SURAT EDARAN
NOMOR 1/SE/III/2018
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH TEMPAT
PERIBADATAN DI SELURUH INDONESIA
1. UMUM
Menindaklanjuti Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendaftaran
Tanah Wakaf di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional dan Instruksi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1/INS/II/2018 tentang Percepatan Pensertipikatan
Tanah Tempat Peribadatan di Seluruh Indonesia, maka perlu disampaikan
petunjuk pelaksanaan atas ketentuan dimaksud.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi ketentuan pelaksanaan dan
tata cara Pendaftaran Tanah Wakaf di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagaimana yang telah diatur dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Instruksi
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
1/INS/II/2018 tentang Percepatan Pensertipikatan Tanah Tempat Peribadatan di
Seluruh Indonesia.
4. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
b. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4459);
c. Peraturan ...
-2-
5. ISI
I. Dalam rangka mendukung upaya Program Percepatan Pensertipikatan Tanah
Rumah Ibadah, Pesantren atau yang sama dengan itu di seluruh Indonesia,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional harus
berperan aktif. Untuk itu diminta kepada Saudara untuk melakukan
percepatan terhadap pensertipikatan tanah-tanah rumah ibadah, pesantren
atau yang sama dengan itu sebagai bagian dari objek Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL), atau yang dilakukan dengan mekanisme
pendaftaran tanah sporadik.
II. Untuk rumah ibadah agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan lainnya
yang telah diakui oleh Pemerintah, tata cara pendaftaran tanahnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
III. Pendaftaran Tanah Wakaf berupa Hak Milik dan yang berasal dari Tanah
Milik Adat, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas
Tanah Negara, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak
Pengelolaan atau Hak Milik, Hak Milik atas Satuan Rumah Susun dan tanah
pengganti menjadi Tanah Wakaf yang terkena pembangunan untuk
kepentingan umum dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah di Wakaf Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
IV. Untuk rumah ibadah agama Islam seperti Masjid/Musholla dan Pesantren
atau harta wakaf lainnya:
a. tata cara pendaftaran tanah wakaf harus dilakukan berdasarkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah
Wakaf di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
b. dalam hal Nazhir belum ditetapkan sebagai pihak yang menerima harta
benda wakaf dari wakif, maka:
1) Sesuai dengan Surat Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia
Nomor 143/BWI/A/XI/2017 tanggal 17 November 2017 perihal
Program Percepatan Sertipikasi Tanah Wakaf Masjid/Musholla,
Saudara dapat berkoordinasi dengan Badan Wakaf Indonesia Provinsi
dan/atau Dewan Masjid Indonesia Provinsi dalam rangka penyiapan
Akta Ikrar Wakaf (AIW)/Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (APAIW).
2) Apabila ....
-3-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret 2018
ttd.
SOFYAN A. DJALIL
Tembusan:
Menteri Agama Republik Indonesia, di Jakarta.
-4-
1. Nama : .......................................................................
NIK : .......................................................................
Agama : .......................................................................
Usia : .......................................................................
Pekerjaan : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
2. Nama : .......................................................................
NIK : .......................................................................
Agama : .......................................................................
Usia : .......................................................................
Pekerjaan : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
3. Nama : .......................................................................
NIK : .......................................................................
Agama : .......................................................................
Usia : .......................................................................
Pekerjaan : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Demikian Surat Penunjukan dan Pernyataan Nazhir Sementara ini dibuat dengan
sebenar-benarnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab di hadapan para
Saksi untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
1. ............................. 1. .............................
Meterai
Rp 6.000,-
2. ............................. 2. .............................
3. .............................
Saksi
(..................................) (..................................)
Catatan:
1. untuk saksi dapat ditambahkan dengan mencantumkan identitas diri.
2. *) coret yang tidak perlu/dapat disesuaikan.
3. **) apabila pihak pertama kedudukannya sebagai Lurah/Kepala Desa atau
nama lain yang setara dengan itu cukup 1 (satu) orang. Jika bukan
kedudukannya sebagai Lurah/Kepala Desa atau nama lain yang setara
dengan itu maka paling sedikit harus dengan 2 (dua) orang.
ttd.
SOFYAN A. DJALIL