PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kata Petroleum berasaldari bahasa latin, dimana petra berarti batuan dan oelum
berarti minyak. Berdasarkanarti tersebut di atas berarti minyak dan gas bumi
merupakan hasil yang didapat pada batuan didalam kerak bumi. Istilah lain yang sering
digunakan adalah minyak mentah (crude oil). Minyak mentah berarti minyak yang
belum dikilang, jadi masih terdapat dalam kerak bumi. Gas bumi dalam bahasa inggris
“Nature Gas”, yang dapat diartikan sebagai gas alam. Eksplorasi minyak dan gas bumi
tidaklah mudah. Pertama harus dicari batuan sedimen yang mengandung material
organik yang disebut source rock dan batuaninduk. Material organik tersebut berasal
dari darat (terrestrial) atau asal laut (marine).
Batuan yang dapat dijadikan sebagai batuan induk adalah batuan yang memiliki
material organik yang bisa menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat kematangan
tertentu. Senyawa hidrokarbon dihasilkan secara organik artinya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang telah mati dan mengalami proses kimia dan fisika. Bahan-
bahan organik tersebut tertimbun oleh sedimen seperti lempung, serpih dan sebagainya.
Oleh karena adanya proses-proses kimia dan fisika maka senyawa hidrokarbon akan
keluar dari sisa-sisa organisme tersebut. Faktor-faktor yang diperlukan untuk
terjadinya proses ini antara lain :
Suhu (panas minimum 2000 F, maka makin kebawah permukaan bumi semakin
panas)
Tekanan (dari sedime di atasnya)
Terdapat batuan induk, yaitu pada batuan sediment yang banyak mengandung
bahan – bahan organic sisa sisa hewan dan tumbuhunyang mengalami
pematangan sehingga terbentuk minyak dan gas bumi.
Migrasi minyak dan gas bumi, proses ini merupakan perpindahanminyak dan
gas bumi dari batuan induk menuju ke lapisan reservoir untuk di konsentrasikan
di dalamnya.
Batuan reservoir, merupakan batuan sediment yang berpori – porisehingga
minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh batuan induk akan disimpan disini.
Perangkap atau trap, merupakan bentukan bentukan yangmemungkinkan
minyak dan gas bumi tercetak atau terperangkapdidalamnya.
Batuan penutup, adalah suatu batuan sediment yang kedap air sehingga minyak
dan gas bumi yang ada di dalam batuian reservoir tidak dapat keluar lagi.
DASAR TEORI
2.2. Elektrofasies
Elektrofasies merupakan pola – pola yang terbentuk pada log gamma ray yang di
pengaruhi oleh sedimentology batuan, ruang akomodasinya.
Cylindrical
Bentuk log ini merupakan bentuk dengan karakter GR yang relatif stabil. Fase air
laut yang terjadi stabil dan parasikuen set yang dibentuk adalah aggradasi. Bentuk
seperti ini diasosiasikan dengan endapan sedimen fluvial channel, braided channel,
estuarine.
Funnel
Menunjukan dominasi yang berubah misalnya dari shale ke arah sand (mengkasar
keatas). Fase air laut yang terjadi berupa regresi dan parasikuen set yang dibentuk
adalah progradasi. Lingkungan pengendapannya meliputi estuarine shelf, delta
front.
Bell
Menunjukkan perubahan dominasi besar butiran misalnya dari batupasir ke
shale atau merupakan aspek penghalusan keatas. Fase air laut yang terjadi
berupa transgresi dan parasikuen set yang dibentuk adalah retrogradasi Daerah
dengan dominasi meandering, tidal channel, fluvial point bar.
Symmetrical
10 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Bentuk karakteristik dari kurva GR ini menunjukkan adanya penurunan kadar
shale dilanjutkan kenaikan kembali. Karakter ini juga mengindikasikan adanya
perubahan yang cepat dalam lapisan itu. Perubahan yang terjadi yang terekam
dalam karakter ini adalah adanya progradasi serta retrogradasi yang sinergis
dan cepat.
Serrated
Bentuk kurva pada jenis ini memperlihatkan adanya agradasi dari shale dan
lanau. Fase air laut yang terjadi berupa konstan dan parasikuen set yang
dibentuk adalah aggradasi. Bentuk kurva ini merepresentasikan area
pengendapan yang beragam seperti fluvial floodplain, alluvial plain, shelf.
Trangresi
Transgresi (Genang Laut/Landward) merupakan suatu kondisi dimana terjadi
perubahan garis pantai yang menuju (maju) ke arah daratan. Hal ini terjadi
karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sedimen supply) lebih kecil
dari pada tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan
relatif sea level.
Regresi
Regresi (Susut Laut/Seaward) merupakan suatu kondisi dimana terjadi
perubahan garis pantai yang menuju (mundur) ke arah lautan. Hal ini terjadi
karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sediment supply) lebih besar
dari tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan relatif
sea level.
11 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Jadi istilah transgresi dan regresi hanya mengenai perubahan garis pantai yang
maju atau mundur dari posisi awal. Kedua istilah ini tidak ada hubungannya sama
sekali dengan pengendapan yang terjadi di dalamnya. Transgresi dan regresi ini
menghasilkan produk pengendapan.
Deepening Up
Deepening-up adalah kondisi dimana lingkungan pengendapannya berubah
dari dangkal menjadi semakin dalam dengan menghasilkan pengendapan fasies
pada sikuen vertikal. Hal ini terjadi karena sea level rise.
Shallowing Up
12 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Shallowing up adalah kondisi dimana lingkungan pengendapannya berubah
dari dalam menjadi semakin dangkal dengan menghasilkan pengendapan fasies
sikuen vertikal. Hal ini terjadi karena sea level drop.
13 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
tahun 1992 satelit altimetri TOPEX/Poseidon mengindikasikan laju kenaikan
muka laut sebesar 3 mm/tahun. Perubahan ini bisa jadi merupakan pertanda
awal dari efek pemanasan global terhadap kenaikan muka air laut. Pemanasan
global diperkirakan memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka
air laut pada abad ke-20 ini.
Falling sea level
Falling sea level (Penurunan muka air laut) Penurunan muka laut yang
disebabkan faktor yang kompleks secara global.
Progradasi
Perkembangan pola pengendapan yang maju mengisi tempat akomodasi yang
berada di depannya. Pola pengendapan maju ini salah satunya disebabkan oleh
turunnya muka air atau garis pantai menuju ke arah laut identik dengan regresi.
Hal ini terjadi dimana pasokan sedimen (supply sediment) lebih besar
dibandingkan dengan tempat akomodasi (accommodation space). Progradasi
menunjukan semakin ke atas maka semakin kasar sebab memiliki jumlah sand
yang semakin banyak.
14 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 2.9. progradasi
Agradasi
Perkembangan pola yang tetap dimana volume pasokan sedimen (supply
sediment) seimbang dengan tempat akomodasi (accommodation space)
(keseimbangan antara sediment supply dan kenaikan muka air laut). Agradasi
menunjukan bahwa terakumulasinya sand pada satu zona yang memiliki
jumlah banyak di bandingkan shalenya.
15 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Finning Up
Finninu Up adalah Tekstur batuan dari beberapa lapisan yang mengalami
perubahan besar butir dimana diawali lapisan kasar klastika pada lapisan paling
bawah dan menghalus menuju atas. Perubahan ini menunjukkan penurunan
kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan berlangsung (Boggs, 1987).
Dalam istilah ini mebahas mengenai hasil pengendapan yang mengalami perubahan
besar butir akibat dari perbedaan kekuatan arus air laut.
Subside
subside adalah turunnya permukaan tanah sebagai akibat dari perubahan yang
terjadi di bawah permukaan tanah.
Uplift
Upfilt adalah badan batuan yang megalami pengakatan yang awalnya berada
dalam bawah permukaan hingga tersingkap di permukaan bumi yang
diakibatkan karena adanya tektonik ataupun yang lainnya.
Parasequence set adalah beberapa lapisan atau kumpulan lapisan yang relative
selaras yang terbentuk oleh proses pengedapan dan yang du batasi oleh permukaan
yang setara (Wagoner,1990). Parasikuen ini dibatasi di atas dan di bawahnya oleh
bidang permukaan marine flooding yaitu bidang batas yang memisahkan lapisan muda
dan tua yang dihasilkan oleh bertambahnya kedalaman air laut secara tiba-tiba dan
pelamparannya ke arah lateral.
16 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Pertambahan kedalaman laut secara relatif cepat
Kenaikan muka air laut secara cepat
17 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
saat laju pertumbuhan dengan laju pemasokan sedimen mencapai
kesetimbangan, pola endapan akan berubah dari pola retrogradasi menjadi
progradasi.
Systems tract termuda. Sistem ini terletak diantara maximum flooding surface
dan batas sekuen. Sistem ini terbentuk pada saat laju penaikan muka air laut mulai
menurun, setelah melalui masa puncak, pada saat mana laju pembentukan
18 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
akomodasi lebih kecil dibanding laju pemasokan sedimen (Prograde). Sistem ini
merupakan sistem topset-clinoform yang terletak diantara maximum flooding
surface dan batas sekuen. Penurunan laju penaikan muka air laut pada mulanya
menyebabkan terbentuknya geometri aggradasi, namun sedikit demi sedikit
kemudian berubah menjadi geometri progradasi. Sistem-sistem pengendapan yang
ada pada tahap awal pembentukan highstand systems tract mungkin sama dengan
sistem-sistem pengendapan yang ada pada tahap akhir pembentukan transgressive
systems tract. Namun, menurunnya laju penaikan muka air laut serta terisinya
wilayah paparan melalui proses progradasi, menyebabkan berkurangnya volume
batubara, serpih limpah banjir, endapan laguna, dan endapan lakustrin yang
diendapkan pada waktu itu. Tubuh-tubuh pasir endapan alur makin lama makin
banyak diendapkan dan sifatnya menerus.
Gambar 1.13. System track terbawah (lowstand system track) kala awal
pembentukan
19 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 1.14. System track terbawah (lowstand system track) kala akhir
pembentukan
Systems tract ini diendapkan pada perioda antara penurunan muka air laut
relatif dengan penaikan mukaair laut relatif yang terjadi kemudian. LST sendiri
terbagi menjadi 3 :
20 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
pada waktu yang bersamaan dengan pembentukan kipas dasar cekungan atau
dengan waktu pembentukan bagian bawah dari Lowstand Prograding Wedge.
Kipas lereng biasanya disusun oleh kompleks alur-tepi alur.
LST Prograding Wedge
Lowstand prograding wedge adalah sistem topset-clinoform yang
diendapkan selama naiknya muka air laut relatif. Sistem ini dipisahkan dari
transgressive system tract, yang terletak diatasnya. Bidang itu menandai
terjadinya perubahan geometri tumpukan parasekuen dari geometri
progradasional pada lowstand wedge menjadi geometri retrogradasional pada
transgressive systems tract. Pada awalnya pengendapan lowstand prograding
wedge hanya terbatas di sekitar muara lembah torehan. Hanya sedikit, jika ada,
akomodasi topset pada waktu itu; seluruh sedimen di-bypass melewati topset
kemudian diendapkan pada lereng klinoform. Pada waktu itu, lereng
kemungkinan tidak stabil dan pengendapan kipas terjadi sewaktu-waktu.
Bagian bawah lowstand prograding wedge. Ketika muka air laut relatif naik
sedikit demi sedikit, lembah torehan mulai terisi oleh endapan fluvial dan
estuarium, dan topset dari prograding wedge mulai terbentuk. Peningkatan laju
penaikan muka air laut relatif menghasilkan asosiasi fasies yang
mengindikasikan pertambahan volume akomodasi, misalnya bertambah
banyaknya batubara, serpih dataran limpah banjir, fasies laguna. Karena sering
terletak di atas highstand systems tract sebelumnya, yang bagian atasnya kaya
akan shale, dan kemudian ditutupi oleh shale transgressive system tract,
lowstand wedge dapat berperan sebagai jebakan stratigrafi.
21 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 2.15. skema pembentukan sikuen stratigrafi
Batas sikuen tipe 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf
sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan.
Batas cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih besar dari
kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, sehingga menghasilkan
muka laut relatif turun.
Batas sikuen tipe 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan
erosi subaerial yang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran
fasies kearah cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika kecepatan eustasi
22 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
lebih kecil dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, tetapi
tanpa perubahan muka laut relatif turun pada posisi tersebut.
Simpelnya adalah Bidang genang laut maksimal yang terbentuk pada saat fase
genang laut maksimum. MFS terbentuk pada bagian atas Transgressive System Tract
(TST) dan memisahkan back stepping parasequences yang terletak di atasnya.
23 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 2.16. Kandidat Sequence Boundary (SB) Dan Maximum Flooding
Surface (MSF) (Possamentier & Allen 1999)
24 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
BAB III
PEMBAHASAN
Tahap awal dalam melakukan ruangan unit stratigrafi terlebih dahulu kita harus
menyamakan datum yang akan dipakai (Di-meratakan pada satu datum), datum yang
dipakai harus sama dengan satu lagi dengan baik bisa dikorelasikan. Datum merupakan
Suatu kesamaan Data yang dimiliki oleh semua sumur yang akan dikorelasikan, datum
yang digunakan untuk mengkorelasi struktur berupa kedalaman (depth).
25 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
3.1.2. Metode Pengerjaan Korelasi Struktur
Adapun metode pengerjaan korelasi satratigrafi adalah sebagai berikut :
1. Menyamakan datum atau maker dari setiap log sumur (datumnya adalah depth
atau kedalaman).
2. Kemudian mengkorelasi litologinya sesuai pola elektrofasiesnya atau juga
sesuai jenis litologinya.
Kegunaan korelasi struktur adalah untuk mengetahui struktur apa saja ada pada
well log, contohnya seperti sesar.
26 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
3.1.7. Hasil
Pada korelasi struktur ada beberapa struktur yang terbentuk yaitu:
1. Sesar naik
2. Sesar turun
3.1.8. Kesimpulan
Kontur struktur juga dapat disiapkan pada bagian top dari reflektor bawah
permukaan yang jelas kenampakannya pada data seismik. Kedalaman terhadap
reflektor tertentu dapat diplot awalnya secara two-way travel time. Oleh karenanya,
27 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
peta awal akan menunjukkan garis kontur dengan kesamaan waktu. Jika kecepatan
gelombang seismik dapat ditentukan, waktu tempuh gelombang dapat dikonversikan
menjadi kedalaman aktual, sehingga peta dapat digambar ulang menjadi peta dengan
elevasi aktual dari suatu horizon refleksi. Peta kontur struktur dapat menunjukkan
lokasi dari subcekungan atau pusat pengendapan di dalam suatu cekungan mayor
disamping axis dari pengangkatan yang terjadi (antiklin atau kubah). Fitur struktural
dapat dihubungkan dengan topografi sindeposisi. Oleh karena itu, analisis terhadap
peta ini dapat memberikan petunjuk terhadap paleogeografi dan pola fasies. Peta
struktural berguna untuk penilaian aspek ekonomis (eksplorasi petroleum) dari suatu
cekungan.
Gambar 3.2. Ilustrasi skematik dari peta kontur struktur yang digambar pada
bagian top suatu formasi. Kontur interval yang dipakai adalah 20m. Nilai
kontur negatif mengindikasikan bahwa formasi tersebut terletak di bawah
permukaan air laut dan oleh karenanya adalah formasi bawah permukaan.
Perhatikan juga kehadiran sinklin,kubah, antiklin, dan sesar.
Adapun metode dalam pengerjakan peta top struktur ini adalah sebagai berikut:
28 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
1. Menetukan horizon pada korelasi struktur.
2. Melihat nilai pada setiap top horizon.
3. Kemudian nilai pada setiap horizon di buat kontur.
3.2.4. Hasil
Hasil dari peta ini adalah 27.
3.2.5. Kesimpulan
Peta top struktur dibuat berdasatkan kedalaman dari setiap horizon, dari peta ini
kita bisa mengetahui arah struktur yang terbentuk, arah struktur.
Tahap awal dalam melakukan ruangan unit stratigrafi terlebih dahulu kita harus
menyamakan datum yang akan dipakai (Diratakan pada satu datum), datum yang
dipakai harus sama dengan satu lagi dengan baik bisa dikorelasikan. Datum merupakan
Suatu kesamaan Data yang dimiliki oleh semua sumur yang akan dikorelasikan, datum
yang digunakan pada korelasi stratigrafi adalah Banjir Maksimum Permukaan (MFS),
Ketidaksesuaian (UC) / Urutan Boundary (SB). Maksimum banjir permukaan dapat
29 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
teridentifikasi oleh adanya maksimum onlap darat dari lapisan laut pada batas cekungan
dan pertambahan nilai secara relatif dari laut tingkat (Armentout, 1991), MFS Biasa
ditunjukan oleh adanya akumulasi serpih yang melimpah yang merupakan amplitude
dari log pada daerah shale (Gamma tinggi sinar), akan tetapi pada kondisi litologi
berupa batugamping terumbu (Karang Karbonat) MFS Biasanya tanda oleh
pertumbuhan gamping yang optimal pada saat genang laut datum yang dipakai yaitu
pada zona reservoir (sinar gamma rendah) yaitu kondisi dimana log Sinar Gamma
menunjukkan akumulasi batugamping yang sangat melimpah. Ketidaksesuaian
termasuk jeda pengendapan (hiatus) yang terjadi pada kondisi diatas muka air laut
(Sub-aerial) yang biasanya ditayangkan oleh drastis dari fining ke atas menjadi kasar
ke atas atau sebaliknya, sebagian ahli menyamakan antara batas urutan dengan
ketidakselarasan, sementara pengertian batas urutan sendiri merupakan batas atas dan
bawah satuan sikuen stratigrafi yang berupa bidang ketidakselarasan atau bidang-
bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
30 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Datum atau maker pada korelasi stratigrafi adalah MFS tetapi bias juga
menggunakan SB, pada korelasi ini menggunakan MFS sebagai datumnya.
Hasil dari korelasi stratigrafi ini yaitu memiliki 3 MFS dan 3 SB, dengan
lingkungan pengendapan delta.
3.3.7. Kesimpulan
31 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
1. Membagi horizon gross sand pada korelasi struktur.
2. Mentukan nilai ketebalan pada setiap horizon (dengan cara menghitung selisih
dari top dikurangi bottom)
3. Kemudian plotkan hasil ketebalan dati setiap horizon kedalam kalkir yang
sudah ditentukan titik – titiknya.
4. Kemudian membuat kontur.
3.4.4. Hasil
Hasil dari peta gross sand ada 6 peta dari 6 horizon dengan masing – masing
ketebalannya.
3.4.5. Kesimpulan
Peta gross sand dibuat dari ketebalan batu pasir pada korelasi struktur yang
berguna untuk mengetahui keterdapatan batu pasir kotor.
32 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
3.5.3. Kegunaan Peta Isopach
Kegunaan peta isopach yaitu untuk mengetahui keterdapatan reservoir yang
hidrokarbonnya prospek.
3.5.4. Hasil
Hasil dari data well log pada korelasi struktur yang paling prospek adalah pada
horizon 3, 4, 5 dan 16.
3.5.5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan peta isopach yaitu peta yang dapat mengetahui
keterdapatan hidrokarbon yang prospek, pada korelasi ini hidrokarbon yang prospek
pada horizon 3, 4, 5, dan 16.
33 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Untuk mengetahui sebaran hidrokarbon serta mengetahui kontak antara gas
dan minyak, kontak antara minyak dan air.
3.6.4. Hasil
Hasil dari peta OWC terdapat 3 peta OWC yaitu pada horizon 3, 4, 5, dan 16.
3.6.5. Kesimpulan
Peta OWC peta yang menunjukan kontak antara gas dan minyak serta minyak
dan air, pada korelasi struktur ini terdapat 3 peta OWC.
34 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
35 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Daftar Pustaka
Rider, M.; M. Kennedy. 2011. The Geological Interpretation of Well Logs (3rd
edition). Scotland: Rider – French Cunsulting Ltd.
Rider, M. 2000. The Geological Interpretation of Well Logs (2nd edition). Malta:
Whittles Publishing.
https://ilmubatugeologi.blogspot.com/2016/03/fluktuasi-naik-dan-turun-muka-air-
laut.html (Diakses 11 Desember 2019).
36 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i