Skip to navigation
Skip to main content
Skip to secondary content
Skip to footer
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL DISLOKASI
Posted on June 3, 2013 by dhanti
“DISLOKASI”
A. DEFINISI
Beberapa Pengertian Dislokasi:
B. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
3. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
D. MANIFESTASI KLINIS
1.
A. Deformitas pada persendiaan
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
1. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
1. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas.
A. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha
servikal.
5. Kekakuan.
E. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2. Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
a. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
b. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus
atau kontraksi otot dan tarikan.
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera
sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi
ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior),
dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
F. PENATALAKSANAAN
Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan pada
tempat kejadian. Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada
sendi bahu atau siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan atau perasat
yang barlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi
tidak boleh dilakukan dengan kekuatan, sebab mungkin sekali mengakibatkan
patah tulang. Untuk mengendurkan kontraksi dan spasme otot perlu
diberikan anastesi setempat atau umum. Kekenduran otot memudahkan
reposisi.
1. Lakukan reposisi segera.
2. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan
kembali. Tindakan ini sering dilakukan anestesi umum untuk
melemaskan otot-ototnya.
3. Dislokasi sendi :
A. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa
anestesi. Misalnya dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku,
dislokasi bahu.
B. Dislokasi sendi besar. Misalnya panggul memerlukan anestesi
umum
C. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot
dan latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong
gerakan sendi yang penuh, khususnya pada sendi bahu.
D. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda
gangguan neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan
vaskuler setelah reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut.
Pembedahan terbuka mungkin diperlukan, khususnya kalau
jaringan lunak terjepit diantara permukaan sendi.
E. Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, dengan
pemasangan gips, misalnya pada sendi panngkal paha, untuk
memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.
F. Dislokasi reduksi: dikembalikan ke tempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
G. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
H. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau
traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
I. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi
halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran
sendi.
J. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. 1. Pengkajian
Ø Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Ø Nama
Ø Jenis kelamin
Ø Usia
Ø Status
Ø Agama
Ø Alamat
Ø Pekerjaan
Ø Pendidikan
Ø Bahasa
Ø Suku bangsa
Ø Dx Medis
Ø Sumber biaya
Ø Riwayat keluarga
Ø Genogram
Ø Keterangan genogram
Ø Status kesehatan
Ø Status kesehatan saat ini
– Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
– Pernah dirawat
– Alergi
Ø Pemeriksaan penunjang
– Foto X-ray
– Foto rontgen
Ø Data Subyektif :
– Terjadi kekauan pada sendi
Ø Data Obyektif :
– Perubahan panjang ekstremitas
– Meringis
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran sendi ditandai dengan
adanya trauma jaringan dan tulang
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pergesaran sendi
ditandai dengan kekakuan pada sendi
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan dilakukannya reposisi
ditandai dengan pembidaian
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang
ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh
5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dilakukannya
reposisi ditandai dengan pembedaian
6. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjepitnya
pembuluh darah ditandai dengan edema
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan kompresi serabut saraf pinggul.
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi tanda/gejala
perluasan cedera jaringan
(peradanagn
lokal/sistemik,seperti
peningkatan nyeri, edema,
demam). Meniali perkembangan masalah klien.
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan cedera
neuromuskulular sekunder akibat dilokasi sendi pinggul.
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan mobilisasi 9 Membantu dalam mengantisifasi dan
ekstermitas. merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
INTERVENSI RASIONAL
KASUS DISLOKASI
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
B. ANAMNESIS (Autoanamnesa)
Tiga bulan yang lalu pasien mengalami kecelakaan antara motor dengan
motor dan keduanya saling bertabrakan dengan kecepatan tinggi ± 80
km/jam. Pasien mengaku terpental ke kiri sejauh 3m hingga jatuh ke selokan
dengan panggul kiri menghantam dinding selokan . Pasien merasakan ada
pembengkakan di panggul kiri belakang. Pasien mengaku tidak hilang
kesadaran saat kecelakaan.
Sesaat setelah terjatuh pasien mencoba berdiri namun tidak sanggup karena
merasa nyeri pada panggul kiri belakangnya. Setelah kecelakaan di bawa ke
tukang urut hingga belasan kali dan berhenti pergi ke tukang urut sejak 1
bulan yang lalu karena masih merasa ada benjolan pada panggul kiri belakang
yang terasa nyeri disekitarnya dan terpincang-pincang saat berjalan. Hal ini
yang kemudian membawa pasien datang berobat ke RSUAM.
4. Riwayat Keluarga :
5. Riwayat Terdahulu : –
6. Riwayat Pengobatan
Skeletal traksi 10 kg : Mulai tanggal 1 April 2007
1. Status Present
* Kesadaran : komposmentis
* Nadi : 80x/mnt
* RR : 20 x/mnt
* Suhu : 36,8 o C
2. Status Generalis
a. Kepala
* Bentuk : Normal
* Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, gusi tak berdarah, lidah tak
nampak kotor
b. Leher
d. Paru-Paru
* Inspeksi : Pernafasan simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal,
* Palpasi : Fremitus vokal kanan = kiri, KGB aksila tak ada pembesaran.
e. Jantung
f. Abdomen
Palpasi : Hepar tak teraba, lien tidak teraba, ginjal tak teraba nyeri
tekan (-), KGB inguinal tak ada pembesaran.
v Tungkai atas kiri nampak flexi, serta keseluruhan tungkai kiri tampak
adduksi dan endorotasi
v Krepitasi (-)
d. Neurovaskuler
D. DIAGNOSIS KERJA
E. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
– Antibiotik
– Analgetik
2. Tindakan
– Skeletal Traksi
– Reposisi dislokasi
F. PROGNOSIS
1. Mekanisme trauma
2. Gambaran klinis
Penderita biasanya datang setelah suatu trauma yang hebat disertai nyeri dan
deformitas pada daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke
belakang dalam posisi adduksi, fleksi dan rotasi interna. Terdapat
pemendekan anggota gerak bawah.
3. Pemeriksaan Radiologis
Dengan sinar-x akan diketahui jenis dislokasi dan apakah dislokasi disertai
fraktur atau tidak. Pemeriksaan radiografi menunjukkan caput os femur
berada di atas acetabulum.
4. Terapi
Pada tipe II setelah reposisi, maka fragmen yang besar difiksasi dengan screw
secara operasi. Pada tipe III biasanya dilakukan reduksi tertutup dan apabila
ada fragmen yang terjebak dalam acetabulum dikeluarkan melalui tindakan
operasi. Tipe IV dan V juga dilakukan reduksi secara tertutup dan apabila
bagian fragmen yang lepas tak tereposisi maka harus dilakukan reposisi
dengan operasi.
Traksi kulit selama 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan
jalan mempergunakan tongkat selama 3 bulan.
Share this:
Twitter
Facebook4
Leave a comment
Posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
ABOUT DHANTI
Hello, Welcome to My Blog This isn't about me, but hope you enjoy my blog ^.^
View all posts by dhanti
Leave a Reply
Search
Search for:
Recent Posts
o ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DISLOKASI
Recent Comments
Archives
o June 2013
Categories
o Uncategorized
Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
http://www.cursors-4u.com/2012/06/06/june-2012-favorite-cursor-of-the-
month.html
Create a free website or blog at WordPress.com.
Follow