Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN TEKNIS TENTANG PERUBAHAN Daya :(2x) 365 HP/ 72 kW

VARIASI PITCH PROPELLER TERHADAP Jumlah silinder : 6 buah


KECEPATAN KAPAL : STUDI KASUS SPOB Putaran : 1800 Rpm
PETRO OCEAN III Gearbox / Ratio : D 300 A / 5 : 1
Saat ini, SPOB Petro Ocean III hanya mampu
Benedicta Dian Alfanda1) melaju pada kecepatan ± 4 knots saja, dengan
1)
semakin banyaknya kompetitor pensupply bahan
Ir. Surjo W. Adji, M.Sc, CEng, FIMarEST bakar di daerah Tanjung Perak, ownership
2)
Irfan Syarif Arief ST, MT mengeluhkan kelemahan dari SPOB ini bila
dibandingkan dengan kapal kompetitor dan
Abstract berupaya untuk menanggulangi hal tersebut. Untuk
Propeller is a part of the ship propulsion system. With the
itu direncanakan adanya perubahan untuk dapat
rotation of the propeller due to the power which is delivered meningkatkan kecepatan pada SPOB Petro Ocean
through the shaft to the propeller, the force is converted into III. Terdapat beberapa alternatif perubahan yang
thrust, so the ship moves forward against the force of resistance
is happen. Petro Ocean III (Self Propelled Oil Barge) a type of
dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya
barge with its own propulsion system that serves the fuel supply kecepatan SPOB tersebut.
in the area of Tanjung Perak, Surabaya. Today concerned Hal yang mempengaruhi kecepatan kapal
Petro Ocean III is not able to compete with its competitors,
because of the speed achieved is very low. For that need to be diantaranya adalah :
changed so that the ship's speed can be improved by 1. Tahanan kapal yang timbul (berupa
continuously observing time efficiency because there is still tahanan gesek, tahanan gelombang).
attachment to a contract with others. So that the change in pitch
propeller. Technical study of the variation pitch propeller 2. Daya yang dihasilkan main engine.
change was done to determine the effect of changes in pitch 3. Kesesuaian antara sistem propulsi
propeller on the ship's speed by using the CFD method, so the
optimum propeller pitch values obtained by analysis of fluid flow
dengan motor penggerak yang sudah
that occurs at each propeller pitch variation. terpasang.
Keywords: pitch propeller ; Self Propelled Oil 4. Bentuk lambung kapal yang
Barge ; ship’s speed; CFD. mempengaruhi aliran fluida disekitar
kapal.
Dengan pertimbangan ekonomis dan keterbatasan
1. Pendahuluan waktu yang diperlukan untuk melakukan
perubahan karena masih terikatnya kontrak sebagai
Self Propelled Oil Barge (SPOB) adalah barge pensupply bahan bakar, ownership tetap ingin
pengangkut minyak dengan tenaga penggerak mempertahankan beberapa hal berikut :
sendiri, yaitu propeller sehingga daya dari engine a. Main engine dan shaft yang sudah
ditransmisikan ke propeller melalui poros dan terpasang.
menghasilkan daya dorong yang menggerakkan b. Bentuk konstruksi lambung kapal.
kapal maju. SPOB Petro Ocean III adalah kapal Untuk itu perubahan dilakukan pada Propulsion
milik PT. Bahana Line yang dioperasikan untuk Arrangement dari SPOB Petro Ocean III. Hal-hal
melayani kebutuhan bahan bakar di daerah yang berpengaruh pada performa dan efisiensi
Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Berikut propeller menurut “The Propeller Handbook “
adalah principal dimension dari SPOB Petro Ocean karangan Dave Gerr adalah :
III : - Diameter propeller
- Putaran propeller (RPM)
LWL (Length Water Line) : 40,89 m - Pitch propeller
B (Breadth) : 12,17 m Maka diadakan suatu penelitian yang menjadikan
H (Depth) : 3,00 m dasar skripsi yang nantinya dapat diketahui
T (Draught) : 2,75 m pengaruh perubahan variasi pitch propeller
Cb (Coefficient Block) : 0,926 terhadap kecepatan kapal.
Metode yang digunakan untuk penyelesaian
Sedangkan engine yang terpasang pada SPOB permasalahan di atas menggunakan bantuan
Petro Ocean III adalah sebagai berikut : program komputer, sehingga didapatkan bentuk
Mesin Induk : Caterpillar aliran fluida pada propeller kapal setelah dilakukan
Tipe : 3406 B
1
variasi terhadap pitch dan pengaruhnya pada 2. Tinjauan Pustaka
performa SPOB Petro Ocean III.
2.1. Tahanan Kapal
1.1. Rumusan Masalah Tahanan kapal merupakan gaya hambat dari media
fluida yang dilalui oleh kapal saat beroperasi
Terdapat beberapa rumusan masalah dalam skripsi dengan kecepatan tertentu. Besarnya gaya hambat
ini, diantaranya : total ini merupakan jumlah dari semua komponen
♣ Bagaimana cara pengoptimalan gaya hambat (tahanan) yang bekerja di kapal,
kecepatan kapal dengan pertimbangan meliputi Tahanan Gesek, Tahanan Gelombang,
ekonomis ? Tahanan Appendages, Tahanan Udara, dsb.
♣ Bagaimana pengaruh perubahan variasi
pitch propeller terhadap kecepatan SPOB
Petro Ocean III ?

1.2. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang


akan dianalisa dalam penelitian skripsi ini, maka
akan dibatasi permasalahan-permasalahan yang
akan dibahas sebagai berikut :
♣ Tidak dilakukan penggantian pada engine
dan shaft yang sudah terpasang. Gambar 1- Kurva karakteristik tahanan kapal terhadap
kecepatan kapal
♣ Tidak dilakukan perubahan pada
konstruksi lambung kapal.
Dalam merancang kapal, bentuk badan kapal
♣ Simulasi menggunakan software ANSYS diusahakan mempunyai tahanan kapal yang rendah
CFD. bila kapal bergerak diatas air. Sistem propulsor
kapal / pendorong, mesin penggerak dan lambung
1.3. Tujuan kapal harus dirancang yang paling efisien, yaitu
jumlah energi yang diperlukan untuk propulsi
Tujuan yang akan dicapai dalam skripsi ini ada dua kapal harus sekecil mungkin tapi harus mampu
macam,yaitu : memenuhi kecepatan kapal saat dirancang. Dengan
♣ Mendapatkan solusi tepat untuk menggunakan metode Van Oortmeersen yang
mengoptimalkan kecepatan kapal dengan terdapat pada program Maxsurf 11.12 untuk
dasar pertimbangan waktu dan segi ekonomis. menghitung besarnya tahanan kapal. Secara
♣ Mengetahui pengaruh perubahan variasi sederhana tahanan total kapal dapat diperoleh
pitch propeller terhadap kecepatan kapal dari dengan persamaan, sebagai berikut :
hasil running CFD.
RT = α x VS2 ….. (1)
1.4. Manfaat
dengan nilai
Manfaat dari penelitian skripsi ini diharapkan
mampu meningkatkan kecepatan SPOB (Self α = 0,5 x ρ x CT x S ….. (2)
Propelled Oil Barge) Petro Ocean III, sehingga
kapal dapat beroperasi dengan desain yang sudah dimana
direncanakan dan mampu bersaing dengan para ρ adalah massa jenis fluida (Kg/m3)
pesaingnya. CT adalah koefisien tahanan total kapal
S merupakan luas permukaan basah dari badan
kapal (m2 ).

2
Dimana :
ρ = massa jenis fluida ( Fluid Density )
D = diameter propeller
n = putaran propeller
Va = advanced speed
T = thrust propeler
Q = torque propeler

setelah menyeleksi propeler, diagram dari open


water dapat dipakai untuk menerjemahkan
Gambar 2- Kurva karakteristik tahanan kapal karakteristik tahanan kapal ke dalamkarakteristik
terhadap kecepatan kapal beban propeler.Oleh sebab itu, pada perkiraan
sebuah kurva tahanan dapat dikonversi sebagai
berikut:
2.2. Pitch Propeller
Tahanan kapal ditentukan oleh rumus :
Pitch propeller adalah jarak translasi R = α V2
yang ditempuh oleh propeller dalam satu putaran.
Atau

R = 0.5 C f ρ S V s 2

Dengan nilai K = 0.5 C f


ρ S, sehingga dapat
ditulis :
2
R = K Vs ….. (6)
Dimana berhubungan juga bahwa :

R =T(1-t) dan Va = Vs(1-w) ….. (7)

Gambar 3- Fixed Pitch Propeller Sehingga :


2
 Va 
Propeller dengan langkah tetap (fixed T(1-t) = K  ….. (8)
pitch propeller, FPP) memiliki kelebihan torsi 1 − w 
yang dihasilkan tinggi, pemakaian bahan bakar didapat nilai T sebagai :
lebih ekonomis, noise atau getaran minimal, dan KVa 2
kavitasi minimal, biasanya di desain secara T= ….. (9)
individual sehingga memiliki karakteristik khusus (1 − t )(1 − w) 2
untuk kapal tertentu akan memiliki nilai effisiensi Dimana :
optimum. t = thrust deduction factor
Karakteristik beban propeler dapat w = wake factor
ditampilkan dengan grafik oleh beberapa koefisien
dalam bentuk ukuran. Diagram memberikan Torque sesuai karakteristik propeler, nilai thrust adalah :
dan Thrust sebagai fungsi kecepatan. Karakteristik T = K T ρ n2 D4 ….. (10)
propeler terdiri dari koefisien Thrust (KT), koefisien Sehingga :
torque (KQ), dan koefisien advanced (J). KVa 2
T K T ρ n2 D4 = ….. (11)
(K T ) = ….. (3) (1 − t )(1 − w) 2
ρn 2 D 4 2
Q KVa 2  Va 
KT =
(K Q ) =
ρn 2 D 5
….. (4) (1 − t )(1 − w) ρD  nD 
2 

Va Va
J= ….. (5) Jika advance koefisien J =
nD nD

3
Maka didapatkan :
KVa 2
KT = [J ]2 ….. (12)
(1 − t )(1 − w) ρD 2

Sekarang tahanan kapal dapat diberikan


sebagai hubungan KT dan J, dan saat hubungan
tersebut digambarkan pada diagram open water,
hubungannya dengan kurva KT akan memberikan
titik operasional dari advance koefisien propeler (J),
sehingga kita dapat menentukan koefisien torque
dan efisiensi open water.

2.3. Rasio Pitch Diameter


Gambar 5 – Torsi Engine vs Beban Propeller (Incorrect
Semakin tinggi rasio pitch, maka propeller akan Pitch)
menyerap tenaga semakin besar, pada suatu
putaran mesin yang tetap. Oleh karena itu, fungsi Jika matching point untuk pitch yang tepat adalah
rasio pitch diameter ini memiliki kesamaan dengan pada titik operasi {P}, maka kondisi pitch yang
roda gigi. Seringkali diperoleh efisiensi yang lebih tidak tepat untuk kurva beban propeller terjadi
baik, dengan menaikkan rasio pitch diameter. seperti kurva dan kurva. Kurva menunjukkan
karakteristik beban propeller untuk kondisi pitch
yang terlalu rendah (light propeller load),
sedangkan kurva menunjukkan karakteristik
beban propeller untuk kondisi pitch yang terlalu
tinggi (heavy propeller). Dari Gambar 5 terlihat
bahwa ketika beban propeller bertambah ( heavy
propeller) akibat pitch yang terlalu tinggi, maka
trend beban cenderung bergeser naik. Kemudian
titik potong kurva beban propeller tersebut
dengan kurva maximum engine torque, cenderung
bergeser sedemikian hingga putaran engine turun
hingga titik N . Kondisi seperti ini adalah
sangat tidak menguntungkan untuk operasi
Gambar 4- Jarak pitch propeller dalam satu engine, seakan-akan engine beroperasi dalam
putaran kondisi over load. Demikian juga sebaliknya,
ketika beban propeller lebih ringan akibat
2.4. Pemilihan Pitch Propeller yang Kurang pengambilan pitch yang terlalu rendah. Maka
Tepat beban propeller yang terjadi akan bergeser turun,
sehingga putaran engine akan naik hingga N.
Pada keadaan dimana terjadi kesalahan Kondisi ini pun tentunya akan merusak engine,
dalam penentuan Pitch dari propeller pada sistem karena engine seakan-akan beroperasi dalam
propulsi kapal, maka hal ini juga akan memberikan kondisi over speed.
dampak pada operasional motor penggerak kapal.
Salah satu indikasi yang sangat tampak, adalah 2.5. Computational Fluid Dynamic
pada harga engine speed yang dicapai oleh motor
penggerak kapal saat dioperasikan. Hal ini seperti Program CFD yang digunakan disini adalah
yang ditunjukkan pada Gambar 3. sebagai alat bantu pemodelan atas konfigurasi
propeller yang akan dianalisa. Selanjutnya
dilakukan modifikasi bentuk atau variasi pada
pitch propeller. Pada step ini akan ditampilkan
hasil perhitungan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya. Hasil perhitungan dapat dilihat berupa
4
data numerik dan data visualisasi aliran fluida pada plot koordinat blade propeller B4-55 secara 3
model. dimensi :
Data numerik yang dapat ditampilkan oleh post
proccesor adalah sebagai berikut :
• Data export
• Quantitative calculation
Dan data visualisasi model yang dapat ditampilkan
oleh post procesor adalah sebagai berikut :
• Gambar geometry model
• Gambar surface sifat fluida
• Animasi aliran fluida
• Tampilan vektor kecepatan
• Gerakan rotasi translasi
• Arah aliran fluida
• Hardcopy output
Dalam proses set up dan running simulasi
CFD, ada tahapan identifikasi dan formulasi Gambar 6 – Koordinat blade propeller
permasalahan aliran dengan pertimbangan
fenomena fisika dan kimia. Pemahaman yang cukup Setelah koordinat-koordinat tersebut
baik diperlukan dalam menyelesaikan algoritma dihubungkan satu dengan yang lain dengan
penyelesaian numerik. Ada tiga konsep matematik menggunakan line, lakukan surface pada blade
yang digunakan dalam menentukan berhasil atau propeller tersebut dengan 2 bagian berbeda, yaitu
tidaknya algoritma (AEA technology dalam Deby, face dan back. Untuk menyempurnakan bentuk
2007) yaitu : modelnya, maka jumlah blade dilengkapi sesuai
1. Konvergensi, yaitu properti metode dengan jumlah blade propeller pada kapal, yaitu
numerik untuk menghasilkan penyelesaian B-series dengan 4 blade. Hal ini dilakukan dengan
exacta sebagai grid spacing, ukuran kontrol menggunakan transformation tool- rotate, dengan
volume atau ukuran elemen dikurangi sudut putar 90 derajat. Lalu membuat poros diikuti
mendekati nol. Konvergensi biasanya sulit dengan pembuatan wall sebagai domain saat
didapatkan secara teoritis. Untuk kondisi melakukan running.
lapangan kesamaan lax yang menyatakan (a)
bahwa untuk persamaan linear memerlukan
konvergensi.
2. Konsistensi, yaitu urutan numerik untuk
menghasilkan sistem persamaan aljabar
yang dapat diperlihatkan sama (ekuivalen)
dengan persamaan pengendali sebagai jarak
grid mendekati nol.
3. Stabilitas, yaitu penggunan faktor
kesalahan sebagai indikasi metode
numerik. Jika sebuah teknik tidak stabil (b)
dalam setiap kesalahan pembuatan path
data awal maka dapat menyebabkan osilasi
dan divergensi.

3. Hasil Analisa

Langkah awal yang dilakukan pada saat membuat


permodelan adalah menge-plotkan koordinat yang
telah didapat dari studi literature yang ada, yaitu
propeller B4-55. Di bawah ini adalah hasil dari

5
Gambar 7 – (a) Geometri propeller yang akan di Dari pengamatan dan running yang telah
meshing (b) Model siap running dilakukan, didapatkan nilai-nilai yang selanjutnya
Berikut ini adalah hasil analisa dari permodelan dikalkulasikan untuk mendapatkan nilai thrust .
yang dibuat : Dan hasil tersebut dapat dilihat pada grafik di atas,
dimana pada putaran propeller tetap (6 rps) dan
pitch propeller yang bervariasi yaitu 0,4, 0,6 dan
0,8 dan rake 15° didapat nilai thrust yang semakin
menurun dan berbanding terbalik dengan nilai J
(koefisien advanced baling-baling).
Grafik 2 Grafik KT-10 KQ-J pada tiap-tiap
variasi pitch

Gambar 8 – Gambar kontur pada blade pitch 0,8

Gambar di atas merupakan gambar


kontur yang didapat dari hasil running blade
propeller pada pitch propeller 0,8 dengan sudut
rake 15°. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan warna antara satu daerah
dengan daerah sekitarnya pada blade
propeller, Daerah face merupakan daerah yang
terkena aliran air dengan tekanan terbesar sehingga
ujung (tip blade) berputar. Sedangkan daerah yang
berwarna merah menunjukkan daerah dengan
pengaruh pressure yang lebih rendah daripada
tekanan yang terjadi pada bagian face tadi. Dari
hasil tersebut dapat kita lihat perbedaan kontur
pada blade dan daerah sekitar blade.

Grafik 1 Grafik Perbandingan T(Thrust)


dengan J (Koefisien advanced baling-baling)

6
Fluida Dengan Metode CFD, Skripsi, Jurusan
Teknik Sistem Perkapalan, ITS, Surabaya. 2011
[5] Carlton, J.S.(2007) Marine Propeller and
Propulsion Second Edition, Elseiver, USA.
[6] Dave, Gerr, 2001, The Propeller Handbook:
The Complete Reference for Choosing, Installing,
and Understanding Boat Propellers, McGraw-Hill
Professional.
[7] http://www.bblades.com/info/props101.cfm
[8] Lewis, Edward V. Principle of Naval
Architecture. Second Revision. Vol II. Resistance,
Propulsion and vibration. Published by SNAME.
601 Pavonia Avenue,Jersey City, NJ
[9] S. Budhi. Studi kinerja kapal KM Mantis Untuk
pukat udang ganda kembar. Skripsi, Jurusan
Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro
Semarang. 2010

4. Kesimpulan

Pengaruh variasi pitch propeller terhadap


kecepatan kapal didapatkan nilai thrust yang
menurun dan berbanding lurus dengan nilai torsi
yang dihasilkan. Dimana dibutuhkan thrust dan
torsi yang lebih kecil untuk menghasilkan
kecepatan yang lebih tinggi. Semakin rendah nilai
thrust dan torsi yang didapatkan, misalnya pada
pitch 1,0, dengan nilai thrust 50,16 kN dan torsi
sebesar 24,59 kN ternyata mampu menggerakkan
kapal sampai pada kecepatan 9,02 knots.
Dibandingkan pada pitch 0,4 dengan thrust dan
torsi yang paling besar diantara pitch lainnya, yaitu
thrust 124,12 kN dan torsi 26,29 ternyata tidak
didapatkan kecepatan kapal yang diinginkan.

Daftar Pustaka

[1] Adji, S.W. Engine Propeller Matching,


Surabaya
[2] Adji S.W, (2006), Pengenalan sistem propulsi
kapal, Surabaya, ITS.
[3] Arifin, M. Danil. Analisa Kavitasi Terhadap
Perubahan Kerja Pitch dan Jumlah Blade Pada
CPP, Skripsi, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,
ITS, Surabaya. 2010
[4] Ati, W.C. Analisa Pengaruh Variasi Sudut Rake
Propeller B-Series Terhadap Distribusi Aliran

Anda mungkin juga menyukai