Anda di halaman 1dari 19

REFERAT November, 2019

GLOSSITIS

Disusun Oleh :
Nama : Wica Nurkasih
NIM : N 111 18 015

PEMBIMBING KLINIK
dr. Christian Lopo, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
KEGIATAN ILMU KESEHATAN THT-KL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Wica Nurkasih


No. Stambuk : N 111 18 015
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Referat : Kinking Ureter Setelah Histerektomi
Bagian : Obstetri dan Ginekologi

Bagian Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi


RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, November 2019

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(dr. Daniel Saranga, Sp. OG (K)) (Credo Pratama Putra Arief)


NIM. N 111 18 035

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II MANDIBULA 2

A. Anatomi mandibula 2
B. Embriologi Mandibula dan perkembangannya 3
C. Inervasi Mandibula 5

BAB III OSSIFYING FIBROMA 7

A. Definisi Ossifying Fibroma 7


B. Epidemiologi Ossifying Fibroma 7
C. Etiologi dan Patofisiologi Ossifying Fibroma 7
D. Manifestasi Klinis Ossifying Fibroma 8
E. Diagnosis Ossifying Fibroma 10
F. Diagnosis Banding Ossifying Fibroma 12
G. Penatalaksanaan Ossifying Fibroma 13
H. Komplikasi Ossifying Fibroma 14
I. Prognosis Ossifying Fibroma 14

ALGORITMA 16

DAFTAR PUSTAKA 17
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keluhan utama dan pemeriksaan lokalis oral 10

Tabel 2. Laporan operasi dan hasil 14


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Massa Mandibular dextra pada pasien yang menderita OF 9

Gambar 2. Foto polos dengan posisi panoramik, mempunyai gambaran lesi unikistik pada
area dagu. Area normal dan abnormal dapat dibedakan 11
Gambar 3. Histopatologis OF dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin 12

Gambar 4. Massa tumor setelah dilakukakan operasi enukleasi 13

DAFTAR SINGKATAN

OF : Ossifying Fibroma

FD : Fibrous Dysplasia

WHO : World Health Organization


COM : cemento-ossifying fibroma

FOL : Lesi fibro-osseus


BAB I

PENDAHULUAN

Lidah merupakan organ dalam rongga mulut penting pada tubuh manusia yang memiliki
banyak fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap, menelan, persepsi
rasa, bicara, respirasi, dan perkembangan rahang. Lidah dapat digunakan untuk melihat kondisi
kesehatan seseorang sehingga digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kesehatan oral dan
kesehatan umum pasien.

Lidah dapat mengalami anomali oleh karena gangguan perkembangan, genetik, dan lingkungan.
Lesi pada lidah memiliki diagnosa banding yang sangat luas yang berkisar dari proses benigna
yang idiopatik sampai infeksi, kanker dan kelainan infiltratif. Lidah juga bisa menderita kelainan
atau penyakit. Kelainan pada lidah antara lain terdiri dari kelainan perkembangan, perubahan
selaput dan warna lidah, indentation markings, gangguan gerakan lidah, gangguan persarafan
lidah, pembesaran lidah dan peradangan.

Penyakit lidah paling sering ditemui akibat kondisi sistemik adalah glositis median rhomboid,
glositis atrofi, lidah pecah-pecah, dan lidah geografis. Pada kondisi lokal, dapat terjadi papiloma,
lidah berbulu dan leukoplakia yang bisa berubah menjadi ganas. Glositis atrofi adalah penyakit
inflamasi dari mukosa lidah, dengan permukaan lidah yang halus (papila menghilang), dan
berwarna merah atau merah muda.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Lidah

Lidah merupakan massa jaringan ikat yang tersusun otot lurik yang diliputi oleh membran
mukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia
menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot. Struktur lainnya yang berhubungan
dengan lidah sering disebut lingual. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra
pengecap yang terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa
manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat
yang berbeda-beda. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan
ektrinsik. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ektrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar
yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk makanan, menekannya
pada langit-langit dan gigi dan akhirnya mendorongnya masuk faring. Lidah terletak pada dasar
mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta
pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan
melengkung pada bagian atas lidah.

2.2 Definisi Glositis


Glositis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang ditandai
dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang
halus dan mengkilat. Glositis bisa terjadi akut atau kronis. Penyakit ini dapat mencerminkan
kondisi dari lidah itu sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang gejalanya
muncul pada lidah. Keadaan ini dapat menyerang pada semua tingkatan usia.

2.3 Etiologi Glositis

Penyebab glositis bermacam-macam, baik lokal dan sistemik. Penyebab glositis bisa

diuraikan sebagai berikut:

Sistemik:

Malnutrisi (kurang asupan vitamin B12, niasin, riboflavin, asam folat)

Anemia (kekurangan Fe)

Penyakit kulit (lichenplanus, erythema multiforme, syphilis, lesi apthous)

HIV (candidiasis, HSV, kehilangan papillae)

Obat lanzoprazole, amoxicillin, metronidazole.

Lokal:
Infeksi (streptococcal, candidiasis, Tb, HSV, EBV)

Trauma (luka bakar)

Iritan primer (alkohol, tembakau, makanan pedas, permen berlebihan)

Faktor resiko:

Nutrisi yang kurang bagus

Merokok

Mengkomsumsi alcohol

Usia

Stres, gelisah, depresi

2.5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi pula.
Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa nyeri. Warna yang dihasilkan
bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah terang. Kondisi ini menyebabkan kesulitan
mengunyah, menelan atau berbicara. Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya akan
terlihat halus. Terdapat beberapa ulserasi yang terlihat pada glositis. Perawatan dari glositis
tergantung pada penyakit yang mendasari. Apabila glositis terjadi pada anemia pernisiosa maka
lidah akan tampak merah dan terasa panas.

2.6. Diagnosis

Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat ditemukan keluhan nyeri
lidah, ada massa atau pembengkakan (massa fokal; fibroma, lipoma. Massa difus; sengatan
tawon, kista mukosa, erythema bollusum).
Pada pemeriksaan fisik, dilihat nodul atau papilla lidah yang menghilang. Selain itu juga
dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti biopsi, kikisan KOH, CBC, tes serologi untuk
sifilis, tes untuk defisiensi vitamin B12, tes glukosa postprandial, profil kimia darah, kultur lesi
dan smear bila terdapat indikasi.

2.7. Jenis Glositis

a. Atrofi Glositis

Glositis atrofi atau hunter glossitis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh lidah
mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh atrofi dari papila lingual
(depapillation). Permukaan lidah dorsal mungkin akan terasa panas, nyeri dan/atau
eritema. Atrophic glossitis memiliki banyak penyebab, biasanya terkait dengan kekurangan
nutrisi atau faktor lain seperti xerostomia (mulut kering) atau anemia.

b. Benign Migratory Glossitis ( Geografis Lidah)

Lidah Geografis atau Benign Migratory Glossitis adalah kondisi peradangan selaput
lendir dari lidah, biasanya terjadi pada permukaan lidah. Hal ini ditandai dengan lidah yang
halus, depapillation dengan warna merah (hilangnya papila lingual ) yang berpindah atau meluas
dari waktu ke waktu. Istilah migratory berasal dari gambaran lidah yang berubah menjadi seperti
peta, dengan patch menyerupai gambaran pulau-pulau. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi
kondisi ini sepenuhnya jinak dan tidak ada pengobatan kuratif.

Daerah yang mengalami depapillation biasanya sedikit terangkat, berwarna putih, kuning atau
abu-abu. Sebuah lesi lidah geografis biasanya dimulai sebagai patch putih Pada awal terjadinya
penyakit, biasanya hanya terdapat satu lesi, tapi ini jarang terjadi dan biasanya lesi dapat berada
di beberapa lokasi yang berbeda di lidah, dan kemudian seiring waktu, lesi-lesi tersebut meluas
dan menyatu untuk membentuk gambaran khas seperti peta. Lesi biasanya berubah bentuk,
ukuran dan berpindah ke bagian lidah lain. Kondisi ini dapat mempengaruhi hanya sebagian dari
lidah, dengan kecenderungan dimulai pada ujung dan sisi lidah, yang akan berkembang ke
seluruh permukaan lidah. Glositis geografis seringkali tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam
beberapa kasus, pasien dapat mengalami rasa sakit atau terbakar misalnya ketika makan panas,
asam, pedas atau lainnya jenis makanan (misalnya keju, tomat, buah).
Beberapa penelitian melaporkan hubungan penyakit ini dengan beberapa antigen pada leukosit
manusia , seperti peningkatan insiden dengan HLA-DR5 , HLA-DRW6 dan HLA-Cw6 dan
penurunan insiden di HLA-B51. Kekurangan vitamin B2 (ariboflavinosis) dapat menyebabkan
beberapa tanda-tanda di mulut, termasuk lidah geografis. Lidah pecah-pecah sering terjadi
bersamaan dengan lidah geografis dan beberapa menganggap lidah pecah-pecah menjadi tahap
akhir geografis lidah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lidah geografis dikaitkan
dengan diabetes , dermatitis seboroik dan atopi.

Median Rhomboid Glositis

Median rhomboid glossitis atau atrofi papila sentral adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
daerah kemerahan dan kehilangan papilla lidah, terletak di dorsum lidah dalam garis tengah di
depan papila sirkumvalata. Median rhomboid glossitis diduga diakibatkan oleh infeksi jamur
kronis, dan biasanya adalah jenis kandidiasis oral.

Rasa sakit jarang terdapat pada kondisi tersebut. Penampilan khas lesi adalah daerah berbentuk
oval atau belah ketupat yang terletak di garis tengah permukaan dorsal lidah, hanya anterior
(depan) dari terminalis sulkus . Lesi biasanya simetris, batas jelas, eritematosa dan depapillated.
Biasanya dapat ditemukan pula lesi kandida di tempat lain di mulut.

Faktor predisposisi, yaitu merokok, penggunaan gigi tiruan, kortikosteroid semprotan atau
inhaler dan human immunodeficiency virus (HIV). Kultur mikrobiologi dari lesi biasanya
menunjukkan Candida yang bercampur dengan bakteri.
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, dan biopsi jaringan, tetpai biasanya
tidak diperlukan. Pengobatan dilakukan bersamaan dengan penghentian konsumsi rokok dan
pengobatan topikal atau obat antijamur oral.

Geometric Glossitis

Glossitis geometris, juga disebut geometris herpetic glossitis adalah istilah yang digunakan untuk
lesi kronis yang berhubungan dengan infeksi virus herpes simpleks (HSV) tipe I, dimana
ditemukan celah (fissure) yang bercabang di garis tengah lidah. Lesi biasanya sangat
menyakitkan, dan terdapat erosi di kedalaman celah. Istilah geometric glossitis ini berasal dari
pola geometris pada celah yang membujur, menyeberang atau bercabang. Hubungan antara
herpes simpleks dan glossitis geometris ini dibantah oleh beberapa peneliti dan klinisi, karena
belum ada gold standard untuk diagnosis lesi herpes intraoral.

2.8. Terapi Glositis


Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Perawatan biasanya tidak
memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah. Kebersihan mulut sangat perlu,
termasuk menyikat gigi menyeluruh setidaknya dua kali sehari dan flossing sedikitnya setiap
hari. Kortikosteroid seperti prednisone dapat diberikan untuk mengurangi peradangan glositis.
Untuk kasus ringan, aplikasi topis (seperti berkumur prednisone yang tidak ditelan) dapat
disarankan untuk menghindari efek samping dari kortikosteroid yang ditelan atau disuntik.
Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin diberikan jika penyebab glositis
adalah infeksi. Anemia dan kekurangan gizi harus diperlukan, sering dengan perubahan pola
makan atau suplemen lainnya. Hindari iritasi (seperti makan panas atau pedas, alkohol, dan
tembakau) untuk meminimalkan ketidaknyamanan.

2.9. Komplikasi

Komplikasi pada glositis antara lain bisa terjadi kegelisahan pada penderita,
penghambatan jalan nafas, kesulitan berbicara, kesulitan mengunyah atau menelan, bahkan pada
kondisi yang berat bisa terjadi peradangan lidah yang kronis.

2.10 Pencegahan

Pencegahan pada glositis bisa dilakukan dengan cara;

Menjaga kesehatan mulut dengan baik (sikat gigi yang baik dan benar)

Flossing, pembersihan teratur oleh profesional dan pemeriksaan yang rutin

Minimalkan iritasi atau cedera mulut bila memungkinkan

Hindari penggunaan berlebihan makanan atau zat yang mengganggu mulut atau lidah

2.11. Prognosa

Dalam beberapa kasus, glositis bisa menyebabkan lidah bengkak yang dapat menghambat
jalan nafas. Namun dengan penanganan yang tepat dan adekuat, gangguan pada lidah ini dapat
teratasi dan dicegah kekambuhannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang memiliki banyak
fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, menghisap, menelan, persepsi rasa,
bicara, respirasi dan perkembangan rahang.

Glositis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lidah yang ditandai dengan
terjadinya deskuamasi papilla filiformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang
mengkilat. Glositis biasanya dapat disebabkan oleh defisiensi zat besi (Fe), vitamin B kompleks,
infeksi, trauma, serta bisa karena penyebab lain.

Glositis dapat dibedakan menjadi empat antara lain atrofi glositis, median rhomboid
glositis, glositis jinak bermigrasi dan geometric glossitis. Perawatan pada glositis ini tergantung
dari kasusnya. Antibiotik dipergunakan bila kelainan ini melibatkan bakteri. Bila penyebabnya
adalah defisiensi gizi, maka diperlukan supplement yang memadai yaitu harus diberikan zat besi
yang merupakan ciri utama glositis akibat defisiensi zat besi.
3.2. SARAN

Penderita glositis disarankan untuk menjaga kebersihan rongga mulut yaitu dengan sikat
gigi dan penggunaan dental floss atau benang gigi. Jangan lupa untuk membersihkan lidah
setelah makan. Kemudian kunjungi dokter gigi secara teratur. Jangan gunakan bahan-bahan obat
atau makanan yang merangsang lidah untuk terjadi iritasi atau agen-agen yang dapat
menimbulkan sensitisasi. Selain itu juga hentikan merokok dan hentikan penggunaan tembakau
dalam jenis apapun serta hindari alkohol.

DAFTAR PUSTAKA
Prinz H: Wandering rash of the tongue (geographic tongue). Dent Cosmos 69: 272-75, 1927.

Goswami M, Verma A, Verma M. Benign migratory glossitis with fissured tongue. J Indian Soc
Pedod Prev Dent. 2012 Apr- Jun; 30(2): 173-75. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22918106.

Assimakopoulos D, Patrikakos G, Fotika C, Elisaf M. Benign migratory glossitis or geographic


tongue: an enigmatic oral lesion. Am J Med. 2002 Dec 15; 113(9): 751-55. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12517366.

Honarmand M, Farhad ML, Shirzaiy M, Sehhatpour M. Geographic Tongue and Associated Risk
Factors among Iranian Dental Patients. Iran J Public Health. 2013; 42(2): 215-19. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23515238.

Darwazeh AM, Almelaih AA. Tongue lesions in a Jordanian population. Prevalence, symptoms,
subject’s knowledge and treatment provided. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2011 Sep 1;16(6):
e745-9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21196841.

Brian VR, Derby R, Bunt WC. Common tongue conditions in primary care. Am Fam Physician.
2010 mar 1;81(5):627-34. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20187599.

Jainkittivong A, Langlais RP. Geographic tongue: clinical characteristics of 188 cases. J


Contemp Dent Pract. 2005 15; 6(1): 123-35. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15719084.

Warnock GR, Correll RW, Pierce GL. Multiple, shallow, circinate mucosal erosions on the soft
palate and base of uvula. J Am Dent Assoc 1986; 112: 523-24. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3457857

Michael J. Sigal, David Mock. Symptomatic benign migratory glossitis: report of two cases and
literature review. Pediatric dentistry: November/December, 1992; Vol 14(6): 392-96. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1303549

Redman R S: Prevalence of geographic tongue, fissured tongue, median rhomboid glossitis and
hairy tongue among 3,611Min- nesota schoolchildren. Oral Surg 30: 390-95, 1970. Available
from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0030422070903208.
Marks R, Taitt B. HLA antigens in geographic tongue. Tissue Antigens. 1980; 15(1): 60-62.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12735333.

Fenerli A. Papanicolaou S, Papanicolaou M, Laskaris G. Histocompatibility antigens and


geographic tongue. Pathol 1993; 76: 476-79. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8233428

Picciani B, Silva-Junior G, Carneiro S, Sampaio AL, Goldemberg DC, Oliveira J, Porto LC, Dias
EP. Geographic stomatitis: an oral manifestation of psoriasis?. J Dermatol Case Rep. 2012 Dec
31; 6(4): 113-16. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23329990.

Pogrel MA, Cram D. Intraoral findings in patients with psoriasis with special reference to ectopic
geographic tongue (erythema circinata). Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1988; 66: 184-89.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3174052.

Anda mungkin juga menyukai