Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Pengertian minyak bumi dan gas bumi merupakan gabungan/campurankomposisi


dari Hydrogendan karbon, oleh karena itu disebut juga sebagai hidrokarbon. Nama lain
dari hidrokarbon adalah Petroleum.

Kata Petroleum berasaldari bahasa latin, dimana petra berarti batuan dan oelum
berarti minyak. Berdasarkanarti tersebut di atas berarti minyak dan gas bumi
merupakan hasil yang didapat pada batuan didalam kerak bumi. Istilah lain yang sering
digunakan adalah minyak mentah (crude oil). Minyak mentah berarti minyak yang
belum dikilang, jadi masih terdapat dalam kerak bumi. Gas bumi dalam bahasa inggris
“Nature Gas”, yang dapat diartikan sebagai gas alam. Eksplorasi minyak dan gas bumi
tidaklah mudah. Pertama harus dicari batuan sedimen yang mengandung material
organik yang disebut source rock dan batuaninduk. Material organik tersebut berasal
dari darat (terrestrial) atau asal laut (marine).

Batuan yang dapat dijadikan sebagai batuan induk adalah batuan yang memiliki
material organik yang bisa menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat kematangan
tertentu. Senyawa hidrokarbon dihasilkan secara organik artinya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang telah mati dan mengalami proses kimia dan fisika. Bahan-
bahan organik tersebut tertimbun oleh sedimen seperti lempung, serpih dan sebagainya.
Oleh karena adanya proses-proses kimia dan fisika maka senyawa hidrokarbon akan
keluar dari sisa-sisa organisme tersebut. Faktor-faktor yang diperlukan untuk
terjadinya proses ini antara lain :

 Suhu (panas minimum 2000 F, maka makin kebawah permukaan bumi semakin
panas)
 Tekanan (dari sedime di atasnya)

1|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


 Waktu (proses sampai jutaan tahun)

Tempat-tempat dengan penimbunan yang cukup hanya terjadi di cekungan-


cekungan kulit buni dan sayangnya lebih dari sebagian kulit bumi merupakan daerah
benua atau paparan yang tidak tertutup oleh sedimen yang tipis.Kalaupun
materialorganik itu mengalami kematangan, hanya sebagian kecil (30% dapat berubah
menjadi minyak bumi dan gas bumi).Syarat – syarat terjadinya minyak dan gas bumi
adalah :

 Terdapat batuan induk, yaitu pada batuan sediment yang banyak mengandung
bahan – bahan organic sisa sisa hewan dan tumbuhunyang mengalami
pematangan sehingga terbentuk minyak dan gas bumi.
 Migrasi minyak dan gas bumi, proses ini merupakan perpindahanminyak dan
gas bumi dari batuan induk menuju ke lapisan reservoir untuk di konsentrasikan
di dalamnya.
 Batuan reservoir, merupakan batuan sediment yang berpori – porisehingga
minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh batuan induk akan disimpan disini.
 Perangkap atau trap, merupakan bentukan bentukan yangmemungkinkan
minyak dan gas bumi tercetak atau terperangkapdidalamnya.
 Batuan penutup, adalah suatu batuan sediment yang kedap air sehingga minyak
dan gas bumi yang ada di dalam batuian reservoir tidak dapat keluar lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu well log ?
2. Apa itu elektrofasies ?
3. Apa itu proses sikuen pengendapan ?
4. Apa itu parasikuenset ?
5. Bagaimana cara mengkorelasi struktur ?
6. Bagaimana cara membuat peta top struktur ?

2|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


7. Bagaimana cara mengkorelasi stratigrafi ?
8. Bagaimana cara membuat peta gross sand ?
9. Bagaimana cara membuat peta isopach ?
10. Bagaimana cara membuat peta OWC (gas, minyak dan air)

1.3 Batasan Masalah


Agar penulisan laporan ini lebih terarah, maka penulis perlu membatasinya.
Adapun batasan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan Well log dan jenis – jenis log.
2. Menjelaskan elektrofasies.
3. Menjelaskan proses sikuen pengendapan.
4. Menjelaskan para sikuenset.
5. Menjelaskan cara korelasi struktur.
6. Menjelaskan cara pembuatan peta top struktur.
7. Menjelaskan cara pembuatan korelasi stratigrafi.
8. Menjelaskan cara pembuatan peta gross sand.
9. Menjelaskan cara pembuatan peta isopach.
10. Menjelaskan cara pembuatan peta OWC (gas,minyak dan air).

1.4 Maksud Dan Tujuan


1.4.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum geologi minyak dan gas bumi ini adalah untuk
melatih mahasiswa dalam mengkorelasi struktur, mengkorelasi stratigrafi serta
membuat peta bawah permukaan.
1.4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum geologi minyak dan gas bumi, yaitu :
 Untuk mengetahui cara mengkorelasi struktur.
 Untuk mengetahui cara mengkorelasinstratigrafi.

3|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


 Untuk mengetahui cara pembuatan peta bawah permukaan dari hasil
korelasi struktur dan stratigrafi.

4|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


BAB II

DASAR TEORI

2.1. Well Log


Menurut Rider (2000), log sumur merupakan rekaman menerus dari parameter
geofisika sepanjang lubang pengeboran. Nilai dari pengukuran tersebut diplot sesuai
dengan kedalaman pada sumur. Menurut Serra (1985), log sumur merupakan gambaran
dari formasi yang dibor. Log sumur menjadi sumber data yang menyediakan informasi
nyata tentang kedalaman dan ketebalan lapisan, pengukuran property batuan, serta
parameter geologi. Pada penelitian ini, beberapa log yang digunakan untuk melakukan
interpretasi antara lain: Log gamma ray, log SP, log densitas, log neutron, dan log
resistivitas.
2.1.1. Log Gamma Ray
Log gamma ray merupakan rekaman unsur radioaktif dari formasi (Rider,
2000). Sumber radiasi ini secara alami berasal dari unsur uranium, thorium dan
potassium yang terkandung di dalam batuan. Log gamma ray pada umumnya merekam
kombinasi dari ketiga unsur radioaktif tersebut, namun ada pula log spectral gamma
ray yang menunjukkan masing-masing unsur yang berpengaruh dalam radiasi. Secara
umum, kandungan unsur radioaktif lebih banyak dijumpai pada batuan beku dan
metamorf dibandingkan dengan batuan sedimen. Batuan sedimen yang banyak
mengandung unsur radioaktif adalah shale, namun tidak semua shale bersifat radioaktif
dan yang bersifat radioaktif belum tentu litologinya dalah shale (lihat Gambar 1).
Secara kuantitatif, log gamma ray dapat digunakan untuk menentukan volume shale.
Secara kualitatif, log gamma ray dapat digunakan untuk menentukan tipe mineral
lempung, indikasi lingkungan pengendapan, melakukan korelasi, menentukan fasies
dan sikuen, dan mengidentifikasi litologi.

5|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


Gambar 2.1. Beberapa tipe respon dari log gamma ray dan spectral gamma ray. Log
gamma ray menunjukkan radioaktif alami. Log spectral gamma ray menunjukkan
kelimpahan dari unsur radioaktif alami seperti thorium (Th) dan uranium (U) dalam
parts per million (ppm) serta potassium (K) dalam %. F = feldspar, M = Mika, * =
glaukonit (Rider, 2000).

2.1.2. Log Resistivitas


Log Resistivitas (Resistivity Log) adalah log yang digunakan untuk mengukur
sifat batuan dan fluida pori (minyak, gas, air) disepanjang lubang bor dengan
mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Resistivitas berbanding terbalik dengan
konduktivitas.
Besaran pada log resistivitas batuan menggunakan satuan Ohm. Jika batuan
mengandung fluida seperti air formasi yang sifatnya salin, maka kurva resistivitasnya
akan menunjukkan angka yang sangat rendah karena sifat air yang salin cenderung
bersifat konduktif (kebalikan dari resistif). Dan pada minyak atau gas, kurva resistivitas

6|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


akan menunjukkan angka yang sangat tinggi karena minyak atau gas cenderung
memiliki hambatan yang sangat tinggi.
Log resistivitas bermanfaat sekali dalam evaluasi formasi khususnya untuk
menganalisa apakah suatu reservoir mengandung air garam (wet) atau mengandung
hidrokarbon, sehingga log ini \
digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon-Water Contact.

Gambar 2.2. Ilustrasi Log Resistivitas (kontak hidrokarbon-air)

2.1.3. Log Densitas


Log densitas merupakan rekaman bulk density dari formasi. Bulk density
merupakan densitas secara keseluruhan dari batuan, termasuk matriks dan fluida dalam
pori batuan (lihat Gambar 3). Secara kualitatif, log densitas dapat digunakan untuk
menghitung porositas dan secara tidak langsung densitas hidrokarbon. Log ini juga
dapat digunakan untuk menghitung AI (Acoustic Impedance), indikator litologi,
identifikasi mineral, membantu dalam penilaian konten material organik dalam batuan
induk, dan dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi overpressure dan
porositas fracture (Rider, 2000).

7|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


Gambar 2.3. Beberapa tipe respon dari log densitas yang menunjukkan bulk density
(Rider, 2000).

2.1.4. Log Neutron


Log neutron merupakan rekaman dari reaksi formasi akibat penembakan neutron.
Hal ini berkaitan dengan hydrogen index pada formasi yang mengindikasikan
banyaknya hidrogen dalam formasi (lihat Gambar 2.4). Secara kualitatif, log neutron
digunakan untuk mengukur porositas dan pembeda antara minyak dan gas. Log ini
dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi litologi, evaporit, mineral hidrat, dan
batuan volkanik (Rider, 2000).

8|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


Gambar 2.4. Beberapa tipe respon dari log neutron menunjukkan hydrogen index yang
telah diubah menjadi neutron porosity units (Rider, 2000).

2.2. Elektrofasies

Elektrofasies merupakan pola – pola yang terbentuk pada log gamma ray yang di
pengaruhi oleh sedimentology batuan, ruang akomodasinya.

9|laporan akhir Geologi Minyak dan Gas Bumi


Gambar 2.5. jenis – jenis respon log Gamma Ray

 Cylindrical

Bentuk log ini merupakan bentuk dengan karakter GR yang relatif stabil. Fase air
laut yang terjadi stabil dan parasikuen set yang dibentuk adalah aggradasi. Bentuk
seperti ini diasosiasikan dengan endapan sedimen fluvial channel, braided channel,
estuarine.

 Funnel

Menunjukan dominasi yang berubah misalnya dari shale ke arah sand (mengkasar
keatas). Fase air laut yang terjadi berupa regresi dan parasikuen set yang dibentuk
adalah progradasi. Lingkungan pengendapannya meliputi estuarine shelf, delta
front.

 Bell
Menunjukkan perubahan dominasi besar butiran misalnya dari batupasir ke
shale atau merupakan aspek penghalusan keatas. Fase air laut yang terjadi
berupa transgresi dan parasikuen set yang dibentuk adalah retrogradasi Daerah
dengan dominasi meandering, tidal channel, fluvial point bar.
 Symmetrical

10 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Bentuk karakteristik dari kurva GR ini menunjukkan adanya penurunan kadar
shale dilanjutkan kenaikan kembali. Karakter ini juga mengindikasikan adanya
perubahan yang cepat dalam lapisan itu. Perubahan yang terjadi yang terekam
dalam karakter ini adalah adanya progradasi serta retrogradasi yang sinergis
dan cepat.

 Serrated

Bentuk kurva pada jenis ini memperlihatkan adanya agradasi dari shale dan
lanau. Fase air laut yang terjadi berupa konstan dan parasikuen set yang
dibentuk adalah aggradasi. Bentuk kurva ini merepresentasikan area
pengendapan yang beragam seperti fluvial floodplain, alluvial plain, shelf.

2.3. Proses Sikuen Pengendapan

2.3.1. Transgresi, Regresi, Dan Force Regretion

 Trangresi
Transgresi (Genang Laut/Landward) merupakan suatu kondisi dimana terjadi
perubahan garis pantai yang menuju (maju) ke arah daratan. Hal ini terjadi
karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sedimen supply) lebih kecil
dari pada tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan
relatif sea level.
 Regresi
Regresi (Susut Laut/Seaward) merupakan suatu kondisi dimana terjadi
perubahan garis pantai yang menuju (mundur) ke arah lautan. Hal ini terjadi
karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sediment supply) lebih besar
dari tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan relatif
sea level.

11 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Jadi istilah transgresi dan regresi hanya mengenai perubahan garis pantai yang
maju atau mundur dari posisi awal. Kedua istilah ini tidak ada hubungannya sama
sekali dengan pengendapan yang terjadi di dalamnya. Transgresi dan regresi ini
menghasilkan produk pengendapan.

Gambar 2.6. transgresi dan regresi


 Force Rergretion
Force regresi yang berarti suatu kondisi regresi yang dipaksakan karena drop
sea level.

2.3.2. Deepening Up Dan Shallowing Up

 Deepening Up
Deepening-up adalah kondisi dimana lingkungan pengendapannya berubah
dari dangkal menjadi semakin dalam dengan menghasilkan pengendapan fasies
pada sikuen vertikal. Hal ini terjadi karena sea level rise.
 Shallowing Up

12 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Shallowing up adalah kondisi dimana lingkungan pengendapannya berubah
dari dalam menjadi semakin dangkal dengan menghasilkan pengendapan fasies
sikuen vertikal. Hal ini terjadi karena sea level drop.

Dalam istilah deepening-up dan shallowing-up membahas mengenai perubahan


lingkungan pengendapan yang terjadi akibat fluktuasi naik turunnya muka air laut.
Contohnya dari suatu lingkungan yang memiliki kedalaman -50 meter dibawah
permukaan air laut berubah lingkungan pengendapannya menjadi permukaan daratan
1 meter diatas permukaan air laut.

Gambar 2.7. deepening up dan shallowing up

2.3.3. Rising Sea Level dan Falling Sea Level

 Rising sea level


Fenomena naiknya permukaan laut yang disebabkan oleh banyak faktor yang
kompleks. Permukaan laut telah mengalami kenaikan setinggi 120 meter sejak
puncak zaman es 18.000 tahun yang lalu. Kenaikan tertinggi muka air laut
terjadi sebelum 6.000 tahun yang lalu. Sejak 3.000 tahun yang lalu hingga awal
abad ke-19, muka air laut hampir tetap hanya bertambah 0,1 hingga 0,2
mm/tahun, sejak tahun 1900, permukaan laut naik 1 hingga 3 mm/tahun, sejak

13 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
tahun 1992 satelit altimetri TOPEX/Poseidon mengindikasikan laju kenaikan
muka laut sebesar 3 mm/tahun. Perubahan ini bisa jadi merupakan pertanda
awal dari efek pemanasan global terhadap kenaikan muka air laut. Pemanasan
global diperkirakan memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan muka
air laut pada abad ke-20 ini.
 Falling sea level
Falling sea level (Penurunan muka air laut) Penurunan muka laut yang
disebabkan faktor yang kompleks secara global.

Gambar 2.8. falling sea level

2.3.4. Progradasi dan Agradasi

 Progradasi
Perkembangan pola pengendapan yang maju mengisi tempat akomodasi yang
berada di depannya. Pola pengendapan maju ini salah satunya disebabkan oleh
turunnya muka air atau garis pantai menuju ke arah laut identik dengan regresi.
Hal ini terjadi dimana pasokan sedimen (supply sediment) lebih besar
dibandingkan dengan tempat akomodasi (accommodation space). Progradasi
menunjukan semakin ke atas maka semakin kasar sebab memiliki jumlah sand
yang semakin banyak.

14 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 2.9. progradasi
 Agradasi
Perkembangan pola yang tetap dimana volume pasokan sedimen (supply
sediment) seimbang dengan tempat akomodasi (accommodation space)
(keseimbangan antara sediment supply dan kenaikan muka air laut). Agradasi
menunjukan bahwa terakumulasinya sand pada satu zona yang memiliki
jumlah banyak di bandingkan shalenya.

Gambar 2.10. agradasi

2.3.5. Coarsening Upward dan Fining Upward

 Coarsening-Up: Tekstur batuan dari beberapa lapisan yang mengalami


perubahan besar butir dimana diawali lapisan halus klastika pada lapisan paling
bawah dan mengkasar menuju atas. Perubahan ini menunjukan peningkatan
kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan berlangsung (Boggs, 1987).

15 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
 Finning Up
Finninu Up adalah Tekstur batuan dari beberapa lapisan yang mengalami
perubahan besar butir dimana diawali lapisan kasar klastika pada lapisan paling
bawah dan menghalus menuju atas. Perubahan ini menunjukkan penurunan
kekuatan arus transportasi pada saat pengendapan berlangsung (Boggs, 1987).

Dalam istilah ini mebahas mengenai hasil pengendapan yang mengalami perubahan
besar butir akibat dari perbedaan kekuatan arus air laut.

2.3.6. Subside dan Uplift

 Subside
subside adalah turunnya permukaan tanah sebagai akibat dari perubahan yang
terjadi di bawah permukaan tanah.
 Uplift
Upfilt adalah badan batuan yang megalami pengakatan yang awalnya berada
dalam bawah permukaan hingga tersingkap di permukaan bumi yang
diakibatkan karena adanya tektonik ataupun yang lainnya.

2.3.7. Parasequence Set

Parasequence set adalah beberapa lapisan atau kumpulan lapisan yang relative
selaras yang terbentuk oleh proses pengedapan dan yang du batasi oleh permukaan
yang setara (Wagoner,1990). Parasikuen ini dibatasi di atas dan di bawahnya oleh
bidang permukaan marine flooding yaitu bidang batas yang memisahkan lapisan muda
dan tua yang dihasilkan oleh bertambahnya kedalaman air laut secara tiba-tiba dan
pelamparannya ke arah lateral.

Ada 2 macam mekanisme yang dapat membentuk parasikuen yaitu:

16 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
 Pertambahan kedalaman laut secara relatif cepat
 Kenaikan muka air laut secara cepat

2.4.1. TST, HST, dan LST

 Transgressive Systems Tract (TST)


Systems tract yang berada di tengah-tengah. Sistem ini diendapkan pada suatu
bagian dari fasa penaikan muka air laut relatif, pada saat laju pertambahan
volume akomodasi lebih tinggi dibanding laju pemasokan sedimen
(Retrogradasi). Sistem ini diendapkan pada suatu bagian dari fasa penaikan
muka air laut relatif, pada saat mana laju pertambahan volume akomodasi
topset lebih tinggi dibanding laju pemasokan sedimen. Sistem ini sebagian
besar berupa topset, dengan sedikit klinoform, dan seluruhnya memiliki
geometri retrogradasional. Sistem-sistem pengendapan yang aktif pada saat
terbentuknya systems tract adalah sistem-sistem pengendapan topset seperti
aluvial, paralik, dataran pantai, delta paparan, dan paparan. Jenis sedimen yang
sering ditemukan antara lain batubara serta endapan limpah banjir, laguna, dan
lakustrin. Sistem-sistem itu mengindikasikan rendahnya pasokan sedimen.
Sistem-sistem pengaliran mungkin ditutupi oleh air laut sedemikian rupa
sehingga membentuk estuarium. Luasnya paparan dan endapan yang
dipengaruhi oleh pasut merupakan sebagian dari ciri transgressive systems
tract. Ke arah cekungan, transgressive systems tract dapat berkorespondensi
dengan condensed section yang mengindikasikan laju pengendapan yang
sangat lambat. Condensed section dapat berupa serpih glaukonitan, serpih
organik, serpih fosfatik, maupun karbonat pelagik. Laju penaikan muka air laut
tertinggi terjadi pada fasa pembentukan transgressive systems tract. Systems
tract ini berakhir ketika laju pertumbuhan volume akomodasi topset menurun
hingga satu kondisi dimana laju pertumbuhan tersebut sebanding dengan laju
pemasokan sedimen. Produk kondisi itu disebut marine flooding surface. Pada

17 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
saat laju pertumbuhan dengan laju pemasokan sedimen mencapai
kesetimbangan, pola endapan akan berubah dari pola retrogradasi menjadi
progradasi.

Gambar 2.11. Transgressive systems tract


 Highstand System Tract (HST)

Gambar 1.12. System track teratas (highstand system track)

Systems tract termuda. Sistem ini terletak diantara maximum flooding surface
dan batas sekuen. Sistem ini terbentuk pada saat laju penaikan muka air laut mulai
menurun, setelah melalui masa puncak, pada saat mana laju pembentukan

18 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
akomodasi lebih kecil dibanding laju pemasokan sedimen (Prograde). Sistem ini
merupakan sistem topset-clinoform yang terletak diantara maximum flooding
surface dan batas sekuen. Penurunan laju penaikan muka air laut pada mulanya
menyebabkan terbentuknya geometri aggradasi, namun sedikit demi sedikit
kemudian berubah menjadi geometri progradasi. Sistem-sistem pengendapan yang
ada pada tahap awal pembentukan highstand systems tract mungkin sama dengan
sistem-sistem pengendapan yang ada pada tahap akhir pembentukan transgressive
systems tract. Namun, menurunnya laju penaikan muka air laut serta terisinya
wilayah paparan melalui proses progradasi, menyebabkan berkurangnya volume
batubara, serpih limpah banjir, endapan laguna, dan endapan lakustrin yang
diendapkan pada waktu itu. Tubuh-tubuh pasir endapan alur makin lama makin
banyak diendapkan dan sifatnya menerus.

 Lowstand System Tract (LST)

Gambar 1.13. System track terbawah (lowstand system track) kala awal
pembentukan

19 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 1.14. System track terbawah (lowstand system track) kala akhir
pembentukan

Systems tract ini diendapkan pada perioda antara penurunan muka air laut
relatif dengan penaikan mukaair laut relatif yang terjadi kemudian. LST sendiri
terbagi menjadi 3 :

 Kipas Dasar Cekungan (LST Basin Floor Fan)


Kipas dasar cekungan disusun oleh endapan kipas bawah laut yang terletak
pada lereng bawah atau dasar cekungan. Proses pembentukan kipas berasosiasi
dengan erosi ngarai bawah laut dan penorehan paparan oleh sungai. Sedimen
silisiklastik tidak diendapkan di paparan atau lereng, melainkan langsung
diangkut menuju bagian cekungan yang lebih dalam melalui lembah torehan
dan ngarai bawahlaut, untuk kemudian membentuk kipas dasar cekungan. Alas
dari kipas dasar cekungan, yang berimpit dengan batas bawah lowstand systems
tract, berkorelasi dengan batas sekuen tipe-1. Pengendapan kipas dasar
cekungan, pembentukan ngarai, dan erosi lembah torehan ditafsirkan terjadi
selama penurunan muka air laut relatif.
 Kipas Lereng (LST Slope Fan Complex)
Kipas lereng dicirikan oleh turbidit dan endapan aliran gravitasi di bagian
tengah atau bagian bawah dari lereng. Pengendapan kipas lereng dapat terjadi

20 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
pada waktu yang bersamaan dengan pembentukan kipas dasar cekungan atau
dengan waktu pembentukan bagian bawah dari Lowstand Prograding Wedge.
Kipas lereng biasanya disusun oleh kompleks alur-tepi alur.
 LST Prograding Wedge
Lowstand prograding wedge adalah sistem topset-clinoform yang
diendapkan selama naiknya muka air laut relatif. Sistem ini dipisahkan dari
transgressive system tract, yang terletak diatasnya. Bidang itu menandai
terjadinya perubahan geometri tumpukan parasekuen dari geometri
progradasional pada lowstand wedge menjadi geometri retrogradasional pada
transgressive systems tract. Pada awalnya pengendapan lowstand prograding
wedge hanya terbatas di sekitar muara lembah torehan. Hanya sedikit, jika ada,
akomodasi topset pada waktu itu; seluruh sedimen di-bypass melewati topset
kemudian diendapkan pada lereng klinoform. Pada waktu itu, lereng
kemungkinan tidak stabil dan pengendapan kipas terjadi sewaktu-waktu.
Bagian bawah lowstand prograding wedge. Ketika muka air laut relatif naik
sedikit demi sedikit, lembah torehan mulai terisi oleh endapan fluvial dan
estuarium, dan topset dari prograding wedge mulai terbentuk. Peningkatan laju
penaikan muka air laut relatif menghasilkan asosiasi fasies yang
mengindikasikan pertambahan volume akomodasi, misalnya bertambah
banyaknya batubara, serpih dataran limpah banjir, fasies laguna. Karena sering
terletak di atas highstand systems tract sebelumnya, yang bagian atasnya kaya
akan shale, dan kemudian ditutupi oleh shale transgressive system tract,
lowstand wedge dapat berperan sebagai jebakan stratigrafi.

21 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 2.15. skema pembentukan sikuen stratigrafi

2.4.2. Sikuen Boandary (SB)

Suatu bidang keselarasan dan keselarasan padanannya yang terjadi selama


jangka waktu penurunan relatif permukaan laut. Menurut Wagoner, 1990 Ada dua tipe
batas sikuen, yaitu tipe 1 dan tipe 2 antara lain :

 Batas sikuen tipe 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf
sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan.
Batas cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih besar dari
kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, sehingga menghasilkan
muka laut relatif turun.
 Batas sikuen tipe 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan
erosi subaerial yang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran
fasies kearah cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika kecepatan eustasi

22 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
lebih kecil dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, tetapi
tanpa perubahan muka laut relatif turun pada posisi tersebut.

2.4.3. Maximum Flooding Surface

Dikenal keberadaannya sebagai bidang utama yang memisahkan endapan


transgresi (retrogradational parasequence sets) dari endapan regresi (progradational
parasequence sets) yang terletak diatasnya. Di daerah proksimal, maximum flooding
surface mungkin terletak di atas aggradational parasequence sets, sedangkan di daerah
distal bidang ini dapat diwakili oleh condensed section. Condensed section sendiri
dapat dicirikan oleh log facies atau litofasies yang khas seperti horizon yang kaya akan
glaukonit, lapisan rijang, lapisan batugamping, atau lapisan serpih dengan kadar
radioaktif tinggi atau berkecepatan seismik rendah.

Simpelnya adalah Bidang genang laut maksimal yang terbentuk pada saat fase
genang laut maksimum. MFS terbentuk pada bagian atas Transgressive System Tract
(TST) dan memisahkan back stepping parasequences yang terletak di atasnya.

23 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Gambar 2.16. Kandidat Sequence Boundary (SB) Dan Maximum Flooding
Surface (MSF) (Possamentier & Allen 1999)

24 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Korelasi Struktur


3.1.1. Pengertian Korelasi Struktur

Tahap awal dalam melakukan ruangan unit stratigrafi terlebih dahulu kita harus
menyamakan datum yang akan dipakai (Di-meratakan pada satu datum), datum yang
dipakai harus sama dengan satu lagi dengan baik bisa dikorelasikan. Datum merupakan
Suatu kesamaan Data yang dimiliki oleh semua sumur yang akan dikorelasikan, datum
yang digunakan untuk mengkorelasi struktur berupa kedalaman (depth).

Gambar 3.1. penyamaan datum pada kedalaman (depth)

25 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
3.1.2. Metode Pengerjaan Korelasi Struktur
Adapun metode pengerjaan korelasi satratigrafi adalah sebagai berikut :
1. Menyamakan datum atau maker dari setiap log sumur (datumnya adalah depth
atau kedalaman).
2. Kemudian mengkorelasi litologinya sesuai pola elektrofasiesnya atau juga
sesuai jenis litologinya.

3.1.3. Kegunaan Korelasi Struktur

Kegunaan korelasi struktur adalah untuk mengetahui struktur apa saja ada pada
well log, contohnya seperti sesar.

3.1.4. Datum atau Maker Dalam Korelasi Struktur


Datum atau maker dalam korelasi struktur adalah depth atau kedalaman.

3.1.5. Lokasi dan Sumur Korelasi Struktur


 Lokasi
Lokasi datum pada korelasi struktur pada kedalaman 1130,1130,1130,
dan 1130.
 Sumur korelasi struktur
Sumur korelasi struktur pada ranger 6,1,5, dan 2.

3.1.6. Peta Bestmap

26 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
3.1.7. Hasil
Pada korelasi struktur ada beberapa struktur yang terbentuk yaitu:
1. Sesar naik
2. Sesar turun

3.1.8. Kesimpulan

Korelasi struktur dibuat dengan menyamakan datum yaitu kedalaman/depth


kemudian dikorelasikan sesuai elektrofasies, hasil dari korelasi struktur supaya dapat
mengetahui struktur apa saja yang terbentuk dari hasil korelasi ini, pada korelasi ini
struktur yang terbentuk cekungan dan sesar turun.

3.2. Peta Top Struktur


3.2.1. Pengertian Top Struktur

Peta kontur struktur merupakan peta yang menunjukkan kedalaman darizona


lapisan batuan yang sama, dibuat berdasarkan data – data yang diperoleh dari sumur
pemboran eksplorasi, baik selama atau setelah dilakukan pemboran. Peta ini
memperlihatkan kondisi struktur puncak (top) dan dasar (base) dari zona batupasir
maupun batulempung. Peta ini dibuat berdasarkan data – data korelasi yang dilakukan
pada setiap sumur – sumur pemboran. Pada studi analisis cekungan sering kali
dilakukan penentuan karakteristik struktur regional dari suatu batuan disamping
kehadiran fitur struktur lokal seperti antiklin dan sesar. Peta stuktur kontur
disiapkan untuk tujuan ini. Gambar 3.2 menunjukkan contoh dari suatu peta struktur
kontur.

Kontur struktur juga dapat disiapkan pada bagian top dari reflektor bawah
permukaan yang jelas kenampakannya pada data seismik. Kedalaman terhadap
reflektor tertentu dapat diplot awalnya secara two-way travel time. Oleh karenanya,

27 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
peta awal akan menunjukkan garis kontur dengan kesamaan waktu. Jika kecepatan
gelombang seismik dapat ditentukan, waktu tempuh gelombang dapat dikonversikan
menjadi kedalaman aktual, sehingga peta dapat digambar ulang menjadi peta dengan
elevasi aktual dari suatu horizon refleksi. Peta kontur struktur dapat menunjukkan
lokasi dari subcekungan atau pusat pengendapan di dalam suatu cekungan mayor
disamping axis dari pengangkatan yang terjadi (antiklin atau kubah). Fitur struktural
dapat dihubungkan dengan topografi sindeposisi. Oleh karena itu, analisis terhadap
peta ini dapat memberikan petunjuk terhadap paleogeografi dan pola fasies. Peta
struktural berguna untuk penilaian aspek ekonomis (eksplorasi petroleum) dari suatu
cekungan.

Gambar 3.2. Ilustrasi skematik dari peta kontur struktur yang digambar pada
bagian top suatu formasi. Kontur interval yang dipakai adalah 20m. Nilai
kontur negatif mengindikasikan bahwa formasi tersebut terletak di bawah
permukaan air laut dan oleh karenanya adalah formasi bawah permukaan.
Perhatikan juga kehadiran sinklin,kubah, antiklin, dan sesar.

3.2.2. Metode Pengerjaan Peta Top Struktur

Adapun metode dalam pengerjakan peta top struktur ini adalah sebagai berikut:

28 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
1. Menetukan horizon pada korelasi struktur.
2. Melihat nilai pada setiap top horizon.
3. Kemudian nilai pada setiap horizon di buat kontur.

3.2.3. Kegunaan Peta Top Struktur

Peta ini berguna untuk memberikan informasi mengenai bentuk cekungan,


orientasi, dan geometri isi cekungan, juga bias mengetahui adanya antiklin serta sesar
pada korelasi struktur.

3.2.4. Hasil
Hasil dari peta ini adalah 27.

3.2.5. Kesimpulan

Peta top struktur dibuat berdasatkan kedalaman dari setiap horizon, dari peta ini
kita bisa mengetahui arah struktur yang terbentuk, arah struktur.

3.3. Korelasi Stratigrafi


3.3.1. Pengertian Korelasi Stratigrafi

Tahap awal dalam melakukan ruangan unit stratigrafi terlebih dahulu kita harus
menyamakan datum yang akan dipakai (Diratakan pada satu datum), datum yang
dipakai harus sama dengan satu lagi dengan baik bisa dikorelasikan. Datum merupakan
Suatu kesamaan Data yang dimiliki oleh semua sumur yang akan dikorelasikan, datum
yang digunakan pada korelasi stratigrafi adalah Banjir Maksimum Permukaan (MFS),
Ketidaksesuaian (UC) / Urutan Boundary (SB). Maksimum banjir permukaan dapat

29 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
teridentifikasi oleh adanya maksimum onlap darat dari lapisan laut pada batas cekungan
dan pertambahan nilai secara relatif dari laut tingkat (Armentout, 1991), MFS Biasa
ditunjukan oleh adanya akumulasi serpih yang melimpah yang merupakan amplitude
dari log pada daerah shale (Gamma tinggi sinar), akan tetapi pada kondisi litologi
berupa batugamping terumbu (Karang Karbonat) MFS Biasanya tanda oleh
pertumbuhan gamping yang optimal pada saat genang laut datum yang dipakai yaitu
pada zona reservoir (sinar gamma rendah) yaitu kondisi dimana log Sinar Gamma
menunjukkan akumulasi batugamping yang sangat melimpah. Ketidaksesuaian
termasuk jeda pengendapan (hiatus) yang terjadi pada kondisi diatas muka air laut
(Sub-aerial) yang biasanya ditayangkan oleh drastis dari fining ke atas menjadi kasar
ke atas atau sebaliknya, sebagian ahli menyamakan antara batas urutan dengan
ketidakselarasan, sementara pengertian batas urutan sendiri merupakan batas atas dan
bawah satuan sikuen stratigrafi yang berupa bidang ketidakselarasan atau bidang-
bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

3.3.2. Metode Pengerjaan Korelasi Stratigrafi


Adapun metode pengerjaan korelasi stratigrafi adalah sebagai berikut :
1. Menyamakan datum dari setiap log sumur (datumnya adalah MFS).
2. Mengkorelasi sesuai dengan pola elektrofasies.
3. Menetukan SB dan MFS 2.

3.3.3. Kegunaan Korelasi stratigrafi

Kegunaan korelasi satrigrafi untuk mengetahui lingkungan pengendapan, arah


pengendapan.

3.3.4. Datum atau Maker

30 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Datum atau maker pada korelasi stratigrafi adalah MFS tetapi bias juga
menggunakan SB, pada korelasi ini menggunakan MFS sebagai datumnya.

3.3.5. Lokasi dan Sumur


 Lokasi
Lokasi datum pada kedalaman 1325, 1305, 1355, dan 1350.
 Sumur
Urutan log sumur pada korelasi stratigrafi yaitu ranger 1, 4, 5 dan 6.
3.3.6. Hasil

Hasil dari korelasi stratigrafi ini yaitu memiliki 3 MFS dan 3 SB, dengan
lingkungan pengendapan delta.

3.3.7. Kesimpulan

Dapat disimpulkan korelasi stratigrafi berguna untuk menentukan lingkungan


pengendapan, pada korelasi ini lingkungan pengendapannya laut dangkal sampai
pantai.

3.4. Peta Gross Sand


3.4.1. Pengertian Peta Gross Sand
Peta gross sand adalah peta yang menunjukkan ketebalan lapisan produktif
(batupasir) yang masih mengandung shale (batulempung). Proses pemetaan gross
isopach dilakukan setelah data kedalaman puncak formasi produktif, kedalaman dasar
formasi produktif, dan batas air minyak untuk setiap sumur yang ada telah diketahui.

3.4.2. Metode Pengerjaan Peta Gross Sand


Metode pembuatan peta gross sand adalah sebagai berikut :

31 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
1. Membagi horizon gross sand pada korelasi struktur.
2. Mentukan nilai ketebalan pada setiap horizon (dengan cara menghitung selisih
dari top dikurangi bottom)
3. Kemudian plotkan hasil ketebalan dati setiap horizon kedalam kalkir yang
sudah ditentukan titik – titiknya.
4. Kemudian membuat kontur.

3.4.3. Kegunaan Peta Gross


Kegunaan peta gross sand adalah untuk menetahui ketebalan batu pasir yang
masih mengandung batulempung.

3.4.4. Hasil
Hasil dari peta gross sand ada 6 peta dari 6 horizon dengan masing – masing
ketebalannya.

3.4.5. Kesimpulan
Peta gross sand dibuat dari ketebalan batu pasir pada korelasi struktur yang
berguna untuk mengetahui keterdapatan batu pasir kotor.

3.5. Peta Isopach


3.5.1. Pengertian Peta isopach
Peta isopach adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang
menhubungkan titik-titik pada kedalaman yang sama pada puncak lapisan
suatureservoir. Peta ini dapat menunjukkan struktur geologi suatu reservoir dan juga
dapat digunakan untuk menentukan bulk volume produktif dari reservoirnya.

3.5.2. Metode Pengerjaan Peta Isopach


Adapun metode pengerjaan peta isopach adalah sebagai berikut :
1. Menetukan pada horizon berapa hidrokarbonnya terdapat.
2. Melihat nilai top dari setiap hidrokarbon (gas,minyak, dan air).
3. Kemudian plotkan nilainya pada titik yang akan dibuatkan peta
4. Membuat kontur pada peta.

32 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
3.5.3. Kegunaan Peta Isopach
Kegunaan peta isopach yaitu untuk mengetahui keterdapatan reservoir yang
hidrokarbonnya prospek.

3.5.4. Hasil
Hasil dari data well log pada korelasi struktur yang paling prospek adalah pada
horizon 3, 4, 5 dan 16.

3.5.5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan peta isopach yaitu peta yang dapat mengetahui
keterdapatan hidrokarbon yang prospek, pada korelasi ini hidrokarbon yang prospek
pada horizon 3, 4, 5, dan 16.

3.6. Peta OWC (Gas, Minyak dan Air)


3.6.1. Pengertian Peta OWC
Peta Net Oil Isopach adalah peta yang menunjukkan tempat-tempat yang
memiliki ketebalan minyak yang sama. Pembuatan peta Net Oil Isopach didasarkan
pada ketebalan zona minyak (net soil) dan jumlah sumur yang ada. Batas minyak
merupakan tempat dengan ketebalan minyak nol. Karena itu sebelum pembuatan peta
ini, harus ditentukan terlebih dahulu batas minyak-air (WOC) dan batas minyak gas
(GOC) dari reservoir tersebut.

3.6.2. Metode Pengerjaan Peta OWC


Adapun metode pengerjaan peta OWC ini adalah sebagai berikut :
1. Menetukan pada kedalaman berapa hidrokarbonnya berada.
2. Menghitung ketebalan hidrokarbon dari horizon yang sudah di buat pada
korelasi struktur (bottom dikurangi top).
3. Hasil ketebalan diplotkan ke dalam titik pada kalkir yang akan di buat peta
4. Membuat kontur pada peta.

3.6.3. Kegunaan Peta OWC

33 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Untuk mengetahui sebaran hidrokarbon serta mengetahui kontak antara gas
dan minyak, kontak antara minyak dan air.

3.6.4. Hasil
Hasil dari peta OWC terdapat 3 peta OWC yaitu pada horizon 3, 4, 5, dan 16.

3.6.5. Kesimpulan
Peta OWC peta yang menunjukan kontak antara gas dan minyak serta minyak
dan air, pada korelasi struktur ini terdapat 3 peta OWC.

34 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan secara


umum,yaitu :

1. Korelasi struktur dibuat dengan menyamakan datum yaitu kedalaman/depth


kemudian dikorelasikan sesuai elektrofasies, hasil dari korelasi struktur supaya
dapat mengetahui struktur apa saja yang terbentuk dari hasil korelasi ini, pada
korelasi ini struktur yang terbentuk cekungan dan sesar turun.
2. Peta top struktur dibuat berdasatkan kedalaman dari setiap horizon, dari peta
ini kita bisa mengetahui arah struktur yang terbentuk, arah struktur.
3. Dapat disimpulkan korelasi stratigrafi berguna untuk menentukan lingkungan
pengendapan, pada korelasi ini lingkungan pengendapannya laut dangkal
sampai pantai.
4. Peta gross sand dibuat dari ketebalan batu pasir pada korelasi struktur yang
berguna untuk mengetahui keterdapatan batu pasir kotor.
5. Dapat disimpulkan peta isopach yaitu peta yang dapat mengetahui keterdapatan
hidrokarbon yang prospek, pada korelasi ini hidrokarbon yang prospek pada
horizon 3,5, dan 7.
6. Peta OWC peta yang menunjukan kontak antara gas dan minyak serta minyak
dan air, pada korelasi struktur ini terdapat 3 peta OWC.
4.2 Saran

Selanjutnya praktikum sebaiknya dilaksanakan sebelum UTS agar praktikan bias


lebih fokus menghadapi UAS.

35 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i
Daftar Pustaka

https://dokumen.tips/documents/isi-laporan-resmi-gmb.html (Diakses 11 Desember


2019).

Rider, M.; M. Kennedy. 2011. The Geological Interpretation of Well Logs (3rd
edition). Scotland: Rider – French Cunsulting Ltd.

Rider, M. 2000. The Geological Interpretation of Well Logs (2nd edition). Malta:
Whittles Publishing.

Serra. O. 1985. Sedimentary Environments from Wireline Logs. Schlumberger


Limited.

https://ilmubatugeologi.blogspot.com/2016/03/fluktuasi-naik-dan-turun-muka-air-
laut.html (Diakses 11 Desember 2019).

https://indrahdyt.wordpress.com/tag/elektrofasies/ (Diakses 11 Desember 2019).

https://www.academia.edu/18978612/sequen_stratigrafi (Diakses 11 Desember 2019).

https://id.wikipedia.org/wiki/Kenaikan_permukaan_laut (Diakses 12 Desember


2019).

36 | l a p o r a n a k h i r G e o l o g i M i n y a k d a n G a s B u m i

Anda mungkin juga menyukai