1, (2012) 1-5 1
transaksi, tarif pelabuhan, reliability, akses dengan daratan BHP adalah besar energi yang keluar dari mesin induk
dan akses dengan lautan [3]. kapal.
Tabel 2. BHP = SHP / ηG (4)
Harga jual minyak bakar Pertamina
Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Dimana :
Harga 7.700.000 7.800.000 7.900.000 8.050.000 BHP = Brake horse power (kW)
Sumber : Pertamina 2012 SHP = Shaft horse power (kW)
ηG = Losses akibat reduction gear (1% - 2%)
Oleh karena itu, dalam paper ini akan membahas strategi
menejemen bahan bakar tersebut dengan tujuan
meminimalkan biaya total bunker untuk pelayaran. Lebih
lanjut lagi dipelajari efek akibat jadwal time windows pada
kapal yang antara lain mengatur waktu tunggu, waktu
bongkar muat, waktu awal kedatangan, dan waktu akhir
pelayanan. Lalu disini akan mengambil satu studi kasus
pada rute pelayaran Priok-Perak-Gorontalo-Bitung-Priok
sebagai contoh.
Gambar. 1. Pembagian daya pada kapal
II. URAIAN PENELITIAN
Pada pemilihan kecepatan akan dibagi menjadi 3 bagian
A. Identifikasi Power dan Kecepatan yaitu kecepatan di area pelabuhan awal, kecepatan di laut,
dan kecepatan di area pelabuhan tujuan. Untuk kecepatan di
Secara umum kapal yang bergerak di air dengan
area pelabuhan ditentukan pada kecepatan 4 – 5 knot.
kecepatan tertentu, maka akan mengalami gaya hambat
Sedangkan kecepatan di laut adalah kecepatan yang
(resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal
memiliki BHP diatas 50%. Hal ini dikarenakan karakteristik
tersebut. Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu
mesin yang akan berakibat buruk jika tidak dioperasikan
diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust) yang dihasilkan dari
sesuai aturan. Kombinasi yang muncul adalah sebagai
kerja alat gerak kapal (propulsor) [4]. Untuk mengatahui
berikut.
hubungan power dan kecepatan kapal sebelumnya harus
diketahui tentang tahanan kapal. Tahanan kapal ini akan Tabel 3.
berperan untuk menemukan EHP dan dari EHP dapat Skenario variasi kecepatan
diketahui BHP kapal pada tiap kecepatan. Kecepatan Kecepatan
No No
(knot) (knot)
EHP = λ x Vs3 (1) 1 4 – 15.5 – 4 9 5 – 15.5 – 5
Dimana : 2 4 – 16 – 4 10 5 – 16 – 5
EHP : Effective horse power (kW) 3 4 – 16.5 – 4 11 5 – 16.5 – 5
λ : Konstanta 4 4 – 17 – 4 12 5 – 17 – 5
Vs : Kecepatan kapal
5 4 – 17.5 – 4 13 5 – 17.5 – 5
6 4 – 18 – 4 14 5 – 18 – 5
Setelah diperoleh nilai EHP, nilai tadi akan digunakan
7 4 – 18.5 – 4 15 5 – 18.5 – 5
untuk mencari nilai DHP (Delivered horse power). DHP
adalah besar daya yang tersalurkan dari motor induk kapal 8 4 – 19 – 4 16 5 – 19 – 5
hingga propeller. B. Identifikasi Rute dan Pelabuhan
DHP = EHP / ηH x ηrr x ηo (2) Data yang digunakan dalam menentukan jarak antar
Dimana : pelabuhan ini dengan menggunakan perhitungan jarak
DHP = Delivered horse power (kW) pelayaran yang telah dihitung berdasarkan rute kapal.
EHP = Effective horse power (kW)
Tabel 4.
ηH = Efisiensi lambung
Jarak antar pelabuhan
ηrr = Efisiensi relatif rotatif Jarak Area Pel 1 Area Laut Area Pel 2
ηo = Efisiensi propulsi (nm) (nm) (nm)
Tj.Priok – Tj. Perak 10 338 25
Setelah diperoleh nilai DHP, nilai DHP tadi akan
Tj.Perak – Gorontalo 25 915 6
digunakan untuk mencari nilai SHP (Shaft horse power).
SHP adalah besar daya yang tersalurkan dari motor induk Gorontalo – Bitung 6 155 9
kapal hingga poros propeller.
Bitung – Tj. Priok 9 1268 10
SHP = DHP / ηBηs (3)
C. Identifikasi Demand
Dimana : Untuk demand akan digunakan data perusahaan
SHP = Shaft horse power (kW) Meratusline yang melayani rute Tj. Priok – Tj. Perak –
DHP = Delivered horse power (kW) Gorontalo – Bitung - Gorontalo.
ηBηs = Losses akibat letak kamar mesin (2% - 3%)
Setelah diperoleh nilai SHP, nilai SHP tadi akan
digunakan untuk mencari nilai BHP (Brake horse power).
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3
t : Waktu (jam)
Tabel 4.
Demand tiap pelabuhan F. Rancangan Permodelan
Pelabuhan Demand (TEUs) 1. Notasi
Tj. Perak 800 Notasi yang digunakan didalam model adalah sebagai
berikut :
Gorontalo 600
Dependent Variable
Ii : volume bunker saat tiba di pelabuhan i (kL)
Ci : Biaya bunker pada pelabuhan i (Rp)
Ai : Waktu tiba di pelabuhan i (jam)
Di : Waktu berangkat dari pelabuhan i (jam)
Fij : Konsumsi bunker antara pelabuhan i dan j (kL/jam)
2. Variabel Model
Parameter :
- Jumlah pelabuhan :4
- Ukuran kapal : 1104 TEU
- Waktu pelayaran : 336 jam
- Kapasitas tangki : 500 ton/526 kL
- Interval kecepatan : 15.5 – 19 knot
Gambar. 2. Jadwal time windows di tiap pelabuhan.
Biaya charge akibat time windows
E. Perhitungan Durasi dan Konsumsi Bahan Bakar Biaya charge (c) = (ei-Ai) + (Di-li) x Rp.100 x GT (7)
Untuk menghitung durasi perjalanan kapal pada tiap leg
digunakan persamaan berikut. Port time
- Waktu Antri
t= (5) Adalah waktu ketika kapal menunggu melakukan bongkar
Dimana : muat. Waktu ini terdiri dari waktu parkir, waktu persiapan.
t : Durasi (jam) dan waktu lain-lain. Diasumsikan idle time tiap pelabuhan
S : Jarak (nm) adalah sebagai berikut.
V : Kecepatan (m/s) Tj. Perak = 35 jam
Gorontalo = 20 jam
Untuk menghitung konsumsi bahan bakar tiap rute dengan Bitung = 15 jam
kecepatan yang ada adalah dengan menggunakan persamaan Tj. Priok = 30 jam
berikut.
FC = BHP x SFOC x t (6) - Waktu Bongkar Muat
Dimana : Adalah waktu ketika kapal melakukan bongkar muat.
FC : Konsumsi bahan bakar (kL) Lama bongkar muat ini ditentukan oleh jumlah muatan kapal
BHP : Power motor induk (kW) (TEUs) dibandingkan dengan kapasitas kemampuan crane di
SFOC : Specific fuel oil consumption (gr/kwh) pelabuhan. Lama kegiatan bongkar muat dapat dihitung
dengan persamaan berikut.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4
WBM = (8)
Revenue Loss
Adalah nilai muatan kapal yang hilang akibat berat bahan
bakar. Revenue loss ini berdasarkan demand muatan yang
ada.
Revenue loss = Total TEUs – Volume bahan bakar (9)
G. Model Matematis Gambar. 3. Alur penggunaan kecepatan
Total Biaya = Min ∑Biaya Bunker + ∑Revenue Loss +
∑Biaya Charge Dengan pemakaian kecepatan yang paling minimum dan
Dimana : masih tetap mengikuti jadwal time windows kapal adalah
1. Biaya Bunker kombinasi 9-9-9-1 dengan total bahan bakar yang digunakan
adalah 185,48 kL.
Ci = α1.Si-Ii + α2.Si-Ii + α3.Si-Ii + α4.Si-Ii
(10)
Untuk scenario bunkeringnya didapatkan nilai awal
α1 + α 2 + α 3 + α 4 = 1 didapatkan bunker sebesar 70 kL. Lalu konsumsinya untuk
Ii = Si-Fi,j x (dn/Vn) (11) tiap leg adalah :
Si-li ≥ 20%w (12)
Si ≤ w (13)
Tj. Priok – Tj. Perak = 27,64 kL
Tj. Perak – Gorontalo = 62,49 kL
2. Revenue Loss Gorontalo – Bitung = 12,47 kL
∑ = r1.(Si-ai) (14) Bitung – Tj. Perak = 82,88 kL
Hasil perhitungan lama bongkar muat tiap pelabuhan adalah untuk biaya bunker, total charge, dan revenue loss adalah
sebagai berikut. Rp.1.467.000.000.