi manufaktur dalam penggunaan mesin dengan
sistem perajangan. Mesin yang dikaitkan tersebut yakni Mesin perajang ranting
pohon sebagai pembantu proses perajangan ranting pohon sebagai campuran, baik
campuran pakan ternak maupun campuran pupuk kompos. Ada beberapa
kelemahan atau kekurangan yang dimiliki Mesin perajang ranting pohon yang
terbaru pada Toko Maksindo dengan nama Type Mesin AGR-CP07 yaitu Pisau
yang digunakan masih dua buah dengan batasan maksimal diameter ranting yang
dapat dirajang adalah 5 cm. Selain itu harga normal masih sangat tinggi yakni Rp.
16.500.000,00 per satuan unit. Jadi bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah
masih berfikir beberapa kali untuk dapat mencicipi mesin yang sangat membantu
kalangan peternak dan tukang kebun besar. (Maksindo,-)
Dalam tugas akhir ini merupakan rancang bangun alat yang berjudul
“Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon”. Alat tersebut diharapkan dapat
bekerja secara efisien dalam memproses perajangan ranting pohon. Sehingga hasil
yang didapat sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Alat tersebut bekerja secara
mekanis dengan sistem penggerak motor bakar.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses perancangan dari Mesin Perajang Ranting Pohon bagian statis
dan dinamis.
2. Bagaimana mekanisme kerja Mesin Perajang Ranting Pohon.
3. Bagaimana hasil perajangan setelah proses dilakukan.
4. Bagaimana cara merawat Mesin Perajang Ranting Pohon.

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memproses perancangan Mesin Perajang Ranting Pohon
dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu menjalankan Mesin Perajang Ranting Pohon.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil perajangan dengan mesin yang lainnya.
4. Mahasiswa mampu merawat Mesin Perajang Ranting Pohon sesuai Standart
Operational Procedure.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan Mesin Perajang Ranting Pohon adalah :
1. Bagi mahasiswa :
a. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya (Amd).
b. Sebagai media penerapan ilmu yang diperoleh di perkuliahan.
2. Bagi perguruan tinggi :
a. Sebagai bahan kajian kuliah di Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri
Banyuwangi.
b. Menambah pembendaharaan alat – alat di Politeknik Negeri Banyuwangi.
3. Bagi masyarakat :
a. Mempermudah dalam proses perajangan.
b. Mempercepat proses perajangan sehingga dapat menghemat waktu.

2
1.5 Batasan Masalah
Dalam pembuatan Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon ini
memiliki batasan masalah sebagai berikut :
1. Ukuran ranting pohon maksimal diameter 7 cm.
2. Tidak membahas tentang pengambilan sampel ranting pohon

3
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ranting Pohon


Ranting pohon (Gambar 2.1) adalah percabangan dari batang pohon yang
ukurannya lebih kecil dari batang. Ranting pohon ini berfungsi memperluas ruang
bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari sebagai
bahan utama untuk melakukan fotosintesis dan juga berfungsi untuk menekan
tumbuhan pesaing di sekitarnya. Ranting pohon tertentu juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan campuran pakan ternak maupun pupuk kompos.

Gambar 2.1 Ranting Pohon

2.2 Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon


2.2.1 Mesin Perajang Ranting Pohon
Mesin perajang ranting pohon merupakan sebuah mesin pembantu manusia
dalam meringankan proses perajangan ranting pohon untuk digunakan campuran –
campuran, baik dari pakan ternak maupun sebagai pupuk kompos. Oleh karena itu,
mesin ini sangat bermanfaat dalam perkembangan teknologi yang memudahkan
manusia dalam bekerja.
Dalam kenyataannya setiap mesin memiliki sisi kelemahan. Adapaun
keunggulan adanya rancang bangun mesin perajang ranting pohon sebagai berikut:
1. Pisau HSS dapat diatur sesuai ketebalan yang diinginkan.
2. Pisau HSS berjumlah tiga buah.
3. Rancangan yang lebih menarik dan simple.
4. Maksimal diameter ranting yang dapat dirajang 7 cm.

5
5. Tidak memakan banyak tempat dalam penempatannya.
6. Harga lebih terjangkau.
Dengan adanya Mesin Perajang Ranting Pohon ini, dapat mengurangi waktu
perajangan yang semulanya manual (menggunakan tangan).

2.3 Komponen Mesin


2.3.1 Motor Bakar
Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin kalor yang banyak dipakai
saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan energi panas
untuk melakukan kerja mekanis atau mengubah tenaga panas menjadi tenaga
mekanis (gerak). Energi atau tenaga panas tersebut diperoleh dari hasil
pembakaran.
Ditinjau dari cara memperoleh tenaga panas, mesin kalor dapat dibedakan
menjadi dua yaitu mesin dengan pembakaran dalam dan mesin dengan pembakaran
luar. Mesin pembakaran dalam adalah mesin yang melakukan proses pembakaran
bahan bakar di dalam mesin tersebut dan gas pembakaran yang terjadi berfungsi
sebagai fluida kerja. Mesin pembakaran dalam umumnya disebut motor bakar. Jadi
motor bakar adalah mesin bakar yang menggunakan gas panas hasil pembakaran
bahan bakar di dalam mesin untuk melakukan kerja mekanis. Mesin pembakaran
luar adalah mesin dimana proses pembakaran bahan bakar terjadi di luar mesin dan
energi panas dari gas pembakaran dipindahkan ke fluida mesin melalui beberapa
dinding pemisah, misal ketel uap. (Umum, -)
- Prinsip kerja motor bensin :
Secara garis besar, dapat dijelaskan bahwa prinsip kerja dari motor bensin
yaitu bahan bakar yang berupa campuran bensin dan udara dibakar untuk
memperoleh tenaga panas yang selanjutnya digunakan untuk melakukan kerja
mekanis.
Campuran antara bensin dan udara dihisap ke dalam silinder selanjutnya
dikompresi oleh torak yang berakibat timbulnya panas dan tekanan yang besar pada
gas tersebut. Campuran bensin dan udara yang telah dikompresi selanjutnya dibakar
oleh percikan bunga api dari busi.

6
Hasil dari pembakaran tersebut akan menghasilkan tekanan yang sangat
tinggi sehingga mendorong torak ke bawah. Daya yang berasal dari torak tersebut
diteruskan ke batang torak (Connecting Rod) dan diubah oleh poros engkol menjadi
kerja mekanik. Sedangkan gas hasil pembakaran akan dibuang keluar silinder.
Adapun keuntungan motor bensin (Gambar 2.2) dibandingkan motor diesel di
antaranya :
1. Tekanan kompresi yang dibutuhkan lebih kecil.
2. Konstruksi mesin lebih kecil dan tidak perlu sekokoh mesin diesel.
3. Berat mesin lebih ringan.
4. Getaran yang dihasilkan lebih kecil dengan suara yang halus.
5. Tidak memerlukan baterai terlalu besar pada awal penyalaan.
6. Konstruksi ruang bakar lebih sederhana

Gambar 2.2 Motor Bensin


Perhitungan daya untuk menetapkan spesifikasi motor yang di gunakan
dihitung menurut persamaan rumus berikut.
a. Torsi
T = (F .l)
Dimana :
T = Torsi (kg.mm)
F = Gaya yang terjadi (kg)
l/r = Panjang pisau perajang (mm)

7
b. Daya yang diperlukan
𝑇/1000 (2.𝑇.𝑇2/60)
P=
102
Dimana :
P = Daya nominal input poros (kW)
T = Torsi (kg.mm)
n2 = Putaran poros (rpm)
c. Untuk menjaga keamanan maka daya dikalikan (fc) sehingga didapatkan daya
rencana
Pd = fc.P
Dimana :
Pd = Daya rencana (kW)
Fc = Faktor koreksi daya yang ditransmisikan (Tabel 2.1)
Tabel 2.1 Faktor Koreksi Daya Pembebanan Dan Lama Operasi (Sularso,1997)
Mesin yang digerakkan Penggerak
Momen punter puncak 200% Momen punter puncak > 200%
Motor arus bolak-balik (momen
Motor arus bolak-balik (momen tinggi, fasa tunggal, lilitan seri),
normal, sangkar bajing, sinkron), motor arus searah (lilitan
motor arus searah (lilitan shunt) kompon, lilitan seri), mesin
torak, kopling tak tetap
Jumlah jam kerja tiap hari Jumlah jam kerja tiap hari
3-5 8-10 16-24 3-5 8-10 16-24
Jam Jam Jam Jam Jam Jam
Variasi beban Variasi beban

Pengaduk zat cair, kipas


sanagt kecil

angina, blower (sampai


7,5 kW) pompa 1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4
sentrifugal, konveyor
tugas ringan

Konveyor sabuk (pasir,


batu bara), pengaduk,
kipas angin (lebih dari 7,5
kW), mesin torak, 1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
Kecil

peluncur, mesin perkakas,


mesin percetakan

8
Variasi beban Variasi beban
Konveyor (ember,
sekrup), pompa torak,
kompresor, gilingan palu, 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8
sedang pengocok, roots-blower,
mesin tekstil, mesin kayu

Penghancur, gilingan bola


atau batang, pengangkat, 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
mesin pabrik karet (rol,
besar

kalender)

2.3.2 Sabuk V dan Pulley


Sabuk V adalah penghubung antara penggerak dan yang digerakkan dengan
menggunakan tali yang terbuat dari karet. Keunggulan transmisi sabuk v adalah
menghasilkan transmisi daya relatif rendah. Umumnya kecepatan sabuk v
direncanakan untuk 10 sampai 20 (m/s), dan maksimum sampai 25 (m/s) daya
maksimum yang bisa ditransmisikan untuk tiap sabuk kurang lebih sampai 500
(Kw). Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai bentuk trapesium, inti sabuk
terbuat dari tenunan tetoran yang dipergunakan untuk membawa tarikan yang besar.
Sabuk V dililitkan pada pulley sehingga mengalami lengkungan lebar pada bagian
dalamnya yang membuat bertambah besar, dan gaya gesekan akan bertambah
karena mempengaruhi bentuk baji pada Gambar 2.3 transmisi sabuk V dapat
menghubungkan poros sejajar dengan arah putaran yang sama dan putaran
berlawanan. Berikut ini gambar kontruksi sabuk-V, macam-macam ukuran
penampang sabuk (Gambar 2.3), dan diagram pemilihan sabuk (Sularso, 1997)
seperti Gambar 2.4.

Gambar 2.3 Ukuran Penampang Sabuk-V (Sularso, 1997)

9
Gambar 2.4 Diagram Pemilihan Sabuk-V (Sularso, 1997)
Pulley adalah suatu peralatan mesin yang berfungsi untuk meneruskan
putaran dari motor penggerak kebagian yang lainnya yang akan digerakan,
mengatur kecepatan atau dapat mempercepat dan memperlambat putaran keluar
yang diperlukan dengan cara mengatur diameternya. Diameter pulley penggerak
dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan gambar pulley dilihat pada gambar 2.5
Tabel 2.2 Diameter pulley yang diijinkan dan diajukan (mm)

Penampang A B C D E

Diameter minimum yang diizinkan 65 115 175 300 450

Diameter minimum yang diajukan 95 145 225 350 550

Dp Dk

Gambar 2.5 Transmisi Pulley


Perencanaan perbandingan pulley yang akan digunakan adalah 1 : 2, maka
diameter pulley yang digerakkan yaitu melalui persamaan sebagai berikut :

10
a. Perbandingan reduksi (Sularso, 1997).
𝑇1
i=
𝑇2
Keterangan :
n1 = putaran pulley penggerak (rpm)
n2 = putaran pulley yang digerakan (rpm)
b. Diameter nominal pulley yang digerakan (Sularso, 1997).
𝑇𝑇 = 𝑇𝑇 . i
Keterangan :
Dp = diameter nominal pulley yang digerakan (mm)
dp = diameter nominal pulley penggerak (mm)
c. Diameter luar pulley yang digerakan (Sularso, 1997).
𝑇𝑇 = 𝑇𝑇 + 2.k
Keterangan :
k = ukuran pulley

Sabuk-V
Penenentuan tipe penampang sabuk dapat dilakukan dengan mengetahui daya
rencana dan putaran motor.
Dalam perhitungan perencanaan jarak sumbu poros adalah C = 2 x Dp :
a. Menghitung panjang keliling sabuk-V
π 1
L = 2.C + + 𝑇 𝑇) + (𝑇 − 𝑇𝑇 )2
(𝑇 4C 𝑇
𝑇
2
Keterangan :
L = panjang V-belt (mm)
C = jarak antar poros (mm)
Dp= diameter pulley yang digerakan (mm)
dp= diameter pulley penggerak (mm)
b. Menghitung jarak sumbu poros sabuk-V (Sularso, 1997).
b = 2.L – 3,14 (Dp + dp )

11
c. Menghitung jarak poros

b+√b2−8 (Dp− dp )2
C=
8
d. Untuk mengetahui sudut kontak ( Sularso, 1991).
57(Dp−dp )
θ = 180° –
C
Keterangan :
θ = sudut kontak
e. Kecepatan linier sabuk V sebagai penerus daya dari motor bensin ke poros,
dapat dihitung dengan rumus :
Kecepatan linier sabuk (Sularso, 1997).
π.dp .n1
v=
60.1000
Keterangan :
v = kecepatan sabuk (m/s)
dp = diameter pulley penggerak (mm)
n1 = putaran pulley penggerak (rpm)
f. Daya yang mampu ditransmisikan oleh sabuk V.
𝑇𝑇 .102
𝑇𝑇 =
V
g. Jumlah sabuk yang diperlukan (Sularso dan Suga, 1997).
𝑇𝑇
𝑇=
𝑇𝑇 ×𝑇∅
Diketahui : 𝑇𝑇 = Daya rencana.
𝑇∅ = Faktor koreksi
𝑇𝑇 = Daya tambahan

2.3.3 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama – sama dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros mendapatkan benda puntir

12
murni atau puntir dan lentur. Pada Gambar 2.6 daya yang ditransmisikan kepada
poros melalui kopling, pulley, sabuk sproket rantai. Poros transmisi juga mengalami
beban tarik atau tekan seperti poros baling – baling kapal dan turbin (shigley,1983).

Gambar 2.6 Poros


Untuk merencanakan poros, terdapat hal – hal penting yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara keduanya. Selain itu ada juga poros yang mendapat beban tarik
dan tekan seperti yang terjadi pada poros baling – baling kapal atau turbin.
Kelemahan timbul akibat tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak. Dalam
perencanaan sebuah poros, kekuatan poros terhadap beban – beban seperti di atas
harus diperhatikan.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika terjadi
lenturan atau defleksi yan terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian atau
getaran dan suara. Karena itu, di samping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
diperhatikan.
3. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan
difinish. Baja karbon dari konstruksi mesin disebut baja S-C dari baja yang
dioksidasi dengan ferisilikon dan dicor, kadar karbon terjamin.

13
4. Korosi
Bahan-bahan yang tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korotif. Demikian pula
untuk poros – poros mesin yang sering berhenti lama.
Bidang geser dan bidang momen suatu poros dirancang untuk mendukung
beban dalam bentuk tertentu dan yang terpenting dalam kasus yang terjadi hanya
mengalami sedikit deformasi jika mengalami pembebanan. Semua struktur teknik
atau unsur struktural mengalami gaya eksternal atau pembebanan. Hal ini akan
mengakibatkan gaya eksternal lain atau reaksi pada titik pendukung strukturnya.
Semua gaya yang bekerja pada benda dianggap bekerja pada titik tersebut,
dan jika gaya – gaya ini tidak seimbang maka benda mengalami gerak translasi.
Oleh karena itu agar sebuah sistem gaya dalam keseimbangan, resultan semua gaya
dan resultan semua momen terhadap suatu titik = 0, persyaratan yang harus
dipenuhi adalah : Σ 𝑇𝑇 = 0 dan Σ 𝑇 = 0. Dalam analisis poros ini menggunakan
beban campuran yaitu beban terdistribusi atau merata dan beban terpusat, adapun
perencanaan benda bebas di tunjukkan pada Gambar 2.7.

RBZ
q
RBY
d
RAZ
c
RAY b
a

Gambar 2.7 Analisis Gaya Poros


Dalam analisis gaya pada poros yaitu beban campuran ada hal – hal yang
perlu di ketahui, jika ada beban merata maka perlu diubah menjadi beban terpusat
dahulu dengan rumus :
Q=qxb

14
Keterangan :
Q = Beban terpusat
q = Beban merata
a,b,c,d = panjang penampang
Sehingga dari rumus tersebut menghasilkan analisis beban campuran yang
sudah menjadi beban terpusat. Adapun analisis dapat ditunjukkan pada Gambar
2.8. Berikut perhitungan sumbu y :

a b c d
Gambar 2.8 Analisis Beban Sumbu Y
Selanjutnya melakukan perancangan dengan tahap – tahap sebagai berikut:
∑Fx = 0
∑MA = 0
-Q1.(a+(1/2.b)+RBy.(a+b+c) = 0
∑Fy = 0
RAy - Q1 + RBy = 0
a. Perhitungan momen potongan I
Potongan I dengan 0 ≤ x ≤ a. Adapun potongan I bidang geser ditunjukkan
pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Bidang Geser Pada Potongan I


∑Fy = 0
RAy – V = 0
∑M = 0
-RAy.x+ M= 0

15
b. Perhitungan momen potongan II
Potongan II dengan 0 ≤ x ≤ b. Adapun potongan II bidang geser ditunjukkan
pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Bidang Geser Pada Potongan II


∑Fy = 0
RAy – (q.x) - V = 0
∑M = 0
-RAy (a+x) + (q.x)(x/2)+M= 0
-RAy (a+x) + (qx2/2)+M= 0
c. Perhitungan momen potongan III
Potongan III dengan 0 ≤ x ≤ c. Adapun potongan III bidang geser ditunjukkan
pada Gambar 2.11.

16
Gambar 2.11 Bidang Geser Pada Potongan III
∑Fy = 0
RAY – Q1 - V = 0
∑M = 0
-RAy (a+b+x) + Q1.(b/2+x)+M= 0
d. Perhitungan momen potongan IV
Potongan IV dengan 0 ≤ x ≤ d. Adapun potongan IV bidang geser ditunjukkan
pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Bidang Geser Pada Potongan IV


∑Fy = 0
RAy – Q1 + RBy - V = 0
∑M = 0
-RAy (a+b+c+x) + Q1.(b/2+c+x) –RBy.(x) +M= 0
Adapun diagram bidang geser dan bidang momen beban campuran pada
poros perajang ranting pohon dapat ditunjukkan pada Gambar 2.13.

17
q

a b c d

M
Gambar 2.13. Diagram Bidang Geser Dan Bidang Momen

Berikut perhitungan sumbu z dan Analisis Beban pada Gambar 2.14 :


Q

RAz RBz
a b
Gambar 2.14 Analisis Beban Sumbu Z
∑MA = 0 ∑Fz = 0
RBz.(120) – Q.(a+b) = 0 RAz + RBz – Q = 0
a. Perhitungan momen potongan I
Potongan I dengan 0 ≤ x ≤ a. Adapun potongan I bidang geser ditunjukkan
pada Gambar 2.15.

RAZ
x
Gambar 2.15 Bidang Geser Pada Potongan I
∑Fz = 0 ∑M = 0
RAz – v = 0 -RAZ.x + M = 0
b. Perhitungan momen potongan II
Potongan II dengan 0 ≤ x ≤ b. Adapun potongan II bidang geser ditunjukkan
pada Gambar 2.16.

18
RAZ RBZ
a x
Gambar 2.16 Bidang Geser Pada Potongan II
∑Fz = 0 ∑M = 0
RAZ + RBZ - v = 0 -RAZ.(a+x) – RBZ.x + M = 0
Adapun diagram bidang geser dan bidang momen beban campuran pada
poros perajang ranting pohon dapat ditunjukkan pada Gambar 2.17.

RAz RBz
a b

Gambar 2.17 Diagram Bidang Geser Dan Bidang Momen

Berikut momen gabungan yang terjadi pada poros :


M² = My² + Mz²
Pada poros akan bekerja gaya – gaya berupa momen lentur dan momen
puntir. Analisis yang akan dilakukan terhadap poros meliputi kekuatan dan
diameter poros menggunakan perhitungan poros yang menerima beban puntir dan
beban lentur, karena poros ini meneruskan daya melalui sabuk dan puli. Untuk
analisis tersebut dilakukan perhitungan – perhitungan yang meliputi diameter poros
dan kecepatan kritis poros.

19
Perumusan uji tarik pada poros, berikut rumus perhitungan nya :
- Stress (tegangan mekanis)
𝑇
𝑇 =
𝑇
𝑇

Dimana : - 𝑇𝑇 = Tegangan tarik


- F = Tegangan maksimal
- A = Luas penampang

Adapun yang diperhatikan dalam merencanakan poros yaitu:


a. Torsi Penerus Daya
𝑇𝑇
T = 9,74 x 105
n

Keterangan:
T = Momen puntir (kg.m)
Pd = Daya rencana (KW)
n1 = Putaran poros motor (rpm)
b. Tegangan geser yang diijinkan (Sularso,1997):
𝑇𝑇
τa =
𝑇𝑇1.𝑇𝑇2

keterangan:
τa = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
𝑇𝑇 = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
𝑇𝑇1 = Faktor keamanan
- Harga 5,6 untuk bahan yang digunakan SF
- Harga 6,0 untuk bahan yang digunakan S-C
𝑇𝑇2 = Faktor keamanan
- Harga 1,3 – 3,0 jika poros diberi pasak
c. Menghitung Diameter Poros
1⁄
5,1 3
𝑇𝑇 ≥ [ 𝑇
. √(𝑇𝑇 . 𝑇)2 + (𝑇𝑇 . 𝑇)2]
𝑇

20
Keterangan :
ds = Diameter Poros (mm)
𝑇a = Tegangan geser yang diijinkan (Kg/mm2)
T = Momen puntir (Kg.mm)
M = Momen terbesar
Kt = Faktor koreksi puntiran
- Harga faktor koreksi puntiran 1,0 – 1,5
Km = Faktor koreksi momen lentur
- Harga faktor koreksi momen lentur 1,5 – 2,0

2.3.4 Bantalan
Menurut Sularso (1997:103) bantalan adalah elemen mesin yang menumpu
poros berbeban sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung
halus. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya berkerja dengan baik maka presentasi seluruh system akan menurun atau
tidak dapat berkerja secara semestinya (Sularso, 1997).
Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros.
a) Bantalan luncur: pada bantalan ini terjadi gesekan luncut antara poros dan
antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditutup oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
b) Bantalan gelinding: pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding, seperti bola
(pluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a) Bantalan radial: Arah beban yang ditumpu bantalan ini tegak lurus sumbu
poros.
b) Bantalan axiatan: arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c) Bantalan gelinding khusus: bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus dengan sumbu poros.

21
Berdasarkan bentuk bantalan di klasifikasikan menjadi bantalan beberapa macam
antara lain:
1) Bantalan luncur.
Bantalan luncur seperti Gambar 2.18 dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam antara lain:
a) Bantalan radial yang dapat berbentuk silinder belahan silinder, ellips, dll
b) Bantalan axiatan yang dapat berbentuk engsel, kerah michel, dll.
c) Bantalan khusus yang berbentuk bola,

Gambar 2.18 Macam – Macam Bantalan Luncur


2) Bantalan gelinding
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat
kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Seperti diperlihatkan pada Gambar
2.19 elemen mesin gelinding atau sama seperti rol, dipasang diantara cincin luar
dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan
membuat gerakan gelinding sehinga gesekan di antaranya akan jauh lebuh kecil
bantalan gelinding, seperti pada bantalan luncur, dapat dikelasifikasikan atas
bantalan radial, yang terutama membawabeban radial dan sedikit beban aksial.

22
Gambar 2.19 Macam – Macam Bantalan Gelinding
Bantalan yang akan digunakan untuk mesin perajang ranting pohon ini
adalah bantalan radial jenis bantalan dan ukuran bantalan dapat diketahui dengan
persamaan berikut:
a. Perhitungan beban ekivalen dinamis
Suatu beban yang besarnya yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran
sebenarnya disebut beban ekivalen dinamis.
Pr =X.V.Fr.+Y.Fa
Dimana :
Pr = Beban ekivalen dinamis (kg)
X = Faktor beban radial
V = Faktor putaran
Fr = Beban radial (kg)
Y = Faktor beban aksial
Fa = beban aksial (kg)
b. Faktor kecepatan putaran bantalan
33.3 1
fn = ( ) 3
𝑇2

fh = 𝑇𝑇
𝑇𝑇

Dimana :
fh = Faktor umur
fn = Faktor kecepatan putaran bantalan
C = Bahan normal spesifik (kg)

23
P = Beban ekivalen (kg)
c. Umur nominal
3
Lh= 500f

Dimana :
Lh = Faktor nominal (jam)
Fh = Faktor umur

2.4 Proses Perancangan


Dalam perancangan mesin bagian statis ada beberapa bagian yang masuk di
dalamnya meliputi :
1. Plat baja
2. Sambungan las
3. Sambungan baut

2.5 Plat Baja


Plat Baja seperti Gambar 2.20 adalah bahan baku dalam pembuatan berbagai
macam mesin dan kebutuhan industri lainnya. Seperti pembuatan mobil, kapal dan
berbagai macam alat transportasi maupun alat – alat yang membutuhkan plat
sebagai bahannya. Selain itu besi plat juga bisa dipergunakan untuk pemuatan
berbagai macam keperluan alat rumah tangga. Bisa juga dipergunakan untuk dasar
bahan bangunan.
Plat Baja bisa dikatakan sebagai bantalan molibdenum kromium nikel
austenitik baja mirip dengan mengetik 316 kecuali konten paduan dalam besi plat
agak lebih tinggi. Memiliki ketahanan korosi unggul dalam aplikasi khusus dimana
diinginkan untuk mengurangi kontaminasi ke minimum. Besi plat terutama
dikembangkan untuk melawan lebih efektif serrangan senyawa asam belerang.
Namun, kemampuan terbukti untuk memerangi korosi telah melebar
penggunaannya jauh dan sekarang sedang digunakan untuk banyak aplikasi industri
lainnya. Kandungan karbon rendah tentang besi plat memberikan kekebalan
terhadap korosi intergranular dalam aplikasi dimana berat lintas bagian tidak dapal

24
anil setelah pengelasan atau dimana perawatan stres suhu rendah menghilangkan
yang diinginkan. (Toko, -)

Gambar 2.20 Plat Baja

2.5.1 Perencanaan Rangka


1. Rangka
Rangka merupakan bagian terpenting dari sebuah mesin. Tanpa
rangka, mesin tidak dapat beroperasi secara maksimal bahkan kemungkinan
besar terjadi tidak akan berjalan. Oleh karena itu, perencanaan rangka harus
dikerjakan dengan baik demi kelancaran sebuah mesin.
Dari Gambar 2.21 didapat gambar diagram benda bebas sebagai
berikut:
Q1 Q2

RAV RBV

a b c d e
L
Gambar 2.21 Diagram Benda Bebas Pada Rangka
Dengan ketentuan :
 Arah momen

25
Searah jarum jam : (-)
Kebalikan arah jarum jam : (+)
 Arah gaya

∑ Fx =0
∑ Fy = 0
∑M =0
∑ MA = 0
RBV. L – F2 . (b+c) – F1 . c = 0

∑ Mb = 0
- RAV. L – F2 . a – F1 . (a+b) = 0
Potongan I dengan 0 ≤ x ≤ e, seperti Gambar 2.22 berikut :

FI x
RBV
Gambar 2.22 Momen Dan Bidang Geser Potongan 1 Pada Rangka

∑ FI = 0
FI + RBV = 0

∑M=0
-M + RBV . x = 0

Potongan II dengan 0 ≤ x ≤ d, seperti Gambar 2.23 berikut :

26
Q2

FII x e
RBV
Gambar 2.23 Momen Dan Bidang Geser Potongan 2 Pada Rangka
∑ FII =0
FII + RBV – Q2 = 0

∑M=0
-M + RBV . (e + x) – Q2 . x²/2 = 0

Potongan III dengan 0 ≤ x ≤ c, seperti Gambar 2.24 berikut :


Q2

FIII x d e
RBV
Gambar 2.24 Momen Dan Bidang Geser Potongan 3 Pada Rangka

∑ FIII = 0
FIII + RBV – Q2 = 0

∑M=0
-M + RBV . (d + e + x) – Q2 . (d/2 + x) = 0

Potongan IV dengan 0 ≤ x ≤ b, seperti Gambar 2.25 berikut :

27
Q1 Q2

FIV x c d e
RBV
Gambar 2.25 Momen Dan Bidang Geser Potongan 4 Pada Rangka
∑ FIV = 0
FIV + RBV – Q2 – Q1 = 0

∑M=0
-M + RBV . (c + d + e + x) – Q2 . (c + d/2 + x) – Q1 . (x²/2) = 0

Potongan V dengan 0 ≤ x ≤ a, seperti Gambar 2.26 berikut :


Q1 Q2

FV x b c d e
RBV
Gambar 2.26 Momen Dan Bidang Geser Potongan 5 Pada Rangka
∑ FV =0
FV + RBV – Q2 – Q1 = 0
∑M=0
-M + RBV . (b + c + d + e + x) – Q2 . (b + c + d/2 + x) – Q2 . (b/2 + x) = 0

Berdasarakan perencanaan diatas didapatkan gambar diagram benda bebas.


Berikut Gambar 2.27 diagram hasil :

28
Q1 Q2

RAV RBV
a b c d e

12,6 kN.mm
4,6 kN.mm

Gambar 2.27 Diagram Momen Dan Bidang Geser Pada Rangka

2.6 Uji Tarik


Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Melalui tabel
hasil pengujian yang diringkas seperti Gambar 2.28. Pengujian ini sangat
sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia,
misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan
menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut
bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu
bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki
cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff)
(Sastranegara, 2009).

29
Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah Shimadzu, Instron dan
Dartec. Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang
bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva
pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
“Rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan”.
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah
pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan (Sastranegara, 2009).
 Rumus uji tarik
- Stress (tegangan mekanis)
𝑇
𝑇 =
𝑇
𝑇
Dimana :
F = Gaya tarik
A = Luas penampang
Untuk memudahkan pembahasan, E adalah gradient kurva dalam daerah
linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi
nama "Modulus Elastisitas" atau "Young Modulus". Kurva yang menyatakan
hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
Seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.28 Grafik Uji Tarik (Sastranegara, 2009)

30
2.7 Sambungan Las
Pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung dua buah benda
logam dengan jalan menggabungkan dan memanaskan kedua logam tersebut
sampai mencapai suhu las.
Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat digolongkan menjadi :
1. Pengelasan cair yaitu ruangan yang hendak di sambung di isi dengan suatu bahan
cair, sehingga dengan waktu yang sama tepi yang berbatasan juga ikut mencair.
Kalor yang di butuhkan dapat di bangkitkan secara kimia atau listrik.
2. Pengelasan tekan yaitu pengelasan yang sambungannya di panaskan kemudian di
tekan hingga menjadi satu.
Berikut skema proses pengelasan seperti Gambar 2.29

Gambar 2.29 Skema Proses Pengelasan


Jenis sambungan las yang digunakan.
Butt Joint.
Dimana kedua batang yang akan dilas berada pada bidang yang sama yaitu pada
Gambar 2.30.

Gambar 2.30 Sambungan Las Butt Joint.


b). Pengaruh besar kecilnya arus pada alas listrik.
1. Apabila arus terlalu kecil.
 Penyalaan busur listrik sukar.
 Busur listrik yang terjadi tidak stabil.
 Panas yang tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda kerja.

31
2. Apabila arus terlalu besar.
 Elektroda mencair terlalu cepat.
 Hasil permukaan las lebih besar.
 Penembusan terlalu dalam.
c). Mampu las.
Tidak semua bahan yang mampu di las dapat di handalkan serta dapat di
pergunakan sesuai dengan yang di kehendaki, baik dari segi kekuatan dan
ketangguhan.
Beberapa factor untuk mengetahui bahan yang dapat dan mampu di las :
1. Sifat fisik dan sifat kimia bahan untuk bagian hendak di las termasuk pra sejarahnya
(metode pembentukan dan perlakuan las).
2. Tebal bagian yang akan di sambung, dimensi dan kekuatan konstruksi yang hendak
di buat.
3. Teknologi metode las yaitu sifat dan susunan elektroda, langkah pengelasan,
perlakuan panas pada saat sebelum, selama dan setelah pengelasan serta
temperature pada waktu pengelasan di lakukan.
d). Perhitungan kekuatan sambungan las.
Untuk mengetahui tegangan maksimum yang terjadi pada rangka adalah
sebagai berikut :
Kekuatan sambungan butt joint
Untuk mengetahui tegangan maksimum yang terjadi pada rangka sambungan
butt joint seperti pada Gambar 2.30 adalah sebagai berikut : (Shigley, 1989)
𝑇
𝑇 = ℎ
𝑇

Dimana :
𝑇 = Tegangan (N/mm²)
F = Gaya rentang plat (N)
h = Ketebalan plat (mm)
𝑇 = Panjang area las (mm)

32
e). Ukuran elektroda.
Ukuran standart diameter kawat inti adalah 1,5–7 mm dengan panjang 350–
450 mm. Jenis selaput terbuat selulosa, kaolin, kalium, karbonat, titanium oksida,
kalium oksida mangan, oksida besi. Tebal selaput berkisar antara 10 % - 50 %
diameter elektroda. Pada waktu pengelasan selaput elektroda akan ikut mencair
menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda
kerja terhadap udara luar. Cairan selaput yang disebut terak akan mengapung dan
membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

2.8 Sambungan Mur Baut


Sambungan mur baut banyak digunakan pada berbagai komponen mesin
Sambungan mur baut bukan merupakan sambungan tetap, melainkan dapat
dibongkar pasang dengan mudah. Dapat dilihat pada Gambar 2.31.
Beberapa keuntungan penggunaan sambungan mur baut :
 Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menerima beban.
 Kemudahan dalam pemasangan.
 Dibuat dalam standarisasi.
 Efisiensi tinggi dalam proses manufaktur.

Gambar 2.31 Jarak Profil Ulir

33
Keterangan :
do: diameter mayor (nominal)
di: diameter minor
dp: diameter pitch
Untuk menentukan ukuran baut dan mur dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
F = π . di². 𝑇
4 𝑇
4.𝑇
di ≥ √
𝑇 . 𝑇𝑇

Keterangan :
F = Gaya yang terjadi (N)
di = Diameter minor (mm)
𝑇𝑇 = Tegangan tarik (kg/mm2)

2.9 Perawatan Rancang Bangun Mesin Perajang Ranting Pohon


Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sistematis
terhadap peralatan hingga mencapai hasil / kondisi yang dapat diterima dan
diinginkan (Naldo, 2013). Perawatan mempunyai kaitan yang erat dengan tindakan
pencegahan dan pembaharuan, untuk Jenis-jenis perawatan aktivitas pemeliharaan
suatu fasilitas atau mesin produksi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
A. Perawatan Tidak Terencana (Unplanned Maintenance)
Merupakan perawatan yang tidak direncanakan terlebih dahulu, disebabkan
peralatan dan fasilitas produksi tidak memiliki rencana serta jadwal perawatan.
Kegiatan perawatan ini disebut juga perawatan darurat yang didefinisikan sebagai
perawatan yang perlu dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang fatal
seperti : kerusakan besar pada peralatan, hilangnya produksi dan keselamatan kerja.
B. Perawatan Terencana (Planned Maintenance)
Merupakan kegiatan perawatan yang mengacu pada rencana yang telah
disusun dan dilaksanakan serta didokumentasikan. Perawatan ini terbagi 2 yaitu :

34
1. Perawatan pencegahan (preventive)
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan untuk mencegah timbulnya
kerusakan-kerusakan tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang
menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu proses produksi
dan mencegah menurunnya fungsi peralatan dan fasilitas. Perawatan ini di bagi
menjadi 2 yaitu perawatan rutin dan perawatan periodik.
2. Perawatan perbaikan (corrective maintenance)
Kegiatan perawatan yang sudah direncanakan berupa penggantian
komponen yang sudah tidak berfungsi. Perawatan perbaikan dapat berupa
perbaikan yang tidak ditemukan pada saat pemeriksaan seperti penggantian
komponen secara serentak juga overhaul (perbaikan menyeluruh) terencana.
Hal yang harus di perhatikan berikutnya adalah prosedur dalam pelaksanaan
perawatan, dalam setiap kegiatan tidak dapat terlepas dari prosedur atau langkah-
langkah untuk melakukan kegiatan tersebut. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam kegiatan perawatan antara lain :
1. Inspeksi.
2. Kegiatan teknik.
3. Kegiatan produksi.
4. Pekerjaan administrasi.
5. Perawatan bangunan.

35
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

36
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Gambar Alat Dan Bagian-Bagiannya


Mesin Perajang Ranting Pohon yang di rancang pada gambar 3.1 :

Gambar 3.1 Rancangan Mesin Perajang Ranting Pohon


Keterangan :
1. Pulley besar 9. Body atas
2. Poros 10. Piringan perajang
3. Motor bakar 11. Pengunci body
4. V-Belt 12. Bearing
5. Pulley kecil 13. Input bahan
6. Dudukan motor 14. Piringan blower
7. Roda 15. Engsel body
8. Meja mesin 16. Body bawah

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu :
- Gerinda - Meteran

37
- Kunci pas 10, 12, 14 - Mesin bor
- Mesin bubut - Meteran
- Gergaji mesin - Mesin Las
- Tang - Ragum
- Jangka sorong - Ampelas
- Mistar siku - Alat cat dan Compresor
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
- Plat besi - Plat besi siku
- Elektroda - Mur dan Baut
- V-Belt - Besi ST.37 diameter 1¼”
- Pulley - Bearing
- Dempul - Bantalan 2 buah

3.3 Waktu dan Tempat


Untuk waktu dan tempat dilaksanakan selama 1 semester, pada semester 6
dengan target pembuatan alat dan pembuatan laporan pada bulan April – Juni 2017
dilaksanakan di labolatorium pemesinan Politeknik Negeri Banyuwangi.

3.4 Prinsip Kerja Mesin Perajang Ranting Pohon


Mesin Perajang Ranting Pohon digunakan untuk merajang ranting – ranting
yang akan dicampurkan sebagai pakan ternak maupun pupuk organik, adapun cara
penggunaan Mesin Perajang Ranting Pohon sebagai berikut :
1. Pertama cek terlebih dahulu mesin dalam keadaan siap pakai.
2. Atur pisau untuk mendapatkan ketebalan ranting yang diinginkan,
kemudian tutup body mesin.
3. Cek keseluruhan mesin. Baik dari penggerak, mur baut maupun yang
digerakkan.
4. Sediakan ranting yang akan dirajang.
5. Nyalakan motor.
6. Setelah motor berputar, secara otomatis komponen mesin berputar.

38
7. Setelah semua sudah siap, masukkan ranting pohon ke input Mesin
Perajang Ranting Pohon.
8. Kemudian lihat hasil yang didapat, jika terlalu halus atau tebal maka
matikan mesin terlebih dahulu dan atur pisau sesuai kebutuhan lalu tutup
kembali dan nyalakan.
9. Setelah semua sudah selesai matikan Mesin Perajang Ranting Pohon.
10. Bersihkan keseluruhan mesin dan beri oli pada bagian yang bergesekan
supaya tahan lama
11. Kembalikan ke tempat semula.
12. Selesai.

3.5 Diagram Alur Proses Pengerjaan Tugas Akhir


Diagram alur adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar
dalam bertindak, dapat dilihat pada, gambar 3.2.

START

Survey Lapangan
Study Pustaka
Gagasan

Perancangan

Statis Dinamis

Rangka Las Mur Baut Motor Poros Pulley Sabuk - V

A B

39
A B

Perbaikan Perakitan

Tidak

Pengujian

Ya

Hasil

Laporan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Pengerjaan Tugas Akhir

3.6 Perencanaan dan Perancangan


Setelah melakukan pencarian data hasil studi dari berbagai referensi yang
sudah di dapat, maka direncanakan berbagai bahan yang dibutuhkan dalam
perancangan dan pembuatan tenaga penggerak “Mesin Perajang Ranting Pohon”
sebagai bahan tugas akhir. Dalam rancangan tugas akhir ini yang akan di rancang
adalah :
a. Perancangan kontruksi rangka.
b. Persiapan bahan dan alat yang di gunakan.
c. Proses perakitan dan finishing.

3.7 Jadwal kegiatan


Proses pengerjaan tugas akhir ini dapat dijadwalkan melalui tabel 3.1
berikut ini.

40
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir
April Mei Juni Juli Agustus
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey dan Analisa Subyek
2 Pencarian data atau referensi
3 Pembuatan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Perancangan perhitungan
6 Persiapan bahan dan alat
7 Pembuatan bagian mesin
8 Perakitan
9 Pengujian
10 Evaluasi

41
---Halaman ini sengaja dikosongkan---

42

Anda mungkin juga menyukai