Anda di halaman 1dari 31

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK PEGAGAN


(Cantella Asiatica) SEBAGAI PENGUAT DAYA INGAT DENGAN
BAHAN PENGIKAT CMC NA SECARA GRANULASI BASAH

SKRIPSI

RACHMAD D.B
I21112048
YOUNGKY H
I21112057
AGUNG ARIF P
I21112061
YA’JULCHAIRY
I21112086

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FARMASI
PONTIANAK
JULI 2014
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

3. Tujuan ...................................................................................................................... 3

4. Manfaat .................................................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

1. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 4


1.1 Tumbuhan Pegagan ............................................................................................. 4

1.2 Kandungan Kimia Pegagan ................................................................................. 5

1.3 Tablet Hisap ........................................................................................................ 6

1.3.1 Bahan-bahan tambahan pada tablet hisap .................................................. 7

1.3.1.1 Bahan Pengisi ................................................................................. 8

1.3.1.2 Bahan Pengikat .............................................................................. 8

1.3.1.3 Bahan Pelincir ................................................................................ 9

1.3.1.4 Pemanis .......................................................................................... 9

1.3.1.5 Perisa ............................................................................................ 10

1.3.1.6 Pewarna ........................................................................................ 10

1.3.2 Metode Pembuatan Tablet Hisap .............................................................. 11

1.3.2.1 Metode peleburan .......................................................................... 11

1.3.2.2 Metode Pengempaan dan Kompresi .............................................. 11

1.4 Monografi Bahan Tambahan ............................................................................ 13


ii

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 16

1. Alat.......................................................................................................................... 16

2. Bahan ...................................................................................................................... 16

3. Cara penelitian ........................................................................................................ 16

3.1 Rancangan Penelitian........................................................................................ 16

3.2 Lokasi Penelitian............................................................................................... 17

3.3 Cara Pembuatan Tablet Hisap........................................................................... 17

3.3.1 Pembuatan Ekstrak Pegagan .................................................................... 17

3.3.2 Formula Tablet Hisap Pegagan ................................................................ 17

3.3.3 Pembuatan Tablet Hisap .......................................................................... 18

3.4 Evaluasi Sediaan Tablet Hisap ......................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
iii

DAFTAR GAMBAR

Tumbuhan Pegagan .............................................................................................................. 5


iv

DAFTAR TABEL

Formula Tablet Hisap Ekstrak Pegagan ............................................................................. 18

Uji Keseragaman Bobot ..................................................................................................... 21


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Memori/ingatan sangat diperlukan oleh setiap individu dalam kehidupan

sehari-hari. Disadari atau tidak, dalam menjalani kehidupannya, memori

merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari setiap aktivitas

individu. Penurunan daya ingat akan berpengaruh terhadap kualitas hidup,

terutama pada usia diatas 40 tahun. Penurunan daya ingat dapat juga terjadi pada

usia muda, antara lain karena faktor kelelahan otak dan stress.

Pegagan sejak dulu sudah digunakan sebagai bahan untuk pengobatan

tradisional. Khasiatnya antara lain adalah sebagai tonik, antiinfeksi, antitoksik,

antirematik, diuretik, antipiretik, penenang (sedatif), mempercepat penyembuhan


[1]
luka, dan vasodilator pembuluh darah perifer . Selain itu, pegagan juga

digunakan untuk pengobatan penyakit kusta, TBC, selulit, dan berbagai

keracunan. Khasiat lain pegagan yang tak kalah mengejutkan adalah pegagan

dapat menambah kekuatan mental[2].

Pegagan juga dapat membantu menyeimbangkan energi serta menurunkan

gejala stres dan depresi, bahkan pegagan dipercaya dapat meningkatkan daya

ingat dan konsentrasi pada anak yang mengalami retardasi mental. Pegagan dapat

meningkatkan short term memory dan kemampuan belajar karena aksi nootropik

melibatkan modulasi kolinergik dan GABAergik. Diperkirakan peningkatan

memori disebabkan oleh penurunan pengubahan monoamine sentral, melibatkan

1
norepinephrine, dan sistem 5-HT (5-hydrotetraamine) pada proses learning and

memory [3].

Hasil uji klinis di India, tanaman ini dapat meningkatkan IQ, kemampuan

mental, serta menanggulangi lemah mental pada anak-anak. Penelitian lain

membuktikan, tanaman pegagan atau Centella ini dapat meningkatkan

kemampuan belajar dan memori seseorang. Karena manfaatnya itu, tanaman ini

juga dikenal sebagai "makanan otak".

Pada penelitian ini akan dibuat suatu tablet hisap dengan menggunakan

ekstrak pegagan dimana akan dilihat efeknya terhadap peningkatan daya ingat dan

mengurangi kelelahan otak yang mana akan diformulasikan dengan menggunakan

beberapa bahan tambahan tertentu kemudian dievaluasi kekerasan, keregasan,

waktu larut, penetapan kadar ekstrak, dan disolusi dari masing-masing formula

tablet. Dari hasil penelitian ini diharapkan tablet hisap ekstrak pegagan ini dapat

menjadi produk unggulan yang dapat dipasarkan dan diterima oleh konsumen.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak pegagan (Cantella asiatica) dapat dibuat menjadi

sediaan tablet hisap menggunakan variasi konsentrasi Cmc Na sebagai

pengikat dengan metode granulasi basah?

2. Formulasi tablet hisap ekstrak pegagan (Cantella asiatica) manakah

yang memenuhi persyaratan uji evaluasi granul dan evaluasi tablet ?

3. Apakah tablet hisap yang dibuat dapat memenuhi persyaratan rasa

yang dapat diterima oleh pasien

2
3. Tujuan Penelitian

1. Membuat formulasi tablet hisap ekstrak pegagan (Cantella asiatica)

menggunakan variasi konsentrasi Cmc Na sebagai pengikat dengan

metode granulasi basah

2. Menemukan formula terbaik yang sesuai dengan Farmakope Indonesia

dan kepustakaan yang ada

3. Menemukan formula yang memenuhi persyaratan rasa yang dapat

diterima oleh pasien

4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang suatu

formulasi tablet hisap ekstrak pegagan (Cantella asiatica)

menggunakan variasi konsentrasi Cmc Na sebagai pengikat dengan

metode granulasi basah

2. Meningkatkan pemanfaatan ekstrak pegagan sebagai peningkat daya

ingat

3. Tablet hisap ekstrak pegagan yang dibuat dapat diterima oleh

konsumen

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Pustaka

1.1 Pegagan

Pegagan (Centela asiatica L. Urban) termasuk salah satu tumbuhan yang

dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional. Sesuai dengan klasifikasi

botani, pegagan termasuk dalam:[4]

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Bangsa : Apiales

Suku : Apiceae

Marga : Centella

Jenis : Centella asiatica L. Urban.

Centella asiatica L. Urban berasal dari daerah Asia tropik dan tumbuh tersebar di

berbagai negara seperti Filipina, Cina, India, Sri Langka, Madagaskar, Afrika,

Indonesia. Pegagan merupakan tumbuhan menjalar. Tumbuh di dataran rendah

sampai ketinggian 2500 m diatas permukaan laut, dan ditemukan pada tanah yang

lembab dan subur, di pinggir jalan, lereng bukit yang rindang, di antara batu-batu,

dan tegalan.[4]

4
Gambar 1. Tumbuhan Pegagan

1.2 Kandungan Kimia Pegagan

Pegagan telah dikenal sebagai obat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh

darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Tak kalah penting,

pegagan bias dikonsumsi sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi orang

dewasa dan manula. Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan,

menambah tenaga, menimbulkan selera makan, memperindah suara, dan

mengurangi dahaga. Disamping itu, pegagan mempermudahkan timbulnya rasa

kantuk bagi penderita sulit tidur, memenangkan saraf, memperbanyak sel-sel

darah merah, serta menyembuhkan gangguan ringan di hati dan limpa yang

membengkak [5](Winarto dan Surbakti, 2003).

Asam triterpen: asam asiatat dan asam madekasat (komponen utama),

asam terminolat; glikosida turunan triterpen ester (pseudosaponin, tidak

kurang dari 2%): asiatikosida (Asiatikosida A dan B), madekasosida,

indosentelosida, brahmosida, brahminosida, tankunisida, isotankunisida,

kuersetin, kaempferol, dan stigmasterol.[6], [7], [8], [9]

Penelitian yang telah dilakukan, ekstrak pegagan terstandar yang

mengandung asam tanat setara 29,9 mg/g, asiatikosida 1,09 mg/g, asam asiatat

5
48,89 mg/g diuji aktivitas performa kognitifnya pada 28 sukarelawan sehat pria

dan wanita (ratarata usia 65 tahun) yang menerima dosis 250, 500 dan 750

mg setiap hari selama 2 bulan dan dievaluasi menggunakan computerized

test battery. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak pegagan dosis 750 mg dapat

meningkatkan spatial memory, picture recognition, numeric recognition dan

word recognition pada 2 bulan setelah perlakuan [10]

1.3 Tablet Hisap

Tablet hisap disebut juga troches atau lozenges, biasanya dibuat

dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang

keras dan beraroma yang menarik. Lozenges dapat dibuat dengan mengempa,

tetapi biasanya dibuat dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan

kembang gula. Sedangkan troches dibuat dengan cara kempa seperti halnya tablet
[11]
yang lain . Tablet hisap umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal,

infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif

yang ditujukkan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan [12].

Tablet hisap biasanya mengandung vitamin, antibiotik,

antiseptik,anastetik lokal, antihistamin, dekongestan, kortikosteroid, astringent,

analgesik,aromatik, demulcent, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut

(Peters, 1989).Contoh lozenges untuk aksi lokal di mulut adalah antiseptik,

antibiotik, demulcents, antitusif dan astringent. Produk untuk aksi sistemik

biasanya berisimultivitamin. Lozenges mempunyai banyak variasi bentuk,

yaitu bentuk datar, sirkular, octagonal dan bikonveks. Jenis yang lain

dinamakan bacilli, bentuknya seperti silinder. Jenis lozenges yang lebih lembut

6
disebut pastiles, mengandung bahan obat dalam gelatin atau basis gliserogelatin

atau basis dari akasia, sukrosadan air [13].

Perbedaan antara tablet hisap dengan tablet konvensional terletak

padasifat-sifat organoleptik, sifat non-desintegrasi, dan laju disolusi yang

diperpanjangpada lidah. Tablet hisap seharusnya terkikis (bukan hancur)

selama berada didalam mulut . Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami

kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam
[13]
jangka waktu 5-10 menit . Adapun keuntungan dari tablet hisap antara lain

memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian

dosis, memberikan efek lokal, dan tidak diperlukan air minum untuk
[14]
menggunakannya . Seperti halnya tablet konvensional, tablet hisap juga

memerlukan beberapa bahan tambahan yang membantu dalam proses penabletan

agar dihasilkan tablet hisap yang baik. Selain itu mungkin pula dibutuhkan zat

pewarna dan zat pemanis yang biasanya digunakan dalam pembuatan tablet

hisap atau kunyah. Berbeda dengan tablet konvensional tablet hisap tidak

membutuhkan disintegran tetapi pemilihan pengisi dan pengikat menjadi

salah satu faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi

rasa dari tablet hisap. Bahan pengisi dan pengikat harus larut dalam air dan

memiliki rasa yang baik [15].

1.3.1 Bahan-Bahan Tambahan pada Tablet Hisap

Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet

hisap terdiri atas :

7
1.3.1.1 Bahan pengisi (diluent)

Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau

sulit dikempa. Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk

memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau

untuk memacu aliran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

bahan pengisi adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert

(stabil) secara farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak

tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi

adalah mudah larut sehingga dapat membentuk larutan yang jernih.

Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat

dibase dan selulosa mikrokristal. Tablet hisap sering mengandung

sukrosa, manitol, atau sorbitol sebagai bahan pengisi. Jika

kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan

oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya.[12]

1.3.1.2 Bahan pengikat (binder)

Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk

sewaktu granulasi dan pada tablet kempa, serta menambah daya kohesi

yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat

ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika

ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang umum digunakan

meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa,

karboksimetilselulosa dan pasta pati terhidrolisis . Bahan pengikat

berfungsi sebagai perekat yang mengikat komponen dalam bentuk

8
serbuk menjadi granul sampai tablet pada proses pengempaan.

Bahan pengikat juga berfungsi sebagai pengikat komponen-

komponen tablet sehingga produk tidak pecah ketika dikempa. Pada

granulasi basah, serbuk ditambah dengan larutan bahan pengikat

kemudian dicampur. Larutan pengikat akan terdistribusi diantara

partikel. Partikel-partikel akan diselubungi oleh larutan pengikat

1.3.1.3 Bahan pelincir (lubricant)

Bahan pelincir digunakan antara lain untuk mempercepat

aliran granul dalam corong ke dalam ruang cetakan, mencegah

lekatnya granul pada stampel dan cetakan, selama pengeluaran

tablet mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan.

Senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati

terhidrogenasi dan talk digunakan sebagai lubrikan. Pada umumnya

lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan

kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar

lubrikan yang berlebih harus dihindari. Contoh bahan pelincir antara

lain talk 5%, magnesium stearat, asam stearat dan tepung jagung. [11]

1.3.1.4 Pemanis

Pemberi rasa pada sediaan farmasi digunakan untuk bentuk-

bentuk sediaan cair. Seluruh pengecap rasa dimulut berlokasi pada lidah

dan mengadakan respon dengan cepat terhadap sediaan yang

diminum. Penambahan zat pemberi rasa kedalam sediaan obat

dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai.

9
Pemanis yang diizinkan di Indonesia antara lain alitam, asesulfam-

K, aspartam, isomalt, laktitol, maltitol, manitol, neotam, sakarin,

siklamat, silitol, sorbitol, dan sukralosa.

1.3.1.5 Bahan Perisa (flavour)

Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet

hisap. Apa dirasa mulut saat menghisap tablet sangat terkait

dengan penerimaan konsumen nantinya dan berarti juga sangat

berpengaruh terhadap kualitas produk. Dalam formula tablet hisap,

bahan perisa yang digunakan biasanya juga merupakan bahan

pengisi tablet hisap tersebut, seperti manitol

1.3.1.6. Pewarna

Penggunaan zat pemberi warna dalam sediaan farmasi

untuk tujuan estetika, sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa

yang digunakan, dan untuk tujuan kekhasan dari produk. Umumnya

pewarna yang dipakai harus sinergis dengan rasa yang diguakan pada

sediaan. Untuk obat-obat serbuk yang diberikan sebagai tablet

kompresi atau kapsul umumnya membutuhkan perbandingan zat

warna yang lebih besar (± 0,1%) untuk mencapai warna yang

dikehendaki daripada dengan sediaan cair .Pewarna yang diizinkan

untuk digunakan pada sediaan farmasi antar lain acid fuchsin D,

amaranth, brilliant blue FCF sodium salt, canthaxanthin, karamel,

karbon hitam, karmin, klorofil, β-karoten, eosin, eritrosin, indigo,

10
indigotin, riboflavin, sunset yellow FCF, tartrazin, Quinolin kuning

WS, dan titanium dioksid [16].

1.3.2 Metode Pembuatan Tablet hisap

Tablet hisap dibuat dengan dua metode yaitu :

1.3.2.1 Metode Peleburan

Tablet hisap yang diproduksi dengan cara peleburan disebut

dengan pastiles. Pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet

biasa. Dalam pembuatannya dibutuhkan tekanan tinggi dan bahan

pengikat yang lebih banyak. Tablet hisap jenis ini dibentuk dengan

jalan peleburan atau molded. Bahan-bahan tablet yang akan dibentuk

dipanaskan dan mencair seperti sirup gula yang padat. Cairan bahan

penyusun tablet dibiarkan sampai mengeras kemudian dipotong

dengan ukuran dan ketebalan yang pas. Tablet hisap diharapkan

dapat larut perlahan dalam mulut sehingga kekerasan tablet ini harus

lebih besar dari tablet biasa.

1.3.2.2 Metode Pengempaan atau Kompresi

Tablet hisap yang diproduksi dengan cara pengempaan atau

kompresi disebut dengan troches. Metode pengempaan atau kompres

dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Metode Granulasi Basah

Tidak diragukan lagi bahwa metode granulasi basah

merupakan yang terluas digunakan orang dalam

11
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang

diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat

dibagi sebagai berikut: (1) menimbang dan mencampur

bahan-bahan, (2) pembuatan granulasi basah, (3) pengayakan

adonan lembab menjadi pelet atau granul, (4) pengeringan, (5)

pengayakan kering, (6) pencampuran bahan pelincir, (7)

pembuatan tablet dengan kompresi.

b. Metode Granulasi Kering

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh

pelembaban atau penambahan bahan pengikat kedalam

campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa

yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu

memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam

granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-

bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,

karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk

mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan

c. Metode Kempa Langsung

Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat

mudah mengalir sebagaimana sifat kohesinya yang

memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa

memerlukan granulasi basah atau kering .[17]

12
1.4 Monografi Bahan Tambahan
1.4.1 Sorbitol

Nama resmi : SORBITOLUM

Rumus molekul : C6H14O6

Berat molekul : 182, 17

Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan, putih, rasa manis,

higroskopik

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam

etanol (95%)p, dalam methanol p, dan dalam

asam asetat p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

K/P : Zat tambahan

1.4.2 Cab-O-Sil

Sinonim :Colloidal Silicon Dioxide, Aerosil, colloidal

silica, Cabosil M 5P

Fungsi : Glidant, tablet disintegrant.

Pemerian : Berbentuk silica submikroskopik dengan

ukuran partikel ± 15 nm, berwarna mengkilat,

berbentuk hablur, warna putih, tidak berbau, tidak

berasa, serbuk amorf.

Konsentrasi : Glidant : 0,1 0,5%

1.4.3 Avicel ph 101

13
Nama resmi : Mikrokristalin sellulosa

Pemerian : Berupa serbuk kristal poros, putih, tidak

berbau, tidak berasa, dan memiliki aliran yang

baik.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, cairan asam dan

kebanyakan pelarut organik, sedikit larut dalam

larutan NaOH 5% b/v.

Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan bahan pengoksidasi

kuat.

Kegunaan : Sebagai bahan desintegran.

1.4.4 CMC-Na

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,

higroskopis.

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut

organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Suspending agent, bahan penolong tablet,

peningkat viskositas.

Konsentrasi : 3-6%

1.4.5 Mg Stearat

14
Nama resmi : Magnesium stearat

Sinonim : Magnesium stearat

Pemerian : Berupa serbuk halus, putih dan voluminous, bau

lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari

butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol,dalam

ethanol 95% dan dalam eter. Sangat larut dalam

benzene panas dan ethanol (95%) panas.

Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan asam kuat, garam

alkali dan besi.

Kegunaan : Sebagai lubrikan.

15
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

1. Alat

Alat pencetak tablet (penekan hidraulik ”Graseby Specac”), alat penguji

kerapuhan tablet (Erweka Friabilator tipe TAP), alat penguji kekerasan tablet

(Erweka Hardness Tester TB 220), alat penguji waktu hancur (Erweka

disintegrator tipe ZT 501), alat penguji kandungan lengas granul (Ohauss MB 45),

alat pengayak massa basah mesh 12, Oscilating granulator mesh 20,

Spektrofotometer Infra Red (Perkin Elmer Spectrum One, detektor mid infra red).

2. Bahan

Ekstrak pegagan, Etanol, Sorbitol LTS powder 50 M (PT Sorini Towa

Berlian Corporindo), Cab-O-Sil, Avicel PH 101, CMC-Na Magnesium Stearat

(pharmaceutical grade).

3. Cara Penelitian

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dibuat yaitu tablet hisap ekstrak pegagan

yang dibuat dengan bahan pengikat Cmc Na secara granulasi basah dengan

menggunakan beberapa bahan tambahan kemudian dievaluasi sifat fisik dan

sifat kimia seperti evaluasi granul, kekerasan, keregasan, waktu larut,

penetapan kadar ekstrak, dan disolusi dari masing-masing formula tablet.

16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Farmasi

Universitas Tanjungpura dalam kurun waktu Juli – Oktober 2014.

3.3 Cara Pembuatan Tablet Hisap

3.3.1 Pembuatan Ekstrak Pegagan

Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak pegagan ini adalah

metode maserasi. Herba pegagan dibuang pengotornya dengan mencuci

dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan dirajang dengan pisau ± 2

cm kemudian dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 45°C selama

24 jam, lalu diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan lubang saringan 1

mm. Serbuk yang dihasilkan direndam dengan etanol teknis (etanol 95 %)

dalam panci maserasi dan diaduk selama 30 menit kemudian diamkan

sampai 24 jam dan disaring dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

Setelah disaring, filtrat yang didapat dipisahkan dari ampasnya (filtrat 1).

Kemudian filtrat tersebut diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary

evaporator, dilanjutkan diuapkan diatas water bath dengan suhu 70 °C

sambil diaduk sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental dipindahkan

dalam cawan porselin dan dikeringkan dalam almari pengering dengan

suhu 50ºC sehingga diperoleh ekstrak herba pegagan.

3.3.2 Formula Tablet Hisap pegagan

Tablet hisap ekstrak teh hijau dibuat dengan kadar 750 mg/tablet,

bobot tablet dibuat 1300 mg, dengan formula sebagai berikut :

17
Komposisi Formula A Formula B Formula C Formula D
(mg) (mg) (mg) (mg)
Ekstrak Pegagan 750 750 750 750

Sorbitol 500 500 500 500

Cab-O-Sil 25 25 25 25

Avicel ph 101 50 50 50 50

CMC-Na - 6,675 13,43 20,31

Mg Stearat 3,39 3,39 3,39 3,39

Total 1.328 mg 1.335 mg 1.343 mg 1.354 mg


Tabel 1. Formula tablet hisap ekstrak pegagan

Catatan : F1: Formula tanpa CMC-Na; F2: Formula dengan CMC-Na 0,5%

F3 : Formula dengan CMC-Na 1 % F4: Formula dengan CMC-Na 1,5%

3.3.3 Pembuatan Tablet Hisap

Pembuatan tablet diawali dengan pembuatan larutan pengikat. Selanjutnya

mencampurkan ekstrak pegagan dengan cab-o-sil secara homogen, kemudian

menambahkan avicel. Dari campuran serbuk kemudian dibuat masa tablet. Massa

tablet kemudian diayak dengan mesh no#12, dan dioven pada suhu 40o C,

diperkecil ukuran partikelnya dengan oscilating granulator mesh #20 kemudian

menambahkan magnesium stearat. Setelah itu melakukan evauasi mutu fisik

granul dan dikompresi dengan tekanan 1 ton, pada diameter punch 13 mm. Tablet

yang sudah jadi diuji sifat mutu fisiknya antara lain kekerasan, kerapuhan, dan

waktu melarut tablet

3.4 Evaluasi Sediaan Tablet Hisap

3.4.1 Evaluasi Granul

18
3.4.1.1 Pemeriksaan organoleptis

a.Uji Bau

Granul diletakkan di atas telapak tangan dan dicium

aromanya.

b.Uji Rasa

Granul diambil sedikit kemudian diletakkan di ujung lidah

dan dikecap selama kurang lebih 10 detik.

c.Uji Warna

Granul diamati warnanya secara langsung.

3.4.1.2 Uji kandungan lembab

Kandungan lembab dinyatakan sebagai Moisture Content

(MC). Granul dalam keadaan basah ditimbang, dicatat bobotnya

(Wo), lalu dikeringkan, kemudian ditimbang kembali, dan bobot

keringnya dicatat sebagai (Wt). Kadar air dihitung dengan rumus :

% MC = (Wo- Wt)/Wt x 100%

3.4.1.3 Uji sifat alir dan sudut diam

Sebanyak 100 g granul dimasukkan ke dalam corong uji

waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga granul keluar dan

ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dan sudut diamnya

dicatat.

3.4.1.4 Uji kerapatan sejati

19
Bobot piknometer kosong dicatat (a), lalu diisi dengan

parafin cair lalu ditimbang kembali (b). Kerapatan parafin cair par

dapat dihitung dengan

dalam satuan g/mL.

Sejumlah gram granul dimasukkan kedalam piknometer

kosong, kemudian ditimbang (c), lalu parafin cair ditambahkan

hingga penuh dan ditimbang kembali (d). Selanjutnya kerapatan sejati

grn dari granul dapat dihitung

3.4.1.5 Uji bobot jenis nyata, bobot jenis mampat dan porositas

Sebanyak 40 gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur

50 ml dan dicatat volume awalnya. Lalu dilakukan pengetukan

dengan alat dan volume pada ketukan ke 50 dan ke 500 diukur

sebagai volume mampat, lalu dilakukan perhitungan sebagai berikut :

20
3.4.2 Evaluasi Tablet Hisap

3.4.2.1 Penampilan Fisik

Evaluasi dilakukan dalam untuk melihat penampilan umum

tablet dan parameter-parameter seperti bentuk, warna, bentuk

permukaan, serta deteksi adanya cacat fisik.

3.4.2.2 Keseragaman Ukuran

Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur

diameter masing-masing tablet menggunakan jangka sorong.

Keseragaman ukuran tablet dipengaruhi sifat alir, keseragaman densitas

dan stabilitas punch pada alat cetak tablet. Menurut Farmakope

Indonesia III, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari

tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

3.4.2.3 Keseragaman Bobot

Sebanyak 20 tablet dari masing-masing formula ditimbang dan

dihitung bobot rata-ratanya. Kemudian ditimbang satu per satu.

Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih dari 2 tablet

menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu pun yang

menyimpang lebih besar dari kolom B.

Selisih (%)
Berat Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 30
25 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15

21
Lebih dari 300 mg 5 10
Tabel 2. Uji keseragaman bobot

3.4.2.4 Kekerasan Tablet

Alat penguji kekerasan tablet yang digunakan adalah Hardness

tester Erweka. Umumnya kekerasan tablet berkisar antara 4 – 10 Kp

(tergantung pada diameter dan besar tablet yang dibuat). Caranya

adalah satu buah tablet diletakkan tegak lurus pada alat, kemudian

dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah[11].

3.4.2.5 Keregasan Tablet

Awalnya dua puluh tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang

lalu masukkan dua puluh tablet tersebut ke dalam alat dan jalankan alat

dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit (100 kali putaran). Kemudian

keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan timbang kembali. Hitung

selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan.


= 100 %

Dengan : a = bobot total tablet sebelum diuji

b = bobot total tablet setelah diuji

Tablet tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan jika

kehilangan berat tidak lebih dari 1% [11].

3.4.2.6 Uji Disolusi

Sebanyak 3 tablet, masing-masing ditempatkan dalam 500 ml

media disolusi pada suhu 37 ± 0,5oC menggunakan alat disolusi tipe

22
dayung dengan kecepatan putaran 50 rpm. Disolusi dilakukan selama

20 menit dalam larutan metanol-air (1:1). Pada menit ke 2,5 ; 5 ; 7,5 ;

10 ; 15 dan 20, diambil sebanyak 10 ml sampel yang langsung

digantikan kembali dengan jumlah yang sama ke dalam labu disolusi.

Kemudian sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang 316,80 nm.

3.4.2.7 Waktu Larut

Waktu larut tablet hisap menggambarkan cepat atau lambatnya


[14]
tablet larut dalam mulut. Tablet hisap larut 5-10 menit atau kurang .

Alat uji terdiri dari keranjang yang berisi 6 silinder plastic yang terbuka

bagian atasnya dan dasarnya tertutup dengan pengayak 10 mesh.

Keranjang diisi dengan air suling bersuhu 37oC dan volumenya diatur

sedemikian rupa, sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas kawat

kasa berada paling sedikit 2,5 cm dibawah permukaan cairan dan pada

gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah.

Enam buah tablet hisap masing-masing dimasukkan kedalam keranjang,

kemudian keranjang dinaikturunkan secara teratur 29-32 kal per menit


[11]
.

3.4.2.8 Uji Kadar Ekstrak pegagan dalam Tablet Hisap

Sebanyak 20 tablet digerus sampai halus dan homogen,

kemudian timbang sebanyak 500 mg masukkan kedalam labu 50 ml dan

disaring. Larutan tersebut kemudian diencerkan hingga konsetrasi 2000

ppm dan diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometri

23
UV-Vis panjang gelombang 316,80 nm. Kadar ekstrak pegagan

dihitung berdasarkan kurva kalibrasi ekstrak pegagan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Dalimartha, Setiawan. 2004. Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban).


Available in URL :http://www.pdpersi.co.id. Cited : 6 Agustus 2006
2. Harjanto,I. 2005. Pegagan Ginko Bilobanya Asia. Available in URL :
http://www.lizaherbal.com
3. Ramasamy, Ilangovan. Memory Enhancer. Available in URL :
http://www.agriinfotech.com. Cited : 6 Agustus 2006
4. Badan POM RI, 2010, Serial Data Terkini Tumbuhan Obat. Pegagan
(Centella asiatica (L) Urban, Direktorat Obat Asli Indonesia, BPOM,
Jakarta.
5. Winarto,W.P dan Maria Surbakti. 2003. Khasiat Dan Manfaat Pegagan,
Tanaman Penambah Daya ingat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
6. Gruenwald J, Brendler T, Jaenicke C, editors. PDR for Herbal Medicines.
3rded. New Jersey: Medical Economics Company; 2004: p. 396.
7. WHO Monograph on Selected Medicinal Plants. Volume 1. Geneva:
World Health Organization; 1999: p. 77-85.
8. Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo. Tumbuhan
Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Yogyakarta:
Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada; 2002: p.41-45.
9. DerMarderosin A, Beutler JA, editors. The Review of Natural Product,
4thed. Missouri: Fact & Comparison; 2005:p. 521-524.
10. Wattanathorn J, Mator L, Muchimapura S, Tongun T, Pasuriwong O,
Piyawatkul N, Yimtae K, Sripanidkulchai B, Singkhoraard J. Positive
modulation of cognition and mood in the healthy elderly volunteer
following the administration of Centella asiatica. J of Ethnopharmacol.
2008; 116(2): 325-332.
11. Lachman, L., Lieberman H.A., & Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri edisi III (Siti Suyatmi, Penerjemah). Jakarta : UI Press.

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia


edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

25
13. Peters, D. 1989. Medicated Lozenges. Dalam H.A. Lieberman, L.
Lachman,& J.B. Schwartz (Ed.). Pharmaceutical Dosage Form.
Tablets.Vol.1.2nd edition. Marcel Dekker Inc. New York.
14. Banker, G.S., & Anderson. 1994. Tablet. Dalam L. Lachman, H.A.
Lieberman,& J.L. Kanig (Ed.). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II.
Jakarta:UI press. hal 643-737.
15. Aulton, M.E. 2001. Pharmaceutics. The Science of Dosage Form
Design Churchill Livingstone.
16. Swarbrik, J. 2007. Encyclopedia of Pharmacuetical Technology Edisi
ketiga Volume I. USA: Pharmaceu Tech, 1454-1464.
17. Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV.
Terjemahan dari Introduction to pharmaceutical dosage form oleh
Farida Ibrahim.Universitas Indonesia Press, Jakarta : 214-215.

26

Anda mungkin juga menyukai