Anda di halaman 1dari 58

SKRIPSI

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA
KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA

ERIEK KURNIAWAN KOE

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
SKRIPSI

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA
KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA

sebagai salah satu persyaratan untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

ERIEK KURNIAWAN KOE


A31111279

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
SKRIPSI

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA
KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA

disusun dan diajukan oleh

ERIEK KURNIAWAN KOE


A31111279

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 11 Juli 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Yulianus Sampe, Ak., M.Si., CA Dr. Grace T. Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA
NIP 195607221987021001 NIP 196601101992031001

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP 19650925 199002 2 001

iii
SKRIPSI

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


MENURUT PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA
KLASIS MAKASSAR JEMAAT TAMALANREA

disusun dan diajukan oleh

ERIEK KURNIAWAN KOE


A31111279

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi


pada tanggal 28 September 2017 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,
Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Drs. Yulianus Sampe, Ak., M.Si., CA Ketua 1……………..

2. Dr. Grace Theresia Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA Sekretaris 2……………..

3. Dr. Yohanis Rura, SE., M.SA., Ak., CA Anggota 3……………..

4. Drs. Syahrir, M.Si, Ak., CA Anggota 4……………..

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP 19650925 199002 2 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Eriek Kurniawan Koe

NIM : A31111279

departemen/program studi : Akuntansi/Strata 1

dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Menurut PSAK 45


pada Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memeroleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 24 Juni 2017

Yang membuat pernyataan,

Eriek Kurniawan Koe

v
PRAKATA

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti berhasil merampungkan
penelitian ini menjadi sebuah skripsi. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Drs. Yulianus
Sampe, Ak., M.Si., CA, dan Ibu Dr. Grace T. Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA, selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan
arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada pihak pengurus Gereja
Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea atas izinnya dalam melakukan
penelitian dan kerja sama yang baik dalam proses pembuatan skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada orang-orang terdekat dan terkasih
dari peneliti. Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Sandy Kurniawan
dan Ivana Loa atas segala doa dan kasih sayang yang tiada pernah henti
tercurah. Terima kasih peneliti ucapkan kepada pihak-pihak lain yang senantiasa
memberikan motivasi, nasihat dan semangat sehingga peneliti dapat
merampungkan skripsi ini. Terima kasih semuanya.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang
membangun sangat peneliti harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti maupun pembaca

Makassar, 24 Juni 2017

Peneliti

vi
ABSTRAK

EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT


PSAK 45 PADA GEREJA TORAJA KLASIS MAKASSAR
JEMAAT TAMALANREA

EVALUATION OF PSAK 45 IN THE PREPARATION OF FINANCIAL


STATEMENT AT GEREJA TORAJA KLASIS MAKASSAR
JEMAAT TAMALANREA

Eriek Kurniawan
Yulianus Sampe
Grace T.Pontoh

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan PSAK No.45 pada


penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba. Penelitian dilakukan di
organisasi nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan yaitu Gereja Toraja
Jemaat Tamalanrea Klasis Makassar. Penelitian ini menggunakan sumber data
sekunder berupa dokumen-dokumen yang berasal dari gereja yaitu laporan
keuangan, sejarah gereja, struktur organisasi, tata gereja dan peraturan-
peraturan khusus Gereja Toraja. Metode Penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif–komparatif yang membandingkan dan menganalisis laporan
keuangan organisasi dengan laporan keuangan yang diatur dalam PSAK No.45.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa PSAK No.45 belum diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan di Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea Klasis
Makassar.

Kata kunci : PSAK No.45, Laporan Keuangan, Organisasi Nirlaba

This study aims to evaluate the application of PSAK No.45 on the preparation of
the non-profit organization's financial statements. The study was conducted at
Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea Klasis Makassar, a non-profit organization
engaged in the field of religious. This study uses secondary data sources in the
form of documents derived from the church such as financial statements, church
history, organizational structure, and special regulations of the toraja church. This
study used a descriptive-comparative method that compares and analyzes the
financial statements of the organization with the financial statements set out in
PSAK No.45. The results of the study show that PSAK No.45 has not been
applied in the preparation of financial statements of Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea Klasis Makassar.

Keywords : PSAK No.45, Financial Statements, Non-Profit Organization

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ v
PRAKATA ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ... ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................. 4
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6


2.1. Organisasi Nirlaba ...................................................................... 6
2.1.1 Definisi Organisasi Nirlaba ................................................. 6
2.1.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba ......................................... 6
2.1.3 Klasifikasi Organisasi Nirlaba ............................................ 7
2.2. Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba .................................... 8
2.2.1 Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba ................................ 8
2.2.2 Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba .............................. 10
2.3. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba ....................................... 11
2.3.1 Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan
Organisasi Nirlaba ............................................................. 11
2.3.2 Jenis Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba ..................... 12
2.4. Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK 45 ...... 14
2.4.1 Laporan Posisi Keuangan .................................................. 15
2.4.2 Laporan Aktivitas ............................................................... 19
2.4.3 Laporan Arus Kas .............................................................. 22
2.4.4 Catatan Atas Laporan Keuangan ....................................... 24
2.5. Tinjauan Empirik ........................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 31


3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 31
3.2 Lokasi Peneliti ............................................................................ 31
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 32
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 32

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 34
4.1. Gambaran Umum Organisasi ..................................................... 34
4.2. Analisis Penyusunan Laporan Keuangan yang diterapkan
di Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea ............... 35
4.3. Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Gereja Toraja
Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea menurut PSAK 45 ............ 37
4.3.1 Analisis Perlakuan Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas .............................................................. 39
4.3.2 Analisis Perlakuan Akuntansi untuk Aset Tetap ................ 56
4.3.3 Analisis Perlakuan Akuntansi untuk Penyusutan .............. 61
4.3.4 Penyusunan Laporan Posisi Keuangan Gereja
Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea
menurut PSAK 45............................................................. 63
4.3.5 Penyusunan Laporan Aktivitas Gereja Toraja Klasis
Makassar Jemaat Tamalanrea menurut PSAK 45 ............ 66
4.3.6 Penyusunan Laporan Arus Kas Gereja Toraja Klasis
Makassar Jemaat Tamalanrea menurut PSAK 45 ............ 68
4.3.7 Catatan Atas Laporan Keuangan Gereja Toraja
Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea menurut
PSAK 45 .......................................................................... 69
4.4. Implikasi Penerapan PSAK 45 Terhadap Penyusunan
Laporan Keuangan pada Gereja Toraja Klasis Makassar
Jemaat Tamalanrea .................................................................... 72

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 73


5.1. Kesimpulan ................................................................................ 73
5.2. Saran ......................................................................................... 74
5.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 75

LAMPIRAN ...................................................................................................... 77

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Contoh Laporan Posisi Keuangan menurut PSAK No.45 .................. 18

2.2 Contoh Laporan Aktivitas menurut PSAK No.45 ............................... 21

2.3 Contoh Laporan Arus Kas menurut PSAK No.45 .............................. 23

2.4 Contoh Catatan Atas Laporan Keuangan menurut PSAK No.45 ....... 25

4.1 Daftar Kode Akun .............................................................................. 38

4.2 Jurnal Penerimaan Kas ........................................................................40

4.3 Jurnal Pengeluaran Kas .......................................................................43

4.4 Daftar Aset Tetap Gereja Toraja Klasis Makassar


Jemaat Tamalanrea .............................................................................57

4.5 Daftar Inventaris Gereja Toraja Klasis Makassar


Jemaat Tamalanrea .............................................................................61

4.6 Daftar Supplies Gereja Toraja Klasis Makassar


Jemaat Tamalanrea .............................................................................65

4.7 Laporan Posisi Keuangan Gereja Toraja Klasis Makassar


Jemaat Tamalanrea menurut PSAK 45 ...............................................67

4.8 Laporan Aktivitas Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat


Tamalanrea menurut PSAK 45 ............................................................68

4.9 Laporan Arus Kas Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat


Tamalanrea menurut PSAK 45 ............................................................63

4.10 Catatan Atas Laporan Keuangan Keuangan Gereja Toraja


Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea menurut PSAK 45 ....................69

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Biodata .............................................................................................. 77

2 Peta Teori .......................................................................................... 78

3 Laporan Keuangan Gereja Toraja Klasis Makassar


Jemaat Tamalanrea ........................................................................... 80

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntabilitas bagi setiap organisasi baik organisasi bisnis maupun

organisasi nirlaba non pemerintah seperti organisasi gereja sangat dibutuhkan.

Akuntabilitas adalah salah satu unsur dari pelaksanaan Good Governance yang

harus dicermati oleh setiap organisasi agar dipercaya stakeholder (Mardiasmo,

2009:18). Organisasi gereja merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba

dalam bidang keagamaan yang mewujudkan akuntabilitas keuangannya melalui

pelaporan keuangan. Organisasi nirlaba didirikan dengan tujuan untuk pelayanan

publik secara umum (Mardiasmo, 2009:8).

Organisasi nirlaba juga membutuhkan informasi akuntansi seperti halnya

organisasi yang bertujuan mencari laba. Walapun organisasi semacam ini tidak

mencari laba, namun mereka tetap berurusan dengan keuangan karena mereka

harus mempunyai anggaran, membayar biaya operasional serta urusan-urusan

keuangan lainnya. Semua hal tersebut berkaitan dengan akuntansi. Informasi

akuntansi seperti itu dapat diperoleh melalui laporan keuangan. Namun, Laporan

keuangan organisasi nirlaba berbeda dengan laporan keuangan organisasi bisnis

pada umumnya. Salah satu perbedaanya terletak pada bentuk laporan

keuangan. Tetapi selama ini tidak banyak orang yang tahu bagaimana bentuk

laporan keuangan organisasi nirlaba seperti gereja ataupun organisasi nirlaba

lainnya. Seringkali, muncul anggapan bahwa yang namanya laporan keuangan di

setiap organisasi, baik organisasi laba maupun nirlaba intinya sama.

Noer (2010) menyatakan organisasi nirlaba di Indonesia saat ini masih

cenderung menekankan pada prioritas kualitas program dan tidak terlalu


1
2

memperhatikan pentingnya sistem pelaporan keuangan. Padahal sistem

pengelolaan keuangan yang baik diyakini merupakan salah satu indikator utama

akuntabilitas dan transparansi sebuah lembaga. Pengetahuan dari staff

keuangan mengenai pengelolaan keuangan organisasi nirlaba masih sangat

minimal padahal untuk membangun sistem pengelolaan keuangan yang handal

dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup.

Keterbukaan laporan keuangan organisasi nirlaba sangatlah penting sebagai

bentuk pertanggungjawaban dari dana yang dikelola oleh organisasi nirlaba

tersebut. Akuntabilitas secara financial merupakan bentuk pertanggungjawaban

yang mengacu pada kepada siapa organisasi (individu) bertanggungjawab dan

untuk apa organisasi (individu) bertanggungjawab (Mardiasmo, 2009:20).

Pada dimensi teologi, akuntabilitas oleh Yesus ditekankan akan kesetiaan

dan kejujuran dalam mengurus segala sesuatu secara benar dan jujur termasuk

hal keuangan. Yesus dalam Lukas 16:10-12 mengatakan:

Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara
besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga
dalam perkara-perkara besar jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak
jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta sesungguhnya? Dan jikalau
kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartanya
sendiri kepadamu?

Hal itu berarti kesetiaan dan kejujuran menjadi unsur yang harus dimiliki setiap

pengelola organisasi yang menjadi penggerak cikal bakal akuntabilitas dan

menjadi komitmen dalam ajaran kristiani. Gereja sebagai lembaga yang menjadi

citra kehadiran Yesus di dunia seharusnya melaksanakan prinsip-prinsip

akuntabilitas (Pasoloran, 2014). Mardiasmo (2009:159) menambahkan bahwa

akuntabilitas menyangkut pertanggungjawaban dalam melakukan pengelolaan

transaksi keuangan dalam memberi informasi akuntansi yang berupa laporan

keuangan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban manajemen

kepada pihak di luar perusahaan atas posisi keuangan dan hasil operasi
3

perusahaan selama suatu periode tertentu. Laporan pertanggungjawaban

keuangan bisa menjadi sarana yang konkret untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan. Laporan keuangan juga membantu jemaat

untuk lebih mengetahui keadaan keuangan Gereja.

Oleh karena itu, gereja memerlukan akuntansi sebagai alat bantu dalam

pengelolaan, perencanaan dan pengawasan keuangan. Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) telah mengakomodir hal tersebut dengan menerbitkan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 (PSAK 45) tentang Pelaporan

Keuangan Entitas Nirlaba. PSAK 45 memberikan panduan bagi organisasi

nirlaba untuk membuat laporan keuangan yang wajar serta transparan mengenai

masuknya kas serta keluarnya kas untuk mendanai kegiatan operasional

organisasi nirlaba. Bastian (2007b:73) menambahkan dengan menggunakan

standar pelaporan yang berlaku dalam menyusun laporan keuangan suatu

organisasi nirlaba, maka laporan keuangan organisasi tersebut akan lebih mudah

dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.

Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea adalah sebuah

organisasi nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan yang berada di kota

Makassar. Organisasi gereja ini dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba

karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai

aktivitas operasinya dari persembahan para anggota (jemaat) dan para

penyumbang lain yang tidak mengharapkan pembayaran dalam bentuk apapun

dari gereja tersebut. Gereja ini secara berkala menerbitkan laporan berdasarkan

Pedoman Pengelolaan Keuangan Gereja. Laporan keuangan gereja hanya terdiri

dari Penerimaan, pengeluaran, anggaran, dan realisasi. Laporan keuangan

gereja semacam ini kurang komprehensif. Laporan keuangan hanya

menunjukkan arus kas dan tidak melaporan aset gereja. Dibutuhkan standarisasi
4

pelaporan keuangan yang menunjukkan laporan posisi keuangan dan laporan

aktivitas pelayanan. Meskipun organisasi ini tidak bersifat material yaitu tidak

mencari keuntungan melainkan bersifat sosial tetapi pencatatan, pengukuran,

dan pelaporan yang sesuai dengan standar yang berlaku umum diperlukan untuk

memberikan informasi, serta menilai kinerja organisasi. Oleh karena itu, untuk

memberikan laporan keuangan yang wajar serta transparan maka pihak

keuangan gereja sebaiknya menerapkan pelaporan keuangan berdasarkan

PSAK 45 yang mengatur mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan

PSAK 45 dalam penyusunan laporan keuangan Gereja Toraja Klasis Makassar

Jemaat Tamalanrea.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan PSAK 45

dalam penyusunan laporan keuangan Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat

Tamalanrea.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoretis. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi pada pengembangan teori yang berkaitan dengan standar

akuntansi pada organisasi nirlaba.

2. Kegunaan Praktis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna

sebagai referensi bagi Gereja Toraja dalam penyusunan laporan keuangan

yang lebih baik serta diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.
5

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini merujuk pada Pedoman Penulisan

Skripsi (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2012). Dalam penulisan skripsi nantinya

akan terdiri dari enam bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian, Gambaran Umum Organisasi, Hasil Penelitian, dan Penutup dengan

uraian sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan. Bab I ini menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka. Bab II ini menguraikan landasan teori

yang dimanfaatkan sebagai pemandu untuk memecahkan masalah terkait

penerapan PSAK 45 serta terdapat tinjauan terhadap penelitian terdahulu.

Bab III merupakan metode penelitian. Bab III ini menguraikan metode dan

langkah-langkah secara operasional yang menyangkut rancangan penelitian,

lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab IV merupakan gambaran umum organisasi. Bab ini berisi sejarah, visi

dan misi organisasi, struktur organisasi, kegiatan organisasi, dan perlakuan

akuntansi terhadap penyajian laporan keuangan organisasi.

Bab V merupakan hasil penelitian. Bab ini menjelaskan analisis dan

pembahasan tentang peluang penerapan PSAK 45 pada laporan keuangan

organisasi. Pada bab ini akan memberikan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Bab VI merupakan penutup. Dalam bab ini memuat kesimpulan-

kesimpulan yang sesuai dengan pembahasan dan analisa pada bab-bab

sebelumnya dari serangkaian pembahasan, dan saran-saran yang dapat

disampaikan.
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organisasi Nirlaba

2.1.1 Definisi Organisasi Nirlaba

Entitas Nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang

tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang

sebanding dengan sumber daya yang diberikan (IAI, 2011:45.1). Pahala

Nainggolan (2005:1) menyatakan bahwa organisasi nirlaba didirikan bukan untuk

mencari laba semata walaupun dalam perjalanannya membutuhkan dana.

Nordiawan (2006:1) menggambarkan organisasi sektor publik (nirlaba)

sebagai berikut.

Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki


keunikan tersendiri. Disebut sebagai entitas ekonomi karena memiliki sumber
daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan sangat besar. Organisasi
sektor publik juga melakukan transaksi ekonomi dan keuangan. Tetapi, berbeda
dengan entitas ekonomi yang lain, khususnya perusahaan komersial yang
mencari laba, sumber daya ekonomi organisasi sektor publik tidak untuk tujuan
mencari laba (nirlaba).

Organisasi nirlaba didefinisikan oleh Bastian (2007a:3) sebagai berikut.

Organisasi yang menggunakan dana masyarakat, seperti: Organisasi Pemerintah


Pusat, Organisasi Pemerintah Daerah, Organisasi Partai Politik dan Lembaga
Swadaya Masyarakat, Organisasi Yayasan, Organisasi Pendidikan dan
Kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dan sekolah), Organisasi Tempat
Peribadatan (masjid, gereja, vihara, kuil).

2.1.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba

IAI (2011:45.2) mengemukakan suatu entitas dapat dikelompokan

sebagai entitas nirlaba bila memenuhi, kriteria sebagai berikut.

1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para pemberi sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada
para pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut.
6
7

3. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau
ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.

Nordiawan (2006:2) menambahkan karakteristik umum sebuah organisasi nirlaba

adalah sebagai berikut.

a. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial.


b. Dimiliki secara kolektif oleh publik.
c. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang
dapat diperjualbelikan.
d. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan
pada konsensus.

Karakteristik yang membedakan organisasi nirlaba dengan organisasi bisnis

pada umumnya tercantum dalam Statement of Financial Accounting Concept

(SFAC) No.4 di dalam (Harry I. Wolk dll, 2013:239) yang meliputi.

1. Receipts of significant amounts of resources from resource providers who do


not except receive either repayment or economic benefits proportionate to
the resource provided.
2. Operating purposes that are other than to provide goods or services at a
profit or profit equivalent, and
3. Absence of defined ownership interests that can be sold, transferred, or
redeemed, or that convey entitlement to a share of a residual distribution of
resources in the event of liquidation of the organization.

Berdasarkan karakteristik tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan

mengenai perbedaan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba, sehingga

dapat lebih memperjelas tentang batasan pemisahan antara organisasi nirlaba

dengan organisasi laba.

2.1.3 Klasifikasi Organisasi Nirlaba

Rosenbaum (1996:15) sebagaimana dibahasakan oleh Nordiawan

(2006:4) mengemukakan klasifikasi organisasi berdasarkan sumber dana yaitu.

a. Komersial, yaitu organisasi yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari
kegiatannya
b. Pemerintahan, yaitu organisasi yang dibiayai oleh masyarakat lewat pajak
dan retribusi
c. Organisasi Nirlaba, yaitu organisasi yang dibiayai oleh masyarakat lewat
donasi atau sumbangan
8

Pengategorian lain menurut Priyono (1996:30) di dalam Nordiawan (2006:4)

tentang organisasi nirlaba di Indonesia membaginya menjadi empat golongan

besar sebagai berikut.

1. Lembaga keagamaan termasuk lembaga yang bergerak dibidang


keagamaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah.
2. Organisasi kesejahteraan sosial seperti BKKBN (Badan Koordinasi Kegiatan
Kesejahteraan Nasional).
3. Organisasi kemasyarakatan termasuk dalam golongan ini adalah organisasi
sosial yang berdasarkan profesi seperti Organisasi Keluarga Berencana
Indonesia.
4. Lembaga swadaya masyarakat mencakup yayasan-yayasan amal dan
filantropis, asosiasi kepentingan khusus.

Bastian (2007b:216) menyatakan bahwa menilik dari apa yang timbul pada

organisasi keagamaan, organisasi pada lembaga peribadatan dapat

dikategorikan ke dalam organisasi nirlaba. Hal ini disebabkan oleh gerak dan

orientasi organisasi pada organisasi keagamaan seirama dengan organisasi

yang berjenis nirlaba. Kebanyakan organisasi nirlaba menggunakan beberapa

parameter tunggal sebagai ukuran keberhasilannya, seperti jumlah sumbangan

dana yang diperoleh, pertumbuhan jumlah anggota, jumlah pengunjung, jumlah

orang yang dilayani, dan biaya overhead yang mampu diminimalisasikannya.

2.2 Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba

2.2.1 Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba

IAI (2011:45.1) menerangkan bahwa standar akuntansi keuangan

merupakan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.

Standar akuntansi keuangan memuat konsep standar dan metode yang

dinyatakan sebagai pedoman umum dalam praktik akuntansi perusahaan dalam

lingkungan tertentu. Standar ini dapat diterapkan sepanjang masih relevan

dengan keadaan perusahaan yang bersangkutan. Akuntansi Keuangan di

Indonesia disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yaitu IAI. Indonesia
9

juga telah memiliki Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan yang merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian

laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Jika terdapat pertentangan

antara kerangka dasar dan Standar Akuntansi Keuangan maka ketentuan

Standar Akuntansi Keuangan yang harus diunggulkan relatif terhadap kerangka

dasar ini. Karena kerangka dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Komite

Penyusun Standar Akuntansi Keuangan dalam mengembangkan standar

akuntansi keuangan di masa datang dan dalam peninjauan kembali terhadap

standar akuntansi keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus konflik

tersebut akan berkurang dengan berjalannya.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 merupakan standar khusus

untuk entitas nirlaba. Karakteristik entitas nirlaba sangat berbeda dengan entitas

bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara

entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan

berbagai aktivitas operasinya. Entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari

pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau

manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam entitas nirlaba timbul transaksi

tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam entitas bisnis,

contohnya penerimaan sumbangan.

Pada beberapa bentuk entitas nirlaba meskipun tidak ada kepemilikan,

entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan

operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya

pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran

kinerja yang penting bagi para pengguna laporan keuangan entitas tersebut,

seperti kreditur dan pemasok dan lainnya.


10

2.2.2 Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba

Dalam akuntansi terdapat metode pencatatan yang membedakan cara

pencatatan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan biaya

organisasi nirlaba secara signifikan. Adapun metode tersebut adalah.

1. Metode Basis Kas

Bastian (2007b:80) menyatakan bahwa basis kas (cash basis)

adalah teknik pencatatan yang mengakui pendapatan pada saat

diterimanya kas dan mengakui belanja atau biaya pada saat

dikeluarkannya kas. Adapun karakteristik cash basis adalah sebagai

berikut: (1) Mengukur aliran sumber kas; (2) Transaksi keuangan diakui

pada saat uang diterima/dibayarkan; (3) Menunjukkan ketaatan pada

batas anggaran belanja dan pada peraturan lain. Menghasilkan laporan

yang kurang komprehensif bagi pengambil keputusan.

2. Metode Basis Akrual

Bastian (2007b:80) menyatakan bahwa basis akrual (accrual

basis) adalah teknik pencatatan yang mengakui dan mencatat transaksi

atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan. Cara

pembukuan accrual basis membukukan pendapatan pada saat timbulnya

hak tanpa memperhatikan kapan penerimaan terjadi, sudah diterima

ataupun belum, serta membukukan pembelanjaan pada saat liabilitas

terjadi tanpa memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan, sudah

atau belum. Accrual basis akan mencakup pencatatan terhadap transaksi

yang terjadi di masa lalu dan berbagai hak dan liabilitas di masa yang

akan datang. Accrual basis akan mempunyai atau meliput semua aktivitas

dibandingkan dengan cash basis.


11

2.3 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

2.3.1 Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

IAI (2011:Pr.06) menyatakan bahwa tujuan utama dari pembuatan

laporan keuangan adalah “… menyediakan informasi yang relevan untuk

memenuhi kepentingan para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan

pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan

sumber daya bagi entitas nirlaba.” Secara lebih rinci dijelaskan pula bahwa

tujuan laporan keuangan entitas nirlaba, termasuk catatan atas laporan

keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:

1. jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba;
2. pengaruh transaksi, dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat asset
neto;
3. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antar keduanya;
4. cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh pada
likuiditasnya;
5. usaha jasa entitas nirlaba.

Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi

dalam suatu laporan keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan

keuangan yang lain.

Financial Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan

Statements of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan

laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial

reporting by nonbusiness organizations) sebagaimana dibahasakan Mardiasmo

(2009:167) menyatakan tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba sebagai

berikut.

a. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan


informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,
serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
b. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
12

pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya


untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta calon poemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer
organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggungjawab pengelolaan serta
aspek kinerja lainnya.
d. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut.
e. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai
usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat
menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
f. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi likuiditas organisasi.
g. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.3.2 Jenis Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

IAI melalui PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba

menerangkan bahwa laporan keuangan entitas nirlaba meliputi (2011:45.3).

1. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari neraca pada

laporan keuangan lembaga komersial. Laporan ini memberikan informasi

mengenai aset, liabilitas, dan aset neto serta informasi mengenai

hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Tujuan dari

dibuatnya laporan posisi keuangan adalah sebagai dasar penilaian

terhadap: (1) Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara

berkelanjutan; dan (2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan

memenuhi liabilitas, dan kebutuhan pendanaan eksternal. Laporan posisi

keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan harus

menyajikan total aset, liabilitas dan aset neto.


13

2. Laporan Aktivitas

Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat

permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam suatu periode. Tujuan

utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai: (1)

Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat

aset neto; (2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; (3) Bagaimana

penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau

jasa. Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan

menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat permanen, terikat

temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Perubahan aset neto

dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam

laporan posisi keuangan.

3. Laporan Arus Kas

Tujuan umum laporan arus kas adalah menyajikan informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

Laporan ini digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menggunakan arus tersebut. Penilaian penerimaan

dan pengeluaran kas didasari atas tiga macam aktivitas, yaitu: (1)

Aktivitas Operasional; (2) Aktivitas Investasi; (3) Aktivitas Pendanaan.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Merupakan bagian dari laporan keuangan yang tak terpisahkan

karena berisikan penjelasan-penjelasan rinci atas akun-akun dalam

laporan keuangan.
14

2.4 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK 45

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) mengenai

pelaporan keuangan entitas nirlaba bertujuan untuk mengatur pelaporan

keuangan entitas nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan

keuangan entitas nirlaba nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi,

dan memiliki daya banding yang tinggi (IAI, 2011:45.2). Pernyataan ini dapat

diterapkan oleh lembaga pemerintah dan unit sejenis lainnya sepanjang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan

keuangan untuk entitas nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan

aktivitas, Laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan

keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk entitas nirlaba

bisnis pada umumnya. Pernyataan ini menetapkan infomasi dasar tertentu yang

hams disajikan dalam laporan keuangan entitas nirlaba nirlaba. Pengaturan yang

tidak diatur dalam pemyataan standar akuntansi ini harus mengacu kepada SAK,

atau SAK ETAP untuk entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas publik signifikan

(IAI, 2011:45.3). Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam

PSAK 45 (IAI, 2011:45.3).

a. Pembatasan Permanen
Adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
pemberi sumber daya agar sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi
entitas nirlaba nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semuanya
penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya
tersebut.
b. Pembatasan Temporer
Adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali yang menetapkan agar
sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
c. Sumber Daya Terikat
Adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu
oleh oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali.
Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
15

d. Sumber Daya Tidak Terikat


Adalah sumber daya yang penggunaanya tidak dibatasi untuk tujuan
tertentu oleh oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali.

IAI (2011:45.3) menyebutkan bahwa “Laporan keuangan entitas nirlaba

nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan

aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan dan catatan atas

laporan keuangan.”

2.4.1 Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan menurut IAI (2011:Pr.10) “… menyediakan

informasi mengenai aset, liabilitas, dan aset neto dan informasi mengenai

hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.”

IAI (2011:45.Pr10) mengemukakan “informasi dalam laporan posisi

keuangan akan dipergunakan untuk menilai: (1) kemampuan entitas nirlaba

untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, (2) likuiditas, fleksibilitas

keuangan, kemampuan untuk memenuhi liabilitasnya dan kebutuhan pendanaan

eksternal”.

Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,

menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan,

dan hubungan antara aset dan liabilitas. Informasi tersebut umumnya disajikan

dengan pengumpulan aset dan liabilitas yang memiliki karakteristik serupa dan

suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, entitas nirlaba biasanya

melaporkan masing-masing kemampuan aset dalam kelompok yang homogen,

seperti yang disebutkan IAI (2011:Pr.12) yaitu:

a. kas dan setara kas


b. piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa lainnya
c. persediaan
d. sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka
e. surat berharga/efek dan investasi jangka panjang
f. tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa
16

Kas dan aset lain yang dibatasi penggunaannya oleh pemberi sumber daya

harus disajikan terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya.

Penyajian informasi likuiditas laporan posisi keuangan menurut IAI (2011:Pr.13)

diberikan dengan cara sebagai berikut: (1) menyajikan aset berdasarkan urutan

likuiditas, dan liabilitas berdasarkan tanggal jatuh tempo; (2) mengelompokkan

aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan liabilitas ke dalam jangka pendek dan

jangka panjang; (3) mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat

jatuh temponya liabilitas termasuk pembatasan penggunaan aset, dalam catatan

atas laporan keuangan.

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok

aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pembatasan oleh pemberi sumber

daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, yaitu terikat secara

permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat

dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara

menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas

laporan keuangan. Pembatasan permanen terhadap aset, seperti tanah atau

karya seni, yang diberikan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk

dijual atau aset yang diberikan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan

secara permanen dapat disajikan sebagai unsur yang terpisah dalam kelompok

aset neto yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam

catatan atas laporan keuangan. Pembatasan permanen kelompok kedua

tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi

(IAI, 2011:45.7).
17

Pembatasan temporer terhadap sumber daya berupa aktivitas operasi

tertentu, investasi untuk jangka waktu tertentu, penggunaan selama periode

tertentu dimasa depan, atau pemerolehan aset tetap dapat disajikan sebagai

unsur yang terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaannya dibatasi

secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Pembatasan temporer oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan

pembayaran kembali dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan

penggunaan, atau keduanya. Aset neto terikat umumnya meliputi pendapatan

dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi

dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap

penggunaan aset neto tidak terikat dapat berasal dari sifat entitas nirlaba.

Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan

atas laporan keuangan.


18

Tabel 2.1 Contoh Laporan Posisi Keuangan menurut PSAK 45

Entitas Nirlaba
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20X2 dan 20X1
(dalam Rp juta)

20X2 20X1
Aset:
Aset Lancar
Kas dan setara kas 188 1.150
Piutang bunga 5.325 4.175
Persediaan dan biaya dibayar di muka 1.525 2.500
Piutang lain-lain 7.562 6.750
Investasi lancar 3.500 2.500
Aset Tidak Lancar
Properti Investasi 13.025 11.400
Aset Tetap 154.250 158.975
Investasi jangka panjang 545.175 508.750
Jumlah Aset 730.550 696.200

Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek:
Utang dagang Rp 6.425 Rp 2.625
Pendapatan diterima di muka yang
dapat dikembalikan - 1.625
Utang lain-lain 2.187 3.250
Utang wesel 2.850
Liabilitas tahunan 4.213 4.250
Liabilitas Jangka Panjang 13.750 16.250
Jumlah Liabilitas 26.575 30.850

Aset Neto:
Tidak terikat 288.070 259.175
Terikat temporer (Catatan B) 60.855 63.675
Terikat permanen (Catatan C) 355.050 342.500
Jumlah Aset Neto 703.975 665.350
Jumlah Liabilitas dan
Aset Neto 730.550 696.200

Sumber:IAI (2011:45.13)
19

2.4.2 Laporan Aktivitas

Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan

menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset

neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam laporan

posisi keuangan. IAI (2011:Pr.19) menyebutkan bahwa:

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a)


pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto;
(b) hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; (c) bagaimana penggunaan
sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Informasi dalam
laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para pemberi sumber daya
yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak
lainnya untuk (1) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode; (2) menilai upaya,
kemampuan, dan kesinambungan entitas nirlaba dan memberikan jasa; dan (3)
menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Informasi yang disajikan dalam laporan aktivitas adalah.

a. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat

permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.

b. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset

neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh pemberi

sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, dan

menyajikan beban sebagai pengurang aset neto terikat.

c. Sumber daya disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat,

terikat permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidak

pembatasan. Dalam hal sumber daya terikat yang pembatasannya

tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai

sumber daya tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan

diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

d. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui

dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau
20

pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya

dibatasi.

e. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban bruto,

kecuali diatur berbeda oleh SAK lain atau SAK ETAP.

f. Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian

yang berasal dari transaksi isidental atau peristiwa lain yang berada di

luar pengendalian entitas nirlaba dan manajemen. Misalnya,

keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak

digunakan lagi.

g. Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan menyajikan

informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti

menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.

Ada tiga bentuk laporan aktivitas yang disajikan dimana setiap bentuk memiliki

keunggulan (IAI, 2011:45.14).

(1) Bentuk A menyajikan informasi dalam kolom tunggal. Bentuk A memudahkan


penyusunan laporan aktivitas komparatif
(2) Bentuk B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto, satu
kolom untuk setiap klasifikasi dengan tambahan satu kolom untuk jumlah.
Bentuk B menyajikan pembuktian dampak berakhirnya pembatasan pemberi
sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali aset tertentu
terhadap reklasifikasi aset neto. Bentuk B memungkinkan penyajian
informasi agregat mengenai sumbangan dan pengahasilan dari investasi
(3) Bentuk C menyajikan informasi dalam dua laporan ringkasan dari laporan
pendapatan, beban, dan perubahan terhadap aset neto tidak terikat disajikan
dalam laporan perubahan aset neto. Pendekatan bentuk C ini
menitikberatkan perhatian pada perubahan aset neto yang tidak terikat.
Bentuk ini sesuai untuk entitas nirlaba yang memandang aktivitas operasi
sebagai aktivitas yang terpisah dari penerimaan pendapatan terikat dari
sumbangan dan investasi.
21

Tabel 2.2 Contoh Laporan Aktivitas menurut PSAK 45

Entitas Nirlaba
Laporan Aktivitas
Untuk Tahun Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam Rp juta)
Perubahan Aset Neto Tidak Terikat:
Pendapatan :
Sumbangan 21.600
Jasa layanan 13.500
Penghasilan investasi Jangka panjang (Catatan E) 14.000
Penghasilan investasi lain-lain (Catatan E) 2.125
Penghasilan neto investasi jangka panjang belum direalisasi 20.570
Lain-lain 375
Jumlah 72.170
Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D):
Pemenuhan program pembatasan 29.975
Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan 3.750
Berakhirnya pembatasan waktu 3.125
Jumlah 36.850
Jumlah Pendapatan 109.020
Beban:
Program A 32.750
Program B 21.350
Program C 14.400
Manajemen dan umum 6.050
Pencarian dana 5.375
Jumlah Beban (Catatan F) 79.925
Kerugian akibat kebakaran 200
Jumlah Beban dan Kerugian 80.125
Kenaikan Aset Neto Tidak Terikat 28.895

Perubahan Aset Neto Terikat Temporer


Sumbangan 20.275
Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 6.450
Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari
investasi jangka panjang (Catatan E) 7.380
Kerugian aktuarial untuk liabilitas tahunan (75)
Aset neto terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) (36.850)
Penurunan Aset Neto Terikat Temporer (2.820)

Perubahan Dalam Aset Neto Terikat Permanen:


Sumbangan 700
Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 30 0
Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari
investasi jangka panjang (catatan E) 11.550
Kenaikan Aset Neto Terikat Permanen 12.550
Kenaikan Aset Neto 38.625
Aset Neto Pada Awal Tahun 665.350
Aset Neto Pada Akhir Tahun Rp703.975
Sumber:IAI (2011:45.15)
22

2.4.3 Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai

penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode (IAI, 2011:45.11).

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan berguna untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan

memungkinkan para pemakai mengembangkan modal untuk menilai dan

membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai

perusahaan. Laporan arus kas harus disajikan sesuai dengan PSAK 2 tentang

Laporan Arus Kas atau SAK ETAP Bab 7 dengan beberapa penambahan.

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan

diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus

kas untuk entitas nirlaba menurut IAI (2011:45.11) disajikan dengan

menambahkan hal berikut ini.

a. Aktivitas pendanaan:
(1) Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang;
(2) Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan
investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan,
pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana
abadi; dan
(3) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka
panjang.
b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan
nonkas, misalnya sumbangan berupa bangunan atau aset investasi
23

Tabel 2.3 Laporan Arus Kas menurut PSAK 45

Entitas Nirlaba
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 20X2
(dalam Rp juta)

Aktivitas Operasi:
Kas dari pendapatan jasa 13.050
Kas dari pemberi sumber daya 20.075
Kas dari piutang lain-lain 6.537
Bunga dan deviden yang diterima 21.425
Penerimaan lain-lain 375
Bunga yang dibayarkan (955)
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan suplier (59.520)
Hutang lain-lain yang dilunasi (1.063)
Kas neto yang (digunakan) untuk aktivitas operasi (75)

Aktivitas investasi:
Ganti rugi dari asuransi kebakaran 625
Pembelian peralatan (3.750)
Penerimaan dari penjualan investasi 190.250
Pembelian investasi (187.250)
Kas neto yang (digunakan) untuk aktivitas investasi (125)

Aktivitas Pendanaan:
Penerimaan dari kontribusi berbatas dari:
Investasi dalam endowment 500
Investasi dalam endowment berjangka 175
Investasi bangunan 3.025
Investasi perjanjian tahunan 500
4.200
Aktivitas pendanaan lain:
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi 750
Pembayaran liabilitas tahunan (363)
Pembayaran hutang wesel (2.850)
Pembayaran liabilitas jangka panjang (2.500)
(4.962)
Kas neto yang (digunakan) untuk aktivitas pendanaan (762)
(Penurunan) neto dalam kas dan setara kas (962)
Kas dan setara kas pada awal tahun 1.150

Kas dan setara kas pada akhir tahun 187


Sumber:IAI (2011:45.22)
24

2.4.4 Catatan atas Laporan Keuangan

IAI (2013:1.17) menerangkan bahwa catatan atas laporan keuangan

adalah suatu catatan yang mengungkapkan tentang: (1) Informasi tentang dasar

penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan

disajikan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; (2) Informasi yang

disajikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di

laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan laporan arus kas; (3) Informasi

tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam

rangka penyajian yang wajar.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

jumlah yang tertera dalam laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, dan

laporan arus kas serta informasi tambahan seperti liabilitas kontinjensi dan

komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam pernyataan standar

akuntansi keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan

untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

IAI (2013:1.18) mengemukakan juga catatan atas laporan keuangan

umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut :

a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang


diterapkan;
b. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai dengan urutan
sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan
penyajian komponen laporan keuangan.
c. Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan
keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non keuangan.
25

Tabel 2.4 Contoh Catatan Atas Laporan Keuangan menurut PSAK 45

Catatan Atas Laporan Keuangan


Ilustrasi Catatan A menguraikan kebijakan pengungkapan yang diwajibkan yang
menyebabkan Catatan B dan Catatan C wajib disajikan. Catatan D, E, dan F
menyediakan informasi yang dianjurkan untuk diungkapkan oleh entitas nirlaba nirlaba.
Semua jumlah dalam ribuan rupiah.

Catatan A (Wajib)
Entitas menyajikan hadiah atau wakaf berupa kas atau aset lain sebagai sumbangan
terikat jika hibah atau wakaf tersebut diterima dengan persyaratan yang membatasi
penggunaan aset tersebut. Jika pembatasan dari penyumbang telah kadaluwarsa, yaitu
pada saat masa pembatasan telah berakhir atau pembatasan tujuan telah dipenuhi, aset
neto terikat temporer digolongkan kembali menjadi aset neto tidak terikat dan disajikan
dalam laporan aktivitas sebagai aset neto yang dibebaskan dari pembatasan.

Entitas menyajikan hibah atau wakaf berupa tanah, bangunan, dan peralatan sebagai
sumbangan tidak terikat kecuali jika ada pembatasan yang secara eksplisit menyatakan
tujuan pemanfaatan aset tersebut dari penyumbang. Hibah atau wakaf untuk aset tetap
dengan pembatasan eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aset tersebut dan
sumbangan berupa kas atau aset lain yang harus digunakan untuk memperoleh aset
tetap disajikan sebagai sumbangan terikat. Jika tidak ada pembatasan eksplisit dari
pemberi pemberi sumbangan mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan aset
tetap tersebut, pembebasan pembatasan dilaporkan pada saat aset tetap tersebut
dimanfaatkan.

Sumber:IAI (2011:45.26)
26

Catatan B (Wajib)
Aktiva bersih terikat temporer untuk periode keuangan adalah sebagai berikut :
Aktivitas program A:
Pembelian peralatan Rp 7.650
Penelitian 10.640
Seminar dan publikasi 3.800
Aktivitas program B:
Perbaikan kerusakan peralatan 5.600
Seminar dan publikasi 5.395
Aktivitas program C:
Umum 7.420
Bangunan dan peralatan 5.375
Perjanjian perwalian tahunan 7.125
Untuk periode setelah 31 Desember 19X1 7.850
Rp 60.855

Catatan C (Wajib)
Aktiva bersih permanen dibatasi untuk:

Investasi tahunan, penghasilannya dibelanjakan untuk mendukung:

Aktivitas program A Rp 68.810

Aktivitas program B 34.155

Aktivitas program C 34.155

Kegiatan lain organisasi 204.930

Rp 342.050
Dana yang penghasilannya untuk ditambahkan pada
jumlah

Sumbangan mula-mula hingga mencapai nilai Rp 2.500 5.300

Polis asuransi kematian yang penerimaan ganti rugi asuransi atas

Kematian pihak yang diasuransikan tersedia untuk

Mendanai aktivitas umum 200

Tanah yang harus digunakan untuk area rekreasi 7.500

Rp 335.050

Sumber:IAI (2011:45.27)
27

Catatan D (Dianjurkan)
Aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan penyumbang melalui

Terjadinya beban tertentu atau terjadinya kondisi yang disyaratkan

Oleh penyumbang.

Tujuan pembatasan yang dicapai:

Beban program A Rp 14.500

Beban program B 11.500

Beban program C 3.975

Rp 29.975

Peralatan untuk program A yang dibelidan dimanfaatkan Rp 3.750

Pembatasan waktu yang telah dipenuhi:

Jangka waktu yang telah dipenuhi Rp 2.125

Kematian penyumbang tahunan 1.000

Rp 3.125

Rp 36.850

Catatan E (Dianjurkan)
Investasi dicatat sebesar nilai pasar atau nilai apraisal, dan penghasilan (atau kerugian)
yang telah terealisasiakan atau belum terealisasikan dapat dilihat dari laporan aktivitas.
Entitas menginvestasikan kelebihan kas di atas kebutuhan harian dalam investasi lancar.
Pada tanggal 31 Desember 20X2, Rp 1.400 diinvestasikan pada investasi lancar dan
menghasilkan Rp 850 per tahun. Sebagian besar investasi jangka panjang dibagi ke
dalam dua kelompok. Kelompok A adalah dana permanen dan tidak diwajibkan untuk
menaikkan nilai bersihnya. Kelompok B adalah jumlah yang oleh badan perwalian
ditujukan untuk investasi jangka panjang. Tabel berikut ini menunjukkan investasi jangka
panjang entitas.
Sumber:IAI (2011:45.28)
28

Tabel berikut ini menunjukkan investasi jangka panjang organisasi

Klpk A Klpk B Lain-lain Jumlah


Investasi awal tahun 410.000 82.000 16.750 508.750
Hibah tersedia utk inv.:
Utk dana permanen 500 200 700
Utk dana temporer 175 175
Utk dana perwalian thnan 500 500
Jumlah yang ditarik untuk
Penyumbang tahunan yang
Meninggal (1.000) (1.000)
Kembalian investasi (neto,
Setelah dikurangi
beban Rp937,5)
Dividen, bunga dan sewa 15.000 5.000 750 20.750
Penghasilan terealisasi &
Belum terealisasikan 30.000 9.500 39.500
Jlh kenaikan inv. 45.000 14.500 750 60.250
Jlh tersedia untuk operasi
Tahun berjalan (18.750) (5.000) (23.750)
Penghasilan dana
Perwalian utk tahun berjalan
Dan masa depan (450) (450)
Investasi akhir tahun 436.750 91.000 16.925 545.175

Komponen dalam setiap kelompok investasi dan kepemilikan investasi lain-lain pada
tanggal 31 Desember 19X1 disajikan dalam tabel berikut ini :
Klpk A Klpk B Lain-lain Jumlah
Aktiva bersih terikat permanen Rp342.050 5.500 347.550
Aktiva bersih terikat temporer 28.880 11.425 38.305
Aktiva bersih tidak terikat 67.820 91.500 159.320
Rp436.750 91.500 16.925 545.175
29

Badan perwalian menerapkan peraturan yang mensyaratkan dana endowment permanen


dinilasi sebesar nilai nyata atau daya beli kecuali penyumbang secara eksplisit
menyatakan penggunaan apresiasi neto yang yang disyaratkan. Untuk memenuhi tujuan
dana manajemen menetapkan bahwa apresiasi neto dipertahankan secara permanen
sebesar jumlah yang diperlukan sesuai untuk menyesuaikan nilai mata uang historis
dana sumbangan dengan menggunakan indeks harga konsumen. Setiap kelebihan di
atas dana abadi permanen dapat digunakan untuk tujuan lain yang telah digunakan.
Pada tahun 20X2, total kembalian investasi kelompok A adalah Rp 18.000 (10,6 persen),
dan dari jumlah tersebut Rp 4.620 ditahan secara permanen untuk mempertahankan nilai
nyata sumbangan tersebut. Sisanya sebesar Rp 13.380 tersedia untuk tujuan lain yang
telah ditentukan oleh dewan perwalian.

Catatan F (Dianjurkan)
Beban yang terjadi adalah

Manajemen Pencarian

Total A B C Umum Dana

Gaji,upah Rp37.787,5 18.500 9 750 4.312,5 2.825 2.400

Biaya lain-lain 11.875 5.187,5 1 875 4.812,5

Supplies dan perjalanan 7.887,5 2.162,5 2.500 1.225 600 1.400

Biaya jasa dan professional 7.100 400 3.725 1.500 500 975

Kantor dan pekerjaan 6.320 2.900 1.500 1.125 545 250

Depresiasi 8.000 3.600 2.000 1.425 625 350

Bunga 955 955

Jumlah Beban Rp79.925 32.750 21.350 14.400 6.050 5.375

Sumber:IAI (2011:45.29-30)
30

2.5 Tinjauan Empirik

Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai penerapan PSAK 45

seperti penelitian yang dilakukan oleh Elsia (2004) yang meniliti perbedaan

laporan keuangan yang dibuat oleh Rumah Sakit Methodis Medan dengan yang

diatur dalam PSAK 45. Pontoh (2013) juga meneliti penerapan laporan keuangan

organisasi nirlaba berdasarkan PSAK 45 pada Gereja BZL yang menemukan

walaupun tidak mengikuti format laporan keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia, namun secara umum tujuan penyusunan laporan keuangan

pada Gereja Bukit Zaitun telah tercapai walaupun masih ada informasi-informasi

tertentu yang belum jelas. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mamesah

(2013) yang meneliti penerapan PSAK 45 pada GMIM Efrata Sentrum Sonder

kaitannya dengan kualitas informasi laporan keuangan dimana disimpulkan

bahwa GMIM Efrata Sentrum Sonder belum menerapkan PSAK 45 pada laporan

keuangannya sehingga GMIM Efrata Sentrum Sonder belum memiliki kualitas

informasi yang memenuhi syarat dalam memberikan penjelasan bagi para

pemakai laporan keuangannya seperti dapat dipahami, relevan, keandalan dan

dapat dibandingkan.
BAB I

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Proses pada penelitian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari

perancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, menetapkan teori-teori

sebagai dasar dalam interpretasi hasil, mengetahui jenis data yang diperlukan,

mengumpulkan data, menganalisis data dan kemudian menyajikan hasil analisis

sebagai hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

Indriantoro dan Supomo (2002:26) mengemukakan penelitian deskriptif

merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari

suatu populasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang

tengah berlangsung pada saat studi. Penelitian ini lebih memfokuskan pada studi

kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu

selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh (Sekaran

dan Bougie, 2010: 105).

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Gereja Toraja,

Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea yang berlokasi di Jln.Perintis Kemerdekaan

Km.11 No.246 (Kompleks Balla Tamalanrea).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter

(documentary data), yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur,

jurnal, surat, notulen hasil rapat, memo ataupun dalam bentuk laporan program

31
32

laporan keuangan serta laporan keuangan Gereja Toraja, Klasis Makassar,

Jemaat Tamalanrea. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa

dokumen-dokumen yang berasal dari gereja misalnya laporan keuangan, sejarah

gereja, struktur organisasi, Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan khusus Gereja

Toraja.

Penelitian mengenai penerapan PSAK 45 memerlukan narasumber yang

memiliki pemahaman yang cukup luas dan berkaitan langsung mengenai standar

akuntansi dan laporan keuangan sehingga dapat diperoleh data atau informasi

yang lebih akurat. Oleh sebab itu, informan yang dimaksudkan adalah

Bendahara serta pengurus administrasi Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat

Tamalanrea.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data yang

dibutuhkan adalah dengan interview dan analisis dokumen yang ada di

organisasi melalui pengajuan surat izin penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif komparatif. Moleong (2007:272) mengemukakan bahwa “tahap

pelaksanaan analisis komparatif atau perbandingan tetap lebih menggambarkan

suatu proses teorisasi, yaitu proses yang lengkap untuk menyusun teori melalui

langkah-langkah sistematis.” Proses analisis tersebut mencakup empat tahap

metode komparatif yaitu: (1) pembanding kejadian yang aplikatif terhadap setiap

kategori; (2) integrasi dan kawasannya; (3) pembatasan teori; (4) penulisan teori

(Moleong. 2007:272).
33

Tahap-tahap analisis penerapan PSAK 45 dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi jenis laporan keuangan yang dihasilkan gereja.

2. Membandingkan bentuk dan isi laporan keuangan gereja dengan format

laporan keuangan yang diatur dalam PSAK 45.

3. Mengidentifikasi klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas

4. Mengidentifikasi pengklasifikasian aset neto.

5. Mengidentifikasi perubahan kelompok aset neto.

6. Mengidentifikasi pengungkapan terhadap informasi pendapatan dan

beban.

7. Mengidentifikasi pengungkapan terhadap informasi pemberian jasa.

8. Menganalisis sejauh mana peluang penerapan PSAK 45 dalam pelaporan

keuangan gereja.

9. Menarik suatu kesimpulan serta saran-saran berdasarkan hasil analisis.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea belum menerapkan

PSAK 45. Pencatatan hanya sebatas mutasi kas masuk dan kas keluar. Akibat

belum menerapkan PSAK 45 maka organisasi ini belum menyediakan informasi

melalui penyusunan Laporan Keuangan yang lebih relevan mengenai kondisi

atau kinerja organisasi. Penerapan PSAK 45 dapat membantu Gereja Toraja

Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea untuk menyusun Laporan Keuangan lebih

baik lagi. Selain itu, manfaat bagi masyarakat umum dapat memberi gambaran

tentang perbedaan laporan keuangan organisasi nirlaba dengan organisasi profit

oriented. Keterbatasan dalam menerapkan PSAK 45 lebih banyak dipengaruhi

oleh faktor Sumber Daya Manusia (SDM) di Gereja Toraja Klasis Makassar

Jemaat Tamalanrea dimana tentunya diperlukan biaya dan energi ekstra untuk

mempelajari PSAK 45 dan menerapkannya. Jika Sumber Daya Manusia (SDM)

di Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea memiliki kemauan dan

siap untuk menerapkan PSAK 45 ini maka penerapannya dapat dilakukan di

Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian adalah sebagai berikut.

1. PSAK 45 sebaiknya diterapkan di Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat

Tamalanrea dengan penyesuaian sesuai dengan Aturan Gereja Toraja.

73
74

2. Gereja Toraja sebaiknya mulai melakukan pelatihan dalam menerapkan

PSAK No. 45 dalam penyajian laporan keuangannya, melalui kerja sama

dengan tenaga ahli.

3. Penerapan PSAK 45 dapat menunjukkan kondisi keuangan lebih luas lagi

dimana pencatatan bukan sebatas kas masuk dan keluar tetapi juga

menunjukkan posisi kekayaan organisasi dengan adanya pengakuan aset

dalam laporan posisi keuangan sehingga pengambilan keputusan dapat

lebih baik lagi.

4. Untuk Penelitian berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada

tingkat populasi yang lebih besar serta dengan fokus penelitian yang lebih

beragam agar hasil penelitian dapat lebih jauh bermanfaat.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini bukan merupakan penelitian yang sempurna. Penelitian ini

memiliki keterbatasan yang memengaruhi hasil temuan. Keterbatasan tersebut

adalah peneliti tidak dapat mendapatkan data keuangan secara utuh, seperti nilai

aset yang tertera di Daftar Inventaris kurang lengkap sehingga peneliti

menggunakan nilai pasar yang ada untuk memprediksi nilai dari beberapa aset.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja. 2014. Tata Gereja dan Peraturan-
Peraturan Khusus Gereja Toraja. Rantepao: Gereja Toraja.

Bastian, Indra. 2007a. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

____________. 2007b. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Badan Verifikasi Gereja Toraja (BVGT). 2005a. Pedoman Pengelolaan


Keuangan Gereja Toraja. Rantepao: Gereja Toraja.

_____________________________________. 2005b. Pedoman Pelaksanaan


Verifikasi Di Lingkungan Gereja Toraja. Rantepao: Gereja Toraja.

Elsia. 2004. Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi


Nirlaba Pada Rumah Sakit Methodist Medan, (Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/9350/1/000503020.pdf,
diakses 09 April 2015).

Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:


Universitas Hasanuddin.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011. PSAK 45, (Online),


(http://keuanganlsm.com/finance/wpcontent/plugins/downloadmonitor/dow
nload.php?id=PSAK-No.-45-Pelaporan-Keuangan-Entitas Nirlaba Revisi
2011.pdf, diakses 11 Februari 2015).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2013. Exposure Draft PSAK 01 Penyajian


Laporan Keuangan, (Online), (https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011
/04/ED_P SAK_1_2013-2013-JULI-23.pdf, diakses 11 Februari 2015).

Indriantoro, Nur. dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian


Bisnis:Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi I. Yogyakarta: BPFE.

Mamesah, Melisa. 2013. Penerapan PSAK No.45 Pada GMIM Efrata Sentrum
Sonder Kaitannya Dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan. Jurnal
EMBA, (Online), Vol.1, No.4, (http://download.portalgaruda.org/article.php
?article=129683&val=1025, diakses 17 Maret 2015).

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Empat. Yogyakarta: Penerbit


ANDI.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nainggolan, Pahala. 2005. Akuntansi Keuangan Yayasan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

75
76

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.

Pontoh, Chenly Ribka S. 2013. Penerapan Laporan Keuangan Organisasi


Nirlaba Berdasarkan PSAK No 45 Pada Gereja BZL. Jurnal EMBA,
(Online), Vol.1, No.3, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article
108783&val=1025, diakses 11 Februari 2015).

Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business, A Skill
Building Approach. USA: John Wiley & Suns, Inc.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Syafrin, Alfian. 2008. Penerapan PSAK No.45 Tentang Laporan Keuangan


Organisasi Nirlaba Pada Yayasan Kesehatan Pegawai Telkom Area I
Sumatera, (Online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/9350
/1/000503020.pdf, diakses 09 April 2015).

Wolk, Harry I., Dodd, James L., Rozycki, John J. 2013. Accounting Theory,
Chapter 7:The FASB’s Conceptual Framework, (Online), (http://www.sage
pub.com/upm-data/49880ch7.pdf, diakses 3 Mei 2015).
LAMPIRAN

76
77

LAMPIRAN 1

BIODATA

Identitas Diri
Nama : Eriek Kurniawan
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 24 Juni 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Jl. Pelita 2 No.86, Makassar
HP : 085696455595
Alamat E-mail : eriek2406@gmail.com

Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
1. 1999 – 2005 : SD Menara St. Martinus Makassar
2. 2005 – 2008 : SMP Zion Makassar
3. 2008 – 2011 : SMA Rajawali Makassar
4. 2011 – 2017 : S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin (Akuntansi)

Pengalaman
Organisasi : Persekutuan Mahasiswa Kristen Oikumene Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin (PMKO FE-UH)

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.

Makassar, Juni 2017

Eriek Kurniawan
LAMPIRAN 2

PETA TEORI

Variabel
Penulis/Topik/Judul Tujuan Penelitian/Penulisan Konsep/Teori/ Hasil Penelitian/
No. Penelitian dan
Buku/Artikel Buku/Artikel Hipotesis Isi Buku
Teknik Analisis
1. Mamesah, Melisa. 1. Untuk mengetahui apakah GMIM Kaitan Kualitatif 1. GMIM Efrata Sentrum
2013. Penerapan Efrata sudah menerapkan PSAK Penyajian Deskriptif Sonder belum menerapkan
PSAK No.45 Pada No.45 pada penyajian laporan Pelaporan PSAK No. 45 pada
GMIM Efrata keuangannya. Keuangan penyajian laporan
Sentrum Sonder 2. Untuk mengetahui apakah GMIM dengan keuangannya dari segi
Kaitannya Dengan Efrata memiliki kualitas informasi Kualitas format laporan keuangan
Kualitas Informasi laporan keuangan yang Informasi maupun penyusunannya.
Laporan Keuangan. memenuhi syarat dalam memberi 2. GMIM Efrata Sentrum
penjelasan bagi para pemakai Sonder belum memiliki
laporan keuangan. kualitas informasi yang
memenuhi syarat dalam
memberikan penjelasan
bagi para pemakai laporan
keuangannya seperti dapat
dipahami, relevan,
keandalan dan dapat
dibandingkan.
2. Pontoh, Chenly Untuk melihat bagaimana penerapan PSAK No.45 Kualitatif 1. Gereja Bukit Zaitun Luwuk
Ribka S. 2013. laporan keuangan Gereja Bukit sebagai Deskriptif belum menerapkan
Penerapan Laporan Zaitun Luwuk Sulawesi Tengah standar yang penyusunan laporan
Keuangan apakah telah sesuai dengan apa ditetapkan keuangan yang sesuai

78
Organisasi Nirlaba yang tercantum dalam Pernyataan mengenai dengan format laporan
Berdasarkan PSAK Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) laporan keuangan organisasi nirlaba
No 45 Pada Gereja Nomor 45 keuangan yang ada dalam Pernyataan
BZL. organisasi Standar Akuntansi No. 45
nirlaba. karena untuk penyusunan
laporan keuangan telah
diatur tersendiri dalam Tata
Dasar dan Peraturan
Gereja.
2. Walaupun tidak mengikuti
format laporan keuangan
yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia, namun
secara umum tujuan
penyusunan laporan
keuangan pada Gereja
Bukit Zaitun telah tercapai,
walaupun masih ada
informasi-informasi tertentu
yang belum jelas.
3. Elsia. 2004. Untuk mendapatkan gambaran PSAK No.45 Deskriptif – 1. Rumah Sakit Methodist
Penerapan PSAK perbedaan pelaporan keuangan mengenai Komparatif Medan belum menerapakan
No.45 Tentang menurut PSAK No.45 dengan yang Pelaporan secara utuh PSAK No.45.
Pelaporan Keuangan diterapkan di Rumah Sakit Methodis Keuangan 2. Tidak ada pengelompokan
Organisasi Nirlaba Medan. Organisasi aset.
Pada Rumah Sakit Nirlaba
Methodist Medan

79
80

LAMPIRAN 3
81
82
83
84

f
85

Anda mungkin juga menyukai