Hisyam BAB 1-4 FIX
Hisyam BAB 1-4 FIX
Hisyam BAB 1-4 FIX
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang tersedia seccara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan secara maksimal bagi
lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank haruslah bahu-
membahu dalam mengelola mengerakan semua potensi ekonomi agar berdaya guna
mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam menggerakan roda
perekonomian suatu negara. Peranan yang penting dalam strategis dari lembaga
perbankan itu merupakan bukti bahwa lembaga perbankan merupakan salah satu
pilar utama bagi pembangunan ekonomi nasional. Yang didalamnya memiliki salah
satu fungsi yaitu tentang kredit, yang bersangkutan dengan kreditur atau yang
memberi suatu pinjaman kepada debitur atau seseorang yang melakukan proses
peminjaman.1
1
Hermansyah, hukum perbankan nasional indonesia, prenadamedia group, 2005, hlm. Vii.
1
2
1. Peersonality. Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap
Hal ini diperlukan untuk menentukan persetujuan kredit yang diajukan oleh
pemohon kredit.
2. Purpose. Mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai
3. Prospect. Dalam hal ini bank harus melakukan analisis secara cermat dan
mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit.
masyarakat.
1. Character. Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-
2. Capacity. Yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah
masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan
3. Capital. Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian
pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan
seccara efektif.
merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi
kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik
secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh
perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang
Jaminan atau yang lebih dikenal dengan agunan adalah harta benda milik
debitur atau pihak ketiga yang ikut sebagai alat pembayaran jika terjadi wanprestasi
terhadap pihak ketiga. Jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan
4
menurut ketentuan Pasal 1 butir 23 UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang dimaksud dengan anggunan adalah
jaminan tambahan yang diserahkan kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas
kredit.
pembayaran utang seandainya terjadi wanprestasi atas pihak ketiga yaitu dengan
jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut. Kedua sebagai akibat dari fungsi
kepada pihak debitur. Pemberian jumlah pembiayaan tidak boleh melebihi nilai
terjadi perubahan besar besaran terhadap sistem dan metode penjaminan atas suatu
Kuasa Memasang Hipotek yang dibuat di depan notaris agar dapat menjamin
pelunasan utang atau kewajiban debitur tersebut. Jadi, dengan bank sudah melihat
gelagat bahwa debitur tersebut mulai macet atau kondisi keuangannya sudah tidak
2
Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawat, Hukum Jaminan DI Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, 2018, hlm. 1-2.
5
terdaftar, bank dapat menjual lelang rumah atau tanah tersebut untuk melunasi
kewajiban debitur.
menjadi Hak Tanggungan pada saat itu, seluruh Akta Surat Kuasa Memasang
Hipotek yang sudah ada harus ditindak lanjuti menjadi Hak Tanggungan dan
adalah ketentuan mengenai tata cara pencantuman klausula baku. Klausula baku
adalah setiap aturan atau ketentuan dan syrat-syarat yang telah dipersiapkan dan
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam
suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
Di tingkat teknis payung hukum yang melindungi nasabah antara lain adanya
Debitur dalam perjanjian kredit bank merupakan nasabah dalam bank tersebut,
3
Irma Devita Purnamasari, Hukum Jaminan Pebankan, Kaifa PT Mizan Pustaka, 2011 hlm. 39-40.
6
konsumen, ini dapat dilihat dari UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, Pasal 1 ayat (2) yang menegaskan bahwa konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Apabila
dilihat dari pasal tersebut maka unsur dari konsumen adalah setiap pemakai barang
dan jasa, dan tidak untuk diperdagangkan. Nasabah adalah pemakai barang dan jasa
yang diberikan bank tidak untuk diperdagangkan. Maka dalam hal ini nasabah
konsumen adalah segala uapaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
kesehatan dan keselamatan konsumen, hak atas kenyamanan, hak dilayani dengan
baik oleh produsen maupun pasar, hak untuk mendapatkan barang atau jasa yang
layak dan yang lain sebagainya. Banyak hak dalam perlindungan konsumen
disebabkan oleh faktor bahwa konsumen adalah pelaku ekonomi yang penting,
karena tanpa adanya konsumen dalam produksi barang atau jasa, maka suatu
kegiatan perekonomian tidak akan bisa dilakukan. Bila produk atau jasa yang
praktiknya bentuk perjanjiannya sudah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditor
dengan baik. Perjanjian yang demikian itu disebut sebagai perjanjian baku (standard
contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi
menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosiasi yang
pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak terlalu menguntungkan bagi
Dalam suatu pemberian kredit, bank atau pihak pemberi selalu berharap agar
terhadap kredit yang sudah diterimanya. Dalam praktek, tidak semua kredit yang
sudah dikeluarkan oleh bank dapat berjalandan terselesaikan dengan lancar. Tidak
sedikitpula terjadinya kredit bermasalah yang disebabkan oleh debitur tidak dapat
melunasi kreditnya tepat pada waktunya sebagaimana yang telah disepakati dalam
perjanjian kredit antara pihak debitur dan perusahaan perbankan. Hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kredit bermasalah karena debitur tidak mampu atau karena
4
Jurnal skripsi pada website media.neliti.com/media/publications/149520-ID-Perlindungan-
hukum-bagi-nasabah-debitur, pada tanggal 6 januari 2019 pukul 21.00.
8
kepastian hukum sebagai hak jaminan yang kuat, dengan ciri khas eksekusi mudah
dan pasti namun ternyata dalam praktiknya tidak seperti itu. Proses penyelesaian
Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah, khususnya pasal 6 yang berisi, apabila debitor cidera
janji,pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak
itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
dan/atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan
keberatan.
Sehingga hal ini dijadikan peluang dalam mengajukan perlawanan oleh pihak
debitur. Pasal-pasal tersebut tidak tegas dan jelas tentang definisi Cedera Janji
dengan penetapan nilai limit obyek lelang secara sepihak oleh kreditur yang dinilai
tidak wajar.
Perlindungan Konsumen yang mengatur perlindungan hukum bagi debitur dan aset
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis
dalam hal ini terdorong untuk mengkaji dan meneliti ke dalam penulisan skripsi
NOMOR:316/Pdt.G/2016/Pn.Pbr).
B. Rumusan Masalah
akan membatasi permasalahan sesuai dengan judul penelitian “Eksekusi Objek Hak
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
Jurnal.unissula.ac.id/index.php/PH/article/viewFile/1418/109, pada tanggal 7 januari 2019 05.00.
11
2. Tujuan Khusus
Bhayangkara Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bhayangkara Surabaya.
2. Manfaat Praktis
E. Kajian Pustaka
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Latin, credere, yang berarti
kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank
adalah tentu seorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal inimenunnjukan
bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah
kepercayaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah
pinjaman hingga batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Dalam pasal 1 butir 11 UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU NO.7
Tahun 1992 tentang perbankan, dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan utang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-
13
mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian
Suatu perjanjian kredit yang dilakukan antara pihak kreditur sebagai pemberi
fasilitas kredit dan debitur sebagai pihak peminjam atau penerima kredit diperlukan
suatu benda bergerak maupun benda tetap. Jaminan yang paling banyak digunakan
sebagai anggunan adalah berupa tanah, baik mencakup hak pakai, hak guna
bangunan, hak milik, maupun hak guna usaha karena memiliki nilai yang umumnya
meningkat.
pasal 6 dan 20 yang dijadikan peluang dalam mengajukan perlawanan oleh pihak
debitur. Pasal-pasal tersebut tidak tegas dan jelas tentang definisi Cedera Janji
dengan penetapan nilai limit obyek lelang secara sepihak oleh kreditur yang dinilai
tidak wajar.
dengan alasan sesuai klausula-klausula dalam perjanjian yang telah terpojok dan
berada didalam kondisi yang lemah. Padahal isi perjanjian tersebut tidak boleh
6
Hermansyah, hukum perbankan nasional indonesia, prenadamedia group, 2005, hlm. 57,58, 63,
65.
14
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
keselamatan.
jasa.
seccara patut.
Pengertian hak tanggungan sesuai dengan Pasal 1 Angka (1) UUHT, yaitu: Hak
Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-
kreditor lain.
kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai
dari kata ”jamin” yang berarti ”tanggung”, sehingga jaminan dapat diartikan
sebagai tanggungan. Menurut Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank
disimpulkan bahwa jaminan itu adalah suatu tanggungan yang dapat dinilaidengan
uang, yaitu berupa kebendaan tertentu yang diserahkan debitur kepada kreditur
sebagai akibat dari suatu hubungan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain.
Dengan kata lain, jaminan di sini berfungsi sebagai sarana atau menjamin
Adrian Sutedi membedakan jaminan menjadi dua yaitu jaminan yang lahir dari
undang-undang yaitu jaminan umum dan jaminan yang lahir karena perjanjian.8
Contohnya adalah pada Pasal 1311 KUHPerdata, Pasal 1232 KUHPerdata, dan
Pasal 1311 KUHPerdata yang menyatakan bahwa kekayaan Debitur, baik berupa
benda bergerak dan tidak bergerak, yang telah ada dan yang akan datang
dikemudian hari walaupun tidak diserahkan sebagai jaminan, maka akan secara
hukum menjadi jaminan seluruh utang Debitur. Sedangkan jaminan khusus adalah
jaminan yang timbul karena adanya perjanjian terlebih dahulu, yaitu perjanjian
7
Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan DI Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, 2018, hlm. 3.
8
Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, sinar grafika, Jakarta, 2010, hlm. 21.
16
yang ada antara Debitur dengan pihak perbankan atau pihak ketiga yang
F. Metode Penelitian
a. Tipe/Jenis penelitian
b. Pendekatan masalah
9
Subekti, Hukum Acara Perdata, BPHN, Jakarta, 1977, Hlm. 128.
10
J.J Bruggink, Reflesi ilmu hukum, dialih bahasakan, arief sidartha, Dalam Prasetijo Riyadi & Sri
Priyati, Memahami Metode Penelitian Hukum dalam Konteks Penulisan Skripsi/Tesis, AL
Maktabah, Surabaya 2017, hlm. 41.
11
D.H.M. Meuwissen, Ilmu Hukum, Pro Justicia, Dalam Prasetijo Riyadi & Sri Priyati, ibid., hlm.
42.
17
analisis.12
12
Jan Gijssels & Mark Van Hoecke, Dalam Prasetijo Riyadi & Sri Priyati, ibid., hlm.42.
18
lain sebagainya.
istilah bahan hukum bukan data, sebab istilah data berkonotasi pada
13
R.G. Logan, Literatur and Law Libraries, Dalam R.G. Logan, Information Sourrces in Law,
Butterworth Guide to Internasional Sourrce, Dalam Prasetijo Riyadi & Sri Priyati, ibid., hlm. 43.
19
dianalisis.15
14
Winarto Surakhmad, Pengantar Ilmiah : Dasar, Metode, Teknik, Dalam Prasetijo Riyadi & Sri
Priyati, Ibid., hlm. 44.
15
Morris I Cohen, Sinopsis Penelitian Ilmu Hukum (Legal research In a Nutshell), Dalam Prasetijo
Riyadi & Sri Priyati, Ibid., hlm. 45.
20
positif.
G. Sistematika Penulisan
Peraturan Perundang-Undangan.
16
Jan Gijsssels & Mark Van Hoecke, Wat is Rechtsteorie ? Kluer Rechtswentenschap, Dalam
Prasetijo Riyadi & Sri Priyati Ibid.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak Tanggungan
Hak tanggungan pada dasarnya adalah suatu jaminan pelunasan utang, dengan
hak mendahului, dengan objek jaminannya berupa hak-hak atas tanah yang diatur
dibebankan pada hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan tersebut
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru
perseorangan”.
2. Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai dengan ketentuan
Pasal 51.
Pasal 25 UUPA: “Hak milik dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani
hak tanggungan”.
21
22
Pasal 33 UUPA: “Hak guna usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan
Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan tersebut dalam Pasal 25,
menjadi objek hak tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan
3. Hak Tanggungan dapat dibebankan pada hak atas tanah, termasuk benda-
kreditur-kreditur lain.17
hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah,
piutang.
17
H. Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Di Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2018, hlm. 191.
23
3. Pejabat pembuat akta tanah, yang selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat
umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas
tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa
yang berlaku.
piutangnya.
pendaftaran tanah.
Jadi jelas bahwa UU No. 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah
tentang tanah.18
dengan tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sebagai
18
H. Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Di Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2018, hlm. 192.
24
Hak Tanggungan pada dasarnya adalah hak tanggungan yang dibebankan pada
hak atas tanah. Namun, pada kenyataannya sering kali terjadi benda-benda berupa
bangunan, tanaman, dan hasil karya yang secara tetap merupakan satu kesatuan
1. UUPA Pasal 25, Pasal 33, Pasal 39 mengenai Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan sebagai objek hak tanggungan, dan Pasal 51, yang
menyatakan, bahwa hak tanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik,
hak guna usaha dan hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 25, 33, 39
tanggungan pada hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,
pembebanan hak guna bangunan, hak pakai dan hak sewa untuk bangunan
atas hak milik, dan pembebanan lain ditentukan dengan peraturan perundan-
19
H. Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Di Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2018, hlm 193
25
undangan dapat didaftar jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT
berlaku.
Subjek hak tanggungan dapat dilihat pada ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9
UUHT, yaitu menurut Pasal 8 ayat (1) UUHT “pemberi Hak Tanggungan adalah
orang perorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang
merupakan pemberi dan pemegang hak tanggungan yaitu para pihak yang
20
H. Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Di Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2018, hlm 193
26
pelunasannya.
Objek hak tanggungan terdapat pada Pasal 4 ayat (1) UUHT yaitu hak atas
tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Pakai Atas Tanah Negara. Hak-hak tersebut menurut ketentuan yang berlaku
wajib di daftartarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan. Selain hak-
hak atas tanah tersebut dalam Pasal 4 ayat (2) yang dapat juga dibebani hak
tanggungan juga yaitu hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang
Pasal 4 ayat (4) UUHT menyatakan bahwa hak tanggungan dapat juga
dibebankan pada hak atas tanah seperti bangunan, tanaman, dan hasil karya yang
telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, ddan
yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebannya dinyatakan
Suatu objek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan
guna menjamin pelunasan lebih dari satu hutang dan peringkatnya masing-masing
kantor pertahanan. Dalam hal iini apabila didaftarkan dengan tanggal yang sama
maka melihat pada Akta Pembebanan Hak Tanggungan, dan apabila suatu objek
hak tanggungan dibebani lebih dari satu hak tanggungan sehingga terdapat
27
R. Subekti mengatakan bahwa sistem adalah suatu susunan atau catatan yang
teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama
lain tersusun menurut suatu rencana atau pola hasil suatu pemikiran untuk mencapai
suatu tujuan. Berdasarkan definisi ini, maka perlu diketahui sistem hak tanggungan
1. Asas sistem tertutup (gesloten system) artinya selain dari hak jaminan
21
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan kredit Perbankan Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2010, hlm. 28.
22
R. Subekti dipetik dari Mariam Darus Badrlzaman, serial hukum perdata buku II – kompilasi
hukum jaminan, CV Mandar Maju, Medan, 2004, hlm. 11,14
28
pelunasan utang kepada kreditur, jika ada sisa penjualan sisa itu dibayarkan
kepada kreditur lainnya secara pari passu (konkuren), dan jika masih ada
3. Asas droit de suite yaitu hak tanggungan memiliki sifat yang sama dengan
objek hak tanggungan sehingga terbuka dan dapat dibaca dan diketahui oleh
umum.
6. Asas mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusi yang artinya adalah
8. Asas pemisahan horizontal yang artinya Hak atas tanah terpisah dari benda-
asa tersebut dapat digunakan dalam UUHT dengan catatan harus dituangkan
10. Asas itikad baik yang artinya itikad baik yang bersifat objektif yaitu itikad
umumnya.23
23
H. Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Di Indonesia, PT Rajagrafindo
Persada, Depok, 2018, hlm. 221
30
janji tersebut wajib dituangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
Proses pembebanan Hak Tanggungan dilaksanakn dalam dua tahap, yaitu sebagai
berikut:24
membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam rangka
APHT yang bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan. Warkah yang
24
Sutardja Sudrajat, Pendaftaran Hak Tanggungan dan Penerbitan Sertifikatnya, Mandar Maju,
Bandung, 1997, hlm. 54
31
karena jabatannya dan sanksi atas pelanggaran hal tersebut akan ditetapkan
membuat buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas
tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada
sertifikat hak atas tanahyang bersangkutan. Menurut ketentuan pasal 14 ayat (1)
berarti sertifikat hak tangungan merupakan bukti adanya hak tanggungan. Oleh
karena itu maka sertifikat hak tanggungan dapat membuktikan sesuatu yang pada
saat pembuatannya sudah ada atau dengan kata lain yang menjadi patokan pokok
adalah tanggal pendaftaran atau pencatatannya dalam buku tanah hak tanggungan.25
dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian dari eksekusi itu sendiri. Pengertian
lebih lanjut mengenai eksekusi menurut pendapat Subekti dan Salim yang
25
Boedi Harsono dan Sudarianto, Konsepsi Pemikiran tentang UUHT, Makalah Seminar Nasional,
Bandung, 1996, hlm. 17
32
telah mendapatkan kekuatan hukum tetap. Objek dari eksekusi adalah salinan
putusan dan grosse akta (salinan pertama dari akta otentik). Grosse akta dapat
tetap.
sejumlah uang. Eksekusi ini diaturdalam Pasal 196 HIR (Herzien Inlandsch
buatan. Hal ini diatur dalam pasal 225 HIR (Pasal 259 RBg). Orang tidak
tetapi pihak yang dimenangkan dapat minta kepada hakim agar kepentingan
bebankan kepada debitur oleh putusan hakim secara langsung. Jadi eksekusi
riil itu adalah pelaksanaan putusan yang menuju kepada hasil yang sama
26
Sudikno Mertokusumu, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm.240
33
Dengan eksekusi riil maka yang berhaklah yang menerima prestasi. Prestasi
dan uang paksa bukan merupakan eksekusi riil. Eksekusi riil ini tidak diatur
dalam HIR tetapi dalam 1033 RV. Yang dimaksud kan dengan eksekusi riil
jurusita supaya dengan bantuan alat kekuasaan Negara, agar barang tetap itu
pasal 200 ayat (11) HIR, Pasal 218 ayat (2) RBg.
Eksekusi Hak tanggungan diatur dalam Pasal 20 UUHT yang telah menentukan
1. Berdasarkan yang ada pada pemegang Hak Tanggungan Pertama, yaitu janji
umum atau atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan dapat
Undang-undang Hak Tanggungan bagi para kreditur pemegang hak tnggungan jika
sebagai berikut :
Pasal 20 :
kreditur lainnya.
itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan kedua belah
pihak.
dilakukan setelah lewat satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh
F. Pengertian Lelang
Reglement S.1908 No. 189, bahwa lelang adalah penjualan barang-barang yang
dilakukan didepan umum dengan harga penawaran yang meningkat atau menurun
atau dengan pemasukan harga dalam sampul tertutup, atau kepada orang-orang
penjualan itu, atau di ijinkan untuk ikut serta, dan diberikan kesempatan untuk
menawar harga dalam sampul tertutup. Pengertian lelang secara umum adalah
penjualan di muka umum yang dipimpin oleh pejabat lelang dengan penawaran
harga secara terbuka atau lisan, tertutup atau secara tertulis. Lelang dilakukan
dengan pengumuman lelang serta dilakukan pada saat dan tempat yang telah
27
Kartini Mulyadi dan Gunawan Wijaya, dalam Seri Hukum Haarta Kekayaan - Hak
Tanggungan, Pernada Media, Jakarta, 2005, hlm.253
28
Sabilah, Materi Pokok Pengetahuan Lelang, Pusat Pendidikan dan Palatihan Perpajakan,
Jakarta, 2004, hlm. 2-3
36
Pengertian lelang eksekusi objek hak tanggungan, lelang eksekusi juga tidak
bentuk penjualan yang dilakukan oleh seorang yang mendapatkan hak diutamakan
29
menurut undang-undang. Lelang eksekusi menurut jenisnya terdapat dua jenis
lelang eksekusi yaitu lelang eksekusi Pengadilan Negeri dan Lelang Eksekusi
cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk Objek Hak
Tanggungan. Kreditor berhak mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil
29
Soemitro Rochmat, Peraturan dan Intruksi Lelang, Eresco, Bandung, 1987, hlm.154.
37
Keuangan, yang dimaksud dengan lelang adalah penjualan barang yang terbuka
untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan
pengumuman lelang.30 Maka dengan demikian, syarat dari penjualan umum secara
bersaing seluas-luasnya.
Dasar hukum lelang, ada beberapa aturan khusus tentang lelang, yaitu:
189 tahun 1908 sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan
tentang lelang.
30
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/.06/2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal
1 ayat (1).
38
pelaksanaan lelang.
lelang.
lelang kelas I
Pada dasarnya, lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, tidak dapat dibatalkan. Tetapi ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
badan hukum atau badan usaha atau instansi yang berdasarkan peraturan
31
Ibid, Nomor 27/2016, Pasal 4.
32
Ibid, Pasal 4.
39
lelang.
tidak hadir dalam pelaksanaan lelang dengan kehadiran peserta lelang yang
maupun penjual tidak hadir dalam pelaksanaan lelang) dikenakan Bea Lelang Batal
Atas Permintaan Penjual sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian
b. barang yang akan dilelang dalam status sita pidana atau blokir pidana dari
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
33
Ibid, Pasal 29 ayat (4) huruf b.
34
Ibid,Pasal 29 ayat (5).
35
Ibid Pasal 30.
40
d. Barang yang akan dilelang dalam status sita jaminan atau sita eksekusi atau
perundang-undangan;
Jadi menurut penulis, jika melihat kepada Pasal 30 huruf C Permenkeu 27/2016
di atas, dalam kasus Anda yang mana terdapat pihak lain yang tidak mempunyai
hubungan hukum dengan Bank yang mengaku mempunyai hak atas objek yang
Jadi jika lelang telah dimulai, tidak diatur mengenai pembatalan lelang dengan
alasan adanya gugatan dari pihak lain sebagaimana pembatalan lelang sebelum
pelaksanaan lelang.
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 30 dan Pasal 31 Permenkeu 27/2016, peserta lelang
Garansi Bank Jaminan Penawaran Lelang tidak berhak menuntut ganti rugi.36
36
Ibid, Pasal 33
BAB III
316/Pdt.G/2016/PN.Pbr
A. KASUS POSISI
1. Identitas Penggugat
3. Dewi Juliani, SH
sebagai PENGGUGAT
2. Identitas tergugat :
1. PT. Bank Bukopin Tbk. Jakarta cq. PT. Bank Bukopin Tbk.
2) Yuliandri
3) Betty Rahayu
42
43
8) Adhelya, SH.
Law Firm Heryanty Hasan, Herry & Partners, beralamat di Jalan Sawai
II
1) Wahyu Purnomo
2) Dirmanti Jaya
3) Endratno
6) Ahmad Elazar
7) Chrisnandar
3) Beny Ariansyah, SH
7) Dewi Cahyanti, SH
8) Adhelya, SH
Law Firm Heryanty Hasan, Herry & Partners, beralamat di Jalan Sawai
IV
diwakili oleh:
2) Dra. Harmonis
4) Ifni Nasif, SH
45
5) Chairany Syafiie, SH
8) Wiharti Ningsih, SH
9) Masrita
2(dua) akta Pengakuan hutang dengan Tergugat I / PT. Bank Bukopin Tbk Jakarta
Cq. PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Pekanbaru pada tanggal 7 Januari 2010 dengan
no. 7,8,9 dan 10 dihadapan Notaris Eriyuf Bandel, SH., Notaris di Pekanbaru, yang
pembayarannya di jamin dengan Sertifikat Hak Milik no. 7360 yang terletak di
Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan yang
3541/SP/Baru/2005 seluas 4165 M² berikut sesuatu yang berada diatas tanah hak
benda tetap, setempat dikenal sebagai Jalan Garuda tertulis atas nama Syafrida
Yahya;
Bahwa pada mulanya usaha Penggugat tersebut berjalan lancar dan maju,
kepada Tergugat I ;
Perpanjangan Kredit dengan memakai jaminan tertanggal 30 Juni tahun 2011 No.
73 yang dibuat dihadapan Notaris Riri Liesta, SH, MKN Notaris di Pekanbaru. yang
milik Penggugat dirampok oleh orang yang tidak dikenal, sehingga mengalami
kerugian lebih kurang satu milyar rupiah. Sehingga SPBU / PomBensin milik
menandatangani Perjanjian Jual Beli Piutang no. 10 tanggal 10 Desember 2015 dan
Bahwa sebelum dilakukan perjanjian pengalihan piutang dan jual beli piutang,
dan Tergugat II merupakan saudara kandung / adik abang) dalam rapat keluarga
keluarga yang dihadirin Syafril Yahya, Zulfan Yahya, Penggugat (Syafrida Yahya)
kepada Tergugat I dan Tergugat I menyambut baik. Beberapa saat setelah itu, ketika
Penggugat bermaksud mau membayar dan melunasi kreditnya, namun secara tiba-
II ;
Bahwa dengan adanya perjanjian jaul beli Piutang No. 10 tanggal 10 Desember
berikut :
48
Utang pokok sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta
rupiah).
Bunga sebesar Rp. 28.532.696,- (dua puluh delapan juta rupiah lima
Denda sebesar Rp. 3.669.708.531,- (tiga juta enam ratus enam puluh
Negeri Pekanbaru ;
Bahwa ‘Nilai limit’ atau patokan harga lelang yang terendah yang ditentukan
Tergugat II dan diserahkan kepada Tergugat III selaku Pejabat Lelang untuk
ditawarkan kepada masyarakat adalah Rp. 6.567.167.000,- (enam juta lima ratus
enam puluh tujuh ribu rupiah) diumumkan melalui Koran / Harian Pekanbaru Pos ;
Bahwa pelaksanaan lelang hanya diikuti oleh 1 (satu) orang peserta yaitu
Tergugat IV, dan Tergugat IV dinyatakan sebagai pembeli pemenang lelang dengan
dihalaman tengah.
dengan oplah :
- Paling sedikit 15.000 (lima belas ribu) exemplar apabila pada surat
- Paling sedikit 5.000 (lima ribu) exemplar, apabila dilakukan pada surat
Pos, Tribun Pekanbaru Kota dan Haluan Riau Pos, Tribun Pekanbaru atau Haluan
Riau Pos yang merupakan harian terkemuka di Kota Pekanbaru, bukan diumumkan
melalui koran Pekanbaru Pos yang tidak banyak dibaca oleh masyarakat Kota
Pekanbaru dan oplahnya rendah dibawah 15.000 (lima belas ribu) exemplar ;
- Bahwa apabila peserta lelang hanya 1 orang, maka lelang dibatalkan dan
Bahwa kemudian atas dasar Risalah lelang dari Tergugat III, maka Tergugat
IV, mengajukan proses balik nama kepada Tergugat V, sehingga obyek tanah /
(enam milyar lima ratus enam puluh tujuh juta seratus enam puluh tujuh ribu
6.600.000.000,- (enam milyar enam ratus juta rupiah), bahwa harga tersebut
masih dibawah harga pasar terhadap tanah / bangunan yang dilelang, karena
- Bahwa Pemenang Lelang Tergugat IV adalah anak dari Tergugat II, yang
sehari-hari bekerja dengan Tergugat II, rasanyan mustahil Tergugat IV, bisa
mempunyai uang sebanyak itu, sehingga dalam hal ini adanya konspirasi
Penggugat dengan Tergugat II, mengingat masih ada hubungan saudara kandung,
kepada Tergugat II, padahal Tergugat I mengetahui adanya itikat baik dari keluarga
melawan hukum ;
51
peserta lelang hanya satu dan sebagai pejabat lelang tidak melakukan kewajibannya
Hukum;
menguasai tanah dan bangunan milik Penggugat dan akan mengelola SPBU adalah
sehingga akibatnya SHM No. 7360/Simpangbaru, berganti nama dari atas nama
Syafrida Yahya menjadi atas nama Fachrurozi Zar’an adalah Perbuatan Melawan
Hukum ;
52
Penggugat adalah Gugatan yang kabur, Petitum Gugatan tidak Jelas, sedangkan
Hukum terhadap pelaksanaan lelang atas barang jaminan milik Penggugat berupa
luas 4.165 M2 atas nama Syafrida Yahya terletak dijalan Garuda Sakti, Kelurahan
Penggugat yang pada pokoknya mengenai pelelangan objek jaminan/ agunan milik
tersebut dianggap tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Untuk
Penggugat telah mengajukan surat bukti berupa fotocopy dan telah bermaterai
53
secukupnya, yaitu : P-1 s/d P-12, (dimana P-1 s/d P-3 sesuai dengan aslinya, kecuali
Tergugat II & IV, Tergugat III dan Tergugat V telah mengajukan suratbukti yang
- Surat bukti Tergugat I : T.I-a s/d T.I-m, (dimana T.I-l s/d T.I-m sesuai
dengan aslinya, kecuali T.I-a s/d T.I-k sesuai dengan foto copy) ;
- Surat bukti Tergugat III : T.III-1 s/d T.III-13, (dimana T.III-1, T.III-4, T.III-
6,T.III-9, T.III-11 dan T.III-13 sesuai dengan aslinya, kecuali T.III-2, T.III-
3, T.III-5, T.III-7, T.III-8, T.III-10 dan T.III-12 sesuai dengan foto copy) ;
- Surat bukti Tergugat V : T.V-1 s/d T.V-2, (dimana T.V-1 s/d T.V-2
sesuaidengan aslinya) ;
Menimbang, bahwa baik pihak Penggugat dan pihak Para Tergugat tidak
Para Tergugat adalah tindakan Tergugat I, II, III, IV dan V terhadap pelaksanaan
lelang atas barang jaminan milik Penggugat berupa sebidang tanah berserta
bangunan diatasnya berdasarkan SHM No.7360 dengan luas 4.165 M2 atas nama
54
Syafrida Yahya terletak dijalan Garuda Sakti, Kelurahan Simpang Baru Kecamatan
surat-surat bukti yang satu sama lain saling bersesuaian dipersidangan diperoleh
(dua) akta Pengakuan hutang dengan Tergugat I / PT. Bank Bukopin Tbk Jakarta
Cq. PT. Bank Bukopin Tbk Cabang Pekanbaru pada tanggal 7 Januari 2010 dengan
no. 7,8,9 dan 10 dihadapan Notaris Eriyuf Bandel, SH., Notaris di Pekanbaru, yang
pembayarannya di jamin dengan Sertifikat Hak Milik no. 7360 yang terletak di
Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan yang
3541/SP/Baru/2005 seluas 4165 M² berikut sesuatu yang berada diatas tanah hak
benda tetap, setempat dikenal sebagai Jalan Garuda tertulis atas nama Syafrida
Yahya;
September 2014
2014.
55
November 2014.
Penggugat kepada Tergugat II dengan Perjanjian Jual Beli Piutang No. 10 tanggal
Desember 2015 yang dibuat dan ditandatangani dihadapan Notaris Fery Bakti, SH,
Notaris di Pekanbaru ;
telah dilaksanakan pada hari, Selasa tanggal 20 September 2016 bertempet dikantor
KPKNL Pekanbaru ;
Bahwa ‘Nilai limit’ atau patokan harga lelang yang terendah yang ditentukan
Tergugat II dan diserahkan kepada Tergugat III selaku Pejabat Lelang untuk
ditawarkan kepada masyarakat adalah Rp. 6.567.167.000,- (enam juta lima ratus
enam puluh tujuh ribu rupiah) diumumkan melalui Koran / Harian Pekanbaru Pos;
56
Bahwa pelaksanaan lelang hanya diikuti oleh 1 (satu) orang peserta yaitu
Tergugat IV, dan Tergugat IV dinyatakan sebagai pembeli pemenang lelang dengan
dihalaman tengah.
dengan oplah :
- Paling sedikit 15.000 (lima belas ribu) exemplar apabila pada surat
- Paling sedikit 5.000 (lima ribu) exemplar, apabila dilakukan pada surat
Pos, Tribun Pekanbaru Kota dan Haluan Riau Pos, Tribun Pekanbaru atau Haluan
Riau Pos yang merupakan harian terkemuka di Kota Pekanbaru, bukan diumumkan
melalui koran Pekanbaru Pos yang tidak banyak dibaca oleh masyarakat Kota
Pekanbaru dan oplahnya rendah dibawah 15.000 (lima belas ribu) exemplar ;
57
- Bahwa apabila peserta lelang hanya 1 orang, maka lelang dibatalkan dan
(enam milyar lima ratus enam puluh tujuh juta seratus enam puluh tuju ribu rupiah)
milyar enam ratus juta rupiah), bahwa harga tersebut masih dibawah harga pasar
milyar rupiah). Bahwa Pemenang Lelang Tergugat IV adalah anak dari Tergugat II,
Bahwa kemudian atas dasar Risalah lelang dari Tergugat III, maka Tergugat
IV, pengajukan proses balik nama kepada Tergugat V, sehingga obyek tanah /
SHM No. 7360/Simpangbaru, berganti nama dari atas nama Syafrida Yahya
Menimbang, bahwa dalil Penggugat menyatakan nilai limit atau patokan harga
lelang yang terendah yang ditentukan Tergugat II dan diserahkan kepada Tergugat
58
III selaku Pejabat Lelang untuk ditawarkan kepada masyarakat adalah Rp.
6.567.167.000,- (enam juta lima ratus enam puluh tujuh ribu rupiah) diumumkan
September 2016 bertempat di Kantor KPKNL Pekanbaru hanya diikuti oleh 1 (satu)
orang peserta yaitu Tergugat IV, dan Tergugat IV dinyatakan sebagai pembeli
pemenang lelang dengan harga. Rp. 6.600.000.000,- (enam milyar enam ratus juta
dihalaman tengah.
dengan oplah :
- Paling sedikit 15.000 (lima belas ribu) exemplar apabila pada surat kabar
- Paling sedikit 5.000 (lima ribu) exemplar, apabila dilakukan pada surat
Pos, Tribun Pekanbaru Kota dan Haluan Riau Pos, Tribun Pekanbaru atau Haluan
Riau Pos yang merupakan harian terkemuka di Kota Pekanbaru, bukan diumumkan
59
melalui Koran Pekanbaru Pos yang tidak banyak dibaca oleh Masyarakat yang
Menimbang, bahwa berdasarkan nilai limit atau patokan harga lelang yang
berdasarkan Bukti P-4 Penggugat yaitu surat keterangan harga limit, harga limit
ayat (2): “penetapan nilai limit menjadi tanggung jawab penjual”. Selanjutnya
berlaku ;
bukti-bukti yang ajukan oleh kedua belah pihak bahwa pemenang lelang adalah
Tergugat IV adalah anak kandung dari Tergugat II, patut diketahui bahwa Tergugat
memiliki uang sebanyak Rp. 600.600.000.000,- (enam milyar enam ratus juta
dengan asas kepatutan dan dan kewajaran, seharusnya Tergugat III meninjau ulang
disebutkan: “Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
tidak dapat dibatalkan”. Namun apabila proses pelaksanaan yang telah dilakukan
tidak adanya keadilan (Rechtvaardig) dan tidak adanya kepatutan (Redelijk) serta
tidak adanya keadilan (Rechtvaardig) dan tidak adanya kepatutan (Redelijk) serta
dilakukan oleh Termohon Kasasi III semula Tergugat III (Kepala Kantor Lelang
Jakarta) atas barang yang berupa persil yang menjadi jaminan hutang Pemohon
digunakan untuk membayar harga lelang tersebut berasal dari termohon Kasasi I
membeli sendiri barang yang digunakan jaminan oleh debiturnya, lagi pula
61
rechtvaardig dan redelijk serta rechtmatig, maka perbuatan Termohon Kasasi I, II,
III semula Tergugat I, II, III in casu dikategorikan sebagai perbuatan melawan
C. PUTUSAN HAKIM
MENGADILI
Dalam Eksepsi :
Risalah lelang No.768/ 2016 tidak syah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat ;
Tergugat III tidak syah dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ;
untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.521.000,- (satu juta lima ratus
D. ANALISIS PUTUSAN
Berdasarkan putusan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dengan semua dasar-
dasar bukti yang telah diajukan di dalam persidangan yang mana hal tersebut
dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk memutuskan perkara eksekusi objek hak
menurut penulis, putusan hakim sangatlah benar dengan alasan sebagai berikut :
dengan aturan yang berlaku, karena dengan adanya itikad baik apalagi
baik itu sendiri untuk mencegah kelakuan yang tidak patut dan
Penggugat ini jelas merupakan Petitum yang tidak jelas, karena dalam
gugatan tidak kabur, Petitum Penggugat sudah jelas dan terang karena
64
jelas, serta kerugian yang diderita oleh Penggugat, akibat dari perbuatan
Para Tergugat. eksespsi ini patut ditolak, menurut penulis telah sesuai
asas hukum acara perdata, asal tidak mengubah dan menyimpang dari
RI dan gugatan tidak kabur, eksepsi Tergugat III patut ditolak, karena
d. Ada kesalahan
atau beritikad tidak baik, menurut penulis sesuai dengan peraturan yang
pelaksanaan lelang hanya diikuti oleh 1 (satu) orang peserta yaitu Tergugat
harga. Rp. 6.600.000.000,- (enam milyar enam ratus juta rupiah). Bahwa
4. Menyatakan nilai limit objek hak tanggungan pada lelang eksekusi oleh
hukum atau tidak sah, karena nilai limit lelang tidak sesuai.
Tergugat III tidak syah dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
Menghukum Para Tergugat I ,Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan V untuk
membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.521.000,- (satu juta lima ratus dua puluh
66
satu ribu rupiah), menurut penulis, putusan hakim tentang membebankan biaya
perkara kepada tergugat adalah benar karena tergugat sebagai pihak yang kaah dan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan tersebut diatas maka penulis dapat
utang piutang yang terjadi antara debitur dengan kreditur dan sebagai
tetap, objek dari eksekusi adalah salinan dan groose akta (salinan akta tetap)
hukum tetap yang diatur dalam undang-undang nomor 4 tahun 1996 dan
sebagai jaminan.
lelang yang tidak sesuai dengan Risalah Lelang No. 768/2016 tentang
diikuti oleh satu orang peserta, jelas bahwa ini tidak sesuai dengan
67
68
dengan tidak adanya proses eksekusi hak tanggungan yang sesuai sehingga
B. SARAN
hak tanggungan dan tidak adanya kerugian dari salah satu pihak.
putusan yang dapat memberikan efek jerah kepada pihak yang dinyatakan
kalah dalam persidangan jika itu menyangkut perilaku melawan hukum agar
bermasyarakat.