Anda di halaman 1dari 4

Stainless Steel

Stainless steel adalah suatu jenis paduan yang mengandung besi, unsur yang
terbuat dari dua atau lebih elemen kimia dengan komposisi tertentu sehingga
didapatkan sifat baru dari logam tersebut yang lebih kuat, lebih tahan terhadap
korosif dan banyak sifat unggul lainnya. Stainless steel memiliki ketahanan yang
sangat baik terhadap noda ataupun karat karena kandungan kromiumnya yang
mencapai 12-20% dari keseluruhan paduan. Lebih spesifiknya, stainless steel
terbagi menjadi beberapa grade berdasarkan struktur metalurginya.
Terdapat lebih dari 57 jenis stainless steel yang diakui sebagai paduan
standar. Jenis baja yang berbagai macam ini digunakan dalam aplikasi dan industry
yang hampir tak terbatas, sebut saja bulk materials handling equipment, building
exterior dan roofing, automobile component (exhaust, trim/decorative, engine,
chassis, fasteners, tubing untuk jalur bahan bakar), chemical processing plant
(scrubbers dan heat exchangers), pulp and paper manufacturing, petroleum
refining, water supply piping, consumer products, marine and shipbuilding,
pollution control, alat-alat olahraga (snow ski), dan transportasi (rail car), adalah
beberapa diantaranya.
Berdasarkan struktur mikronya, terdapat beberapa jenis stainless steel
seperti austenitic stainless steel yang mengandung paling tidak 6% nikel dan
austenit (besi yang mengandung karbon dan memiliki struktur FCC) dan memiliki
ketahanan terhadap korosi dan keuletan yang baik. Berikutnya ada ferritic stainless
steel (ferit juga memiliki struktur FCC) yang memiliki ketahanan terhadap stress
corrosion yang lebih baik dibanding austenitik, tapi sulit untuk dilas. Martensitic
stainless steel mengandung besi yang memiliki struktur seperti jarum-jarum,
precipitation-hardening martensitic stainless steel memiliki ketahanan korosi yang
menyerupai austensitik, tapi dapat diperkuat dengan presipitat hingga ketahanannya
pun bisa dinaikkan hingga melebihi martensitik, dan duplex stainless steel memiliki
mikrostruktur campuran dari austenit dan ferit sehingga kekuatannya dua kali lipat
dari austenitik dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap korosi yang
terlokalisasi.
Bahan baku
Stainless steel dibuat dari beberapa elemen-elemen dasar yang ada di bumi,
yaitu bijih besi, kromium, silikon, nikel, karbon, nitrogen dan mangan. Sifat-sifat
dari paduan yang telah jadi ditentukan dari jumlah elemen yang ditambahkan ke
paduan. Misalnya nitrogen meningkatkan sifat mekanik seperti keuletan dan
ketahanan korosi paduan sehingga sangat menguntungkan untuk pembuatan duplex
stainless steel.

Deskripsi Proses Manufaktur


Proses manufaktur stainless steel yang telah disimplifikasi terbagi menjadi
lima tahap, yaitu melting, slab casting dan grinding, hot rolling, annealing dan
pickling, cold rolling dan finishing, serta polishing.
1. Melting, Slab Casting dan Grinding
Untuk membuat ferritic stainless steel dibutuhkan besi dan kromium, dan
untuk membuat austenitic stainless steel ditambahkan nikel ke dalam
campurannya. Campuran bahan bakunya dilebur di dalam tanur listrik (EAF)
selama kurang lebih 8 hingga 12 jam dengan pemberian panas secara intensif,
kemudian logam cair dimurnikan dan di-dekarburisasi di Argon-Oxygen
Decarburiser (AOD) dengan cara meniupkan oksigen, argon dan nitrogen ke
logam cair. Stainless steel yang telah dimurnikan kemudian diproses melalui
mesin continuous casting untuk menghasilkan slab (berbentuk lembaran), tapi
bisa juga dibentuk menjadi bloom (berbentuk prisma segitiga) atau billet
(berbentuk silindris ataupun balok dengan ketebalan sekitar 3,8 cm), rod dan
tube round sesuai kebutuhan. Lembaran-lembaran itu kemudian digrind untuk
menghilangkan cacat permukaan.

2. Hot Rolling
Bahan yang setengah selesai kemudian melewati proses pembentukan yang
dimulai dengan hot rolling. Bloom dan billet dibentuk menjadi bar (batangan)
dan wire (kawat), sedangkan slab dibentuk menjadi plate (piringan), strip dan
sheet. Proses hot rolling dimulai pada tungku pemanasan ulang dimana slab
dipanaskan pada suhu antara 1100-1300°C bergantung pada gradenya. Slab
kemudian diroll oleh reversing four high mill hingga menjadi gauge seukuran
65-25 mm. Gauge yang sudah lebih tipis kemudian diroll kembali oleh Steckel
mill. Setelah gauge yang diinginkan tercapai, material kemudian dicoil (black
coil, HR atau HRA) dengan massa berkisar antara 20-30 ton atau dipotong
menjadi piringan dengan ketebalan berkisar antara 3-65 mm.

Anda mungkin juga menyukai