Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

MODUL LESI ORAL


Torus Palatinus

Disusun oleh :

Ratih Zain Royyana

20110340059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
LAPORAN KASUS

LESI ORAL

I. Identitas Pasien

Nama : Angga Dwi Laksono


No. RM : 35439
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gunungkidul, DIY
II. Problem
Pasien datang ingin memeriksakan keadaan rongga mulutnya yang terdapat benjolan di
langit-langit rongga mulut. Pasien menyadari hal tersebut sejak 1 tahun yang lalu saat
periksa ke dokter gigi. Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit atau terganggu karena benjolan
tersebut, hanya saja pasien ingin memastikan bahwa benjolan dirongga mulutnya tidak
berbahaya. Pasien tidak memberikan penanganan apapun pada benjolan di rongga
mulutnya.
III. Pemeriksaan Obyektif
1) Terdapat lesi nodul
 Bentuk : Nodul
 Warna : sewarna palatum
 Lokasi : Midline palatum
 Ukuran : panjang ± 2,5 cm lebar 1,5 cm
 Jumlah : 2 lobus

2) Palpasi : tidak nyeri

IV. Gambaran Klinis


Terdapat lesi nodul berwarna sewarna palatum pada median palatum berbentuk kubah, licin,
multiple (2 lobus), konsistensi keras panjang ± 2,5 cm lebar ± 1,5 cm. asimtomatik.

V. Hipotesis
Dx: Torus palatinus

VI. Patogenesis
Potongan melintang pada exostosis terlihat tulang yang padat dengan
gambaran lamellar atau berlapis-lapis. Selalu dengan ciri tebal, matur dan
tulang lamellar dengan osteocytes yang menyebar dan ruang sumsum tulang yang kecil
diisi lemak tulang atau stroma fibrovascular longgar. Beberapa lesi dengan tepi tulang
kortikal yang tipis melapisi tulang cancellous yang inaktif dengan lemak dan
jaringan hematopoietic.
Minimal aktivitas osteoblastic selalu terlihat, tetapi sering lesi menunjukan aktivitas
periosteal yang banyak. Area yang luas pada tulang mungkin menunjukkan pembesaran
lakuna yang lepas atau pyknotic osteocytes mengindikasikan terjadinya gangguan iskemi
pada tulang. Perubahan iskemi seperti fibrosis sumsum dan dilatasi vena mungkin
ditemukan pada susmsum tulang, dengan contoh yang jarang menunjukkan aktual infraksi
dari lemak sumsum.
VII. Problem Solving
a. Decision making :
Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif maka dilakukan observasi

b. Treatment Planning :
a) KIE
b) Observasi
c) Kontrol dan evaluasi

Yogyakarta, Januari 2020


Operator Pembimbing,

Ratih Zain Royyana Dr. drg. Erlina Sih Mahanani, MKes


Learning Issue

A. Definisi Torus palatinus


Merupakan jenis neoplasma dan terlihat seperti hiperostosis dari perkembangan tulang
palatal, terjadi secara bilateral sepanjang garis sutura mediana pada permukaan
palatum, torus palatinus merupakan masa tulang kortikal yang padat dan tebal dengan
jumlah inti yang berbeda-beda, ditutupi oleh lapisan tipis jaringan mukosa. Torus
palatinus tidak berbahaya, berkembang secara perlahan dengan bentuk dan ukuran
yang bervariasi (Thoma, 1965)

B. Etiologi Torus Palatinus


Penyebab utama adanya torus baik itu pada mandibula (torus mandibularis)
maupun palatina (torus palatinus) saat ini belum diketahui dengan pasti. Teori yang
saat ini paling diterima secara luas adalah berhubungan dengan genetik. Di bawah ini
adalah kemungkinan etiologi dari torus yang ditemukan oleh para peneliti:
1. Peneliti menyebutkan bahwa torus diturunkan secara autosomal dominan. Dimana
pada anak perempuan, ibu dan nenek memiliki autosomal dominan torus palatinus
ditemukan terdapat pada semua wanita tersebut.
2. Adanya injury superficial atau kejadian tersebut merupakan respon fungsional
individual.
3. Kebiasaan makan. Peneliti menghubungkan konsumsi ikan dengan adanya torus
karena ikan berisi asam lemak tak jenuh dan vitamin D yang dapat mendorong
pertumbuhan tulang.

Selain itu, adannya penggunaan jangka panjang dari phenitoin merupakan faktor yang
dapat meningkatkan ukuran torus karena phenitoin akan mempengaruhi peningkatan
hemostasis kalsium, berfungsi sebagai agen osteogenik. Namun faktor ini bukan
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya torus. (Garcia, 2000)

C. Klasifikasi - Berdasarkan pada bentuknya adalah sebagai berikut (Archer, 1975):


1. Convex sessile : lunak, pertumbuhan keluar, bilateral, biasanya simetris.
2. Nodular : massanya bersifat semifuse (agak menyebar), ukurannya berariasi dan ada
sejumlah peninggian tulang yang semi pedunculated.
3. Lobular : kebanyakan menyerupai bentuk nodular yang pertumbuhannya lebih cepat dan
sangat luas serta memunyai banyak undercut. Bagian dasarnya pedunculated tapi hal ini
sangat sukar dilihat pada torus lobular yang besar sampai beberapa segmennya sudah
diekspose dengan refleksi dari membrane mukoperiosteal.
4. Spindle : bentuknya panjang tipis, tampak disepanjang midline ridge. Spindle juga dapat
mempunyai bentuk tapered. Bentuk tapered ini merupakan bentuk yang tidak biasa dari tori
spindle yang besar
Berdasarkan letaknya (Pederson, 1996):
1. Torus palatinus : terletak di daerah palatal.
2. Torus mandibularis : terletak pada daerah lingual

D. Gambaran Klinis
Exostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan) yang kaku dengan
permukaan mukosa yang normal. Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum
ini biasanya berukuran diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang perlahan-lahan dapat
bertambah besar dan memenuhi seluruh langit-langit. Kebanyakan torus tidak
menyebabkan gejala. Bentuk dan ukuran dari torus palatinus bervariasi.
Ketika muncul di daerah midline pada palatum durum maka disebut torus palatinusdan
ketika muncul dilateral di redio lingual premolar dari mandibula disebut torus
mandibularis. Yang sangat mengherankan, torus palatinus dan torus mandibularis jarang
ditemukan muncul bersama-sama pada satu individu. Prevalensi dari torus palatinus dan
torus mandibularis adalah 20-25% dan 6-12% dari populasi umum. Pada wanita
insidennya lebih tinggi. Biasanya pasien baru menyadari ada exostosis ini bila ada
trauma.

E. Differential Diagnosis
Gingival fibrosis, fibroma formation secondary to irritation, granuloma, abses, oral
neurofibroma pada palatum, fibrous dysplasia, osteomas, dan paget’s disease.

F. Perawatan
Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien bahwa
keadaanya merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan
cenderung trauma, pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci mulut jika
terdapat ulcus. Bila tidak ada keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan.
Namun pada pasien yang menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal
basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah
menggunakan conservative surgical excision.
Di bidang kedokteran gigi, penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan
pembutan gigi tiruan sangat penting diperhatikan. Torus palatinus merupakan tonjolan
yang ditutupi oleh selapis tipis jaringan lunak yang menyebabkan tori lebih sensitif
terhadap tekanan atau palpasi (perabaan) dan pada saat perabaan akan terasa sangat keras.
Konsistensi tori pada palatum sangat keras dan tidak sama dengan jaringan
fibrous yang emenutupi puncak tulang alveolar. Oleh sebab itu, penatalaksanaan tori agar
tidak mengganggu stabilisasi dan retensi gigi tiruan maka harus dibebaskan dari gigitan
tekanan gigi tiruan atau dibuang secara bedah. Torus palatinus yang tidak ditanggulangi
akan menyebabkan garis fulkrum yang seharusnya di puncak lingir, akan berpindah di
puncak torus. Hal ini menyebabkan gigi tiruan tidak stabil dan mudah retak (patah).
Metode Non Bedah Metode non bedah dilakukan dengan cara peredaan atau
pembebasan tori dari tekanan dengan cara menempatkan selapis kertas timah (alumunium
foil) di atas daerah torus pada model pada saat gigi tiruan diproses (relief of chamber).
Cara yang lain adalah dengan mendesain plat akriliknya dengan melakukan pembebasan
torus palatinus. Luasnya ruang pembebasan sesuai dengan luas penonjolan torus di
palatum keras.
DAFTAR PUSTAKA

Garcia-Garcia AS, Jose Maria MG, Rafael GF, Angeles SR and Lucia OR. 2000. Current Status
of the Torus Palatinus and Torus Mandibularis. Med Oral Patol Cir Bucal.
Thoma KH. Oral Surgery. Vol 2 St. Louis : CV Mosby company. 1969 : 966-7
Pedersen GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC
Neville, dkk. Developmental Defects of The Oral and Maxillofacial Region in Oral and
Maxillofacial Path. 2002. USA: Saunders Company.
Stenhouse, David. Textbook of General and Oral Surgery. 2003. China. Churchill Livingstone

Anda mungkin juga menyukai